Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf manusia adalah saraf yang kompleks, sangat khusus dan

saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengoordinasi,

menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan

sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas

sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin

komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi

sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala fenomena

kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk

dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan

merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk

kepribadian dan tingkah laku individu

Nervus kranialis adalah saraf perifer yang berpangkal pada batang otak

dan otak. Fungsinya sebagai sensorik, motorik dan khusus. Fungsi khusus adalah

fungsi yang bersifat panca indera, seperti penghidu, penglihatan, pengecapan,

pendengaran dan keseimbangan.

Nervus kranialis terdiri atas 12 pasang, saraf otak pertama langsung

berhubungan dengan otak tanpa melalui batang otak, saraf otak kedua sampai

kedua belas semuanya berasal dari batang otak. Saraf otak kedua dan ketiga

berpangkal di mesensefalon, saraf otak keempat, lima, enam dan tujuh berinduk di

pons, dan saraf otak kedelapan sampai ke dua belas berasaldari medulla oblongata

1
Nervus kranialis mempunyai peranan penting bagi manusia, dan sangat penting

bagi mahasiswa kedokteran memahaminya. Oleh sebab itu maka disusunlah

referat tentang nervus kranialis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Perjalanan Nervus Fasialis (N VII)

2.1.1 Anatomi Nervus Fasialis (N VII)

Nervus fasialis merupakan saraf kranial yang mempunyai serabut-serabut

sensorik berupa somatosensorik dan viserosensorik dan motorik berupa

somatomotorik dan viseromotorik.

Gambar 2.1. Serabut nervus fasialis


Sumber: Baehr, 2005.

Saraf fasialis mempunyai dua subdivisi, yaitu nukleus motorik yang

mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, sedangkan subdivisi yang lebih kecil yaitu

nervus intermedius yang membawa aferen somatik dan aferen otonom, serta

eferen otonom. Nervus fasialis akan berjalan dengan nervus vestibulocochlearis

(N VIII) melalui meatus akustikus internus. Selanjutnya nervus fasialis akan

berjalan dalam kanalis fasialis. Dalam kanalis fasialis, nervus fasialis membentuk

3
ganglion genikulatum dan khorda timpani kemudian keluar melalui foramen

stylomastoideus yang selanjutnya mempersarafi otot-otot wajah.

1. Nukleus fasialis

Merupakan nukleus somatomotorik khusus (branchiomotorik) yang terletak

dilateral tegmentum pontis kemudian berjalan mengelilingi bagian kranial

nukleus abdusens yang dikenal sebagai genu nervi fasialis. Dari genu tersebut

berjalan ke arah ventrolateral untuk keluar pada permukaan batang otak pada tepi

kaudal pons. Serat-serat branchiomotorik ini melayani otot-otot muka (mm

faciales ), Platysma myoides, m stylohyoideus dan venter posterior m digastricus

dan secara khusus mengurus m. stapedius.

Dari gyrus precentralis lobus frontalis cortex cerebri berjalan tractus

corticonuclearis menuju nukleus fasialis. Bagian nukleus fasialis yang melayani

otot-otot muka bagian atas menerima fibrae corticonuclearis dari kedua belah

hemisfer cerebri. Sedangkan bagian nukleus fasialis yang melayani otot-otot

muka bagian bawah menerima fibrae corticonuclearis dari hemisfer cerebri sisi

kontralateral.

2. Nervus intermedius, mengandung nukleus-nukleus sebagai berikut :

a. Nukleus Salivatorius Cranialis

Merupakan sekelompok nukleus viseromotorik (sekretomotorik). Berasal

dari bagian dorsolateral formatio retikularis berjalan menuju foramen lacerum

dan bergabung dengan N petrosus profundus yang berasal dari plexus

sympaticus carotis interna untuk membentuk N Canalis pterygoideus

Vidianus. Saraf ini akan berjalan didalam Canalis Pterygoideus Vidii dan

mencapai ganglion pterygopalatinus, selanjutnya akan mengurus glandula

4
lacrimalis, glandula nasalis dan glandula palatina. Nukleus salivatorius

cranialis juga mempercabangkan serat sekretomotorik yang berjalan dalam

chorda tympani menuju ganglion submandibulare. Selanjutnya akan mengurus

glandula submandibulare dan glandula sublingualis.

b. Nukleus Solitarius

Merupakan nukleus viserosensorik yang berjalan dalam chorda tympani,

yang mengandung serat-serat gustatorik yang membawa impuls-impuls rasa

pengecap dari daerah dua per tiga anterior dorsum linguae. Selanjutnya dari

Nukleus solitarius impuls diteruskan menuju Nukleus thalamus, kemudian

dari Nukleus thalamus diteruskan menuju daerah gustatorik ( brodman 4 3 ).

c. Nukleus Spinalis Nervi Trigemini

Merupakan nukleus somatosensorik. Serat-serat ini disebarkan kedaerah

kulit sekitar meatus acusticus eksternus. Serabut-serabut sensorik timbul dari

sel-sel unipolar di dalam ganglion genikulatum. Cabang-cabang perifer

membawa sensasi pengecap dari duapertiga anterior lidah melalui saraf-saraf

lingualis dan chorda tympani, serta mengangkut sensasi dari kelenjar parotis

melalui ganglion oticum dan nervus geniculotympanicus. Cabang-cabang

central berjalan melalui nervus intermedius ke nukleus traktus solitarius.

5
Gambar 2.2. Letak nukleus nervus fasialis di batang otak dilihat dari dorsal
Sumber: Baehr, 2005

Gambar 2.3. Nukleus nervus fasialis dari samping


Sumber: Baehr, 2005

6
2.1.2 Perjalanan Nervus Fasialis (N VII)

Perjalanan nervus fasialis terbagi atas bagian intrakranial dan ekstrakranial.

Bagian intrakranial berawal dari area motorik kortek serebri yang terletak di girus

presentralis dan post sentralis, yang berfungsi sesuai dengan homonkulusnya

sampai keluar dari foramen stilomastoid di tulang temporal.

Sinyal dari korteks dihantarkan melalui fasikulus jaras kortikobulbar menuju

kapsula interna, lalu menuju bagian atas midbrain sampai ke batang otak bagian

bawah untuk bersinaps pada nukleus N VII di pons. N VII mempunyai 2 nukleus

yaitu nukleus superior dan inferior. Serabut dari kedua inti meninggalkan batang

otak bersama-sama saraf intermedius dan saraf vestibulokokhlearis (N VIII)

melewati sudut cerebelopontin menuju tulang temporal melalui porus akustikus

internus.

Di dalam kanalis akustikus internus, saraf fasialis dan saraf intermedius

berjalan superior dari N VIII sepanjang 8-10 mm sampai dengan fundus kanalis

akustikus internus. Selanjutnya di dalam tulang temporal, saraf fasialis berjalan

dalam saluran tulang yang disebut kanal Fallopi. Intratemporal, saraf fasialis

berjalan membentuk huruf Z sepanjang 28-30 mm, yang terbagi atas segmen

labirin, timpani dan mastoid.

Segmen labirin berawal dari fundus kanalis akustikus internus sampai

ganglion genikulatum, sepanjang 3-5 mm. Terletak di bawah fossa media, dengan

koklea terletak di anterior, ampula kanalis semisirkularis lateral dan posterior

terletak di posterior dan lateralnya. Segmen ini merupakan segmen terpendek dan

tertipis. Bagian tersempit dari kanal Fallopi adalah bagian pintu masuknya,

dengan diameter 0,68 mm. Di segmen ini, saraf fasialis mengisi 83% kanal.

7
Serabut saraf tersusun jarang dan tidak dibungkus epineurium, dengan pendarahan

yang tanpa anastomosis. Dari ganglion genikulatum, keluar cabang pertama saraf

fasialis, yaitu N. Petrosus mayor. Saraf ini membawa serabut motorik sekretorik

ke kelenjar lakrimal. Cabang kedua adalah N. Petrosus eksternal, membawa

serabut simpatis ke arteri meningen media. Cabang ketiga adalah N. Petrosus

minor, yang akan bergabung dengan serabut pleksus timpani yang dipersarafi oleh

N IX. Pada ganglion genikulatum bagian distal, saraf fasialis akan membelok ke

belakang secara tajam membentuk sudut (genu) dan mulai memasuki kanal

Fallopi segmen timpani atau horizontal sepanjang 8-11 mm dan saraf fasialis

mengisi 73% kanal.

Bagian akhir dari segmen timpani adalah genu eksterna, di sini saraf fasialis

membelok tajam ke arah bawah. Segmen mastoid berawal dari genu eksterna,

yang terletak posterolateral dari prosesus piramid. Saraf fasialis berjalan vertikal

ke bawah di dinding anterior prosesus mastoid. Segmen ini merupakan segmen

terpanjang saraf fasialis intratemporal yaitu sekitar 10-14 mm dengan saraf

fasialis mengisi 64% kanal Fallopi. Di segmen ini terdapat 3 cabang yaitu:

1). Saraf ke m. Stapedius

2). N. Korda timpani

3). Persarafan dari cabang aurikular nervus vagus yang membawa serabut nyeri

pada telinga posterior.

Saraf fasialis keluar dari kanal fallopi melalui foramen stilomastoid,

kemudian berjalan di anterior otot digastrikus posterior dan lateral dari prosesus

stiloid, arteri karotis eksterna dan vena fasialis posterior, kemudian memasuki

kelenjar parotis. Setelah percabangan utama tersebut, kemudian mengalami 5

8
percabangan, yaitu cabang temporal (frontal), zigomatikus, bukal, mandibula dan

servikal.

Gambar 2.4 Saraf fasialis dan percabangannya.


Sumber: Subota, 2013.

Area kortek motorik wajah divaskularisasi dari a. serebralis media. Di

pons, saraf fasialis mendapat suplai makanan dari a. Serebelaris Anterior

Inferior (Anterior Inferior Cerebelaris Artery / AICA). AICA merupakan

cabang dari a. Basilaris, memasuki kanalis akustikus internus bersama

dengan saraf fasialis. Saraf fasialis segmen intrapetrosal (ekstramedularis)

mendapat suplai darah dari cabang petrosal superfisialis dari a. meningeal

media. Sedangkan bagian distal sampai foramen stylomastoid mendapat

pendarahan dari a. Aurikularis posterior.

2.2 Anatomi Perjalanan N. Hypoglossus (N. XII)

N. Hypoglossus mempersarafi otot-otot yang berasal dari myotom occipital,

Misalnya otot-otot intrinsik dan extrinsik lidah kecuali m. palatoglossus.

9
Gambar 2.5 Nervus XII (dilihat dari kanan)
Sumber: Subota, 2013.

Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglossus yang terletak di dalam

bagian ventromedial substantia grisea medulla oblongata.

N. XII muncul dengan beberapa radiks dari sulkus anterolateralis yang

terdapat diantara pyramis dan oliva. Keluar dari cavum cranii lewat canalis

hypoglossi, di atas tepi lateral foramen magnum. Di basis cranii, lewat di dorsal

N.IX, N.X, dan N.XI. N. hypoglossus membentang turun ke caudal diantara V.

jugularis interna dan a. carotis interna, kemudian jalan diantara a. carotis externa

dan venter posterior mm. digastrici et m.stylohyoideus, lalu mengait pangkal a.

occipitalis, turun di caudal venter posterior mm. digastrici untuk kemudian

memasuki bagian cranial trigonum caroticum. Selanjutnya saraf ini melanjut ke

ventral diantara m. mylohyoideus dan m. hyoglossus. Di permukaan m.

hyoglossus, N. XII terletak di caudal n. lingualis dan ganglion submandibular.

10
2.3 Penyakit yang mengenai Nervus Kranialis

a. Nervus Olfaktorius (N I)

Ada beberapa jenis kelainan yang bisa timbul dalam proses pembauan

seperti hyposmia, cacosmia, parosmia,dan anosmia, atau karena tumor:

- Hyposmia adalah penurunan sebagian dari nilai rasa bau. Umunya tidak

disebabkan kelainan neurologis, tetapi berasal dari kelainan dalam

hidung itu sendiri.

- Parosmia adalah pengenalan yang salah dari bau

- Cacosmia persepsi yang abnormal dari bau yang tidak menyenangkan

(dengan atau tanpa substrat yang sebenarnya menjadi berbau).

- Anosmia, ketidak mampuan total dari indra penciuman.

- Tumor

Biasanya kerusakan saraf ini disebabkan oleh kelainan di sekitarnya

seperti pada bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius dapat terganggu

oleh tumor disekitarnya, misalnya meningioma. Tumor didasar lobus

frontal dapat menekan traktus olfaktorius. Tumor di jalur olfaktorius

atau di pinggir tulang sfenoid, terutama meningioma, dapat

menyebabkan Sindrom Foster Kennedy, yaitu ditandai oleh :

 Anosmia ipsilateral, karena tekanan langsung pada bulbus atau traktus

olfaktorius.

 Atrofi optik ipsilateral, disebabkan oleh jejas pada saraf optik

ipsilateral.

 Papil edema kontralateral, karena peningkatan tekanan intrakranial

akibat tumor (lesi membutuhkan ruang).

11
Penyebab gangguan menghidu yang sering dijumpai :

 Penyakit inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat.

 Trauma Kepala

Mungkin disebabkan oleh robeknya filamen olfaktorius, tidak jarang

tempat yang terpukul di oksipital.

b. Nervus Optikus (N II)

Keluhan yang berhubungan dengan gangguan nervus II adalah ketajaman

penglihatan berkurang, lapangan pandang berkurang, ada bercak di dalam

lapangan pandang yang tidak dapat dilihat (skotoma), fotofobia yaitu mata

mudah menjadi silau, takut akan cahaya dapat dijumpai pada penderita

meningitis.

 Ketajaman penglihatan

Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan (penurunan visus) perlu

diselidiki apakah gangguan ketajaman penglihatan ini disebabkan oleh

kelainan oftalmologik (bukan saraf), misalnya : kelainan kornea, uveitis,

katarak, dan kelainan refraksi.

 Lapangan pandang

Kelainan lapang pandang dapat berupa monokuler atau binokuler.

Kelainan lapang pandang monokuler dapat disebabkan lesi retina

unilateral atau akibat lesi sebagian dari nervus optik. Sedangkan

kelainan lapang pandang binokuler disebabkan oleh lesi unilateral dari

jalur visual yang berada di belakang dari kiasme optik.

Berikut beberapa jenis kelainan lapang pandang yang ditandai oleh

konfigurasi ruang mereka:

12
- Hemianopsia: cacat yang menempati setengah dari lapang pandang

(kiri atau kanan).

- Quadranopsia: cacat yang menempati seperempat dari lapang

pandang.

- Skotoma: cacat menempati titik kecil di tengah lapang pandang.

Skotoma pusat terjadi karena lesi pada makula lutea atau serat nervus

eferennya yang mengakibatkan penurunan nilai pengelihatan sentral

dan dengan demikian pengurangan ketajaman visual.

c. Nervus Okulomotorius (N III)

Gangguan total pada N III, ditandai oleh :

 Muskulus levator palpebrae lumpuh, mengakibatkan ptosis.

 Paralisis otot m. rektus superior, m. rektus internus, m. rektus inferior,

dan m. oblikus inferior.

 Kelumpuhan saraf parasimpatis, yang menyebabkan pupil midriasis

yang tidak bereaksi terhadap cahaya dan konfergensi.

Gangguan sebagian N III

d. Nervus Trokhlearis (N IV)

Kelumpuhan N IV tersendiri jarang dijumpai. Penyebab kelumpuhan N IV

yang paling sering ialah trauma, dan dapat juga dijumpai pada diabetes

mellitus, namun tidak sesering parese N III. N IV dapat mengalami lesi di

dalam orbita, di puncak orbita, atau di sinus kavernosus. Kelumpuhan N IV

menyebabkan terjadinya diplopia bila mata dilirikkan ke salah satu arah.

Penderitanya juga mengalami kesukaran bila naik atau turun tangga dan

membaca buku karena harus melirik ke bawah.

13
e. Nervus Trigeminus (N V)

f. Trigeminal neuralgia disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf

trigeminal. Saraf trigeminal yang tertekan pembuluh darah di sekitarnya

diduga menjadi penyebab kondisi ini. Tekanan tersebut menimbulkan

gangguan fungsi pada saraf trigerminal. Trigeminal neuralgia pada

beberapa kasus bisa disebabkan oleh kelainan pada otak akibat luka atau

cedera, efek dari prosedur pembedahan, stroke, tumor yang menekan saraf

trigeminal, atau trauma yang dialami oleh wajah. Trigeminal neuralgia

juga dapat terjadi akibat kelainan yang menyebabkan rusaknya selaput

pelindung saraf bernama mielin, seperti pada penyakit multiple sclerosis,

atau seiring proses penuaan.

g. Nervus Abdusen (N VI)

Lesi N VI melumpuhkan otot rektus lateralis, jadi melirik ke arah luar

(lateral, temporal) terganggu pada mata yang terlibat, yang mengakibatkan

diplopia horizontal. Bila pasien melihat lurus ke depan, posisi mata yang

terlibat sedikit mengalami adduksi, disebabkan oleh aksi yang berlebihan

dari otot rektus medialis yang tidak terganggu. Penyebab gangguan N VI:

- Vaskuler (infark, arteritis, anerisma)

- Trauma (fraktur os petrosum)

- Tekanan intra kranial tinggi

- Mastoiditis

- Meningitis

- Sarkoidosis

- Glioma di pons

14
Kelumpuhan otot mata multiple Kelumpuhan ini dapat juga disebabkan oleh

miastenia gravis, disamping parese otot penggerak bola mata dapat juga

dijumpai ptosis.

h. Nervus fasialis (VII)

Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain:

- Lesi UMN : tumor dan lesi vaskuler.

- Lesi LMN: penyebab pada pons meliputi tumor, lesi vaskuler, dan

siringobulbia.

- Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan

meningitis kronik.

- Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur,

sindroma Rumsay Hunt, dan otitis media.

Bell’s Palsy merupakan salah satu kelainan pada n VII yaitu

kelumpuhanakut nervus fasialis perifer yang tidak diketahui penyebabnya.

Adapun gambaran klinisnya adalah

 timbul secara mendadak

 penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya

pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur

 bell’s palsy hampir selalu unilateral.

 pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga

lipatan nasolabialis akan menghilang

 kedipan mata berkurang

- Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain

Barre, mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral.

15
- Penyakit Parotis

Tumor parotis, trauma atau operasi parotis dapat merusak cabang dari

nervus fasialis. Hal ini akan mengakibatkan palsy wajah ipsilateral(satu

sisi) dan kehilangan fungsi fungsionalnya. Sejauh ini tidak ada pasien

yang dapat pulih sempurna dari kondisi ini.

- Gangguang pada otot Stapedius: hyperacusis

Disfungsi dari otot terkecil diakibatkan oleh Nervus fasialis dapat

menyebabkan gejala yang menyedihkan. Otot stapedius mengatur

gerakan dari rantai tulang pendengaran dan jika tidak aktif, suara akan

menyimpang dan bergema yang diswebut kelainan hyperacusis

i. Nervus Vestibulokoklearis (N VIII)

Kelainan pada nervus VII dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan

keseimbangan (vertigo). Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada

nervus VIII antara lain gangguan pendengaran, berupa: tuli saraf dapat

disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik.

- Tuli Sensorineural

Ketulian ini disebabkan gangguan pada koklea, Nervus vestibulokoklear,

ataupun jalur auditori. Jenis tuli ini harus dibedakan dengan jenis tuli

konduktif karena sifatnya yang lebih ireversible. Salah satu contoh tuli

sensorineural yakni presbyacusis (tuli karena usia)

- Acoustic neuroma

Merupakan keganasan yang mengenai sel schwann pada Nervus

vestibular di sudut antara cerebelar dan pons. Jika tumor tersebut tumbuh

ke dalam meatus akustikus maka ia akan menekan Nervus

16
vestibulokoklear dan Nervus fasialis yang dapat menyebabkan ketulian

Nervus dan terkadang disertai juga dengan fasial palsy sesisi.

- Hiperakusis

Meupakan keadaan yang disebabkan kelainan pada tulang stapedius.

Kondisi ini bisa mengakibatkan sensasi bergema yang ganjil pada

penderita, walau tidak selamanya terdengar terlalu keras (hiperakusis).

- Nistagmus

Merupakan keadaan yang disebabkan kelainan dari sistem vestibular,

cerebelum, dan fasiculus longitudinal media dari batang otak. Kondisis

nistagmus ditunjukkan dengan adanya gerakan mata lambat pada satu

arah yang diikuti gerakan cepat pada bagian mata yang lainnya.

- Penyakit Meniere

Penyakit Meniere menunjukkan kondisi yang terdiri dari beberapa gejala

yakni serangan ketulian,vertigo, dan tinitus. Hal ini disebabkan kelainan

dari endolimfe, dan gejala yang ditimbulkan juga menunjukkan

kontinuitas dari endolimfe antara koklea,sakula,utrikel, dan saluran

semisirkularis

j. Nervus glosopharyngeus dan nervus vagus (N IX dan N X)

Gangguan dari N. IX dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang

berisiko terjadinya aspirasi. Kehilangan refleks ini pada pasien akan

menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan Adult Respiratory Distress

Syndome (ARDS), kondisi demikian bisa berakibat pada kematian.

Gangguan nervus IX menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi

lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus

17
melainkan bisa masuk ke saluran pernapasan. Kelainan yang dapat menjadi

penyebab antara lain: lesi batang otak (lesi N IX) atau karena neuralgia

glosofaringeal idiopatik.

k. Nervus vagus (X)

- Vagal refleks: berupa batuk atau muntah. Iritasi kulit pada dinding

posterior meatus auditori eksternal (yang disediakan oleh nervus vagus)

dapat menyebabkan batuk.

- Nyeri yang disalurkan rasa nyeri di faring dan atau laring merupakan

nyeri yang bersumber dari telinga yang kemudian disalurkan ke faring

atau laring. Ini merupakan salah satu karakteristik khas dari tumor

hypopharyngeal.

- Pita Suara: Gerakan dari pita suara dipengaruhi oleh nervus vagus.

Berbicara dengan menggunakan laring menunjukkan bahwa nervus

vagus masih berfungsi setidaknya pada tingkat dada ke bagian atas. Pada

mediastinum bagian kiri dapat ditemukan Nervus laring rekuren

sehingga jika terdapat tumor pada mediastinum kiri maka akan terdapat

perubahan suara karenanya.

l. Nervus accessorius (N XI)

Nervus XI menginervasi muskulus sternokleidomastoideus dengan

muskulus trapezius. Kelainan pada nervus accessorius dapat berupa robekan

serabut saraf, tumor, dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan

otot stemokleidomastoideus terganggu. Disfungsi unilateral muskulus

sternocleidomastoideus dan trapezius menyebabkan kepala miring dengan

18
wajah menoleh ke salah satu sisi dengan dagu sedikit terangkat disebut

tortikolis.

m. Nervus hipoglosus (N XII)

Nervus hipoglosus berfungsi untuk menggerakkan lidah. Lesi yang

mengenai N XII ini dapat berupa tipe UMN atau LMN. Kelumpuhan N XII

(UMN) unilateral, lidah berdeviasi ke arah sisi yang paresis ketika

dijulurkan. Jika m. genioglosus pada satu sisi lemah, dorongan dari otot

antagonisnya menjadi dominan dan mendorong lidah ke sisi lesi. Sedangkan

lesi nuclear N XII (LMN): paralisis flaccid bilateral pada lidah dengan atrofi

dan fasikulasi, karena nuclei kedua sisi terletak sangat berdekatan.

Penyebabnya antara lain adalah kelumpuhan bulbar progresif, ALS,

siringobulbi, poliomyelitis, dan proses vascular. Selain itu, kerusakan nervus

hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan

pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat

menyebabkan gangguan proses pengolahan makanandalam mulut, gangguan

menelan dan gangguan proses pengolahanmakanan dalam mulut, gangguan

menelan dan gangguan bicara(disatria) jalan nafas dapat terganggu apabila

lidah tertarik ke belakang.

19
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Perjalanan nervus facialis akan berjalan bersama nervus vestibulocochlearis

melalui meatus acusticus internus. Selanjutnya akan berjalan dalam canalis

facialis. Dalam canalis facialis, nervus facialis membentuk ganglion

geniculatum dan chorda tympani kemudian keluar melalui foramen

stylomastoideus yang selanjutnya mempersarafi otot-otot wajah.

2. Perjalanan hipoglosus muncul dengan beberapa radiks dari sulkus

anterolateralis yang terdapat di antara pyramis dan oliva. Keluar dari cavum

cranii lewat canalis hypoglossi, di atas tepi lateral foramen magnum. Di

permukaan m. hyoglossus, N. XII terletak di caudal n. lingualis dan ganglion

submandibular.

20
DAFTAR PUSTAKA

Baehr M, Fotscher M, 2005. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology, Thieme

Stuttgart, New York, pp.134-7.

Candra B, 1994, Neurologi Klinik, Lab. Ilmu Penyakit N. RSU dr. Soetomo,

Surabaya.

Chusid, J.G., 2015, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional,

Yogyakarta, UGM,pp.193-6.

Putz, R. dan Pabst R., 2013, Atlas Anatomi Manusia Sobbota, ed.23, Jakarta,

Buku Kedokteran EGC, halaman 270-273.

Stephen, G.W., 2014, Clinical Neuroanatomy, ed.27, Mc Graw Hill Medical, Ney

York.

Stephen L.Hauser. 2017. Harrison's Neurology in Clinical Medicine. 4th Edition.

Carlifornia: Mc Graw-Hill Education.pp.323-361.

21

Anda mungkin juga menyukai