Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN PEMBAWA ACARA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS VII


MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA KAUDITAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

Asry Tarungais
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Manado

Pembimbing I : Dra. Wimsje R. Palar, M.Hum.


Pembimbing II : Drs. Thomas M. Senduk, M.Pd.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendreskripsikan pengaruh model


Practice Rehearsal Pairs pada pembelajaran pembawa acara siswa kelas VII
MTs Nurul Huda Kauditan Tahun Ajaran 2017/2018 yang terdiri dari 48
orang Siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen Nonequivalent Contol Grup Desaign. Pada desain ini terdapat
dua kelompok yang dipilih oleh peneliti, kemudian diberi pretes untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok
eksperimen berbeda secara signifikan. Dari hasil penelitian, siswa kelas VII
MTs Nurul Huda Kauditan ternyata mampu dalam membawakan acara
meskipun penuh upaya dan kerja keras dari pada siswa itu sendiri dalam
proses belajar dan tentu saja didukung oleh guru sebagai fasilitator di dalam
kelas. Penelitian eksperimen yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Kauditan mampu membuktikan bahwa model Practice
Rehearsal Pairs dapat memberikan hasil pelajar maksimal bagi siswa. Hal
ini dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh setelah pembelajaran. Data
tersebut menunjukkan skor rata-rata dalam penilaian praktik kelas
eksperimen dengan menggunakan model Practice Rehearsal Pairs lebih
tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan strategi ekspositori. Rata-
rata kelas eksperimen pada penilaian praktik sebesar 80,53 dan kelas kontrol
75,28.

Kata Kunci: pembawa acara, model Practice Rehearsal Pairs

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang menyebabkan timbulnya kebudayaan


dan ilmu pengetahuan, seperti sebuah pernyataan menarik dari Samsure (1983:5)
bahwa aku (manusia) berbahasa, karena aku (manusia) hidup. Mengingat fungsi
bahasa bukan hanya sebagai satu bidang kajian, sebuah kurikulum bahasa untuk
sebuah sekolah sewajarnya mempersiapkan siswa untuk mencapai kompetensi
yang membuat siswa mampu mereflesikan pengalamannya sendiri dan
pengalaman orang lain, mengungkapkan perasaan dan gagasan, dan memahami
beragam nuansa makna. Bahasa diharapkan membantu siswa memahami dirinya,

1
budayanya, budaya orang lain, lingkungan sekitarnya, dan berpartisipasi dalam
masyarakat dengan menggunakan kemampuan berpikir analitis, sintesis, kritis dan
logis.

Bahasa Indonesia diajarkan pada semua jenjang pendidikan agar siswa dapat
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tidak hanya para pengajar, tetapi
tugas anggota masyarakat dituntut untuk mampu memakai atau menggunakannya
dalam komunikasi. Salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah
adalah keterampilan berbicara. Menurut Tarigan(1981:15), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Keterampilan berbicara memiliki manfaat yang sangat besar bagi umat
manusia, karena selain sebagai alat komunikasi keterampilan berbicara juga dapat
diaplikasikan ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Hali ini ditegaskan oleh
Monoarfa Susan & Pangemanan N. J (2014) bahwa sebagai bagian dari
keterampilan berkomunikasi, kegiatan berbicara memberikan motivasi dan
menginformasikan sesuatu hal.

Pembawa cara menurut Faizah (2011:19) adalah pengatur tertibnya acara


dan mengantarkan acara dengan baik kepada audiens. Ketika kita berbicara di
depan umum, orang tersebut dapat menyampaikan dengan baik apa yang dia
sampaikan agar pesan tersebut dapat diterima oleh pendengar secara tepat.
Maraknya audisi pembawa acara atau sering disebut dengan sebutan presenter
membuat masyarakat Indonesia berusaha memberanikan diri berbicara di depan
orang banyak. Menumbuhkan rasa percaya diri bukanlah hal yang mudah dan
tidak semua orang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Menjadi seorang
presenter atau pembawa acara tentu saja harus menarik dan bahasa yang
digunakan harus baik dan benar, serta santun. Terkadang sulit bagi guru
membujuk siswanya unjuk gigi dalam pembelajaran berbicara. Oleh karena itu,
guru harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan siswa harus
berani sehingga memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya. Sebuah proses

2
yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan pembelajaran.

Menurut William James (dalam Usman, 2005:27), minat siswa merupakan


faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, yaitu metode pelajaran
yang biasa/monoton sehingga tidak menarik siswa untuk bias berpikir aktif. Hal
ini ditegaskan oleh Ratu Donal & Kamagi Luisya (2013) bahwa model
pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran, karena berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbicara adalah model Practice Rehearsal Pairs (Latihan Praktik
Berpasangan). Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran berbicara, agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
tidak membosankan siswa. Proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik
yang menarik, biasanya akan lebih menarik minat dan motivasi siswa dalam
belajar.

Dalam kurikulum SMP/MTs kelas VII terdapat standar kompetensi


berbicara yaitu mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
diskusi dengan kompotensi dasar membawkan acara dengan bahasa yang baik dan
santun. Dengan demikian siswa duharapkan mampu menjadi pembawa acara
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta santun.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai keterampilan berbicara sebagai pembawa acara dengan mengguanakan
model practice rehearsal pairs. Ketertarikan penulis dapat dituangkan dalam
penelitian yang berjudul “Pembelajaran Pembawa Acara dengan Menggunakan
Model Practice Rehearsal Pairs Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Nurul
Huda Kauditan. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana Pengaruh Model Practice Rehearsal Pairs pada pembelajaran
pembawa acara siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kauditan ?.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Pengaruh Model Practice Rehearsal
Pairs pada pembelajaran pembawa acara siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Kauditan.

3
METODE

Sesuai jenis penelitiannya, penelitian ini menggunakan desain eksperimen


Nonequivalent Control Grup Design. Desain penelitian ini diambil dengan
pertimbangan yang sulit untuk mengontrol semua variabel yang memungkinkan
berpengaruh pada penelitian ii. Desain tersebut digambarkan sebagai berikut:

Populasi dalah penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Kauditan pada tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah
55 siswa.

Sampel dalam penelitan ini adalah siswa kelas VIIa sebagai kelas
eksperimen berjumlah 26 orang dan siswa kelas VIIb sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 22 orang.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas;


Variabel bebas merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi
pada variable terikat serta memiliki fungsi yang tergantung pada variabel terikat,
variable dalam penelitian ini adalah hasil belajar membawakan acara siswa kelas
VII MTs Nurul Huda Kauditan. Variabel terikat merupakan variabel yang akan
mempengaruhi variabel bebas yaitu penerapan model Practice Rehearsal Pairs
pada kegiatan pembelajaran.

Di dalam penelitian ini peneiliti menggunakan beberapa teknik dan metode


dalam pengumpulan data meliputi obervasi dan tes. Untuk lebih jelasnya tentang
teknik pengumpulan data akan dibahas pada penjelasan di bawah ini.

Sugiyono (2002:196) menjelaskan observasi atau pengamatan adalah teknik


pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang tetapi juga pada objek-objek
alam yang lain. Dari pendapat tersebut peneliti melakukan observasi mengenai
keadaan awal di kelas VII MTs Nurul Huda Kauditan mengenai keadaan kelas,
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, dan kondisi siswa di kelas.

Poerwanti (2008:4.33) menyatakan bahwa tes merupakan alat ukur dalam


proses evaluasi yang memiliki peranan sangat pentig untuk mengetahui
keberhasilan belajar mengajar di sekolah. Tes yang digunakan sebagai teknik

4
pengumpulan data adalah tes praktik dan teori. Pretes dilaksanakan dengan
maksud untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik pada materi tersebut
sebelum diberikan perlakuan. Tes akhir bertujuan sebagai perbandingan setelah
diberikan perlakuan.

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan meliputi; Rubrik penilaian


praktik siswa, yaitu untuk memperoleh data hasil pembelajaran praktik siswa
dengan metode eksperimen (Sugiyono, 2009:9).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menggambarkan setiap aspek kemampuan dalam setiap


aspek yang diteliti dan lebih jelas dipaparkan dalam pembahasan. Instrumen tes
yang diberikan di dalam kelas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan
dikerjakan selama jam pelajaran bahasa Indonesia, setelah melaksanakan tes
hasilnya dikumpulkan, diperiksa, kemudian diolah. Hasil analisis data ini berupa
hasil evaluasi kemampuan siswa, terlihat pada tabel berikut:

Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Nurul Huda Kauditan

No Siswa Kelas VIIA Nilai No Siswa Kelas VIIB Nilai

1 MK 79 1 NK 66
2 EF 89 2 Ds 78
3 So 76 3 IH 88
4 AA 86 4 MR 55
5 MR 86 5 MS 61
6 NU 86 6 SF 76
7 SP 79 7 RI 69
8 AN 94 8 MH 58
9 As 84 9 An 81
10 AR 89 10 AE 88
11 AD 81 11 AH 66
12 Af 68 12 CA 73
13 AL 76 13 Dh 81
14 AD 79 14 FH 68

5
15 AV 89 15 UA 76
16 AU 84 16 KH 78
17 AZ 89 17 KS 86
18 BM 87 18 Ma 78
19 BS 91 19 MN 79
20 LH 83 20 MS 74
21 Mo 74 21 KL 69
22 Mu 76 22 PR 76
23 Ne 78
24 NA 91
25 RE 84
26 Sm 87
Rata-rata 82,19 Rata-rata 73,55

Penyebaran data hasil penelitian secara ringkas dijabarkan pada table berikut:

Tabel Rekap data teori dan praktik

Teori Praktik

No Kriteria Data Kelas VIIa Kelas Kelas VIIa Kelas


Eksperime VIIb Eksperime VIIb
n Kontrol n Kontrol

1 Jumlah siswa 26 22 26 22

2 Skor rata-rata 83,5 71,82 80,53 75,28

3 Median 85 80 81,25 75

4 Skor minimum 50 40 62,5 62,5

5 Skor maksimum 100 100 87,5 87,5

6 Rentang 50 60 25 25

7 Varians 123,66 360,33 52,06 58,51

8 Standard deviasi 11,22 18,98 7,21 7,65

6
Untuk penilaian akhir digunakan skor akumulatif yaitu skor teori dan praktik.

Tabel Hasil Akumulatif Penilaian Teori dan Praktik

No Kriteria Eksperimen Kontrol

1 Jumlah siswa 26 22

2 Rataan 82,19 73,55

3 Median 83,19 73,44

4 Nilai terendah 83,75 57,5

5 Nilai tertinggi 67,5 88,75

6 Rentang 93,75 31,25

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa rataan nilai eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 82,19 > 73,55. Jika dilihat dari
nilai median/nilai tengahnya nilai eksperimenpun lebih tinggi.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada dua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan strategi
pembelajaran ekspositori yang berpusat pada guru (Sanjaya 2006:189).
Pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran
ekspositori menekankan pada penyampaian materi dengan menggunakan metode
ceramah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Roy Killen (1998) dalam
(Sanjaya 2006:177) yang mengatakan bahwa strategi pembelajaran eskpositori
adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian secara
verbak dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi secara optimal. Sanjaya (2006:178) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran ekspositori memiliki kekurangan yaitu jika guru kurang persiapan
dan guru tidak menguasai materi maka pembelajaran yang dilakukan akan

7
mengalami kegagalan. Namun pada proses pembelajaran yang dilakukan peneliti
di kelas kontrol berjalan lancar.

Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model Practice


Rehearsal Pairs yang merupakan strategi pembelajaran aktif. Tujuannya yaitu
memastikan semua siswa mampu melaksanakan praktik (Zaini 2008:81). Prosedur
ini adalah siswa membentuk pasangan. Dalam setiap pasangan peran masing-
masing ada bertugas sebagai pengamat da nada yang bertugas sebagai
demonstrator.

Penelitian eksperimen yang dilaksanakan di MTs Nurul Kauditan mampu


membuktikan bahwa model Practice Rehearsal Pairs dapat memberikan hasil
belajar maksimal bagi siswa. Hal ini dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh
setelah pembelajaran. Data tersebut menunjukkan skor rata-rata dalam peneilaian
praktik kelas eksperimen dengan menggunakan model ini lebih tinggi daripada
kelas kontrol yang menggunakan strategi ekspositori. Rata-rata kelas eksperimen
pada penilaian praktik sebesar 80,53 dan kelas kontol 75,28. Hal ini sesuai
pernyataan Mel Silberman (2009:228) yang menyatakan bahwa keunggulan dari
model Practice Rehearsal Pairs yaitu sangat cocok untuk praktik. Penelitian ini
juga menunjukkan tercapainya tujuan model Practice Rehearsal Pairs yaitu untuk
memastikan sebagian besar siswa mampu melaksanakan praktik dengan baik, hal
ini dibuktikan dengan 95% siswa pada kelas eksperimen lulus KKM penilaian
praktik denga standar nilai 75.

Selain penilaian praktik, dalam penelitian ini terdapat juga penilaian teori
yang menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eskperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Dari dara yang diperoleh setelah dilakukan postes menunjukkan skor
hasil kelas eksperimen 85% lulus KKM dari 30 siswa kelas eksperimen,
sedangkan skor postes kelas kontrol 68% siswa lulus KKM 25 siswa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dikelas eksperimen lebih efektif daripada kelas
kontrol.

8
SIMPULAN

Penelitian eksperimen yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Nurul


Huda Kauditan mampu membuktikan bahwa model Practice Rehearsal Pairs
dapat memberikan hasil belajar maksimal bagi siswa. Hal ini dibuktikan
berdasarkan data yang diperoleh setelah pembelajaran. Data tersebut
menunjukkan skor rata-rata dalam penilaian praktik kelas eksperimen dengan
menggunakan model Practice Rehearsal Pairs lebih tinggi daripada kelas kontrol
yang menggunakan strategi ekspositori. Rata-rata kelas eksperimen pada penilaian
praktik sebesar 80,53 dan kelas kontrol 75,28. Hal ini sesuai pernyataan Mel
Silberman (2009:228) yang menyatakan bahwa keunggulan dari model Practice
Rehearsal Pairs yaitu sangat cocok untuk praktik. Penelitian ini juga
menunjukkan tercapainya tujuan model Practice Rehearsal Pairs yaitu untuk
memastikan sebagian besar siswa mampu melaksanakan praktik dengan baik, hal
ini dibuktikan dengan 95% siswa pada kelas eksperimen lulus KKM penilaian
praktik denga standar nilai 75.

9
DAFTAR RUJUKAN

Cahyani, Isah dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia. UPI Press:
Bandung.
Henry, Tarigan. 1981 : 22. Pengertian Ragam Seni Berbicara. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Manabung, Febriyanti Terifena, Pelealu Femie T & Meruntu Oldie
S.2014.Pembelajaran Bebicara dengan menggunakan Model Kooperatif
Tipe Think Pair Share Siswa Kelas X SMK Kristen 1 Tomohon. . Jurnal
Fakultas Bahasa dan Seni – Kompetensi, Vo 2.No. 4 (2014). Bahasa
Indonesia
Pahaana Sunarniyati, Monoarfa Susan & Pangemanan N.J.2014..Penerapan
Model Kooperatife Tipe STAD dalam Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas
XI SMA Kristen 1 Tomohon. Jurnal Fakultas Bahasa dan Seni – Kompetensi,
Vo 2.No. 4 (2013). Bahasa Indonesia
Santoso, Puji dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Soegiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Tuilan, Carolina H.A, Iroth Santje & Pangemanan Nontje. 2014. Penerapan
Model Belajar Kooperatif Tipe STAD dalam Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Tondano. . Juenal Fakultas Bahasa dan Seni –
Kompetensi, Vo 2.No. 4 (2014). Bahasa Indonesia
Wauran Julita Jane, Ratu Donal & Kamagi Luisya.2013.Penerapan Model
Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningktkan Hasil Belajar
Berbicara Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Amurang Timur. Jurnal
Fakultas Bahasa dan Seni – Kompetensi, Vo 2.No. 4 (2013). Bahasa
Indonesia
Wiyanto dan Astuti, 2002 : 2. Jurnalistik Praktis: Bandung : Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai