Disusun oleh :
Dwiana Intan Lestari (20180210024)
Asri Asih Hamiidah (20180210026)
Muhammad Wian Rosyid (20180210027)
Nirmala Fauzia (20180210028)
Anwar Syaifulloh (20180210030)
A. Latar Belakang
Dalam budidaya pertanian, salah satu aspek utama yang wajib untuk
dipenuhi adalah bahan tanam. Bahan tanam ini merupakan kompone
mendasar yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses budidaya
tanaman. Pada dasarnya, bahan tanam dapat terdiri dari berbagai jenis
seperti benih, bibit, maupun beberapa jenis bahan tanam yang diperoleh dari
perkembangbiakan secara vegetatif. Benih merupakan produk akhir dari
suatu program pemuliaan tanaman, yang pada umumnya memiliki
karakteristik keunggulan tertentu, mempunyai peranan yang vital sebagai
penentu batas-atas produktivitas dan dalam menjamin keberhasilan
budidaya tanaman. Upaya perbaikan genetik tanaman di Indonesia masih
terbatas melalui metode pemuliaan tanaman konvensional, seperti
persilangan, seleksi dan mutasi. Benih adalah faktor penentu keberhasilan
budidaya tanaman, dengan kualitas benih yang baik dan seragam akan
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui varietas bawang merah yang di produksi
2. Untuk mengetahui persiapan dan pengolahan lahan
3. Untuk mengetahui persiapan, produksi, pemanenan benih
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman
hortikultura yang semakin mendapat perhatian baik dari masyarakat maupun
pemerintah. Selama beberapa tahun terakhir ini, bawang merah termasuk enam
besar komoditas sayuran yang diekspor bersama- sama dengan kubis, blunkol
(kubis bunga), cabai, tomat, dan kentang. Bahkan bawang merah ini tidak hanya
diekspor dalam bentuk sayuran segar, tetapi juga setelah diolah menjadi produk
bawang goreng (Rukmana, 1995).
Produksi bawang merah nasional pada tahun 2004 sebesar 757.399 ton dari
luas panen 88.707 ha dengan produktivitas 8,54 ton/ha. Sedangkan untuk Sulawesi
Tengah, produksi di tahun 2004 baru mencapai 5.041 ton dari luas panen 715 ha
dengan produktivitas 7,05 ton/ha (Deptan, 2005). Rendahnya produksi ini
dipengaruhi beberapa faktor antara lain iklim, teknik budidaya, penggunaan
varietas, dan serangan hama dan penyakit (Sunarjono dan Soedomo, 1989).
Bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak
panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh
baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300
- 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang
baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial,
dengan ph 5.57.
Penggunaan benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya
bawang Merah. Varietas bawang merah yang dapat digunakan adalah bima, brebes,
ampenan, medan, keling, maja cipanas, sumenep, kuning, timor, lampung, banteng
dan varietas lokal lainnya. Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60 -80 hari,
telah diseleksi dilapangan dan ditempat penyimpanan. Umbi yang digunakan untuk
benih adalah berukuran sedang, berdiameter 1,5 - 2 cm dengan bentuk simetris dan
telah disimpan 2- 4 bulan, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme
penganggu tanaman.
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelum
tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah.
Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah
disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara
bedengan 20-40 cm. E. Lalu penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan
jarak tanam 10-20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih
dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas,
sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam
berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang
tipis
Pengendalian hama dilakukan dengan cara, sanitasi dan pembuangan
gulma, pengumpulan larva dan memusnahkan, pengolahan lahan, penggunaan
insektisida, rotasi tanaman penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh
bercak ungu, embun tepung, busuk leher batang, antraknose, busuk umbi, layu
fusarium dan busuk basah.
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 hst, ditandai daun
mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak
ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang
merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton. Pengeringan umbi
dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-
para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang
merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.proses pengeringan
dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan
bila terkena sentuhan terdengar gemerisik. Sortasi dilakukan setalh proses
pengeringan. Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau
digantung dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus
bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.
III. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
B. Persiapan Produksi
Persiapan produksi merupakan suatu usaha yang dilakukan produsen benih
untuk menghasilkan benih yang bersertifkat. Sertifikasi benih adalah suatu proses
pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat
diedarkan (Nurwardani, 2008). Syarat untuk menjadi produsen benih yang
menghasilkan benih bersertifikat, perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai
berikut :
C. Proses Produksi
Pada observasi benih kelompok tani Sri Makmur ini, proses
produksi ini terdiri dari rangkaian kegiatan yaitu meliputi persiapan dan
pengolahan lahan, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT atau
Organisme Pengganggu Tanaman, rouging dan pemanenan. Dalam kegiatan
mengelola lahan, lahan yang harus dipilih ialah lahan yang irigasi dan
drainasenya mudah, apabila terjadi genangan atau datangnya air hujan
mudah dijangkau. Kemudian membuat bedengan-bedengan dengan ukuran
1 meter dengan kedalaman 50cm kemudian lahan digemburkan serta di
ratakan dan di beri pupuk kandang dengan jarak tanamnya sekitar 15x20 cm
atau 20x20 cm dan membuat lubang yang setiap lubang ditanami satu umbi.
Setelah persiapan lahan, langkah selanjutnya ialah persiapan benih.
Pada kegiatan ini, benih disiapkan dengan menentukan varietas yang cocok
pada kedua musim, pada saat musim hujan ditanami varietas tiron dan bima.
Setelah selesai persiapan benih, benih ditanam pada lahan dengan luas lahan
1000 ha lalu di beri pupuk kimia yang telah di campurkan dengan dosis SP
36 sebanyak 50kg, Urea 15kg, KCl 15kg lalu disebar secara merata. Selama
penanaman, benih di rawat dengan diberi air dua kali sehari pada pagi hari
dan sore hari.
Benih juga rentan terhadap serangan organisme pengganggu
tanaman. Untuk mencegah hal tersebut, kelompok tani memberikan
pestisida untuk mencegah adanya gulma dan jamur, karena benih bawang
merah rentan terhadap jamur. Setelah pertumbuhan selama 20 hari, jika ada
tanaman yang menguning diberi pupuk susulan sebanyak setengah atau
sepertiga dari kebutuhan pupuk awal sesuai kondisi tanaman tanpa pupuk
SP 36. Saat bibit sudah berumur ke-25 hari selanjutnya dilakukan proses
penyiangan, dalam proses ini tidak dilakukan penyiangan pada saat tanaman
akan atau sudah berbuah.
Selain gulma dan jamur, adapun organisme pengganggu tanaman
lainnya, yaitu hama. Adapun pengendalian hama dengan cara sistem SKS
yaitu Sistemik Kontak Sisemik, atau dari beberapa artikel menjelaskan
bahwa sistem tersebut ialah insektisida racun kontak. Jenis insektsida ini
efektif membunuh hama bila insektisida tersebut terkena langsung hama.
Bahan toksik pada insektisida tersebut akan masuk ke jaringan tubuh
organisme target. Selanjutnya akan terjadi gangguan fungsi fisiologis
organisme target yang berakibat pada kematian. Pada jenis insektisida ini,
kadang akan ditemui keterangan insektisida kontak dan racun perut.
Keterangan tersebut mengindikasikan bahwa insektisida tersebut juga akan
membunuh hama organisme non target yang memakan produk yang sudah
dikenai insektisida.
Pada saat tanaman sudah berumur 50 hari, penyiangan dilakukan
kembali untuk memudahkan pada saat pemanenan. Karakteristik bawang
merah yang siap panen yaitu umbi sudah mengambang, pangkal batang
tanaman warnanya memerah, mengkilat, buah beraroma bawang merah dan
mengeras. Syarat pemanenan bawang merah ini diantaranya dilakukan pada
saat cerah dan ada sinar matahari atau pada musim kemarau. Apabila
dilakukan pada saat musim hujan, tanah yang ikut terangkut pada umbi
bawang merah akan mempengaruhi warna pada umbi bawang merah dan
tingkat penjualan pada konsumen.
Pada saat pasca panen, dilakukan pengikatan pada beberapa rumpun,
setelah itu dilakukan penjemuran dengan menjejerkan umbi tersebut lalu
dikeringkan dan disimpan terlebih dahulu. Dilakukan penyeleksian atau
rouging pada benih pada saat penyimpanan dengan cara menyesuaikan pada
kelas benih yang sudah ditetapkan. Sedangkan untuk tanaman yang
digunakan sebagai konsumsi, tanaman dibiarkan layu dan setelah itu
langsung ditawarkan kepada konsumen atau pedagang. Untuk pembenihan
sendiri, dilakukan penyimpanan di gudang dengan suhu yang menyesuaikan
secara manual dalam kurun waktu 2-3 bulan.
D. Pengeringan
Berdasarkan observasi pada Kelompok Tani Sri Makmur, benih
yang hendak ditanam harus melalui proses pengeringan produksi benih
terlebih dahulu untuk mendapatkan suatu benih bawang merah yang
bermutu. Pengeringan benih dilakukan untuk menurunkan kadar air benih
secara bertahap. Pengeringan yang dilakukan tidak membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selama persetujuan dengan konsumen sudah didapati dan
saling merasa untung, maka bawang merah tersebut sudah dapat diberikan
kepada konsumen. Untuk pembenihan, pengeringan dilakukan selama 1
minggu atau 10 hari (kering angin). Penjemuran menggunakan rak-rak dari
bambu dengan panjang menyesuaikan dan lebar 2 meter.
E. Prosesing Benih
Pada prosesing dilakukan pembersihan benih pada bawang merah.
Maksud dari pembersihan benih ini adalah untuk menghilangkan kotoran
yang masih menempel pada umbi bawang merah supaya umbi terlihat
menarik (Nurbaiti, 2016). Pada observasi Kelompok Tani SRI MAKMUR
prosesing pembersihan benihnya dilakukan dengan cara membersihan benih
dengan memotong daun kering diatas leher umbi setelah itu memotong
bagian akar umbi dan membersihkan umbi bawang merah dari kulit kering
dan kotoran yang menempel. Dengan menggunakan alat seperti Gunting/ani
untuk memotong bagian akar bawang merah, timbangan untuk menimbang
bawang merah, keranjang plastik untuk tempat sampah, terpal/tikar, bambu
kering sebagai tempat untuk mengering anginkan bawang merah.
F. Pengujian Benih
Pada observasi yang dilakukan pada tanggal 11 April 2019 pada
Kelompok Tani Sri Makmur yang beralamatkan Sogesanden, Sri Gading,
Bantul, Yogyakarta. Kelompok tani ini berfokus pada tanaman bawang
merah dengan berbagai varietas yaitu varietas bima, varietas thailand
nganjuk, varietas biru, dll. Kelompok tani ini melakukan proses pengujian
benih unggul menggunakan teknik yang tradisional karena ketersedian alat
terbatas dan mereka tidak memiliki laboraturium sendiri. Hal yang perlu
diamati adalah:
1. Pengecekan kadar air benih mereka hanya menjemur benih bawang
merah di bawah sinar matahari jika kulit bawang sudah terlihat kering
maka kadar air yang di dapat sudah memenuhi .
2. Teknik Kemurnian benih mereka memilah sendiri memisahkan antara
kotoran benih, varietas lain, dan benih murni.
3. Uji fisik benih yaitu dengan cara mengamati benih yang memiliki
bentuk sempurna, tidak berlubang, tidak berjamur, dan tidak busuk.
G. Pengemasan Benih
Kelompok tani Sri Makmur mengemas benih menggunakan teknik
sedeharna yaitu membutuhkan tenaga manusia untuk mengemas benih
tersebut karena tidak adanya alat pengemasan yang modern, sehingga
mereka harus mengemas, melabeli, dan menimbang sendiri. Mereka
menggunakan plastik berukuran besar untuk mengemas benih kemudian
ditutup dengan rapat supaya mutu benih tetap terjamin
H. Penyimpanan Benih
Hasil dari 56 hektar lahan yang digunakan untuk membudidayakan
tanaman bawang merah. Disimpan di gudang pada saat panen dengan
kapasitas maksimal 120 ton , tetapi satu gudang saja tidak cukup untuk
menyimpan bawang merah ini membuat para kelompok tani sering kali
menyewa gudang milik pemerintah untuk menambahkan kapasitas gudang
penyimpanan. Waktu penyimpanan nya sendiri kurang lebih 2-3 bulan
dengan bantuan pestisida agar ketika disimpan tidak ada serangga yang
mengganggu hasil panen yang akan merusak kualitas bawang merah itu
sendiri.
I. Pemasaran