Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai
sekolah tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran
yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan
selainmempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik
sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat
pemahaman konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model
pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat
keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru
mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai
dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di
dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada
pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa
dalam menjawab soal-soal baik soal-soal ulangan harian, ulangan umum, dan soal-soal
UAN yang berhubungan dengan bangun ruang sisi lengkung.
Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata
pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat
mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa.
Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2)
banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan
membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa.
Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan
sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa.
Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan

1
indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Selain itu pemilihan
media yang tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran.
Pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan pertama dalam sistem sekolah di
Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca-tulis-hitung,
pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Pengetahuan dasar dan keterampilan
tentang bangun ruang kubus dan balok beserta unsur-unsurnya yang dipelajari dalam
pelajaran matematika tidak terlepas dari ciri-ciri objek matematika secara khususyaitu
abstrak, berpola pikir deduktif dan konsisten.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas, maka tugas berat ini berada ditangan
guru sebagai pelaksana pendidikan di lapangan. Ada bebarapa tipe pembelajaran
kooperatif yang dikenal saat ini, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupauntuk pembelajaran secara
kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran,dibuat lembaran kegiatan yang
akan dikerjakan siswa secara bersama-sama, saling membantu dan berdiskusi dalam
kelompok untuk menyelesaikan/menuntaskan materi atau tugas yang diberikan
kepadanya. Karena pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah yang paling sederhana
dari pembelajaran kooperatif tipe yang laindan tidak berbeda jauh dengan pembelajaran
yang selama ini diterima siswa, makadalam makalah ini penulis memilih pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Berpijak dari uraian tersebut itulah yang melatar belakangi
perlunya dicobakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khususnya pada mata
pelajaran matematika.
Walaupun model pembelajaran ini paling sederhana dan mudah diterapkan, model
pembelajaran ini juga banyak kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, guru harus
peka menganalisa suasana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan STAD?
2. Persiapan apa saja untuk menggunakan STAD?
3. Jadwal apa saja yang dilakukan?
4. Apakah peran guru dalam STAD?
5. Apakah kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STAD?

2
C. Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui pengertian STAD.
2. Mengetahui persiapan untuk menggunakan STAD.
3. Mengetahui jadwal kegiatan.
4. Mengetahui peranan guru dalam STAD.
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STAD.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatife tipe STAD di awali
guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok
yang terdiri dari empat sampai lima anggota. Selanjutnya setelah kegiatan kelompok
dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis/ tes individu. Tetapi dengan
mengerjakan kuis, dilakukan dengan perhitungan skor, yaitu skor perhitungan individu,
dan diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi tiap kelompok yang berprestasi
didasarkan pada rata – rata skor perkembangan siswa dalam tiap kelompok.
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari
universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung
dari pendekatan pembelajaran kooperatife. Para guru menggunakan metode STAD untuk
mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui
penyajian verbal atau tertulis.
STAD digunakan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya Matematika,
IlmuPengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam dan digunakan dalam berbagai jenjang
pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. STAD sangat sesuai untuk
mengajarkan bahan ajar yang tujuannya didefinisikan secara jelas, misalnya perhitungan
dan aplikasi matematika, penggunaan bahasa, geografi dan ketrampilan menggunakan
peta, serta konsep – konsep IPA (Salvin, 1995).
Ide utama dari yang dimiliki STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan
untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai ketrampilan atau pengetahuan
yang disajikan oleh guru. Jika siswa–siswa menginginkan agar team mereka
memperoleh penghargaan (reward) maka mereka harus membantu teman–teman mereka
mempelajari bahan yang disajikan guru. Mereka harus saling mendorong satu sama lain
agar belajar dan bekerja secara sungguh – sungguh dan menjelaskan bahwa belajar dan
bekerja secara sungguh–sungguh dan menjelaskan bahwa belajar adalah suatu hal yang
amat penting (important), bermanfaat (valiable) dan menyenangkan (fun).
Siswa bekerja bersama setelah guru menyajikan bahan ajar. Mereka dapat bekerja
secara perpasangan dan saling membandingkan jawaban, membahas tipe perbedaan, dan
saling menolong manakah terdapat kesalahan pengertian (misunderstanding). Mereka

4
dapat membahas strategi atau pendekatan atau pendekatan yang digunakan dalam
menyelesaikan, masalah, atau mereka dapat saling mengajukan soal atau kuis mengenai
materi yang sedang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan teman–teman sekelompok,
coba menilai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri sehingga dapat membantu mereka
untuk berhasil baik dalam kuis.
STAD terdiri dari 5 komponen utama :
1. Penyajian Materi
Pada tahapan penyajian materi, siswa masih belum berada dalam kelompok–
kelompok. Selain dari guru menyampaikan materi pelajaran yang sudah ia siapkan,
guru perlu menyiapkan secara jelas tujuan pembelajar khusus, memotivasi siswa,
menjelaskan kiat–kiat yang perlu mereka lakukan ketika mereka bekerja atau belajar
dalam kelompok, menginformasikan materi prasyarat dalam kaitan dengan materi
yang akan dipelajari. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan siswa tentang materi
prasyarat dan menyiapkan siswa untuk mengikuti dan memahami uraian materi
pelajaran serta mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok.
Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada hal-hal berikut :
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan
menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan.
Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa
telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh
siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau
menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas
jangan menyita waktu lama.
2. Kerja Kelompok
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, guru akan membentuk kelompok
di dalam kelas yang tersusun dari 4 atau 5 siswa yang mewakili heterogenitas kelas
yang berdasarkan pada:

5
a. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah). Yang didapat dari hasil
akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus
diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa
dengan tingkat prestasi seimbang.
b. Jenis kelamin, latar belakangsosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan
aktif), dll.
Fungi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil
menghadapi kuis. Setelah guru mempersentasikan bahan ajar, tim tersebut
berkumpul untuk mempelajari bahan ajar tersebut atau bahan lain. Ketika siswa
mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok
yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau
miskonsepsi apabila teman sesama kelompok membuat kesalahan.
Kerja kelompok tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat,
penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk
kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk
membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan teman sebaya
untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan
kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat. Hal itulah yang memiliki
pengaruh berarti pada hasil–hasil belajar, seperti hubungan antar kelompok, harga
diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan siswa.
3. Kuis
Kuis yaitu tes secara individual untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
belajar telah dicapai mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes
individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, masing–masing selama
10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu
selama kerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didapat dan diarsipkan,
yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
4. Skor Perbaikan Individual
Dihitung berdasarkan skor awal, dalam penilaian ini didasarkan pada nilai
evaluasi hasil belajar semester 1. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi
kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan
skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik
sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan skor perkembangan individu

6
pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang
dikemukakan Slavin (1995) seperti terlihat pada tabel berikut:
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan individu
Skor Perkembangan
Skor Tes
Individu
a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
e. Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal ) 30

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-


masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah
anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor
rata–rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok
super.
5. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-
rata mereka melampaui kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik
b. Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat
c. Kelompok dengan skor rata-rata 25, sebagai kelompok super
Bentuk penghargaan bgi kelompok yang berprestasi dapat dipilih sendiri oleh
guru. Hal ini dipandang sebagai suatu upaya untuk mendorong siswa untuk tetap giat
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mereka secara kelompok, misalnya
kelompok dengan skor tertinggi akan dimunculkan dalam suatu kolom prestasi
siswa di majalah dinding mingguan sekolah, atau dalam newsletter atau jurnal
sekolah.

7
B. Persiapan untuk Menggunakan STAD
1. Bahan Ajar
STAD dapat diterapkan dengan menggunakan bahan ajar yang khusus
dirancang untuk pembelajaran tim siswa yang telah dikembangkan oleh pusat
penelitian dan pengembangan, lembaga, proyek atau bahan ajar buatan guru.
Sementara itu, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk membuat bahan ajar buatan
guru sendiri. Buat saja sebuah LKS, kunci LKS, dan kuis untuk tiap unit atau
kompetensi dasar yang direncanakan untuk diajarkan. Setiap unit memerlukan tiga
sampai lima pertemuan.
2. Penempatan Siswa dalam Kelompok
Sebuah kelompok dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat
atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu,
suku, dan jenis kelamin. Tim empat orang yang terdiri dari dua orang laki-laki, dua
orang perempuan, yang memiliki seorang anggota berkinerja tinggi, dan dua orang
berkinerja rata-rata. Bila dimungkinkan, tiga orang berasal dari suku mayoritas, satu
orang berasal dari suku minoritas dikelas tersebut. Sudah barang tentu, “kinerja
tingggi” dalam arti relatif yang berarti tinggi dibandingkan tim siswa lain di kelas
tersebut.
Siswa ditempatkan ke dalam tim oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih
anggotanya sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota yang memiliki
kesamaan dengan dirinya sendiri. Guru dapat mempertimbangkan juga perasaan
suka dan tidak suka di antara sesama siswa dalam penyusunan tim, namun jangan
mengijinkan siswa memilih timnya sendiri.
Langkah-langkah penyusunan tim berikut ini:
a. Buat Salinan Format Lembar Ikhtisar Tim
Sebelum guru mulai menempatkan siswa ke dalam tim, ia perlu
menyiapkan sebuah format lembar ikhtisar tim untuk tiap empat atau lima siswa
di dalam kelasnya.
b. Merangkai Siswa
Pada selembar kertas, rangkinglah kinerja siswa yang lalu didalam kelas
mulailah dari yang tertinggi sampai yang terendah. Gunakan informasi apa pun
yang tersedia untuk melakukan perangkingan ini : skor tes adalah terbaik, nilai
adalah baik, dan pendapat guru sendiri juga baik. Dalam melakukan
perangkingan ini tidak perlu terlampau kaku, namun lakukan yang terbaik.

8
c. Menetapkan Jumlah Anggota Tim
Setiap tim seharusnya memiliki 4 anggota bila mungkin. Untuk menetapkan
berapa banyak tim dikelas tersebut, bagilah jumlah siswa di dalam kelas itu
dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim beranggotakan empat di
kelas itu.
d. Menempatkan Siswa ke dalam Tim
Pada saat Anda sedang menempatkan siswa kedalam tim, seimbangkan
tim–tim tersebut sedemikian rupa sehingga
i. Setiap tim tersusun dari yang tingkat kinerjanya yang memiliki rentang
mulai dari rendah ke rata–rata sampai tinggi
ii. Tingkat kinerja rata–rata dari seluruh tim di dalam kelas tersebut kurang
lebih sama
Untuk menempatkan siswa ke dalam tim, gunakan daftar siswa yang
dirangking menurut kinerjanya. Beri huruf–huruf tim pada setiap siswa.
Sebagai misal, dalam sebuah kelas delapan tim bisa dipakai huruf A sampai H.
Mulailah dari yang atas tabel dengan huruf “A” , kemudian memberi tanda
huruf menuju ke tengah. Apabila telah sampai pada huruf terakhir, lanjutkan
memberi tanda huruf dalam urutan terbaik. Misalnya, apabila anda memberikan
huruf A-H (seperti gambar di bawah), siswa kedelapan dan kesembilan akan
dimasukkan ke tim H, siswa kesepuluh akan di masukkan ke tim G, berikutnya
tim F, dan seterusnya. Apabila sudah sampai lagi kehuruf “A”, berhenti dan
ulangi proses tersebut dari bawah ke atas, mulai lagi dan berakhir dengan huruf
“A”.

Kriteria Urutan Rangking Nama tim


Siswa dengan hasil 1 A
belajar tinggi 2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H

9
Siswa dengan hasil 9 H
belajar rata – rata 10 G
11 F
12 E
13 D
14 C
15 B
16 A
17
18
19 A
20 B
21 C
22 D
23 E
24 F
25 G
26 H
Siswa dengan hasil 27 H
belajar terrendah 28 G
29 F
30 E
31 D
32 C
33 B
34 A

Perhatikan bahwa 2 orang siswa (17 dan 18) pada gambar di atas sampai
langkah ini belum ditempatkan. Mereka akan ditambahkan ke dalam tim sebagai
anggota ke lima, namun sebelumnya tim yang akan ditambahi anggotanya itu
perlu dicek keseimbangan jenis kelamin atau suku. Sebagai misal, bila
seperempat dari kelas tersebut wanita, maka kurang lebih seorang siswa pada
setiap tim seharusnya wanita. Apabila tim yang telah anda susun berdasarkan

10
rangking kinerja tidak terbagi habis, baik menurut suku maupun jenis kelamin,
seharusnya bisa mengubah susunan tim dengan mempertukarkan siswa yang
memiliki tingkat kinerja yang kurang lebih sama, namun berbeda suku atau jenis
kelamin diantara tim–tim tersebut, sehingga tercapai suatu keseimbangan.
e. Mengisi Format Lembar Ikhtisar Tim
Setelah menyeleksi penempatan seluruh siswa kedalam tim, isikan nama
siswa kesetiap tim pada Format Lembar Ikhtisar Tim, “nama tim” dibiarkan
kosong.
3. Penentuan Skor Dasar Awal
Skor dasar mewakili skor rata–rata siswa pada kuis yang lalu. Apabila memulai
STAD setelah memberikan tiga kuis atau lebih, gunakan skor kuis rata–rata sebagai
skor dasar. Apabila tidak memiliki skor kuis seperti itu, gunakan nilai final siswa
dari tahun yang lalu.

MENGHITUNG RATA–RATA TIGA SKOR TES

Untuk menentukan suatu skor dasar baru, hitunglah rata–rata skor kuis atau tes
seorang siswa.
Contoh : Misalkan menghitung skor Toni. Tiga skor quisnya adalah 79, 82, dan
85. Oleh karena itu skor dasarnya sama dengan rata–rata dari tiga skor tersebut :
( 79 + 82 + 85 ) : 3 = 82

C. Jadwal Kegiatan
STAD terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran tetap seperti berikut :
 MENGAJAR – mempersentasikan pelajaran.
 BELAJAR TIM – siswa bekerja pada bahan ajar atau LKS dalam tim mereka untuk
menentukan materi tersebut.
 KUIS – siswa dikenai kuis individu.
 PENGHARGAAN TIM – skor tim dihitung berdasarkan skor perbaikan anggota
tim, dan sebagai penghargaan, tim yang mendapatkan skor tinggi mendapat sertifikat
individual atau dicantumkan dalam papan buletin.

11
Kegiatan–kegiatan belajar di atas dideskripsikan secara rinci sebagai berikut :
1. Mengajar
Waktu : 1 – 2 jam pelajaran
Ide Utama : Mempersentasikan Pelajaran
Bahan yang dibutuhkan : Rencana pelajaran
Tiap pelajaran pada STAD selalui dimulai dengan presentasi kelas. Persentasi
kelas itu seharusnya meliputi pendahuluan, inti yang dapat berisi komponen
presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran, sedang kegiatan
tim dan kuis mencakup latihan bebas dan asesmen.
a. Pendahuluan
Katakan pada siswa apa yang akan dipelajarinya dan mengapa hal itu
penting. Bangkitkan keingin tahuan siswa dengan sebuah demonstrasi yang
mengundang pertanyaan, masalah kehidupan sehari–hari yang nyata, atau
dengan cara–cara yang lain secara singkat bahas ulang setiap ketrampilan atau
informasi prasyarat.
b. Prestasi
Upayakan tidak menyimpang dari tujuan yang akan diujikan. Fokus pada
makna, bukan pada hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep–konsep atau
ketrampilan–ketrampilan, dengan menggunakan alat bantu visual, manipulatif,
dan banyak contoh.
 Sering–sering mengases pemahaman siswa dengan mengajukan banyak
pertanyaan.
 Selalu menjelaskan mengapa sebuah jawaban itu benar atau salah, kecuali
jawaban itu sudah jelas.
 Berpindah secara cepat begitu siswa telah menangkap ide–ide utama
tersebut.
 Pertahankan momentum dengan cara tidak melakukan intrupsi, mengajukan
banyak pertanyaan, dan berpindah secara cepat ketika mengajar.
c. Latihan Terbimbing
Mintalah seluruh siswa mengerjakan soal atau contoh–contoh soal atau
membahas jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang ada, kemudian menunjuk
anggota tim secara acak untuk menyajikan kesepakatan jawaban tim mereka.

12
2. Belajar Tim
Waktu : 1 – 2 jam pelajaran
Ide Utama : siswa mengerjakan LKS dalam timnya
Bahan yang dibutuhkan : dua LKS untuk setiap tim dua kunci LKS untuk setiap tim
Siswa memiliki LKS dan kunci LKS yang dapat mereka gunakan untuk
mengases dirinya sendiri dan teman sesama tim. Hanya dua salinan LKS dan Kunci
LKS diberikan kepada setiap tim, untuk memaksa teman sesama tim bekerja sama,
namun jika beberapa siswa lebih suka bekerja sendiri dan meminta salinan untuk diri
sendiri, guru dapat menyediakan LKS cadangan.
Banyak guru yang suka melibatkan siswa dalam kegiatan latihan bekerja dalam
tim sebelum memulai kerja tim, sementara yang lain langsung mulai.
Pada hari pertama kerja tim dalam STAD, guru harus menjelasakan kepada
siswa apa arti bekerja dalam tim. Khususnya, bahas peran–peran tim berikut ini :
a. Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman sesama timnya
telah belajar bahan ajar tersebut.
b. Tidak seorang siswa pun selesai belajar sebelum seluruh teman sesama tim
menuntaskan bahan ajar tersebut.
c. Bertanya dulu kepada semua teman sesama tim sebelum bertanya kepada guru.
d. Sesama tim boleh saling bicara asal dengan suara pelan.
Presentasikan dan diskusikan aturan–aturan tim tersebut sebelum memulai kerja
tim. Siswa dapat didorong untuk menambah aturan–aturan tambahan apabila mereka
menghendakinya. Kemudian lanjutkan dengan pengenalan kerja tim seperti berikut.
a. Mintalah tim untuk bersama–sama mengatur meja mereka atau pindah kemeja
tim yang tersedia.
b. Berikan tim waktu sekitar sepuluh menit untuk memilih nama tim. Bila ada tim
yang tidak dapat menyepakati sebuah nama pada waktu itu dapat memilihnya
kemudian.
c. Bagikan LKS dan kunci LKS ( dua untuk setiap tim ) dengan tertib. Katakan
kepada siswa untuk bekerja secara berpasangan atau bertiga. Apabila ada soal
(seperti dalam matematika atau sains). Setiap siswa dalam sebuah pasangan atau
yang bertiga harus mengerjakan soal itu secara individual, baru kemudian
mengecek pada mitranya. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal,
teman satu timnya bertanggung jawab untuk menjelaskan soal tersebut. Apabila
siswa mengerjakan soal–soal jawaban singkat, mereka dapat saling tanya jawab

13
dengan mitra yang bergantian memegang kunci jawaban atau berusaha
menjawab pertanyaan – pertanya itu sendiri.
Pastikan bahwa siswa telah memahami LKS tersebut untuk belajar, tidak
sekedar mengisi jawaban dan mengumpulkannya. Pemahaman ini merupakan hal
yang penting bagi siswa mengapa perlu kunci jawaban untuk memeriksa jawaban
mereka sendiri dan teman satu timnya pada saat mereka belajar. Mintalah siswa
saling menjelaskan jawaban itu satu sama lainnya, bukan hanya sekedar
mencocokan jawaban dengan kunci jawaban tersebut. Ingatlah siswa bahwa jika
meraka memiliki pertanyaan, meraka harus bertanya lebih dulu kepada seluruh
anggota sesama tim sebelum bertanya kepada guru. Sementara siswa yang sedang
bekerja dalam tim, diharap kan guru berkeliling ke seluruh penjuru kelas,
memberikan pujian kepada tim yang bekerja dengan baik, duduk bersama tim untuk
mendengar bagaimana mereka berdiskusi, dan sebagainya.
3. Kuis
Waktu : 1 – 1 ½ jam pelajaran
Ide utama : kuis individual
Bahan yang diperlukan : satu kuis setiap siswa
Bari kuis dan beri siswa cukup waktu untuk menyelesaikannya. Jangan
memperbolehkan siswa bekerja pada saat kuis. Pada saat kuis ini siswa harus
menunjukkan bahwa mereka telah belajar secara individual. Mintalah siswa
menggeser meja–meja mereka agar saling berjauhan bola hal ini dimungkinkan.
Jangan perbolehkan siswa bertukar lembar jawaban dengan anggota tim lain,
atau mengumpulkan pekerjaan teman.
4. Penghargaan Tim
Ide utama : memperoleh skor perbaikan individual dan skor tim, dan memberikan
sertifikat atab penghargaan tim.
Sesegera mungkin setelah setiap kuis terlaksana, guru seharusnya
mengumumkan skor perbaikan individual dan skor tim, dan menghadiahi sertifikat
atau penghargaan tim lain kepada tim yang memperoleh skor tinggi. Apabila
mungkin, pengumuman skor tim tersebut dilakukan pada jam pelajaran pertama
setelah kuis tersebut. Bagi siswa ini akan memperjelas hubungan antara bekerja
dengan baik dan menerima penghargaan, dan hal ini akan meninglkatan motivasi
meraka untik berbuat yang terbaik.

14
Poin perbaikan. Siswa mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa
besar kuis meraka melampui skor dasar mereka, dan poin itu dihitung dengan cara
seperti berikut.
KRITERIA POIN PERBAIKAN
Memperoleh nilai sempurna tidak 30 poin perbaikan
memandang berapapun skor dasar
Lebih dari sepuluh poin dari skor dasar 30 poin perbaikan
Skor dasar sampai sepuluh poin di atas 20 poin perbaikan
skor dasar
Sepuluh poin dibawah sampai satu poin di 10 poin perbaikan
bawah skor dasar
Lebih dari sepuluh pon di bawah skor 5 poin dasar
perbaikan

Sebelum mulai menghitung poin perbaikan, anda membutuhkan sebuah formal


lembar skor kuis. Menghitung poin perbaikan sama sekali tidak sulit, dan apabila
sudah terbiasa menggunakannya, perhitungan itu dapat diselesaikan dalam beberapa
menit. Maksud skor dasar dan poin perbaikan adalah untuk memungkinkan seluruh
siswa memberikan poin maksimum kepada tim meraka, berapa pun tingkat kinerja
meraka yang lalu. Siswa memahami bahwa cara ini adalah adil jarena kinerja tiap
siswa dibandingkan dengan tingkat kinerjanya sendiri yang lalu. Cara ini diambil
mengingat seluruh siswa masuk kelas dengan tingkat keterampilan dan pengalaman
yang berbeda.
Masukin poin yang telah Anda hitung pada setiap kuis siswa dengan cara
berikut : misalkan, skor Dasar Sara = 90 ; Skor kuis Sara = 100; poin perbaikan Sara
= 30. Masukan poin perbaikan tersebut pada Lembar Ikhtisar Tim.
Skor Tim. Intuk menhitung skor tim, masukkan setiap poin siswa pada Lembar
Ikhtisar Tim yang sesuia, jumlahkan poin tersebut, dan bagi dengan jumlah anggota
tim, bulatkan untung menghilangkan pecahan. Perhatikan bahwa skor tim lebih
ditentukan oleh skor perbaikan daripada skor kuis mentah.

15
Tanggal: 23 Mei 2003 Tanggal : Tanggal:
Siswa Kuis: penjumlahan dua
Kuis : Kuis:
pecahan
skor skor skor skor skor skor skor skor skor
dasar kuis perbaikan dasar kuis perbaikan dasar kuis perbaikan
Sara 90 100 30
Tomi 90 100 30
Untung 90 82 10
Dani 85 74 0
Dana 85 74 0
Edi 85 98 30
Nani 85 82 10
Totok 80 67 0
Tomas 80 91 30
Erman 75 79 20
Andi 75 76 20
Maria 70 91 30
Santo 65 82 30
Amat 65 70 20
Karni 60 62 20
Hari 55 46 10

NAMA TIME : Empat Sekawan


ANGGOTA
TIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sara 30
Edi 30
Erman 20
Karni 20
SKOR TIM TOTAL 100
*RATA - RATA TIM 25
PENGHARGAAN TIM

16
Kriteria untuk penghargaan. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan
berdasarkan skor tim rata – rata. Ketiga tingkat itu adalah :

HASIL KELOMPOK KRITERIA

Kelompok dengan skor rata-rata 1515 kelompok baik BAIK

kelompok hebat
Kelompok dengan skor rata-rata 20
HEBAT
Kelompok dengan skor rata-rata 30 kelompok super PER

Perhatikan bahwa seluruh tim dapat memperoleh pengharggan tersebut didalam


sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim mendapatkan TIM SUPER atau TIM
HEBAT asal kriteria diatas terpenuhi. Artinya tim–tim tersebut tidak saling
berkompetisi.
Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatka n tim hebat,
sebagian besar siswa mendapatkan skor di atas skor dasar meraka, dan untuk
mendapatkan tim super , sebagian besar anggota tim paling sedikit mendapatkan sepuluh
poin di atas skor dsar mereka. Bila perlu kriteria ini dapat diubah.
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk tim yang
mencapai tingkat “ tim hebat “ atau “ tim super “. Sertifikat menarik untuk setiap anggota
tim dapat disiapkan, misalnya ukuran besar untuk super tim dan lebih kecil untuk tim
hebat. Tim baik dapat diberikan sekedar ucapat selamat di kelas. Banyak guru
mempersiapkan papan buletin untuk memajang dasar tim super dan tim hebat mingguan.
Guru lain menyiapkan selebaran satu–halaman ( newsletter ), memberi siswa lencana
atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun yang sesuai sebagai
penghargaan atau hadiah. Gunakan imajinasi dan kreativitas Anda, dan adakan varisai
hadiah dari satu waktu ke waktu; yang lebih penting lagi guru menunjukan kegembiraan
atas hasil belajar siswa tersebut daripada memberi hadiah besar. Siswa – siswa SMA
amat peduli terhadap nilai, guru dapat memberi anggota tim super bonus sampai lima
poin dan anggota tim hebat sampai tiga poin ( pada suatu skala 100 poin ), meskipun cara
ini bisa menimbulkan protes dari siswa yang hasil belajarnya tinggi.

17
D. Peranan Guru dalam Alam Pembelajaran
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan guru untuk menunjukan
terselenggaranya pembelajaran kooperatif tipe STAD secara baik, misalnya:
1. Memanfaatkan materi persyaratan, motivasi siswa dan menjelaskan kiat atau aturan
main bagaimana siswa bekerja dalam kelompok.
2. Lembar kegiatan siswa yang berupa tugas untuk kelompok.
3. Lembar kegiatan untuk tugas individu.
4. Lembar observasi untuk perolehan skor individu dan kelompok.
5. Pembentukan kelompok dilakukan dengan mula–mula menentukan rank untuk setiap
siswa dan selanjutnya ditetapkan 4 kelompok utama, yaitu 1 kelompok siswa
berkemampuan tinggi, 2 kelompok siswa berkemampuan sedang, dan satu kelompok
siswa berkemampuan rendah. Dari keempat kelompok utama ini guru kemudian
membentuk kelompok–kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Anggota–
anggota untuk tiap kelompok kecil ini dipilih dari empat kelompok besar. Misalnya,
untuk kelompok A, satu anggota berasal dari kelompok utama tinggi, dua anggota
berasal dari kelompok utama sedang, dan satu anggota lain berasal dari kelompok
rendah.
6. Guru siap berperan sebagai motivator dan fasilitator, sehingga perlu memonitor
kegiatan siswa dalam bekerja di kelompok mereka.
Untuk membantu guru melaksanakan STAD dengan baik, diperlukan enam panduan
enam panduan yang harus dilakukan guru dalam mengajar dan menata konten–konten
penting sebagai berikut :
1. Secara singkat mengulangi materi dan ketrampilan prasyarat
2. Pilihan dan berikan penekanan pada konten dan ketrampilan yang relevan dengan
tujuan yang ingin dicapai siswa setelah pembelajaran
3. Sering memeriksa pemahaman siswa dan hanya jrang menghafal
4. Siapkan contoh dan modal yang jelas sementara memerikasa pemahaman siswa
tentang apa dan mengapa contoh – contoh tertentu diberikan yang relevan dengan
tujuan yang ingin dicapai
5. Minta siswa untuk mengemukakan alasan – alasan terhadap jawaban mereka.
6. Memperhatikan momentum belajar dengan mengeliminasi interupsu dan secara
lancar meneruskan penyajian atau demonstrasi.

18
E. Kelebihan dan Kekurangan
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17) diantaranya sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki
kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target
kurikulum.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru
tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif.
4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

19
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas
John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk
mengajarkan informasi akademik baru pada siswa setiap minggu baik melalui
penyajian verbal maupun tertulis.
2. Komponen utama metode STAD :
a. Penyajian materi.
b. Kerja kelompok.
c. Kuis.
d. Skor perbaikan individu.
e. Penghargaan kelompok.
3. Persiapan untuk menggunakan metode STAD :
a. Bahan ajar.
b. Penempatan siswa dalam kelompok.
c. Penentuan skor dasar awal.
4. Jadwal kegiatan dalam menerapkan metode STAD :
a. Mengajar.
b. Belajar tim.
c. Kuis.
d. Penghargaan tim.

B. SARAN
1. Metode STAD merupakan metode pembelajaran yang paling sederhana tetapi belum
tentu metode yang paling tepat untuk menyampaikan suatu materi dalam kegiatan
belajar mengajar.
2. Karena matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga
dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai
dengan tingkat perkembangan mental siswa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Isjoni dan Moh Arif Ismail. 2007. Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo.
Isjon. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Penerbit Pelajar.

21

Anda mungkin juga menyukai