Anda di halaman 1dari 14

PAPER

MATA KULIAH TEKNOLOGI BAHAN TANAM


OBSERVASI BENIH BAWANG MERAH KELOMPOK TANI SRI MAKMUR

Disusun oleh :
Dwiana Intan Lestari (20180210024)
Asri Asih Hamiidah (20180210026)
Muhammad Wian Rosyid (20180210027)
Nirmala Fauzia (20180210028)
Anwar Syaifulloh (20180210030)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah (Allium Ascalonicum L) komoditas prioritas dalam


pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, yang cukup strategis
dan ekonomis dipandang dari segi keuntungan usaha tani (Asih,2009). Pada
dekade terakhir, kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ketahun
baik untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan
sebesar5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Sebagai komoditas
hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan
bawang merahmasih terbuka lebar tidak saja untu kebutuhan dalam negeri
tetapi juga luar negeri (Suriani,2011).

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), konsumsi bawang


merah di Indonesia 4,56 kg/kapita per tahun atau 0,38 kg/kapita per bulan
sehingga konsumsi nasional diperkirakan mencapai 160.800.000 ton/tahun.
Hal ini membuktikan bahwa ketersediaan bawang merah dalam negeri
masih rendah dibandingkan kebutuhan akan bawang merah yang tinggi,
dengan demikian produktivitas bawang merah di Indonesia perlu
ditingkatkan.

Dalam budidaya pertanian, salah satu aspek utama yang wajib untuk
dipenuhi adalah bahan tanam. Bahan tanam ini merupakan kompone
mendasar yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses budidaya
tanaman. Pada dasarnya, bahan tanam dapat terdiri dari berbagai jenis
seperti benih, bibit, maupun beberapa jenis bahan tanam yang diperoleh dari
perkembangbiakan secara vegetatif. Benih merupakan produk akhir dari
suatu program pemuliaan tanaman, yang pada umumnya memiliki
karakteristik keunggulan tertentu, mempunyai peranan yang vital sebagai
penentu batas-atas produktivitas dan dalam menjamin keberhasilan
budidaya tanaman. Upaya perbaikan genetik tanaman di Indonesia masih
terbatas melalui metode pemuliaan tanaman konvensional, seperti
persilangan, seleksi dan mutasi. Benih adalah faktor penentu keberhasilan
budidaya tanaman, dengan kualitas benih yang baik dan seragam akan
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi.

Kebijakan pemerintah dalam mendukung program perbenihan


melalui menyediakan benih unggul dan bermutu melalui prinsip 6(enam)
tepat (waktu, jumlah, lokasi, jenis, mutu dan harga). Strategi pengembangan
pola kemitraan usaha dengan swasta/penangkar benih/asosiasi petani di
wilayah pengembangan ini dapat menjadi salah satu acuan bagi pemerintah
untuk mendorong industri perbenihan yang menyediakan benih yang
terjamin mutunya. Wujud dari pola kemitraan usaha tersebut salah satunya
adalah melalui pengembangan industri perbenihan dan Model Waralaba;
(Franchising). Dengan usaha tersebut diatas diharapkan akan tercipta usaha
perbenihan yang profesional.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui varietas bawang merah yang di produksi
2. Untuk mengetahui persiapan dan pengolahan lahan
3. Untuk mengetahui persiapan, produksi, pemanenan benih
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman
hortikultura yang semakin mendapat perhatian baik dari masyarakat maupun
pemerintah. Selama beberapa tahun terakhir ini, bawang merah termasuk enam
besar komoditas sayuran yang diekspor bersama- sama dengan kubis, blunkol
(kubis bunga), cabai, tomat, dan kentang. Bahkan bawang merah ini tidak hanya
diekspor dalam bentuk sayuran segar, tetapi juga setelah diolah menjadi produk
bawang goreng (Rukmana, 1995).
Produksi bawang merah nasional pada tahun 2004 sebesar 757.399 ton dari
luas panen 88.707 ha dengan produktivitas 8,54 ton/ha. Sedangkan untuk Sulawesi
Tengah, produksi di tahun 2004 baru mencapai 5.041 ton dari luas panen 715 ha
dengan produktivitas 7,05 ton/ha (Deptan, 2005). Rendahnya produksi ini
dipengaruhi beberapa faktor antara lain iklim, teknik budidaya, penggunaan
varietas, dan serangan hama dan penyakit (Sunarjono dan Soedomo, 1989).
Bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak
panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh
baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300
- 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang
baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial,
dengan ph 5.57.
Penggunaan benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya
bawang Merah. Varietas bawang merah yang dapat digunakan adalah bima, brebes,
ampenan, medan, keling, maja cipanas, sumenep, kuning, timor, lampung, banteng
dan varietas lokal lainnya. Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60 -80 hari,
telah diseleksi dilapangan dan ditempat penyimpanan. Umbi yang digunakan untuk
benih adalah berukuran sedang, berdiameter 1,5 - 2 cm dengan bentuk simetris dan
telah disimpan 2- 4 bulan, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme
penganggu tanaman.
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelum
tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah.
Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah
disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara
bedengan 20-40 cm. E. Lalu penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan
jarak tanam 10-20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih
dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas,
sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam
berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang
tipis
Pengendalian hama dilakukan dengan cara, sanitasi dan pembuangan
gulma, pengumpulan larva dan memusnahkan, pengolahan lahan, penggunaan
insektisida, rotasi tanaman penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh
bercak ungu, embun tepung, busuk leher batang, antraknose, busuk umbi, layu
fusarium dan busuk basah.
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 hst, ditandai daun
mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak
ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang
merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton. Pengeringan umbi
dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-
para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang
merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.proses pengeringan
dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan
bila terkena sentuhan terdengar gemerisik. Sortasi dilakukan setalh proses
pengeringan. Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau
digantung dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus
bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.
III. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Latar Belakang


Menurut peraturan menteri pertanian nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007
kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani juga dapat
diartikan organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan
“dari, oleh dan untuk petani”. Dibentuknya kelompok tani mempermudah
untuk penyampaian materi penyuluhan berupa pembinaan
dalam memberdayakan petani agar memiliki kemandirian, bisa
menerapkan inovasi ,dan mampu menganalisa usahatani, sehingga petani
dan keluarganya bisa memperoleh pendapatan dan kesejahteraan yang
meningkat dan layak.
Petani di Desa Sogesanden, Srigading, Sanden, Bantul sudah lama
terkenal berperan penting sebagai salah satu tonggak penghasil tanaman
holtikultura. Kelompok tani Sri Makmur ini sudah berdiri sejak tahun 1985
tepatnya pada tanggal 27 Juli 1985, akan tetapi pada saat itu penanaman
bawang merah yang dikelola kelompok tani tersebut belum serentak dan
mulai serentak pada tahun 2005. Kelompok tani Sri Makmur dibentuk atas
dasar kesamaan tujuan, kesamaan kepentingan dan kesamaan kondisi dalam
suatu lingkungan petani. Kelompok tani ini sudah mempunyai
kepengurusan dimulai dari ketua, sekretaris dan bendahara kelompok yang
dipilih oleh masyarakat tani dan juga sudah disahkan oleh pihak pemerintah
setempat baik tingkat desa atau kelurahan setempat.
Alasan kelompok tani memilih komoditi bawang merah dikarenakan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup warga tani. Jenis benih yang diproduksi pada awalnya yaitu varietas
tilon akan tetapi sekarang beralih ke varietas bima, biru, tiron kuning dan
tajuk dikarenakan kurangnya minat masyarakat sebab varietas tilon
umbinya kurang besar tetapi dalam segi rasa tilon menang serta dapat
tumbuh dalam segala musim. Terdapat 5 varietas yang masih dipasarkan di
Bantul diantaranya varietas bima, tajuk, tiron kuning, biru, dan tiron. Pada
saat observasi hanya terdapat bawang merah varietas bima yang berasal
dari Brebes syang cocok ditanam di dataran rendah seperti di Bantul.
Penanaman bawang merah ini dibagi menjadi 2 masa tanam yaitu masa
tanam 1 dan masa tanam 2. Untuk kapasitas produksinya masa tanam 1 dan
masa tanam 2 berbeda yaitu 8 ton dan 15 ton.

B. Persiapan Produksi
Persiapan produksi merupakan suatu usaha yang dilakukan produsen benih
untuk menghasilkan benih yang bersertifkat. Sertifikasi benih adalah suatu proses
pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat
diedarkan (Nurwardani, 2008). Syarat untuk menjadi produsen benih yang
menghasilkan benih bersertifikat, perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai
berikut :

a. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara memproduksi benih bermutu


dan cara menyimpan benih.
b. Penguasaan pengolahan benih, tanah dan gudang penyimpanan
c. Sikap jujur dan bersedia selalu mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku.
d. Selalu memerhatikan varietas agar tidak ada campuran varietas lain dan
terhindar dari hama dan penyakit.
Untuk mendapatkan benih yang unggul dan bermutu menjadi benih
bersetifikat, Produsen benih harus mengajukan proposal ke BPSB. Syarat
pengajuannya petani harus lolos sebagai uji kompetensi tenaga kemudian baru
benih diperiksa dilahan setelah 2 bulan masuk gudang benih diperiksa lagi. Pada
observasi benih bawang merah ini yang harus dipersiapkan untuk memulai
produksi benih yaitu persiapan lahan dan persiapan benih.

C. Proses Produksi
Pada observasi benih kelompok tani Sri Makmur ini, proses
produksi ini terdiri dari rangkaian kegiatan yaitu meliputi persiapan dan
pengolahan lahan, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT atau
Organisme Pengganggu Tanaman, rouging dan pemanenan. Dalam kegiatan
mengelola lahan, lahan yang harus dipilih ialah lahan yang irigasi dan
drainasenya mudah, apabila terjadi genangan atau datangnya air hujan
mudah dijangkau. Kemudian membuat bedengan-bedengan dengan ukuran
1 meter dengan kedalaman 50cm kemudian lahan digemburkan serta di
ratakan dan di beri pupuk kandang dengan jarak tanamnya sekitar 15x20 cm
atau 20x20 cm dan membuat lubang yang setiap lubang ditanami satu umbi.
Setelah persiapan lahan, langkah selanjutnya ialah persiapan benih.
Pada kegiatan ini, benih disiapkan dengan menentukan varietas yang cocok
pada kedua musim, pada saat musim hujan ditanami varietas tiron dan bima.
Setelah selesai persiapan benih, benih ditanam pada lahan dengan luas lahan
1000 ha lalu di beri pupuk kimia yang telah di campurkan dengan dosis SP
36 sebanyak 50kg, Urea 15kg, KCl 15kg lalu disebar secara merata. Selama
penanaman, benih di rawat dengan diberi air dua kali sehari pada pagi hari
dan sore hari.
Benih juga rentan terhadap serangan organisme pengganggu
tanaman. Untuk mencegah hal tersebut, kelompok tani memberikan
pestisida untuk mencegah adanya gulma dan jamur, karena benih bawang
merah rentan terhadap jamur. Setelah pertumbuhan selama 20 hari, jika ada
tanaman yang menguning diberi pupuk susulan sebanyak setengah atau
sepertiga dari kebutuhan pupuk awal sesuai kondisi tanaman tanpa pupuk
SP 36. Saat bibit sudah berumur ke-25 hari selanjutnya dilakukan proses
penyiangan, dalam proses ini tidak dilakukan penyiangan pada saat tanaman
akan atau sudah berbuah.
Selain gulma dan jamur, adapun organisme pengganggu tanaman
lainnya, yaitu hama. Adapun pengendalian hama dengan cara sistem SKS
yaitu Sistemik Kontak Sisemik, atau dari beberapa artikel menjelaskan
bahwa sistem tersebut ialah insektisida racun kontak. Jenis insektsida ini
efektif membunuh hama bila insektisida tersebut terkena langsung hama.
Bahan toksik pada insektisida tersebut akan masuk ke jaringan tubuh
organisme target. Selanjutnya akan terjadi gangguan fungsi fisiologis
organisme target yang berakibat pada kematian. Pada jenis insektisida ini,
kadang akan ditemui keterangan insektisida kontak dan racun perut.
Keterangan tersebut mengindikasikan bahwa insektisida tersebut juga akan
membunuh hama organisme non target yang memakan produk yang sudah
dikenai insektisida.
Pada saat tanaman sudah berumur 50 hari, penyiangan dilakukan
kembali untuk memudahkan pada saat pemanenan. Karakteristik bawang
merah yang siap panen yaitu umbi sudah mengambang, pangkal batang
tanaman warnanya memerah, mengkilat, buah beraroma bawang merah dan
mengeras. Syarat pemanenan bawang merah ini diantaranya dilakukan pada
saat cerah dan ada sinar matahari atau pada musim kemarau. Apabila
dilakukan pada saat musim hujan, tanah yang ikut terangkut pada umbi
bawang merah akan mempengaruhi warna pada umbi bawang merah dan
tingkat penjualan pada konsumen.
Pada saat pasca panen, dilakukan pengikatan pada beberapa rumpun,
setelah itu dilakukan penjemuran dengan menjejerkan umbi tersebut lalu
dikeringkan dan disimpan terlebih dahulu. Dilakukan penyeleksian atau
rouging pada benih pada saat penyimpanan dengan cara menyesuaikan pada
kelas benih yang sudah ditetapkan. Sedangkan untuk tanaman yang
digunakan sebagai konsumsi, tanaman dibiarkan layu dan setelah itu
langsung ditawarkan kepada konsumen atau pedagang. Untuk pembenihan
sendiri, dilakukan penyimpanan di gudang dengan suhu yang menyesuaikan
secara manual dalam kurun waktu 2-3 bulan.

D. Pengeringan
Berdasarkan observasi pada Kelompok Tani Sri Makmur, benih
yang hendak ditanam harus melalui proses pengeringan produksi benih
terlebih dahulu untuk mendapatkan suatu benih bawang merah yang
bermutu. Pengeringan benih dilakukan untuk menurunkan kadar air benih
secara bertahap. Pengeringan yang dilakukan tidak membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selama persetujuan dengan konsumen sudah didapati dan
saling merasa untung, maka bawang merah tersebut sudah dapat diberikan
kepada konsumen. Untuk pembenihan, pengeringan dilakukan selama 1
minggu atau 10 hari (kering angin). Penjemuran menggunakan rak-rak dari
bambu dengan panjang menyesuaikan dan lebar 2 meter.

E. Prosesing Benih
Pada prosesing dilakukan pembersihan benih pada bawang merah.
Maksud dari pembersihan benih ini adalah untuk menghilangkan kotoran
yang masih menempel pada umbi bawang merah supaya umbi terlihat
menarik (Nurbaiti, 2016). Pada observasi Kelompok Tani SRI MAKMUR
prosesing pembersihan benihnya dilakukan dengan cara membersihan benih
dengan memotong daun kering diatas leher umbi setelah itu memotong
bagian akar umbi dan membersihkan umbi bawang merah dari kulit kering
dan kotoran yang menempel. Dengan menggunakan alat seperti Gunting/ani
untuk memotong bagian akar bawang merah, timbangan untuk menimbang
bawang merah, keranjang plastik untuk tempat sampah, terpal/tikar, bambu
kering sebagai tempat untuk mengering anginkan bawang merah.

Untuk memilah benih bawang merah harus mengetahui ukuran dari


setiap benih. Untuk benih besar dengan ukuran diameter >1,8 cm atau 10
gram. Untuk benih sedang dengan ukuran diameter 1,5-1,8 cm atau 5-10
gram. Sedangkan benih kecil dengan ukuran diameter 1,5 cm atau <5 gram.
Tujuan dari memilah suatu benih bawang merah untuk memisahkan atau
memilih benih yang memiliki ukuran yang berbeda. Yang harus diketahui
dalam memilah benih bawang merah yaitu dengan cara mengukur suatu
benih, dalam hal ini gunakan umbi yang berukuran sedang namun memiliki
ukuran yang seragam. Perhatikan warna umbi, warnanya harus cerah dan
mengkilap. Milih umbi yang berat, hal ini menunjukkan kadar air dalam
umbi masih banyak.dan memilih umbi yang sehat, tidak terserang hama dan
penyakit serta tidak cacat atau utuh.

F. Pengujian Benih
Pada observasi yang dilakukan pada tanggal 11 April 2019 pada
Kelompok Tani Sri Makmur yang beralamatkan Sogesanden, Sri Gading,
Bantul, Yogyakarta. Kelompok tani ini berfokus pada tanaman bawang
merah dengan berbagai varietas yaitu varietas bima, varietas thailand
nganjuk, varietas biru, dll. Kelompok tani ini melakukan proses pengujian
benih unggul menggunakan teknik yang tradisional karena ketersedian alat
terbatas dan mereka tidak memiliki laboraturium sendiri. Hal yang perlu
diamati adalah:
1. Pengecekan kadar air benih mereka hanya menjemur benih bawang
merah di bawah sinar matahari jika kulit bawang sudah terlihat kering
maka kadar air yang di dapat sudah memenuhi .
2. Teknik Kemurnian benih mereka memilah sendiri memisahkan antara
kotoran benih, varietas lain, dan benih murni.
3. Uji fisik benih yaitu dengan cara mengamati benih yang memiliki
bentuk sempurna, tidak berlubang, tidak berjamur, dan tidak busuk.

G. Pengemasan Benih
Kelompok tani Sri Makmur mengemas benih menggunakan teknik
sedeharna yaitu membutuhkan tenaga manusia untuk mengemas benih
tersebut karena tidak adanya alat pengemasan yang modern, sehingga
mereka harus mengemas, melabeli, dan menimbang sendiri. Mereka
menggunakan plastik berukuran besar untuk mengemas benih kemudian
ditutup dengan rapat supaya mutu benih tetap terjamin
H. Penyimpanan Benih
Hasil dari 56 hektar lahan yang digunakan untuk membudidayakan
tanaman bawang merah. Disimpan di gudang pada saat panen dengan
kapasitas maksimal 120 ton , tetapi satu gudang saja tidak cukup untuk
menyimpan bawang merah ini membuat para kelompok tani sering kali
menyewa gudang milik pemerintah untuk menambahkan kapasitas gudang
penyimpanan. Waktu penyimpanan nya sendiri kurang lebih 2-3 bulan
dengan bantuan pestisida agar ketika disimpan tidak ada serangga yang
mengganggu hasil panen yang akan merusak kualitas bawang merah itu
sendiri.

I. Pemasaran

Sebelum gempa pada tahun 2006 yang melanda Yogyakarta, benih


dari kelompok tani sri makmur ini pernah mengekspor keluar Jawa. Akan
tetapi seiring berkembangnya jaman, produksen benih tidak melakukan
pengeksporan ke luar Jawa karena di setiap sentra tanam bawang merah se-
Indonesia sudah terdapat adanya sertifikasi benih.

Dalam proses pemasaran, hal yang pertama dilakukan adalah


memotong umbi pada bawang merah. Pemotongan ini dilakukan secara
borongan oleh para buruh dan terutama dilakukan oleh para ibu rumah
tangga, harga untuk 1 kg pemotongan umbi bawang merah yaitu Rp 600,00
rupiah. Biasanya pada tiap 1 hari pemotongan tersebut menghasilkan Rp
80.000,00 hingga Rp 100.000,00 rupiah. Ketika bawang merah dikemas
biasanya dikemas dengan berat 25 kg -50 kg dan dijual dengan harga 1 kg
=30.000,00
IV. KESIMPULAN

1. Kelompok Tani di Sri Makmur melakukan sertifikasi benih untuk


mendapatkan benih yang bermutu karena benih merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi hasil dari tanaman bawang merah itu sendiri
2. Proses pemberian sertifikat yang dilakukan oleh kelompok tani Sri Makmur
melalui serangkaian pemeriksaan dan pengujian, serta memenuhi standar
mutu dan persyaratan teknis minimal yang sudah di percaya dan di awasi
oleh BPB. Kelompok benih yang tidak memenuhi persyaratan kelas dasar
akan diberikan sertifikat benih dengan kelas dibawahnya yaitu kelas pokok
atau kelas sebar.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, D, N. 2009. Analisis karakteristik dan tingkat pendapatan usahatani bawang
merah di
sulawesi tengah. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas
Tadulako Tondo Palu. Palu. Jurnal Agroland Vol 16 (1).
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Produksi Sayuran di Indonesia. Diakses
dari http://hortikultura.pertanian.go.id (14 April 2019)
Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah.
Cahaya Atma Pustaka. Yogjakarta.
Deptan. 2005. Produksi, luas panen, dan produktivitas buah, sayuran, tanaman
hias dan bio farmaka. Dirjen Hortikultura. Deptan. Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Bawang merah budidaya dan pengolahan pasca panen.
Yogyakarta. Kanisius.
Sunarjono, H. dan P. Soedomo, 1989. Budidaya bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Bandung. Sinar Baru.
LAMPIRAN

Gambar 1. Bawang merah varietas


Bima

Anda mungkin juga menyukai