Asry Tarungais
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Manado
1
budayanya, budaya orang lain, lingkungan sekitarnya, dan berpartisipasi dalam
masyarakat dengan menggunakan kemampuan berpikir analitis, sintesis, kritis dan
logis.
Bahasa Indonesia diajarkan pada semua jenjang pendidikan agar siswa dapat
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tidak hanya para pengajar, tetapi
tugas anggota masyarakat dituntut untuk mampu memakai atau menggunakannya
dalam komunikasi. Salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah
adalah keterampilan berbicara. Menurut Tarigan(1981:15), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Keterampilan berbicara memiliki manfaat yang sangat besar bagi umat
manusia, karena selain sebagai alat komunikasi keterampilan berbicara juga dapat
diaplikasikan ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Hali ini ditegaskan oleh
Monoarfa Susan & Pangemanan N. J (2014) bahwa sebagai bagian dari
keterampilan berkomunikasi, kegiatan berbicara memberikan motivasi dan
menginformasikan sesuatu hal.
2
yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan pembelajaran.
3
METODE
Populasi dalah penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Kauditan pada tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah
55 siswa.
Sampel dalam penelitan ini adalah siswa kelas VIIa sebagai kelas
eksperimen berjumlah 26 orang dan siswa kelas VIIb sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 22 orang.
4
pengumpulan data adalah tes praktik dan teori. Pretes dilaksanakan dengan
maksud untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik pada materi tersebut
sebelum diberikan perlakuan. Tes akhir bertujuan sebagai perbandingan setelah
diberikan perlakuan.
Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Nurul Huda Kauditan
1 MK 79 1 NK 66
2 EF 89 2 Ds 78
3 So 76 3 IH 88
4 AA 86 4 MR 55
5 MR 86 5 MS 61
6 NU 86 6 SF 76
7 SP 79 7 RI 69
8 AN 94 8 MH 58
9 As 84 9 An 81
10 AR 89 10 AE 88
11 AD 81 11 AH 66
12 Af 68 12 CA 73
13 AL 76 13 Dh 81
14 AD 79 14 FH 68
5
15 AV 89 15 UA 76
16 AU 84 16 KH 78
17 AZ 89 17 KS 86
18 BM 87 18 Ma 78
19 BS 91 19 MN 79
20 LH 83 20 MS 74
21 Mo 74 21 KL 69
22 Mu 76 22 PR 76
23 Ne 78
24 NA 91
25 RE 84
26 Sm 87
Rata-rata 82,19 Rata-rata 73,55
Penyebaran data hasil penelitian secara ringkas dijabarkan pada table berikut:
Teori Praktik
1 Jumlah siswa 26 22 26 22
3 Median 85 80 81,25 75
6 Rentang 50 60 25 25
6
Untuk penilaian akhir digunakan skor akumulatif yaitu skor teori dan praktik.
1 Jumlah siswa 26 22
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa rataan nilai eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 82,19 > 73,55. Jika dilihat dari
nilai median/nilai tengahnya nilai eksperimenpun lebih tinggi.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada dua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan strategi
pembelajaran ekspositori yang berpusat pada guru (Sanjaya 2006:189).
Pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran
ekspositori menekankan pada penyampaian materi dengan menggunakan metode
ceramah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Roy Killen (1998) dalam
(Sanjaya 2006:177) yang mengatakan bahwa strategi pembelajaran eskpositori
adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian secara
verbak dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi secara optimal. Sanjaya (2006:178) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran ekspositori memiliki kekurangan yaitu jika guru kurang persiapan
dan guru tidak menguasai materi maka pembelajaran yang dilakukan akan
7
mengalami kegagalan. Namun pada proses pembelajaran yang dilakukan peneliti
di kelas kontrol berjalan lancar.
Selain penilaian praktik, dalam penelitian ini terdapat juga penilaian teori
yang menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eskperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Dari dara yang diperoleh setelah dilakukan postes menunjukkan skor
hasil kelas eksperimen 85% lulus KKM dari 30 siswa kelas eksperimen,
sedangkan skor postes kelas kontrol 68% siswa lulus KKM 25 siswa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dikelas eksperimen lebih efektif daripada kelas
kontrol.
8
SIMPULAN
9
DAFTAR RUJUKAN
Cahyani, Isah dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia. UPI Press:
Bandung.
Henry, Tarigan. 1981 : 22. Pengertian Ragam Seni Berbicara. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Manabung, Febriyanti Terifena, Pelealu Femie T & Meruntu Oldie
S.2014.Pembelajaran Bebicara dengan menggunakan Model Kooperatif
Tipe Think Pair Share Siswa Kelas X SMK Kristen 1 Tomohon. . Jurnal
Fakultas Bahasa dan Seni – Kompetensi, Vo 2.No. 4 (2014). Bahasa
Indonesia
Pahaana Sunarniyati, Monoarfa Susan & Pangemanan N.J.2014..Penerapan
Model Kooperatife Tipe STAD dalam Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas
XI SMA Kristen 1 Tomohon. Jurnal Fakultas Bahasa dan Seni – Kompetensi,
Vo 2.No. 4 (2013). Bahasa Indonesia
Santoso, Puji dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Soegiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Tuilan, Carolina H.A, Iroth Santje & Pangemanan Nontje. 2014. Penerapan
Model Belajar Kooperatif Tipe STAD dalam Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Tondano. . Juenal Fakultas Bahasa dan Seni –
Kompetensi, Vo 2.No. 4 (2014). Bahasa Indonesia
Wauran Julita Jane, Ratu Donal & Kamagi Luisya.2013.Penerapan Model
Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningktkan Hasil Belajar
Berbicara Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Amurang Timur. Jurnal
Fakultas Bahasa dan Seni – Kompetensi, Vo 2.No. 4 (2013). Bahasa
Indonesia
Wiyanto dan Astuti, 2002 : 2. Jurnalistik Praktis: Bandung : Remaja Rosdakarya.
10