Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia

dan salah satu masalah kesehatan yang tergolong dalam penyakit tidak menular.

Dampak negatif dari kecelakaan lalu lintas seperti kerugian materi, kesakitan, dan

kematian dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Global Status

Report On Road Safety (2013), sebanyak 1,25 juta korban meninggal tiap tahun

diseluruh dunia dan 20 – 50 juta orang megalami luka akibat kecelakaan lalu lintas.

Data WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama

kematian anak di dunia dengan rata-rata angka kematian 1000 anak dan remaja setiap

harinya pada rentang usia 10-24 tahun.1

Pada kawasan Asia Tenggara kasus kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010,

menurut estimasi kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 populasi di

Negara-Negara SEAR terbanyak pada Thailand dengan angka kematian sebesar

38,1%, dan angka kematian yang terendah pada Maldive yaitu sebesar 1,9%.2

Menurut Global Report On Road Safety tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat

ketiga se-Asia untuk jumlah kematian terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas di

bawah Tiongkok dan India dengan total 38.279 kematian. Faktanya, menurut The

1
Global Report On Road Safety tahun 2015, jika dilihat dari presentase statistik jumlah

populasi, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan angka kematian akibat

kecelakaan lalu lintas sebesar 0,015% dari jumlah populasi. Populasi penduduk yang

banyak menjadikan Indonesia sebagai pengguna kendaraan bermotor yang tinggi

pula, terutama sepeda motor. Menurut data Publikasi Perhubungan Darat dalam

Angka pada 2014, jumlah yang terlibat kecelakaan lalu lintas didominasi oleh sepeda

motor yakni sebesar 108.883 kejadian disusul dengan mobil penumpang 18.147

kejadian, mobil beban 19.242 kejadian, bus 4.808 kejadian. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa moda transportasi sepeda motor masih merupakan penyumbang

kecelakaan lalu lintas terbesar jalan raya. Tingginya jumlah sepeda motor di

Indonesia tidak diimbangi dengan meningkatnya kesadaran berkendara yang baik dan

aman sehingga pengguna sepeda motor masih berisiko mengalami kecelakaan lalu

lintas. Menurut data Kepolisian Nasional, penyebab utama kecelakaan adalah human

error.3 Kecelakaan lalu lintas masuk dalam 10 penyebab kematian terbanyak baik

pada laki-laki maupun perempuan, bahkan pada laki-laki menempati urutan ke-3.

Hasil ini juga ditunjukkan pada evaluasi di 12 kab/kota, bahwa untuk Wilayah Timur

Indonesia peningkatan kematian karena kecelakaan lalu-lintas meningkat di tiap

tahun. Hal ini senada dengan penyebab kematian di Kota Ambon, bahwa kecelakaan

lalu lintas merupakan penyebab kematian ke lima secara umum. Kejadian Transport

Accident atau KLL mengalami peningkatan tajam dari 3,3% menjadi 6,9% dan 7,1%

pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini bisa disebabkan kondisi geografis Kota Ambon

yang berbukit-bukit dan keadaan lalu lintas jalan raya yang tidak dipatuhi oleh

2
pengendara. Sehingga pada Tahun 2010, Sidang Umum PBB mengeluarkan resolusi

no. 64/255 dan menetapkan Dekade Aksi Keselamatan jalan 2011-2020 sebagai

langkah tanggap atas meningkatnya angka kejadian cidera akibat kecelakaan lalu

lintas di seluruh dunia. Tujuan dari dekade aksi ini adalah untuk menurunkan angka

kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang cenderung meningkat, dan

menyelamatkan lima juta jiwa yang diperkirakan berpotensi menjadi korban selama

satu dekade. Namun, masih tingginya angka kecelakaan dijalan disebabkan beberapa

faktor, yaitu kelalaian pengendara, kondisi kendaraan, dan infrastruktur jalan, serta

faktor lain yang tidak kalah penting adalah proses pertolongan pertama pada

kecelakaan.4

Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah upaya pertolongan dan perawatan

sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih

sempurna dari dokter atau para medik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai

pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan

sementara yang dilakukan oleh petugas medik atau masyarakat awam yang pertama

kali melihat korban.5

Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana

dan prasarana yang ada ditempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan

benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban

dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik akan dapat

3
memperburuk akibat dari kecelakaan bahkan dapat menimbulkan kematian.

Pengetahuan tentang pertolongan pertama sangat diperlukan oleh seluruh kalangan

masyarakat dan bahkan sejak tingkat sekolah.5 Pengetahuan masyarakat awam yang

baik dalam melakukan pertolongan pertama pada kondisi gawat darurat didasarkan

pada faktor kesadaran, pengetahuan dan keberanian. Menurut Kozier (2009), dalam

melakukan tindakan awal gawat darurat kecelakaan lalu lintas seperti tidak panik,

dalam membantu pertolongan gawat darurat diusahakan agar dalam keadaan tenang,

memperhatikan pernafasan dan denyut jantung korban masih dalam keadaan hidup,

memeriksa perdarahan, apabila korban mengalami perdarahan maka secepatnya

dihentikan agar tidak kehabisan darah sebelum mendapatkan pertolongan medis

dengan menekan pada bagian yang terluka sampai darah tidak mengalir, perhatikan

tanda-tanda shock, jangan memindahkan korban secara terburu-buru, hal ini bertujuan

mendeteksi rasa sakit yang dialami korban, apabila saat pemindahan menyentuh

sumber sakit maka akan memperparah keadaan dan segera transportasikan korban ke

sentral pengobatan. Karena tujuan pertolongan pertama adalah sebagai bantuan

keselamatan hidup korban terhadap kemungkinan yang lebih fatal dan memudahkan

pertolongan selanjutnya.6

Berdasarkan hal-hal diatas penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat

pengetahuan masyarakat awam terutama pada Siswa SMA Negeri 11 Ambon terkait

tindakan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas.

4
Beberapa penelitian yang berkaitan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat terkait

tindakan pertolongan pertama antara lain.

Tabel 1.1 Matriks Elaborasi

Peneliti Judul Tempat Kelebihan dan Desain Populasi Hasil


Kekurangan
Ferly Rawindi Hubungan Kelurahan Pada penelitian ini Korelasional Masyarakat Positif
Kase Pengetahuan Tlogomas tidak melakukan dengan Awam
Masyarakat Kecamatan observasi data pada pendekatan
Swito Prastiwi Awan Dengan Lowokwaru kalangan yang Cross-
Tindakan Malang berusia 50 tahun Sectional
Ani Sutriningsih Awal Gawat keatas.
darurat
Kecelakaan
Lalu Lintas
DiKelurahan
Tlogomas
Kecamatan
Lowokwaru
Malang
Sarfia Buamona Pengaruh SMA Negeri Jumlah siswa yang One Group Siswa SMA Positif
Pendidikan 1 Sanana menjadi responden Pre-Post test Negeri 1
Lucky T. Kesehatan Kabupaten terlalu sedikit. Sanana
Kumaat Terhadap Kepualauan
Tingkat Sula Maluku
Reginus T. Pengetahuan Utara
Malara Bantuan Hidup
Dasar (BHD)
Pada
Kecelakaan
Lalu Lintas
Pada Siswa
SMA Negeri 1
Sanana
Kabupaten
Kepulauan
Sula Maluku
Utara
Dewi Nurhanifa Pengaruh Siswa Kelas Peneliti Pre Siswa Kelas Positif
Pendidikan VII memberikan Experimental VII
Kesehatan Bandjarmasin penjelasan untuk design
Tingkat melakukan tindakan dengan one
Pengetahuan untuk siswa. group pre-

5
Pertolongan post test
Pertama Pada
Kecelakaan Di
Sekolah Pada
Siswa Kelas
VII
Pamaya Emilia Hubungan Direktorat Penetili tidak Deskriptif Anggota PRJ Negatif
Lumangkun Karakteristik Lalu Lintas menjadikan polisi Korelatif Direktorat Lalu
Polisi Lalu Polda dengan rentang usia Dengan Lintas Polda
Lucky T. Lintas Dengan Sulawesi 20 tahun sampai Pendekatan Sulawesi Utara
Kumaat Tingkat Utara lebih dari 20 tahun Cross
Pengetahuan sebagai renponden Sectional
Sefti Rompas Bantuan Hidup pembanding dengan
Dasar (BHD) reponden yang
Di Direktorat berusia lebih dari 40
Lalu Lintas tahun.
Polda
Sulawesi Utara
Suharti dahlan Pengaruh Wori Peneiti melihat dari One Group Tenaga Positif
Pendidikan Kecamatan segi pengalaman Pre-Post Test Kesehatan
Lucky Kumaat Kesehatan Wori tenaga kesehatan Puskesmas
Tentang Kabupaten yang sudah lama Wori
Frany Onibala Bantuan Hidup Minahasa mengabdi pada
Dasar (BHD) Utara puskesmas Wori
Terhadap
Tingkat
Pengetahuan
Tenaga
Kesehatan Di
Puskesmas
Wori
Kecamatan
Wori
Kabupaten
Minahasa
Utara
Annisa Hidayati Analisis Seluruh Pada penelitian Study Cross Siswa SMP Positif
Resiko Siswa SMP dikatakan dilihat Sectional
Lucia Yovita Kecelakaan Kecamatan berdasarkan usia,
Hendrati Lalu Lintas Wonokromo akan tetapi tidak
Berdasarkan Surabaya terdapat data yang
Pengetahuan, menghubungkan
Penggunaan usia dengan
Jalur, dan kejadian kecelakaan
Kecepatan
Berkendara
Yenny Faktor-Faktor SMK 5 Kelebihan Cross Siswa Siswi Positif
Okvitasari Yang Banjarmasin penelitian ini Sectional SMK 5
Berhubungan adalah, peneliti Banjarmasin
Dengan melakukan
Penanganan penelitian yang

6
Bantuan Hidup dilihat berdasarkan
Dasar (Basic pengetahuan siswa
Life Support) yang mencakup
Pada Kejadian pengertian, tujuan,
Kecelakaan manfaat cara
Lalu Lintas di melakukan dan
SMK akibat penanganan
Rahmania Efektifitas Pesantren Penelitian yang Pre- Masyarakat Positif
Ambarika Simulasi Kota Kediri, dilakukan terlalu Eksperimen Awam
Prehospital Jawa Timur meluas, terlalu one-group
Care Terhadap banyak sampel yang prepost-
Self-Efficancy digunakan. postest
Masyarakat
Awam Dalam
Memberikan
Pertolongan
Pertama
Korban
Kecelakaan
lalu lintas
Krizstina Accident Hungary Kekurangan dari Preschool Positif
Deutsch Prevention and penelitian ini, children’s
First Aid peneliti tidak parents
Emese Pek Knowledge mencantumkan jenis
among desain yang
Balazs Radnai preschool digunakan.
children’s
Jozsef Betlehem parents
Putri Wulandini. Pendidikan Kamparu Kekurangan dari Siswa Siswi Positif
S Kesehatan Riau penelitian ini, SMA Kampar
Pertolongan peneliti tidak Riau
Andalia Roza Pertama Pada mencantumkan jenis
Kecelakaan desain yang
Kiki Parmanda (First Aid) digunakan.
Pada
Siswa/Siswi

Hanya saja, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang sama terkait

pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas. Sehingga peneliti akan meneliti

lebih lanjut terkait tingkat pemahaman pertolongan pertama pada kecelakaan lalu

lintas di Ambon.

7
1.2. Rumusan Masalah

Populasi penduduk yang meningkat menjadikan Indonesia sebagai pengguna

kendaraan bermotor tertinggi. Menurut data Publikasi Perhubungan Darat dalam

Angka pada 2014, jumlah yang terlibat kecelakaan lalu lintas didominasi oleh sepeda

motor yakni sebesar 108.883 kejadian. Kecelakaan lalu lintas masuk dalam 10

penyebab kematian terbanyak baik pada laki-laki maupun perempuan, bahkan pada

laki-laki menempati urutan ke-3. Hasil ini juga ditunjukkan pada evaluasi di 12

kab/kota, bahwa untuk Wilayah Timur Indonesia peningkatan kematian karena

kecelakaan lalu-lintas meningkat di tiap tahun. Hal ini senada dengan penyebab

kematian di Kota Ambon, bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab

kematian ke lima secara umum. Meningkatnya resiko kematian salah satu faktornya

yakni akibat kurangnya pengetahuan masyarakat awam terkait tindakan pertolongan

pertama yang harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana

yang ada ditempat kejadian. Karena tujuan pertolongan pertama adalah sebagai

bantuan keselamatan hidup korban terhadap kemungkinan yang lebih fatal dan

memudahkan pertolongan selanjutnya. Peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan

Siswa SMA Negeri 11 Ambon terkait tindakan pertolongan pertama pada kasus

kecelakaan lalu lintas.

1.3. Pertanyaan Penelitian

8
Bagaimanakah tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 11 Ambon terhadap tindakan

pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA negeri 11 Ambon terhadap

tindakan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 11 Ambon kelas

XII terkait tindakan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Pemerintah

Mendukung pemerintah dalam mengurangi angka tingkat kematian akibat

kecelakaan lalu lintas.

1.5.2. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi kepada sesama dan diaplikasikan dikehidupan

nyata.

1.5.3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti mengenai tindakan pertolongan pertama

pada kasus kecelakaan lalu lintas.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (UU RI No.22, 2009).

Korban kecelakaan dapat semakin buruk atau berujung pada kematian jika tidak

ditangani dengan cepat pada satu jam pertama, yang merupakan waktu yang sangat

penting dalam penanganan penyelamatan korban kecelakaan.3

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di

sunia. Secara global menurut WHO (2010) sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap

tahunnya dikarenakan kecelakaan lalu lintas dan jumlah ini kemugkinan akan terus

bertambah jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta pada tahun

2020. Data WHO tentang kecelakaan tersebut 90% nya terjadi di Negara-negara

berkembang termasuk Indonesia (Departemen Perhubungan, 2012). Di Indonesia,

Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih

10
cukup tinggi sebagian besar (70%) korban kecelakaaan lalu lintas adalah pengendara

sepeda motor yang terlambat mendapatkan pertolongan dan cedera kepala merupakan

urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan.3

Kecelakaan memiliki tiga faktor penyebab utama berdasarkan Haddon’s Matrix

yakni faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan yang terbagi dalam tiga tahap pra,

saat, dan pasca-kecelakaan. Faktor dalam tahap pra-kecelakaan guna mencegah

terjadinya kecelakaan, faktor dalam tahap saat kecelakaan guna pencegahan cedera,

dan faktor dalam tahap pasca-kecelakaan guna mempertahankan hidup. Pengetahuan

terkait pertolongan pertama merupakan salah satu faktor yang juga sangat penting

yang harus diketahui masyarakat awam untuk dapat melakukan tindakan pertolongan

pertama pada kasus gawatdarurat yang terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas.

Karena tujuan pertolongan pertama adalah sebagai bantuan keselamatan hidup korban

terhadap kemungkinan yang lebih fatal dan memudahkan pertolongan selanjutnya.2

2.2. Pertolongan Pertama

Tindakan pertolongan pertama merupakan sebuah perlakukan pada korban

kecelakaan sebelumnya ditangani oleh petugas medis dengan tujuan menghindarkan

korban dari cedera yang lebih parah. Tujuan dilakukannya tindakan atau penanganan

awal kondisi gawat darurat untuk menyelamatkan kehidupan, mencegah keadaan

menjadi lebih buruk dan mempercepat kesembuhan pada korban. Upaya pertolongan

terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu

dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage, hospital stage dan

11
rehabilitation stage, sehingga mampu mengurangi resiko keatian dan kecacatan fisik

(Khoirul, 2013). Masyarakat awam yang melakukan penanganan pertama pada

korban gawat darurat harus menguasai tiga cara dasar dalam keadaan darurat seperti

meminta bantuan pertolongan, menguasai teknik bantuan dasar (resusitasi jantung

paru) dan mengasai teknik menghentian perdarahan (Anwar,2014).7

Pertolongan pertama gawat darurat dapat menyelamatkan jiwa, mencegah luka-

luka menjadi lebih parah, mempercepat pemulihan, menjaga, dan menyadarkan orang

yag tidak sadar. Pertolongan pertama tidak hanya diperlukan pada saat bencana, tetapi

teknik-teknik ini juga dapat membantu orang yang menderita akibat dari kecelakaan

atau trauma.7

2.2.1. Langkah Pertama Menolong Korban Terluka

Tetap tenang, selamatkan diri terlebih dahulu, kemudian baru menolong korban.

Periksa bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam

keselamatan diri dan orang-orang disekitar. Cari bantuan sangatlah penting untuk

meminta bantuan dari seorang ahli. Jika memungkinkan, kirimlah seseorang untuk

mencari bantuan karena korban sebaiknya tidak ditingggalkan sendiri. Apabila

penolong hanya sendiri di lokasi, tinggalkanlah korban dan carilah bantuan. Hubungi

rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat, keterangan yag diberikan harus seingkat

dan jelas termasuk kondisi korban, berapa jumlah korban dan lokasi korban. Jika

menemukan korban patah tulang atau terdapat luka dibagian punggung janga

dipindahkan tanpa menggunakan tandu. Jangan memberikan makanan atau minuman

12
kepada korban, dan beri korban dukungan kejiwaan. Dukungan kejiwaan

meningkatkan kemungkinan korban untuk bertahan hidup. Bahkan orang yang tidak

menjawab atau tidak sadarkan diri mungkin dapat mendengar apa yang penolong

katakan. Sangatlah penting untuk menjelaskan dengan tenang kepada korban bahwa

dia sedang ditolong.8

2.2.2. Menyadarkan Korban

Pindahkan bahu korban secara perlahan sambil menanyakan beberapa pertanyaan

mudah seperti siapa nama korban, bagaimana perasaan korban. Orang yang sadar

akan membalas dengan gerakan, membuat suaraa, atau menjawab pertanyaan. Jika

tidak ada geraakan atau reaksi, berarti korban tidak sadar maka harus dilakukan

adalah hubungi 118 atau nomor gawat darurat didaerah setempat. Jika

memungkinkan, minta orang lain untuk melakukan ini agar penolong tetap bersama

korban. Kemudian baringkan korban, berlututlah disamping korban dekat dengan

bahunya. Bersihkan saluran udara korban dengan cara angkat dagu korban dan

miringkan kepala korban ke kebelakang dan keatas, pegang rahangnya dengan tangan

penolong. Pastikan tidak ada hal yang menyumbat saluran pernapasan, seperti

makanan atau lidah yang terlipat. Apabila ada hal-hal yang menyumbat gunakan

kedua jari penolong untuk mengeluarkan yang menyumbat.8

Periksa pernapasan, lihat pergerakan dada dan perut pada korban. Dengar dan

rasakan keluarnya udara dari hidung dan mulut dengan meletakkan pipi penolong di

wajah korban, apabila korban tidak bernapas selama 5-10 detik. Segera berikan

13
bantuan napas dari mulut ke mulut. Usahakan kepala korban dalam posisi

menengadah, tutup hidung korban. Tarik napas dalam-dalam dan letakkan mulut

penolong diatas mulut korban. Hembuskan udara dengan kuat ke dalam mulut

korban. Pastikan udara yang dihembuskan tidak keluar dari hidung korban. Beri

napas bantuan penuh dan pastikan dada korban naik saat udara dihembuskan. Apabila

hal tersebut tidak terjadi, kembalikan posisi kepala korban dengan cara mengangkat

dagu dan menengadahkan kepalanya, sambil memegang rahang korban dengan satu

tangan. Berikan napas bantuan sekali lagi, apabila dada korban tidak naik saat

diberikan bantuan napas untuk kedua kalinya, lanjutkan proses tersebut tetapi jangan

mengubah posisi kepala korban lagi. Setelah hembusan napas kedua, lihat kemudian

dengar dan rasakan untuk mengetahui apakah korban telah mulai bernapas dengan

sendirinya. Penolong memerlukan waktu sebanyak lima detik untuk memberikan dua

kali bantuan napas.8

Apabila korban masih belum mulai bernapas dengan sendirinya, mulailah

menekan dada korban. Letakkan tangan penolong diatas dada korban. Tekan dada

korban sedalam 4-5 cm dengan lembut dan cepat ( setidaknya 100 tekanan per menit).

Setelah 30 yekanan, beri 2 napas bantuan. Setelah 5 set 30 tekanan dan 5 set 2 napas

bantuan, lihat kemudian dengan dan rasakan untuk mengetahui apakah korban telah

mulai bernapas dengan sendirinya. Bila perlu bergantian dengan seseorang agar

penolong dapat istirahat, orang baru akan lebih kuat dan efektif. Apabila koeban

mulai bernapas, miringkan badannya dalam posisi pemulihan, serta periksa saluran

pernapasan dan pernapasan berkala.8

14
Gambar 1 : Pemberian Napas Buatan dan RJP

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

Bantuan pernapasan dapat dihentikan kepada korban ketika saat korban telah

sadar, atau mulai bernapas dengan sendirinya, saat pelayanan kesehatan tiba dan saat

penolong telah lelah atau tidak ada harapan lagi untuk bantuan pernapasan, apabila

korban mulai tidak bernapas setelah memberikan napas bantuan selama 20 menit,

maka sedikit kemungkinan mereka akan selamat. Setelah 30 menit mereka sudah

meninggal. Tinggalkan orang dan bantu korban lain jika ada banyak korban.8

2.2.3. Napas Bantuan Untuk Bayi dan Anak Berusia di Bawah 8 Tahun

15
Letakkan bayi atau anak dalam posisi telentang, kemudian buka saluran

pernapasan dengan menaikkan sedikit posisi kepala keatas dan kebelakang untuk

membersihkan saluran pernapasannya. Setelah itu, baringkan anak sedikit miring.

Untuk bayi berusia di bawah 1 tahun, baringkan telentang. Apabila tidak bernapas,

tutup mulut dan hidung bayi dengan mulut penolong.8

Gambar 2 : Napas Bantuan Untuk Bayi

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

Beri napas bantuan sebanyak 2 kali kedalam mulut dan hidung bayi. Apabila

tidak ada tanda-tanda pernapasan letakkan jati ketiga dan keempat penolong di tengah

dada anak, 1,5cm dibawah putting susu, tekan kebawah secara lembut sedalam 2,5-

3,5cm selama 30 kali. Kemudian periksa pernapasan, apabila tidak ada kemajuan,

lanjutkan mencoba untuk menyadarkan bayi sampai bantuan kesehatan tiba atau bayi

mulai bergerak atau bernapas.8

16
2.2.4. Posisi Pemulihan

Posisi pemulihan digunakan ketika seseorang bernapas namun tidak sadarkan diri.

Hal ini membantu untuk menjaga saluran pernapasan serta mengeluarkan cairan dari

mulut untuk mencegah korban tersedak. Jangan memindahkan korban yang

kemungkinan menderita luka atau cedera dibagian leher dan bagian belakang.

Biarkan korban dalam posisi semula, kecuali korban dalam bahaya.8

Gambar 3 : Posisi Pemmulihan

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

17
Cara menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan adalah dengan cara

baringkan korban dalam posisi terlentang, luruskan kedua kakinya, periksa bagian

saku atau kantong untuk memastikan tidak ada benda tajam atau benda berbahaya

lainnya. Kemudian silangkan salah satu tangannya ke bahu dan tekukkan salah satu

kakinya. Biarkan tangan lainnya terulur. Gulirkan korban kesamping dengan

mendorong bahu dan pinggang korban menjauhi penolong. Setelah itu, letakkan

kepala korban diatas tangan yang disilangkan ke bahu. Tangan tersebut akan berperan

sebagai bantal atau penopang kepala korban sekaligus mencegah cairan dari mulut

korban masuk kembali ke dalam mulut pada saat korban muntah. Untuk bayi yang

berusia dibawah 1 tahun dapat dilakukan dengan cara, letakkan bayi dalam posisi

telentang dan tengadahkan kepalanya ke belakang. Wajah bayi diputar sedikit

menghadap ke samping untuk memudahkan cairan keluar dari mulut dan menajaga

saluran pernapasan.8

2.2.5. Cara Memindahkan Korban

Jangan memindahkan korban yang terluka parah dalam keadaan berbahaya.

Keadaan berbahaya termasuk berada dekat dengan api, lalu lintas, gas beracun, atau

bangunan tidak stabil. Sebaiknya berikan pertolongan pertama kepada korban di

tempat penolong menemukannya sambil menunggu bantuan datang. Apabila korban

memang perlu untuk dipindahkan, penolong perlu memperhatikan beberapa hal.

Apabila korban dicurigai mederita cedera di bagian leher, tulang punggung, atau

tuang belakang, jangan dipindahkan kecuali memang benar-benar perlu. Selalu

18
perhatikan bagian kepala, leher, dan tulang belakang korban, bagaimanapun cara

untuk memindahkannya (terutama apabila korban tidak sadar). Pegang kepala, leher

dan punggung korban erat tetapi selembut mungkin untuk menghindari cedera lebih

parah. Kemudian, korban diangkat perlahan-lahan tanpa merenggutnya.8

Gambar 4 : Cara Menggunakan Tandu

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

Untuk memindahkan korban dapat dilakukan dengan menggunakan tandu, tandu

dapat dibuat menggunakan papan meja, pintu, atau 2 tiang yang kuat dengan selimut

atau kain sarung yang dibentang dianatar tiang. Apabila korban dicurigai menderita

cedera pada bagian leher, punggung, atau tulang belakang. Pastikan bahan-bahan

yang digunakan sebagai tandu kuat (memiliki permukaan yang keras). Membuat

tandu dari selimut atau kain sarung dan tiang dengan membentangkan selimut di

19
tanah dan letakkan kedua tiang diatasnya dengan jarak 1/3 lebar selimut. Lipatlah

kedua sisi selimut kedalam agar menutupi tiang. Berat korban akan menahan lipatan

selimut pada tempatya. Sebelum menggunakan tandu pada korban, uji tandu tersebut

pada seseorang yang memiliki berat badan yang sama atau lebih dari korban untuk

memastikan pembuatan tandu sudah benar dan terjamin kekuatannya.8

Cara memindahkan korban apabila tidak ada tandu, jika korban tidak memiliki

cedera parah di bagian kaki, membungkuk dan berjongkoklah dengan kaki korban,

pegang pergelangan kakinya dengan erat dan seret korban perlahan-lahan menjauhi

bahaya, pastikan bahwa kepala korban tidak akan membentur apapun. Tapi apabila

korban memiliki cedera dibagian kaki. Membungkuk dan peganglah diku korban

dengan erat dan seret korban perlahan-lahan menjauhi bahaya, ketika menyeret

korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan tanah. Jangan menyeret korban

dengan memegang pakaiannya. 8

Gambar 6 : Memindahkan Tanpa Menggunakan Tandu

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

20
Pemindahan korban juga dapat dilakukan dengan membantu korban berjalan jika

korban masih mampu untuk berjalan dengan cara, berdirilah disamping korban, disisi

tubuh yang terluka. Namun, apabila tangan atau bahu korban cedera, berdirilah disuse

tubuh yang tidak terluka. Kemudian rangkullah salah satu tangan penolong dipinggir

korban, rangkulkan tangan korban di bahu penolong. Dukung korban dengan bahu

penolong. Setelah itu, berjalan bersama korban secra perlahan-lahan, dengan

melangkahkan kaki bagan dalam terlebih dahulu.8

Gambar 7 : Memindahkan Dengan Cara Berjalan

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

2.2.6. Cara Merawat Luka

21
Cara pertama dalam merawat luka yaitu dengan menggunakan perban

penyerap, luka ditutupi dengan perban penyerap yang steril dan tidak lengket sebelum

dibalut. Ini akan mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi attau cedera lebih

lanjut. Apabila tidak ada perban yang steril dan tidak lengket, gunakan kain katun

yang menyerap, bersih dan tidak lengket, serperti kain sarung dan seprai. Pembalut

wanita dapat menjadi perban penyerap yang sangat baik. Hindari menggunakan kain

yang terbuat dari serat langsung pada luka, sebab seraatnya akan menempel dan

mengakibatkan masalah lebih lanjut.8

Gambar 8 : Cara Merawat Luka

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

Kemudian mengisi bantalan, bantalan dapat dibuat dengan melipat beberapa

lapis pembalut atau kain yang kemudian diletakkan diatas atau sekitar perban. Ini

akan meningkatkan daya serap dan memberikan tekanan pada daerah terluka untuk

22
memperlambat pendarahan. Apabila ada patah tulang atau benda-benda yang

menonjol dari luka, bantalan juga dapat digunakan untuk mencecgah pembalut

menyentuh luka agar benda-benda yang menonjol tidak bergerak. Jangan mencoba

untuk menggerakkan tulang yang retak dan benda-benda yang menonjol dari luka, hal

ini hanya dilakukan oleh oramg yang ahli.8

Setelah itu, balut daerah luka untuk mengendalikan pendarahan, mengencangkan

perban atau bantalan, mengurangi atau mencegah pembengkakan, mengurangi rasa

sakit, dan mencegah pergeseran pada kaki atau sendi. Penolong dapat menggunakan

kain sarung, seprai, atau kain bersih lainnya sebagai pembalut. Jangan mengikat

pembalut terlalu kencang. tanda-tanda bahwa pembalut terlalu kencang dan perlu

dilonggarkan adalah terjadi pembengkakan, jari tangan pucat atau biru, rasa kaku dan

nyeri. Hal-hal tersebut adalah tanda-tanda bahwa sirkulasi darah tidak lancer di

bagian bawah perban.8

2.2.7. Pendarahan

Pendarahan dapat berakibat fatal apabila tidak di rawat. Sangatlah penting untuk

mengentikan pendarahan secepat mungkin. Ada 2 jenis pendarahan yaitu luar dan

dalam. Pendarahan dalam (di dalam tubuh) lebih sulit untuk diketahui dan dapat lebih

berbahaya daripada pendarahan luar. Tanda-tanda pendarahan dalam yaitu batuk atau

muntah darah, pembengkakan atau pengerasan di perut atau paha, tinja berwarna

merah atau hitam, air kencing merah, otot perut nyeri, lemad atau kaku, dan kejutan.8

23
Gambar 10 : Penanganan Pendarahan

(Sumber : SchneiderP. Pertolongan Pertama Gawat Darurat Panduan Ringkas

Untuk Masyarakat. Edisi 3. Gusti Raka Panji Tisna, penerjemah. Oliver W

[et al], Editor. Yayasan IDEP-www.idepfoundation.org, 2011.)8

Untuk penanganan pendarahan dalam pertama baringkan korban dalam posisi

senyaman mungkin, longgarkan pakaian korban serta angkat dan tekuk kaki korban

kecuali terdapat retakkan. Segera cari bantuan kesehatan, jangan berikan makanan

dan minuman kepada korban dan periksa korban setiap mengalami kejutan.

Sedangkan pada penanganan perdarahan luar, korban dibaringkan dalam posisi

pemulihan (kecuali ada luka di bagian dada), kemudian periksa apakah luka berisi

benda asing atau tulang yang menonjol. Apabila ada, jangan menyentuh atau

menggerakkan luka atau benda yang menonjol. Tetapi apabila tidak ada tlang yang

menonjol atau benda asing, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Gunakan kain

atau baju bersih, atau tangan untuk mengendalikan pendarahan apabila tidak ada

pembalut yang steril. Apabila korban masih mampu untuk melakukan tindakan

tersebut, mintalah mereka untuk menekan lukanya sendiri, untuk mengurangi risiko

24
infeksi silang, kemudian balut luka dengan erat. Angkat bagian tubuh yang terluka

lebih tinggi dari posisi jantung korban, apabila darah membasahi pembalut maka

bukalah pembalut dan ganti bantalan. Apabila terlihat bahwa pendarahan telah

berhenti, jangan lepaskan pembalut untuk mmemeriksa luka, karena hal tersebut

mungkin dapat mengakibatkan pendarahan baru.8

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan presepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran

(telinga), dan indera pengelihatan (mata) (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidika formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya

dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.9

25
2.3.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :10

a) Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk juga kembali suatu yang spesifikasi dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai

penggunaan hokum, rumus, prinsip dan sebagainya.

d) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

kedalam kommponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat

ditunjukkan dengan menggambarkan, membedakan, mmengelompokkan, dan

sebagainya.

26
e) Sintesis (Synthesis)

Merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat

menyusun formulasi yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penelitian terhadap suatu

materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentkan sendiri atau

yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang

materi yang akan diukur dari objek penelitian.

2.4. Hasil Penelitian Sebelumnya

 Penelitian Ferly Rawindi Kase, Swito Prastiwi dan Ani Sutriningsih Tahun

2018, Ada hubungan pengetahuan masyarakat awam dengan tindakan awal

gawat darurat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

sebagian besar (46,7%) responden memiliki pengetahuan kurang tentang

tindakan awal gawat darurat karena masyarakat awam lebih dominan

memiliki tingkat pendidikan rendah.

Penelitian Sarfia Buamona, Lucky T. Kumaat, dan Reginus T. Malara Tahun 2017,

ada hubungan antara pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan bantuan

27
hidup dasar pada kecelakaan lalu lintas dengan hasil penelitian terkait tingkat

pengetahuan sebelum diberikan intervensi menunjukkan bahwa responden

berpengetahuan baik yakni 9 responden (56,3%), dan sedangkan berpengetahuan

kurang yakni 7 responden (43,8%).

Penelitian Dewi Nurhanifah tahun 2017, dari hasil penelitian tentang pengetahuan

P3K yang paling banyak tidak diketahui responden adalah pengetahuan tentang

penanganan pingsan dan luka lecet. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan

tentang P3K sebagian sudah ada yang baik. Namun masih terdpat pengetahuan yang

masih cukup dan kurang, hal ini dapat lebih ditingkatkan dengan cara memberikan

pendidikan kesehatan tentang P3K sehingga mereka lebih mengetahui dan memahami

tentang P3K.

Penelitian Paaya Emilia Lumangkun, Lucky T. Kumaat dan Sefti Rompas tahun

2014, tidak ada hubungan antara umur Polisi lalu lintas dengan tingkat BHD.

Penelitian ini menjelaskan teori bahwa bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada

umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Kemudian penelitian Suharty Dahlan, Lucky Kumaat dan MNFranly Omibala tahun

2014, ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang BHD terhadap tingkat pengetahuan

28
tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan sebagai orang yang

pertama kali menemukan korban dapat melakukan pertolongan pertama pada

siapapun dalam keadaan yang gawat darurat terutama pada orang yang mengalami

henti jantung dan henti nafas yang merupakan indikasi dari pemberian BHD.

2.5. Kerangka Teori Penelitian

Pertolongan
Sikap
Pertama

Perilaku

Tindakan

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat

tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 11 Ambon trkait pertolongan pertama pada

kasus kecelakaan lalu lintas, dengan menggunaakan pendekatan Cross Sectional.

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan satu kali pada waktu dan tempat

yang sama secara bersamaan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Juli sampai dengan Desember 2018.

Pengumpulan data direncanakan pada bulan Desember 2018 di SMA Negeri 11

Ambon. Alasan dipilihnya sekolah ini karena tempat penelitian ini merupakan

sekolah yang bertempat pada daerah yang rawan kecelakaan sehingga hal ini oleh

peneliti dianggap mewakili SMA lainnya yang berada pada kota Ambon.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

30
a) Populasi target pada penelitian ini adalah siswa-siswi pada seluruh SMA di Kota

Ambon.

b) Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 11 Ambon

tahun 2018.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara Simple Random

Sampling dimana peneliti akan melalukan pengambilan data siswa siswi SMA Negeri

11 Ambon, kemudian data akan diambil secara acak dari data yang telah didapatkan

sampai pada total sampel yang dibutuhkan oleh peneliti.

3.3.3. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Chi

Square:

Keterangan:

Zα = deviat baku alfa

P = Proporsi kategori variabel yang diteliti

31
Q=1–P

d = presisi

3.4. Kriteria Subyek Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

3.4.1.1. Siswa-siswi di SMA Negeri 11 Ambon yang pernah

mendapatkan penyuluhan

3.4.1.2. Bersedia mengisi kuesioner yang diberikan

3.4.2. Kriteria Eksklusi

3.4.2.1. Siswa Siswi yang tidak bersedia menjadi sampel

3.4.2.2. Siswa Siswi yang tidak hadir saat penelitian

3.4.2.3. Pengisian kuesioner tidak lengkap

3.5. Variabel Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan penelitian, maka variabel yang

diteliti dalam penelitian ini adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas.

32
3.6. Kerangka Konsep

Definisi Pertolongan
Pertama

Pertolongan Pengetahuan
Kecelakaan
5. Pertama Pertolongan Pertama

Pemahaman
penanganan
pertolongan pertama

3.7. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Skala Ukur Hasil Ukur

Pengukuran

Pengetahuan Wawasan ilmu yang Kuesioner Ordinal Total skor dari

Pertolongan dimiliki responden pernyataan tentang

pertama dilihat dari jawaban pengetahuan

yang benar terhadap mengenai

33
pertanyaan-pertanyaan pertolongan pertama

mengenai pertolongan pada kuesioner

pertama dengan :

0 : Kurang (skor <

median) 1: Baik (skor

> median)

3.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner pada penelitian ini disajikan dalam bentuk pertanyaan tertutup artinya

semua jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang ada.

3.9. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan

menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti mengenai tingkat pengetahuan

Siswa terhadap tindakan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas.

3.10. Manajemen Analisis Data

3.10.1. Metode Pengolahan Data

34
a. Tahap editing : Pengecekan atau koreksi data yang telah dikumpulkan, karena

kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul tidak logis dan

mmeragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan

yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Apabila nanti

terdapat kekurangan data atau kesalahan, dan dapat dilengkapi atau diperbaiki

baik dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan penyisipan.

b. Tahap coding : Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-

tiap data yang masuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat

dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk, atau

identitas pada suatu informasi atau data yang dianalisis.

c. Tahap entry : Entry adalah proses memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam computer sesuai dengan kode masing-masing data.

d. Tahap cleaning : Mengecek kembali data yang sudah dimasukkan, apa ada

kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisis.

3.10.2. Analisis Data

Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per

variabel. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis univariat. Digunakan

untuk mengetahui pengetahuan siswa-siswi mengenai tindakan pertolongan pertama

pada kasus kecelakaan lalu lintas.

3.10.3. Penyajian Data

35
Setelah data diolah dan dianalisis, data selanjutnya akan disajikan dalam

bentuk tabel dan dalam bentuk narasi.

3.11. Alur Penelitian

Persiapan Penelitian
(persiapan instrumen
yang digunakan untuk Analisis Data Penyajian data
penelitian

Identifikasi sampel
Pengumpulan
yang Masuk ke
data
Dalam Penelitian

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

3.12. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2. Jadwal Penelitian

Tahun 2018

Tahapan Penelitian Bulan Ke-

6 7 8 9 10 11 12

Penyusunan Proposal

36
Pembimbingan

Proposal

Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

Pengumpulan Data

Analisis Data

3.13. Etika Penelitian

Secara garis besar, dalam penelitian ini ada 4 aspek etik penelitian, yaitu :

3.13.1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for person).

Peneliti menghormmati harkat dan martabat responden penelitian dalam

bentuk mempersiapkan formulir persetujuan responden (infored concent) yang

mencakup:

a. Penjelasan tujuan penelitian

b. Penjelasan manfaat penelitian

c. Persetujuan responden dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan

saja

d. Jaminan kerahasiaaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh

responden

37
3.13.2. Menghormati privasi dan kerahasiaan responden penelitian dalam bentuk

tidak

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas

responden. Penelitian hanya menggunakan coding sebagai pengganti identitas

responden.

3.13.3. Keadilan dan inklusivikasi/keterbukaan (Justice)

Prinsip keterbukaan dan adil dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan

sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur

penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua responden penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan agama, etnis

dan sebagainya.

3.13.4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Benefience

and maleficence)

Penelitian ini hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya dan responden penelitian pada khususnya. Peneliti

berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi responden.

38

Anda mungkin juga menyukai