Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Konsep Dasar Pertolongan Pertama Kegawat Daruratan Medis Rumah Tangga pada Luka
Gigitan (Vulnus Morsum) dan Luka Lebam/Hematoma (Vulnus Contusum)

Pengampu : Endang Susilowati, S.SiT,. M.Kes

Disusun oleh :

1. DIANA 32101800003

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam yang


telah memberikan karunia kepada saya hingga sekalipun hanya dalam waktu yang
singkat kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah blok Kegawat
daruratan pada Rumah Tangga.

Saya menyampaikan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampu yang


telah memberikan tugas kepada kami. Harapan saya semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi saya dan para pembaca.

Akhirnya, harapan saya semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Saya
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun saya
menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapakan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan
dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena
apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka
dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan
permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di
masyarakat antara lain, keadaan seseorang yang mengalami
henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan,
cedera misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan,
dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat
antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit,
kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena
kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di
daerah perkotaan.
Selain beberapa penyebab kejadian gawat daruratan
diatas, kegawat daruratan pada rumah tangga yang lain adalah
adanya luka. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan
tubuh. Penyebab luka dapat berasal dari tusukan/goresan benda
tajam, benturan benda tumpul, kecelakaan, terkena tembakan,
gigitan hewan, bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau
terbakar, listrik dan petir.
Pada makalah ini penulis ingin membahas secara singkat
mengenai luka karena gigitan (vulnus morsum) dan luka memar
(vulnus coltusum) harapannya suatu saat apabila terdapat
kejadian timbulnya luka karena gigitan atau memar, maka baik
penulis dan pembaca dapat mengantisipasi bagaimana
penanganan pada kasus luka sebab gigitan atau memar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis akan membuat rumusan
masalah diantaranya:
a. Apa pengertian dari luka gigitan vulnus morsum) dan luka
memar (vulnus coltusum)?
b. Apa penyebab dari luka gigitan vulnus morsum) dan luka
memar (vulnus coltusum)?
c. Bagaimana prinsip penanganan pada luka gigitan vulnus
morsum) dan luka memar (vulnus coltusum)?
d. Apa komplikasi dari luka gigitan vulnus morsum) jika tidak
tertangani dan luka memar (vulnus coltusum)?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka makalah ini bertujuan untuk:
a Untuk mengetahui pengertian dari luka gigitan vulnus
morsum) dan luka memar (vulnus coltusum)?
b Untuk mengatahui penyebab dari luka gigitan vulnus
morsum) dan luka memar (vulnus coltusum)?
c Untuk mengetahui prinsip penanganan pada luka gigitan
vulnus morsum) dan luka memar (vulnus coltusum)?
d Untuk mengetahui komplikasi dari luka gigitan vulnus
morsum) jika tidak tertangani dan luka memar (vulnus
coltusum)?
BAB II
ISI

A. Pengertian Luka gigitan/vulnus morsum


Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh yang terjadi akibat kekerasan (Mansjoer, 2000). Bekas gigit
(Bite Mark) dapat berupa luka lecet tekan berbentuk garis
lengkung terputus-putus hematoma atau luka robek dengan tepi
rata, luka gigitan umumnya masih baik strukturnya sampai 3 jam
pasca trauma, setelah itu dapat beruba bentuk akibat elastisitas
kulit (Mansjoer,2000). Vulnus morsum merupakan luka yang
tercabik-cabik yang dapat berupa memar yang disebabkan oleh
gigitan binatang atau manusia (Morison J,2003).

B. Etiologi Luka gigitan/vulnus morsum


Gigitan ular berbisa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Famili Elipadae, terdiri dari :
a) Najabungarus (King Cobra), berwarna coklat hijau dan
terdapat di Sumatra dan Jawa.
b) Najatripudrat sputatrix (Cobra Hitam, ular sendok)
panjangnya sekitar 1,5 meter terdapat di Sumatra dan di
Jawa.
c) Najabungarus Candida (Ular sendok berkaca mata) sangat
berbahaya dan terdapat di India.
2. Famili Viperidae, terdiri dari :
a) Ancistrodon rodostom (Ular tanah).
b) Lacheis Graninius (Ular hijau pohon).
c) Micrurus Fulvius (Ular batu koral)
3. Famili Hydrophydae
Gigitan Anjing, virus rabies yang bersifat neurotropik dan
menyebabkan ensefalitis virus serta infeksi melalui saliva dan
gigitan anjing, kucing, rubah, srigala, kelelawar yang
menderita rabies.

C. Prinsip Penanganan Luka gigitan/vulnus morsum


1. Gigitan ular
a) Cegah penyebaran bisa dari daerah gigitan.
Pasang tourniquet didaerah proksimal daerah gigitan atau
pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfe
dan vena.
b) Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh.
Boleh diberikan kompres es local. Usahakan penderita
setenang mungkin, bisa diberikan petidine 50 mg im untuk
menghilangkan nyeri.
c) Perawatan luka
Hindari kontak luka dengan larutan asam KmnO4, yodium,
atau benda panas.
d) Zat anestetik disuntikkan disekitar luka, jangan kedalam
luka bila perlu pengeluaran dibantu dengan penghisapan
melalui breast pump.
e) Bila mungkin berikan suntikkan anti bisa (antivenin)
dengan dosis 4-5 ampul dewasa, anak-anak dengan dosis
yang lebih besar (2-3 kali).
f) Perbaikan sirkulasi
(a). Kopi pahit pekat.
(b). Kafein Na benzoate 0,5 g/iv.
(c).Bila perlu diberikan vasokonstriktor, misal epedrin
10-25 mg dalam 500-100 ml cairan/drip.
g) Obat lain
(a). ATS 1500-3000 ui
(b). Toksoid tetanus 1ml
(c).Antibiotik
2. Gigitan anjing
a) Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang.
b) Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan
debridement.
c) Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi
dengan cara blok atau umum.
d) Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali sehari.
e) Berikan ATS atau HTIG.
f) Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum
anti rabies disekitar luka.

D. Komplikasi Luka gigitan/vulnus morsum


a) Gigitan ular, gejala sistemik berupa gagal ginnjal, syok dan
koma dan bisa menyebabkan kematian
b) Gigitan anjing, kerusakan sel syaraf, kelumpuhan otot-otot
serta kematian
A. Definisi Luka memar (vulnus contusum)
Memar (Hematoma) adalah suatu perdarahan dalam jaringan
bawah kulit atau kutis akibat pecahnya kapiler dan vena yang di
sebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Memar dapat diakibatkan
oleh adanya tekanan atau pukulan, namun dapat juga timbul secara
spontan, yang dapat terjadi pada orang lanjut usia dan pada orang
memiliki kelainan pembekuan darah misalnya pada hemofilia.
Ekstravasasi darah berdiameter lebih dari beberapa millimeter
disebut memar atau kontusio, ukuran yang lebih kecil disebut
dengan ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut
dengan petekie.

B. Penyebab Luka memar (vulnus contusum)


Trauma merupakan penyebab utama dari hematoma. Saat orang
berpikir tentang trauma, kebanyakan berpikir tentang kecelakaan
mobil, jatuh, cedera pada kepala, patah tulang, dan luka serius lain.
Padahal, trauma pada jaringan juga dapat disebabkan oleh bersin
yang terlalu keras atau lengan/kaki yang terpelintir secara tiba-tiba.
Apabila pembuluh darah rusak, darah cenderung berkoagulasi
atau membeku. Semakin besar jumlah perdarahan yang terjadi,
semakin besar jumlah gumpalan darah yang dapat terbentuk.
Selain beberapa penyebab tersebut diatas terjadinya
hematoma/memar juga dapat terjadi dari beberapa faktor
diantaranya :
1. Aneurisma
Aneurisma adalah pelebaran abnormal pada
pembuluh nadi karena kondisi dinding pembuluh darah
yang lemah. Pelebaran pembuluh darah dapat mencapai
1,5 kali lipat ukuran normal.
2. Pengobatan
Pengencer darah atau obat antikoagulasi,
termasuk warfarin (Coumadin), aspirin, clopidogrel (Plavix),
prasugrel (Effient), rivaroxaban (Xarelto), dan apixaban
(Eliquis) juga dapat meningkatkan potensi perdarahan tiba-
tiba dan pembesaran hematoma karena tubuh tidak dapat
memperbaiki pembuluh darah secara efisien. Hal ini
menyebabkan darah terus bocor melalui area yang rusak.
3. Penyakit atau kondisi tertentu
Hal ini dapat menurunkan jumlah platelet pada aliran
darah (thrombocytopenia) atau membatasi fungsi. Infeksi
virus seperti (rubella, cacar air, HIV, dan hepatitis C),
anemia aplastik, kanker pada organ lain, penyalahgunaan
alkohol jangka panjang dan defisiensi vitamin D dapat
terkait dengan kondisi ini.

C. Prinsip Penanganan Luka memar (vulnus contusum)


Penatalaksanaan luka memar (hematoma) dilakukan berdasarkan
tingkat keparahan, lokasi, serta kondisi anggota tubuh yang
terganggu karena hematoma. Untuk hematoma yang muncul pada
kulit dan jaringan lunak, dokter hanya akan menganjurkan
pasien beristirahat, mengompres area hematoma dengan es batu,
membalut atau melakukan penekanan guna menghentikan
perdarahan, dan mengangkat bagian tubuh yang terkena hematoma
lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran darah ke area yang
mengalami perdarahan. Teknik yang dikenal dengan istilah RICE
(Rest, Ice, Compression, Elevation) ini dapat meredakan gejala
dan pembengkakan. Jika dibutuhkan, obat pereda nyeri juga bisa
digunakan, namun sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada dokter.
Penanganan hematoma pada bagian tubuh lainnya bergantung
pada lokasi dan kondisinya. Untuk hematoma intrakranial yang
meluas terkadang perlu ditangani dengan operasi. Tindakan yang
bisa dilakukan adalah pengeluaran darah dengan membuka tulang
tengkorak atau kraniotomi.
D. Komplikasi Luka memar (vulnus contusum)
Memar (Hematoma) bisa menyebabkan peradangan dan
pembengkakan. Kedua hal tersebut bisa menimbulkan beberapa
komplikasi, yaitu:
a) Iritasi, pada organ dan jaringan tubuh.
b) Infeksi. Kolonisasi bakteri dapat tumbuh pada darah yang
terkumpul.
c) Kerusakan otak permanen. Bila hematoma terbentuk di rongga
kepala, dapat menekan saraf di otak atau meningkatkan
tekanan intrakranial, yang akan menyebabkan kerusakan otak.
Kerusakan otak yang permanen ini bisa mengakibatkan
kelumpuhan dan penurunan kesadaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dibahas dalam bab II diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa luka gigitan merupakan luka tercabik-cabik
yang dapat berupa memar yang disebabkan oleh gigitan binatang seperti
anjing atau ular. Jika menemui korban dengan luka bekas gigitan ular
maupun anjing maka prinsipnya adalah mencegah penularan bisa dan virus
rabies keseluruh tubuh melalui pembuluh darah maka setelah dilakukan
pertolongan dasar pada kegawatan tersebut maka selanjutnya dapat
dilakukan terapi konvensional seperti pemberian obat oleh dokter.
Untuk luka memar sendiri yang sering dialami oleh kebanyak orang,
merupakan luka akibat perdarahan dalam jaringan bawah kulit atau kutis
sehingga menyebabkan pecahnya kapiler dan vena karena kekerasan benda
tumpul. Penanganan pada luka memar yaitu dengan teknik RICE (Rest, Ice,
Compression, Elevation) pasien beristirahat, mengompres area hematoma
dengan es batu, membalut atau melakukan penekanan guna menghentikan
perdarahan, dan mengangkat bagian tubuh yang terkena hematoma lebih
tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran darah ke area yang mengalami
perdarahan.

B. Saran
Setelah penulis menyajikan konsep teori mengenai kegawat daruratan
pada rumah tangga terhadap luka gigitan dan luka memar, maka baik kepada
Ibu Dosen Pengampu dan Pembaca hendaknya dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun guna meningkatkan kemampuan penulis untuk lebih
memperbaiki dan mendalami tema pembelajaran yang lebih baik lagi sesuai
dengan masukan yang telah diberikan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal


bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta : EGC

Corwin. J. Elizabeth (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :


EGC

EGMansjoer. Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3.


Jakarta : EGC

Gallo and hudak. 1997. Keperawatan kritis pendekatan holistik


jilid 1. Jakarta : EGC

Holl, et al. (2018). Pathophysiology and Nonsurgical Treatment of


Chronic Subdural Hematoma: From Past to Present to Future. World
Neurosurgery, 116,pp.402-411.

Oman. Kathleen.2008. Panduan Keperawatan Emergensi.


Jakarta : EGC

Rudagi, et al. (2015). Hematoma A Life Threatening Condition: A


Rare Case Report. Journal of Dental and Medical Sciences, 14(3),
pp. 24-26.

Sylvia. A. 1997. Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai