Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014

ISSN : 2339-1553

LIPASE ALKALI DAN STABIL ALKOHOL DARI BAKTERI ISOLAT


TANAHTERKONTAMINASI MINYAK DI PASAR ANYAR
SINGARAJA, BALI

I Putu Parwata1, Ni Wayan Martiningsih2


1*
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
2
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

email : iputuparwata@gmail.com

Abstrak

Penemuan dan pengembangan lipase yang stabil dalam lingkungan ekstrim menjadi fokus
penelitian saat ini. Penelitian bertujuan untuk memperoleh varian lipase yang unik dari bakteri
yang diisolasi dari tanah terkontaminasi minyak di Pasar Anyar Singaraja, Bali. Bakteri
sebelumnya telah ditumbuhkan pada media produksi lipase dengan komposisi: pepton (0,5%),
ekstrak ragi (0,5%), agar (2%), NaCl (0,5%), CaCl2 (0,05%), suspensi minyak zaitun (2,5%)
dalam tween 80 (1%) dan Rodamin B (2%). Satu koloni dengan potensi lipolitik baik diisolasi
dan diidentifikasi menggunakan teknik pewarnaan Gram. Lipase diproduksidari bakteri tersebut
dandimurnikan secara parsial dengan amonium sulfat pada tiga tingkat fraksi (0-40%, 40-60%,
60-80%), fraksi terbaik kemudian dikarakterisasi berdasarkan parameter pH, temperatur, dan
stabilitas dalam pelarut organik. Hasil pewarnaan gram menunjukkan bakteri memiliki bentuk
kokus dan termasuk kelompok gram negatif. Hasil pemurnian lipase terbaik diperoleh pada
fraksi amonium sulfat sebesar 40-60% dengan aktivitas spesifik sebesar 1,05 Unit/mg dan
tingkat perolehan 35,98%. Lipase yang diperoleh termasuk golongan lipase alkali, menunjukkan
aktivitas katalitik yang baik pada rentang pH basa (8-10,5) dengan aktivitas optimum pada pH
o
9,5. Lipase bekerja baik pada rentang temperatur 10-60 C dengan aktivitas optimum pada 50
o
C sebesar 1,06 Unit/mg. Selain itu, lipase yang diperoleh menunjukkan stabilitas yang sangat
baik dalam etanol dan n-propanol. Lipase yang ditemukan dapat dikembangkan dalam industri
detergen maupun sebagai biokatalis dalam produksi biodiesel.

Kata kunci: lipase alkali, stabil alkohol, bakteri, tanah terkontaminasi minyak, Pasar Anyar
Singaraja

Abstract
The discovery and development of lipases which are stable in extreme environments being the
focus of current research. The research aims to obtain an unique lipase variant from bacteria
isolated from oil contaminated soil in Pasar Anyar Singaraja, Bali. Bacteria have previously
been grown on lipase production media composed of: 0.5% peptone, 0.5% yeast extract, 2%
bacto agar, 0.1% NaCl, 0.05% CaCl2, 2.5% olive oil suspension in 1% tween 80, and 2%
rhodamine B. One colony with the lipolytic potency both isolated and identified using Gram’s
staining technique. Lipase produced from the bacteria and partially purified by ammonium
sulphate fraction at three levels (0-40%, 40-60%, 60-80%), the best fractions were then
characterized based on parameters of pH, temperature, and stability in organic solvents. Gram’s
staining results showed the cocci bacteria include in gram-negative group. The best results of
lipase purification obtained on ammonium sulfate fraction of 40-60% with a specific activity of
1.05 units/mg and a yield of 35.98%. Lipase obtained belonged to alkaline lipase, showed good
catalytic activity in the alkaline pH range (8 to 10.5) with optimum activity at pH 9.5. Lipase
works well in the temperature range of 10-60 °C with an optimum activity at 50 °C of 1.06
units/mg. In addition, lipase obtained showed excellent stability in ethanol and n-propanol.
Lipase were found to be developed in the detergent industry as well as a biocatalyst in biodiesel
production.

Keywords : alkaline lipase, alcohol-stable, bacteria, oil-contaminated soil, Pasar Anyar


Singaraja

1. Pendahuluan farmasi, kosmetika, pengolahan limbah dan


Lipase adalahsalah satu enzim yang air, tekstil (Eltaweel dkk., 2005). Lipase
banyak digunakan dalam berbagai industri mengkatalisis hidrolisis lipid (triasilgliserol)
seperti industri kimia, makanan, detergen, menjadi gliserol dan asam lemak bebas.

900
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Pada kondisi tertentu lipase juga mampu autoclave(Hirayama HVE-50), oven


mengkatalisis reaksi kebalikannya, yaitu (Carbolite R38), water bath(Memmert), pH
sintesis ester dari asam lemak bebas dan Meter (Thermo Orion model 710 A+),
gliserol atau substrat lainnya (Peradkk., mikroskop (Olympus CX21),
2006). Spektrofotometer (Genesys 20), Inkubator
Dewasa ini lipase banyak dimanfaatkan bergoyang (New Brunswick Scientific Edison
sebagai biokatalis untukreaksi-reaksi organik C25KC), alat sentrifugasi (Thermo scientific
seperti transformasi kemo-, regio-, dan SL 16R, dan Beckman J2-HS centrifuge),
stereoselektif, sintesis ester, dan neraca analitik (Mettler Toledo AG 204,
transesterifikasi. Salah satu yang menarik USA).
saat ini adalah pemanfaatan lipase untuk Bahan-bahan yang digunakan dalam
produksi biodiesel dari minyak nabati melalui penelitian ini meliputi: ekstrak ragi, pepton,
reaksi transesterifikasi (Sharma dkk., 2001). NaCl, CaCl2, bacto agar,minyak zaitun,
Reaksi transesterifikasi dalam produksi tween 80, rhodamine B,buffer fosfat (pH 6,0–
biodiesel terjadi dalam lingkungan organik 8,0), buffer glisin-NaOH (pH 8,5-10,5),
karena menggunakan sejumlah besar metanol, etanol, n-propanol, n-butanol,
alkohol (metanol atau etanol) sebagai isoamil alkohol, kloroform, p-nitrofenil
pendonor gugus alkil. Untuk itu, lipase yang palmitat, p-nitrofenol, reagen Bradford, bovin
digunakan harus memiliki stabilitas yang baik serum albumin (BSA). Semua bahan yang
dalam pelarut organik. digunakan kecuali minyak zaitun dan glisin
Saat ini, isolasi lipase yang memiliki sifat memiliki spesifikasi pro analisis (p.a).
unik dan toleransi tinggi terhadap lingkungan
ekstrim khususnya lingkungan organik 2.2 Isolasi dan Uji MorfologiBakteri dari
menjadi fokus para peneliti. Lipase yang Koloni dengan Potensi Lipolitik
stabil terhadap lingkungan ekstrim umumnya Pada penelitian sebelumnya telah
diisolasi dari berbagai mikroorganisme yang diperoleh beberapa koloni bakteri yang
hidup di lingkungan ekstrim (ekstrimofilik). menunjukkan aktivitas lipase yang baik
Tanah yang terkontaminasi oleh minyak (Parwata dan Sukarta, 2013). Koloni-koloni
menjadi salah satu habitat bagi tersebut ditumbuhkan dari sampel tanah
mikroorganisme ekstrimofilik. Dalam tanah ini terkontaminasi minyak di Pasar Anyar
dapat ditemukan mikroba-mikroba yang Singaraja, Bali menggunakan media produksi
mampu menghasilkan enzim-enzim yang lipase dengan komposisi: pepton (0,5%),
stabil terhadap lingkungan ekstrim. Sebagai ekstrak ragi (0,5%), CaCl 2 (0,05%), NaCl
contoh, lipase hasil kloning dari bakteri (0,5%), bacto agar (2%) yang mengandung
Staphylococcus epidermis yang diisolasi dari suspensi substrat (2,5% minyak zaitun dan
tanah terkontaminasi minyak di bengkel 1% tween 80) dan 2,0% indikator warna
mobil menunjukkan ketahanan terhadap rodamin B.
berbagai pelarut organik seperti toluena, Bakteri dari koloni yang menunjukkan
oktanol, p-xylena, dan n-hexana (Abdul potensi lipolitik kemudian diisolasi mengikuti
Rahman dkk., 2010). Sementara itu, Parwata teknik yang dikemukakan oleh Prescott
dan Sukarta (2013) melaporkan lipase yang (2002). Koloni diisolasi menggunakan teknik
diisolasi dari tanah terkontaminasi minyak di gores (streak) menggunakan media produksi
Pasar Anyar Singaraja, Bali menunjukkan lipase. Teknik ini diulangi beberapa kali
stabilitas yang baik dalam pelarut organik hingga diperoleh koloni yang seragam (isolat
polar (metanol dan etanol) maupun pelarut tunggal).Isolat tunggal yang diperoleh
non polar (n-heksana). diidentifikasi untuk mengetahui morfologi dan
Pada penelitian ini lipase diisolasi dari jenis gram bakteri melalui uji pewarnaan
koloni potensial lainnya yang diperoleh dari Gram.
tanah terkontaminasi minyak di Pasar Anyar
Singaraja, Bali (Parwata dan Sukarta, 2013). 2.3 Produksi Lipase dari Isolat Tunggal
Lipase yang diperoleh memiliki sifat yang Bakteri Potensial
berbeda dan unik dari sebelumnya dalam hal Lipase diproduksi dari isolat tunggal
stabilitasnya dalam pelarut organik dan pH mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh
optimumnya. Kumar dkk.(2005). Satu ose kultur isolat
tunggal ditumbuhkan dalam 10 mL media
2. Metode produksi lipase dengan komposisi pepton
2.1 Alat dan Bahan Penelitian 0,5%, ekstrak ragi 0,5%, CaCl 2 0,05%, NaCl
Alat-alat yang digunakan dalam 0,1%, diinkubasi dalam inkubator kocok pada
o
penelitian ini meliputi:cawan petri, suhu 37 C dengan kecepatan 150 rpm
Erlenmeyer, shaker (IKA KS 260), selama 12 jam. Sebanyak 0,1% inokulum

901
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

kemudian dipindahkan secara aseptik ke dalam pelarut organik. Karakterisasi pH


dalam 500 mL media produksi lipase dengan dilakukan dengan mengukur aktivitas lipase
komposisi yang sama, diinkubasi dalam pada 40oC menggunakan 50 mM buffer
inkubator kocok dengan kecepatan 150 rpm dengan rentang pH 6,0-10,5. Karakterisasi
pada suhu 37 oC selama 20 jam.Sel temperatur ditentukan dengan mengukur
dipisahkan dari ekstrak kasar enzim melalui aktivitas enzim pada berbagai temperatur
sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 x g dalam rentang 10–80 oC.
pada suhu 4 oC selama 15 menit. Stabilitas lipase terhadap pelarut
organik ditentukan dengan mengukur
2.4 Fraksinasi Ekstrak Kasar Lipase aktivitas sisa enzim setelah diinkubasi dalam
Fraksinasi lipase dilakukan pelarut organik dengan perbandingan 1:1
menggunakan ammonium sulfat mengikuti pada suhu 40 oC selama 30 menit (Abdul
prosedur yang dikemukakan oleh Scopes Rahman dkk., 2010). Pelarut organik yang
(1994). Fraksinasi dilakukan pada tiga digunakan meliputi: metanol, etanol, n-
tingkat, yaitu fraksi 0-40%, 40-60%, dan 60- propanol, n-butanol, isoamil alkohol, dan
80%. Di dalam ruang dingin (4oC),amonium kloroform.
sulfat yang telah dihaluskan ditambahkan
secara perlahan ke dalam ekstrak kasar 3. Hasil dan Pembahasan
enzim sambil diaduk. Setelah didiamkan 3.1Hasil Isolasi dan Pewarnaan Gram
selama 30-60 menit, selanjutnya Bakteri Dari Koloni Potensial
disentrifugasi dengan kecepatan 10000 x g Hasil penumbuhan dan penapisan
selama 20 menit pada temperatur 4 oC. bakteri dari sampel tanah terkontaminasi
Supernatan dipisahkan dari endapan yang minyak yang diambil di Pasar Anyar
terbentuk dan ditampung untuk fraksinasi Singaraja, Bali (Parwata dan Sukarta, 2013)
pada tingkat berikutnya. Endapan protein menghasilkan beberapa koloni yang
pada masing-masing fraksi kemudian menunjukkan potensi menghasilkan lipase,
dilarutkan dalam 50 mM buffer fosfat pH 8,0 dilihat dari perpendaran berwarna merah
untuk selanjutnya didialisis menggunakan 20 kekuningan di sekitar koloni (Gambar 1).
mM buffer yang sama. Masing-masing fraksi Satu koloni (tanda panah putus-putus pada
enzim yang diperoleh kemudian diuji aktivitas Gambar 1) telah diisolasi dan dikarakterisasi
lipase dan kadar proteinnya. sifat lipase yang dihasilkannya, menunjukkan
Aktivitas lipase diuji menggunakan stabilitas yang baik dalam pelarut organik
teknik spektrofotometri (Lee dkk., 1999). metanol dan etanol (Parwata dan Sukarta,
Emulsi substrat dibuat dengan 2013).
mencampurkan larutan p-nitrofenil palmitat Pada penelitian ini, satu koloni lain
(pNPP) 10 mM dengan buffer dan etanol (ditunjukkan oleh tanda panah penuh pada
dengan perbandingan 1:95:4 (v/v/v). Reaksi Gambar 1) diisolasi dan dikarakterisasi lipase
dimulai dengan menambahkan4 µL lipase ke yang dihasilkannya. Koloni yang dipilih
dalam 450 µL emulsi substrat, kemudian menunjukkan morfologi yang berbeda
diinkubasi pada temperatur tertentu selama dengan yang telah dikerjakan sebelumnya
15 menit. Absorbansi produk katalisis diukur dan menghasilkan lipase dengan sifat yang
pada panjang gelombang 405 nm. Sebagai unik dan berbeda.
standar, digunakan senyawa p-nitrofenol.
Aktivitas lipase dinyatakan dalam satuan
unit/mg yang didefinisikan sebagai µmol
produk (p-nitrofenol) yang dihasilkan oleh
lipase per menit per mg enzim.
Kadar protein diukur menggunakan
metode Bradford. Larutan enzim direaksikan
dengan reagen Bradford dengan
perbandingan 1:1 (v/v). Campuran diinkubasi
selama lima menit pada suhu ruang, dan
absorbansi larutan diukur pada
panjanggelombang 595 nm menggunakan
spektrofotometer. Hasilnya dibandingkan
dengan standar bovin serum albumin (BSA). Gambar 1. Koloni-koloni Penghasil Lipase dari Tanah
Terkontaminasi Minyak di Pasar Anyar
Singaraja. adalah koloni yang dipilih
2.5 Karakterisasi Lipase dalam penelitian ini, sedangkan
Lipase dikarakterisasi berdasarkan adalah koloni yang diisolasi sebelumnya
parameter pH, temperatur, dan stabilitas

902
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Hasil pewarnaan Gram isolat tunggal terorientasi dengan daerah hidrofobik


dari koloni yang dipilih ditunjukkan pada molekul protein, menyebabkan protein
Gambar 2. Berdasarkan hasil pengamatan berinteraksi satu sama lain melalui interaksi
menunjukkan bakteri tersebut termasuk hidrofobik (Scopes, 1994).
dalam kelompok bakteri gram negatif, Protein yang memiliki lebih banyak
ditunjukkan oleh warna pink dengan bentuk residu-residu non polar (hidrofobik) pada
morfologi kokus. permukaannya akan mengendap pada
konsentrasi ammonium sulfat rendah,
sedangkan protein dengan jumlah residu
hidrofobik yang sedikit (lebih banyak residu
hidrofilik) akan memerlukan konsentrasi
ammonium sulfat yang lebih banyak untuk
mengendapkannya (Scopes, 1994). Bila
dilihat dari hasil fraksinasi (Tabel 1), lipase
yang diperoleh dalam penelitian ini lebih
banyak mengendap pada penambahan
ammonium sulfat dari 40% sampai 60%. Hal
ini menunjukkan jumlah residu-residu
hidrofobik pada permukaan lipase tersebut
Gambar 2. Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Isolat Koloni hampir setara dengan jumlah residu
Dengan Potensi Lipolitik hidrofiliknya. Diperlukan cukup banyak
ammonium sulfat (hingga 60%) untuk
3.2 Hasil Fraksinasi Lipase Dari Bakteri menarik molekul-molekul air yang
Lipase yang diproduksi dari bakteri isolat
mensolvasi molekul lipase tersebut agar
tanah terkontaminasi minyak di Pasar Anyar berinteraksi satu sama lain membentuk
Singaraja Bali tersebut dimurnikan secara agregat (mengendap).
parsial menggunakan ammonium sulfat. Hasil
fraksinasi lipase ditunjukkan pada Tabel 1. 3.3 Karakter Lipase yang Dihasilkan Oleh
Bakteri Potensial
Berdasarkan data tersebut, hasil fraksinasi
terbaik diperoleh pada fraksi ammonium 3.3.1 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas
Lipase
sulfat 40-60% dengan aktivitas spesifik lipase
sebesar 1,05 unit/mg dan tingkat perolehan Aktivitas spesifik lipase pada berbagai
sebesar 35,98%. Sementara fraksi pH ditunjukkan pada Gambar 3. Berdasarkan
ammonium sulfat lainnya memberikan data tersebut, lipase yang diperoleh
aktivitas spesifik lipase dan tingkat perolehan menunjukkan aktivitas yang baik pada
yang jauh lebih rendah. Untuk itu, fraksi 40- rentang pH tinggi (8-10,5). Aktivitas optimal
60% ini digunakan untuk tahap karakterisasi lipase tercapai pada pH 9,5 dengan nilai
lipase. aktivitas spesifik sebesar 0,94 Unit/mg.
Berdasarkan rentang pH tersebut, lipase
Tabel 1. Hasil Fraksinasi Lipase yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk
Protei Aktivita Aktivita Peroleha lipase alkali (bekerja optimal pada suasana
Tahap n s s n
Pemurnian Total Total Spesifik
basa). Aktivitas lipase langsung turun secara
(Unit/mg drastis pada pH 7,5 ke bawah, dan menjadi
(mg) (Unit) ) (%) tidak aktif pada pH 6,5 dan 6.
Ekstrak
44,38 8,20 0,18
Kasar 01
Aktivitas spesifik (Unit/mg)

Amonium sulfat 01
01
Fraksi 0-40% 2,84 0,35 0,12 4,32 01
Fraksi 40- 01
2,81 2,95 1,05 35,98
60% 01
Fraksi 60- 00
2,98 0,30 0,10 3,61
80% 00
00
Pengendapan protein oleh ammonium 00
00
sulfat terjadi akibat interaksi antara residu- 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10 10,5
residu hidrofobik pada permukaan protein. pH
Sebelum penambahan ammonium sulfat,
molekul protein dikelilingi oleh molekul-
Gambar 3. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Lipase
molekul air yang membuat protein tersebut
dalam keadaan larut. Penambahan Lipase yang diperoleh menunjukkan
ammonium sulfat dapat menarik molekul- karakter yang berbeda dengan lipase yang
molekul air yang membentuk struktur

903
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

diperoleh sebelumnya (Parwata dan Sukarta, lipase masih mampu menunjukkan aktivitas
2013) yang menunjukkan rentang pH dari 5- katalitiknya hingga 55,9% dari aktivitas
10 dengan aktivitas optimal pada pH 8. optimum. Setelah 60 oC, aktivitas lipase turun
Lipase yang diperoleh pada penelitian ini secara signifikan.
lebih stabil dalam suasana basa
dibandingkan lipase yang diperoleh 1,2

Aktivitas spesifik (Unit/mg)


sebelumnya. Pada pH netral dan asam,
1
aktivitasnya langsung turun secara signifikan.
Lipase yang memiliki toleransi yang baik 0,8
terhadap suasana basa sangat baik 0,6
dikembangkan untuk industri detergent.
Sebagai bahan campuran dalam detergent 0,4

diperlukan lipase yang memiliki stabilitas 0,2


yang baik dalam kondisi pencucian yang
0
ekstrim seperti pH 8-11, dan suhu 20-50 oC 10 20 30 40 50 60 70 80
(Kasana, dkk., 2008). Temperatur (oC)
Hasil penelitian Wang, dkk. (2011)
memperoleh lipase yang memiliki karakter Gambar 4. Pengaruh Temperatur Terhadap Aktiivitas
mirip dengan lipase hasil penelitian ini bila Lipase
dilihat dari rentang pH aktivitasnya. Lipase
tersebut diisolasi dari Acenitobacter johnsonii Bila dibandingkan dengan lipase hasil
strain LP28 menunjukkan aktivitas baik pada penelitian sebelumnya (Parwata dan
rentang pH 8-11 dengan nilai optimum pada Sukarta, 2013), lipase yang diperoleh
pH 9. Lipase tersebut menunjukkan potensi memiliki karakter temperatur kerja yang
yang baik sebagai bahan aditif untuk berbeda. Lipase yang diperoleh sebelumnya
detergent. Lipase yang diperoleh dalam juga menunjukkan aktivitas optimum pada
penelitian ini bahkan memiliki pH optimum temperatur 50 oC, namun pada temperatur di
sedikit lebih tinggi (9,5) dibandingkan lipase bawah ataupun di atasnya aktivitas lipase
yang dihasilkan dari A. johnsonii tersebut, langsung turun secara signifikan. Hal ini
jadi sangat baik bila digunakan untuk menunjukkan lipase tersebut kurang tolerant
campuran detergent. terhadap perubahan temperatur. Sementara
Lipase alkali lainnya yang diisolasi dari lipase yang diperoleh dalam penelitian ini
berbagai sumber rata-rata memiliki pH memiliki toleransi yang sangat baik pada
optimum 9 ke bawah, namun memiliki rentang temperatur dari 20 oC hingga 50 oC.
toleransi yang cukup lebar hingga ke daerah Lipase dengan toleransi terhadap temperatur
pH rendah (Limpon dan Minakshi, 2012; 20-50 oC ini sangat mendukung untuk
Wang, dkk., 2012; Bisht, dkk., 2013; Bouaziz, aplikasinya dalam industri detergen (Kasana,
dkk., 2011). Jadi lipase yang diperoleh dalam dkk., 2008), juga untuk aplikasi-aplikasi
penelitian ini memiliki sifat unik karena lainnya yang memerlukan temperatur kerja
rentang pH aktivitasnya berada pada daerah tidak terlalu panas.
basa (8-10,5) dengan aktivitas optimum pada Temperatur optimal lipase alkali lainnya
pH tinggi (9,5). Lipase dengan sifat lebih dari beberapa sumber berada pada kisaran
ekstrim telah ditemukan oleh Cherif, dkk. 30-60 oC (Cherif, dkk., 2011; Wang, dkk.,
(2011) dari Staphylococcus sp. strain ESW, 2012; Limpon dan Minakshi, 2012; Wang,
menunjukkan range aktivitas pada pH 9-13 dkk., 2011; Bisht, dkk., 2013; Bouaziz, dkk.,
dengan aktivitas optimal pada pH 12. 2011). Karakter lipase yang diperoleh dalam
penelitian ini cukup unik. Stabilitas aktivitas
3.3.2 Pengaruh Temperatur Terhadap katalitiknya sangat baik dalam rentang
Aktivitas Lipase temperatur yang cukup lebar (20-50 oC).
Gambar 4 menunjukkan aktivitas Pada temperatur 30, 40, dan 50 oC
spesifik lipase pada berbagai temperatur. aktivitasnya hampir mirip, sedangkan pada
Dari gambar tersebut, lipase yang diperoleh pada temperatur 20 oC aktivitasnya hanya
bekerja baik dan stabil pada rentang turun sebesar 15,2% dari aktivitas
temperatur 20-50 oC dengan aktivitas optimumnya pada temperatur 50 oC.
optimum tercapai pada temperatur 50 oC
sebesar 1,06 Unit/mg. Pada temperatur yang 3.3.3 Stabilitas Lipase Terhadap Pelarut
lebih dingin (10 oC), lipase masih mampu Organik
mempertahankan aktivitas katalitiknya Aktivitas lipase diuji setelah enzim
hingga 45,7% dari nilai optimum (50 oC). tersebut diinkubasi selama 30 menit pada
Pada temperatur yang lebih panas (60 oC), temperature 40 oC dalam beberapa pelarut
organik dengan perbandingan 1:1 (Tabel 2).

904
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Berdasarkan table tersebut, lipase yang ini juga terjadi pada lipase dari
diperoleh memiliki stabilitas yang sangat baik Pseudomonas stutzeri yang diisolasi dari
dalam pelarut polar etanol dan n-propanol. Kawah Lumpur “Bledug Kuwu” di Jawa
Namun pada pelarut organik lainnya Tengah (Parwata, dkk., 2014). Hal ini dapat
(butanol, isoamil alkohol, kloroform), disebabkan oleh masuknya pelarut organik
aktivitas lipase turun secara signifikan. tersebut berkompetisi dengan substrat ke sisi
Lipase menjadi hampir tidak aktif setelah aktif enzim, merubah konformasi aktif enzim,
diinkubasi pada pelarut polar metanol, merubah struktur sekunder enzim (alpha-
dimana aktivitasnya hanya tinggal 0,1% dari heliks), dan bereaksi dengan enzim (Butler,
kontrol. 1997).
Dalam pelarut kurang polar kloroform,
Tabel 2. Stabilitas Lipase Dalam Pelarut Organik lipase mampu mempertahankan aktivitas
Pelarut Organik Log Po/w Aktivitas Relatif katalitiknya hingga 55,1% dibandingkan
(1 : 1) (%) kontrol (Tabel 2). Pelarut organik non polar
Kontrol 100 umumnya tidak mampu menarik molekul air
Metanol -0.76 0.1 dari permukaan enzim, sehingga tidak
mempengaruhi aktivitasnya (Eltawell dkk.,
Etanol -0.24 94.9
2005). Namun, dari hasil yang diperoleh
Propanol 0.29 98.8 aktivitas lipase turun hingga sekitar 45%
Butanol 0.8 5.1 setelah diinkubasi dalam pelarut kloroform.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
Isoamil alkohol 1.3 33.9
struktur kloroform yang relatif kecil dengan
Kloroform 2 55.1 sifat yang kurang polar menyebabkan
Log Po/w menunjukkan derajat polaritas pelarut, molekul ini mampu masuk ke sisi aktif enzim
yang bersifat non polar dan menghalangi
Lipase yang diperoleh sebelumnya masuknya substrat.
(Parwata dan Sukarta, 2013) menunjukkan
karakter yang berbeda dalam hal
stabilitasnya dalam alkohol. Lipase tersebut
4. Simpulan
Bakteri yang diisolasi dari tanah
sangat stabil dalam dua jenis alkohol
terkontaminasi minyak di Pasar Anyar
(metanol dan etanol). Sementara lipase yang
Singaraja, Bali menghasilkan lipase alkali
diperoleh dalam penelitian ini stabil dalam
yang stabil dalam etanol dan n-propanol.
etanol (alkohol dengan dua atom karbon),
Lipase menunjukkan aktivitas optimum pada
namun menjadi hampir tidak aktif dalam
pH basa (9,5) dan temperatur optimum 50
metanol (alkohol dengan satu atom karbon). o
C. Berdasarkan karakter yang dimiliki, lipase
Lipase yang diperoleh juga menunjukkan
tersebut potensial dikembangkan dalam
stabilitas yang baik dalam alkohol dengan
industri detergent maupun sebagai biokatalis
tiga atom karbon (n-propanol).
dalam produksi biodiesel.
Pelarut organik polarsecara umum
memberikan efek negatif terhadap enzim
karena dapat menarik lapisan molekul air 5. Ucapan Terima Kasih
yang menyelubungi permukaan enzim yang Ucapan terima kasih disampaikan
diperlukan untuk fungsi katalitiknya(Wehtje kepada Universitas Pendidikan Ganesha
dan Adlercreitz,1997). Semakin polar pelarut yang telah memberikan bantuan dana untuk
tersebut, maka semakin kuat tarikannya penyelesaian penelitian ini.
terhadap lapisan molekul air di permukaan
enzim tersebut. Berdasarkan kajian tersebut, 6. Daftar Pustaka
residu-residu yang membentuk struktur
permukaan lipase dalam penelitian ini tidak Abdul Rahman, R. N. Z. R., Kamarudin, N. H. A.,
dapat mempertahankan lapisan molekul air Yunus, J., Salleh, A. B., Basri, M. (2010).
di permukaannya ketika berada dalam Expression of an Organic Solvent Stable
pelarut polar metanol. Namun, pelarut yang Lipase From Staphylococcus epidermidis
AT2. International Journal of Molecular
kurang polar dari metanol, yaitu etanol dan n- Science, 11: 3195-3208
propanol kurang kuat menarik lapisan
molekul air tersebut, sehingga aktivitas lipase Bisht, D., Yadav, S.K., Darmwal, N.S. (2013). An
pada kedua alkohol ini masih tinggi. oxidant and organic solvent tolerant alkaline
Alkohol dengan polaritas lebih rendah lipase by P. aeruginosa mutant: Downstream
dari n-propanol, yaitu n-butanol dan isoamil processing and biochemical characterization.
alkohol menurunkan aktivitas lipase hingga Brazilian Journal of Microbiology, 44(4):
tersisa 5,1% dan 33,9% dari kontrol (Tabel 1305-1314
2). Efek yang sama dari kedua jenis pelarut

905
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Bouaziz, A., Horchani, H., Salem, N.B., Gargouri, coagulan BTS-3, Protein Expression and
Y., Sayari, A. (2011). Expression, purification Purification, 41: 38-44
of a novel alkaline Staphylococcus xylosus
lipase acting at high temperature. Lee, D., Koh, Y., Kim, K., Kim, B., Choi, H., Kim,
Biochemical Engineering Journal, 54: 93– D., Suhartono, M. T. dan Pyun, Y. (1999).
102 Isolation and Characterization of
Thermophilic Lipase from Bacillus
Bradford, M. M. (1976). A Rapid and Sensitif thermoleovorans ID-1, FEMS Microbiology
Method for The Quantitation of Microgram Letters, 179: 393-400
Quantities of Protein Utilizing The Principle
of Protein-Dye Binding, Analytical Limpon, B., Minakshi, B. (2012). Optimization Of
Biochemistry, 72: 248-254 Extracellular Thermophilic Highly Alkaline
Lipase From Thermophilic Bacillus Sp
Butler, L.G. (1997). Enzymes in Non-aqueous Isolated From Hotspring Of Arunachal
Solvents. Enzyme and Microbial Technology, Pradesh, India. Brazilian Journal of
1(4):253–259 Microbiology, 43(1): 30-42

Cherif, S., Sami Mnif, Hadrich, F., Abdelkafi, S., Pera, L. M., Romero, C. M., Baigori, M. D., Castro,
dan Sayadi, S. (2011). A newly high alkaline G. R. (2006). Catalytic Properties of Lipase
lipase: an ideal choice for application in Extracts From Aspergillus niger. Food
detergent formulations. Lipids in Health and Technol. Biotechnol, 44(2): 247-252
Disease, 10:221
Prescott, H. (2002). Laboratory Exercises in
Eltaweel, M. A., Rahman, R. N. Z. R. A., Salleh, A. Microbiology (Fifth Edition). The McGraw-Hill
B., Basri, M. (2005). An Organic Solvent- Companies
Stable Lipase From Bacillus sp. Strain 42.
Annals of Microbiology, 55(3): 187-192 Scopes, R. K. (1994). Protein Purification:
Principles and Practice (Third Edition),
Parwata, I P. dan Sukarta, I N. (2013). Lipase Springer Publisher, New York
Stabil Pelarut Organik dari Bakteri Isolat
Tanah Terkontaminasi Minyak di Pasar Sharma, R., Chisti, Y., dan Banerjee, U. C. (2001).
Anyar Singaraja, Bali. Prosiding Seminar Production, Purification, Characterization,
Nasional Riset Inovatif I, hal. 573-579, and Application of Lipases, Biotechnology
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Advances, 19: 627-662
21-22 Nopember 2013
Wang, H.K., Shao, J., Wei, Y.J., Zhang, J., dan Qi,
Parwata, I P., Asyari, M., dan Hertadi, R. (2014). W. (2011). A Novel Low-Temperature
Organic Solvent-Stable Lipase from Alkaline Lipase from Acinetobacter johnsonii
Moderate Halophilic Bacteria Pseudomonas LP28 Suitable for Detergent Formulation.
stutzeri Isolated from the Mud Crater of Food Technology Biotechnology, 49(1): 96–
Bleduk Kuwu, Central Java, Indonesia. 102
Journal Of Pure and Applied Microbiology,
8(1): 31-40 Wang, H., Zhong, S., Ma, H., Zhang, J., Qi, W.
(2012). Screening And Characterization Of A
Kasana, R.C., Kaur, B., Yadav, S.K. (2008). Novel Alkaline Lipase From Acinetobacter
Isolation and identification of a Calcoaceticus 1-7 Isolated From Bohai Bay
psychrotrophic Acinetobacter sp. CR9 and In China For Detergent Formulation.
characterization of its alkaline lipase, Journal Brazilian Journal of Microbiology, 148-156
ofBasic Microbiology,48: 207–212
Wehtje, E. dan Adlercreitz, P. (1997). Water
Kumar, S., Kokon, K., Upadhyang, A., Kanwar, Activity and Substrat Concentration Effect on
S.S., dan Gupta, R. (2005). Production, Lipase Activity, Biotechnology
Purification and Characterization of Lipase Bioengineering, 55: 798-806
from Thermophilic and Alkaliphilic Bacillus

906

Anda mungkin juga menyukai