Bab I-Iii
Bab I-Iii
PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia
dan salah satu masalah kesehatan yang tergolong dalam penyakit tidak menular.
Dampak negatif dari kecelakaan lalu lintas seperti kerugian materi, kesakitan, dan
Report On Road Safety (2013), sebanyak 1,25 juta korban meninggal tiap tahun
diseluruh dunia dan 20 – 50 juta orang megalami luka akibat kecelakaan lalu lintas.
Data WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
kematian anak di dunia dengan rata-rata angka kematian 1000 anak dan remaja setiap
Pada kawasan Asia Tenggara kasus kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010,
menurut estimasi kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 populasi di
38,1%, dan angka kematian yang terendah pada Maldive yaitu sebesar 1,9%.2
Menurut Global Report On Road Safety tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat
ketiga se-Asia untuk jumlah kematian terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas di
bawah Tiongkok dan India dengan total 38.279 kematian. Faktanya, menurut The
1
Global Report On Road Safety tahun 2015, jika dilihat dari presentase statistik jumlah
kecelakaan lalu lintas sebesar 0,015% dari jumlah populasi. Populasi penduduk yang
pula, terutama sepeda motor. Menurut data Publikasi Perhubungan Darat dalam
Angka pada 2014, jumlah yang terlibat kecelakaan lalu lintas didominasi oleh sepeda
motor yakni sebesar 108.883 kejadian disusul dengan mobil penumpang 18.147
kejadian, mobil beban 19.242 kejadian, bus 4.808 kejadian. Dari data tersebut dapat
kecelakaan lalu lintas terbesar jalan raya. Tingginya jumlah sepeda motor di
Indonesia tidak diimbangi dengan meningkatnya kesadaran berkendara yang baik dan
aman sehingga pengguna sepeda motor masih berisiko mengalami kecelakaan lalu
lintas. Menurut data Kepolisian Nasional, penyebab utama kecelakaan adalah human
error.3 Kecelakaan lalu lintas masuk dalam 10 penyebab kematian terbanyak baik
pada laki-laki maupun perempuan, bahkan pada laki-laki menempati urutan ke-3.
Hasil ini juga ditunjukkan pada evaluasi di 12 kab/kota, bahwa untuk Wilayah Timur
tahun. Hal ini senada dengan penyebab kematian di Kota Ambon, bahwa kecelakaan
lalu lintas merupakan penyebab kematian ke lima secara umum. Kejadian Transport
Accident atau KLL mengalami peningkatan tajam dari 3,3% menjadi 6,9% dan 7,1%
pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini bisa disebabkan kondisi geografis Kota Ambon
yang berbukit-bukit dan keadaan lalu lintas jalan raya yang tidak dipatuhi oleh
2
pengendara. Sehingga pada Tahun 2010, Sidang Umum PBB mengeluarkan resolusi
no. 64/255 dan menetapkan Dekade Aksi Keselamatan jalan 2011-2020 sebagai
langkah tanggap atas meningkatnya angka kejadian cidera akibat kecelakaan lalu
lintas di seluruh dunia. Tujuan dari dekade aksi ini adalah untuk menurunkan angka
menyelamatkan lima juta jiwa yang diperkirakan berpotensi menjadi korban selama
satu dekade. Namun, masih tingginya angka kecelakaan dijalan disebabkan beberapa
faktor, yaitu kelalaian pengendara, kondisi kendaraan, dan infrastruktur jalan, serta
faktor lain yang tidak kalah penting adalah proses pertolongan pertama pada
kecelakaan.4
sempurna dari dokter atau para medik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai
sementara yang dilakukan oleh petugas medik atau masyarakat awam yang pertama
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana
dan prasarana yang ada ditempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan
benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban
dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik akan dapat
3
memperburuk akibat dari kecelakaan bahkan dapat menimbulkan kematian.
masyarakat dan bahkan sejak tingkat sekolah.5 Pengetahuan masyarakat awam yang
baik dalam melakukan pertolongan pertama pada kondisi gawat darurat didasarkan
pada faktor kesadaran, pengetahuan dan keberanian. Menurut Kozier (2009), dalam
melakukan tindakan awal gawat darurat kecelakaan lalu lintas seperti tidak panik,
dalam membantu pertolongan gawat darurat diusahakan agar dalam keadaan tenang,
memperhatikan pernafasan dan denyut jantung korban masih dalam keadaan hidup,
dengan menekan pada bagian yang terluka sampai darah tidak mengalir, perhatikan
tanda-tanda shock, jangan memindahkan korban secara terburu-buru, hal ini bertujuan
mendeteksi rasa sakit yang dialami korban, apabila saat pemindahan menyentuh
sumber sakit maka akan memperparah keadaan dan segera transportasikan korban ke
keselamatan hidup korban terhadap kemungkinan yang lebih fatal dan memudahkan
pertolongan selanjutnya.6
pengetahuan masyarakat awam terutama pada Siswa SMA Negeri 11 Ambon terkait
4
Beberapa penelitian yang berkaitan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat terkait
5
Pertolongan post test
Pertama Pada
Kecelakaan Di
Sekolah Pada
Siswa Kelas
VII
Pamaya Emilia Hubungan Direktorat Penetili tidak Deskriptif Anggota PRJ Negatif
Lumangkun Karakteristik Lalu Lintas menjadikan polisi Korelatif Direktorat Lalu
Polisi Lalu Polda dengan rentang usia Dengan Lintas Polda
Lucky T. Lintas Dengan Sulawesi 20 tahun sampai Pendekatan Sulawesi Utara
Kumaat Tingkat Utara lebih dari 20 tahun Cross
Pengetahuan sebagai renponden Sectional
Sefti Rompas Bantuan Hidup pembanding dengan
Dasar (BHD) reponden yang
Di Direktorat berusia lebih dari 40
Lalu Lintas tahun.
Polda
Sulawesi Utara
Suharti dahlan Pengaruh Wori Peneiti melihat dari One Group Tenaga Positif
Pendidikan Kecamatan segi pengalaman Pre-Post Test Kesehatan
Lucky Kumaat Kesehatan Wori tenaga kesehatan Puskesmas
Tentang Kabupaten yang sudah lama Wori
Frany Onibala Bantuan Hidup Minahasa mengabdi pada
Dasar (BHD) Utara puskesmas Wori
Terhadap
Tingkat
Pengetahuan
Tenaga
Kesehatan Di
Puskesmas
Wori
Kecamatan
Wori
Kabupaten
Minahasa
Utara
Annisa Hidayati Analisis Seluruh Pada penelitian Study Cross Siswa SMP Positif
Resiko Siswa SMP dikatakan dilihat Sectional
Lucia Yovita Kecelakaan Kecamatan berdasarkan usia,
Hendrati Lalu Lintas Wonokromo akan tetapi tidak
Berdasarkan Surabaya terdapat data yang
Pengetahuan, menghubungkan
Penggunaan usia dengan
Jalur, dan kejadian kecelakaan
Kecepatan
Berkendara
Yenny Faktor-Faktor SMK 5 Kelebihan Cross Siswa Siswi Positif
Okvitasari Yang Banjarmasin penelitian ini Sectional SMK 5
Berhubungan adalah, peneliti Banjarmasin
Dengan melakukan
Penanganan penelitian yang
6
Bantuan Hidup dilihat berdasarkan
Dasar (Basic pengetahuan siswa
Life Support) yang mencakup
Pada Kejadian pengertian, tujuan,
Kecelakaan manfaat cara
Lalu Lintas di melakukan dan
SMK akibat penanganan
Rahmania Efektifitas Pesantren Penelitian yang Pre- Masyarakat Positif
Ambarika Simulasi Kota Kediri, dilakukan terlalu Eksperimen Awam
Prehospital Jawa Timur meluas, terlalu one-group
Care Terhadap banyak sampel yang prepost-
Self-Efficancy digunakan. postest
Masyarakat
Awam Dalam
Memberikan
Pertolongan
Pertama
Korban
Kecelakaan
lalu lintas
Krizstina Accident Hungary Kekurangan dari Preschool Positif
Deutsch Prevention and penelitian ini, children’s
First Aid peneliti tidak parents
Emese Pek Knowledge mencantumkan jenis
among desain yang
Balazs Radnai preschool digunakan.
children’s
Jozsef Betlehem parents
Putri Wulandini. Pendidikan Kamparu Kekurangan dari Siswa Siswi Positif
S Kesehatan Riau penelitian ini, SMA Kampar
Pertolongan peneliti tidak Riau
Andalia Roza Pertama Pada mencantumkan jenis
Kecelakaan desain yang
Kiki Parmanda (First Aid) digunakan.
Pada
Siswa/Siswi
Hanya saja, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang sama terkait
pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas. Sehingga peneliti akan meneliti
lebih lanjut terkait tingkat pemahaman pertolongan pertama pada kecelakaan lalu
lintas di Ambon.
7
1.2. Rumusan Masalah
Angka pada 2014, jumlah yang terlibat kecelakaan lalu lintas didominasi oleh sepeda
motor yakni sebesar 108.883 kejadian. Kecelakaan lalu lintas masuk dalam 10
penyebab kematian terbanyak baik pada laki-laki maupun perempuan, bahkan pada
laki-laki menempati urutan ke-3. Hasil ini juga ditunjukkan pada evaluasi di 12
kecelakaan lalu-lintas meningkat di tiap tahun. Hal ini senada dengan penyebab
kematian ke lima secara umum. Meningkatnya resiko kematian salah satu faktornya
pertama yang harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana
yang ada ditempat kejadian. Karena tujuan pertolongan pertama adalah sebagai
bantuan keselamatan hidup korban terhadap kemungkinan yang lebih fatal dan
Siswa SMA Negeri 11 Ambon terkait tindakan pertolongan pertama pada kasus
8
Bagaimanakah tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 11 Ambon terhadap tindakan
XII terkait tindakan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas.
nyata.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (UU RI No.22, 2009).
Korban kecelakaan dapat semakin buruk atau berujung pada kematian jika tidak
ditangani dengan cepat pada satu jam pertama, yang merupakan waktu yang sangat
sunia. Secara global menurut WHO (2010) sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap
tahunnya dikarenakan kecelakaan lalu lintas dan jumlah ini kemugkinan akan terus
bertambah jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta pada tahun
2020. Data WHO tentang kecelakaan tersebut 90% nya terjadi di Negara-negara
10
cukup tinggi sebagian besar (70%) korban kecelakaaan lalu lintas adalah pengendara
sepeda motor yang terlambat mendapatkan pertolongan dan cedera kepala merupakan
urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan.3
yakni faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan yang terbagi dalam tiga tahap pra,
terjadinya kecelakaan, faktor dalam tahap saat kecelakaan guna pencegahan cedera,
terkait pertolongan pertama merupakan salah satu faktor yang juga sangat penting
yang harus diketahui masyarakat awam untuk dapat melakukan tindakan pertolongan
pertama pada kasus gawatdarurat yang terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas.
Karena tujuan pertolongan pertama adalah sebagai bantuan keselamatan hidup korban
korban dari cedera yang lebih parah. Tujuan dilakukannya tindakan atau penanganan
menjadi lebih buruk dan mempercepat kesembuhan pada korban. Upaya pertolongan
terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu
dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage, hospital stage dan
11
rehabilitation stage, sehingga mampu mengurangi resiko keatian dan kecacatan fisik
korban gawat darurat harus menguasai tiga cara dasar dalam keadaan darurat seperti
luka menjadi lebih parah, mempercepat pemulihan, menjaga, dan menyadarkan orang
yag tidak sadar. Pertolongan pertama tidak hanya diperlukan pada saat bencana, tetapi
teknik-teknik ini juga dapat membantu orang yang menderita akibat dari kecelakaan
atau trauma.7
Tetap tenang, selamatkan diri terlebih dahulu, kemudian baru menolong korban.
Periksa bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam
keselamatan diri dan orang-orang disekitar. Cari bantuan sangatlah penting untuk
meminta bantuan dari seorang ahli. Jika memungkinkan, kirimlah seseorang untuk
penolong hanya sendiri di lokasi, tinggalkanlah korban dan carilah bantuan. Hubungi
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat, keterangan yag diberikan harus seingkat
dan jelas termasuk kondisi korban, berapa jumlah korban dan lokasi korban. Jika
menemukan korban patah tulang atau terdapat luka dibagian punggung janga
12
kepada korban, dan beri korban dukungan kejiwaan. Dukungan kejiwaan
meningkatkan kemungkinan korban untuk bertahan hidup. Bahkan orang yang tidak
menjawab atau tidak sadarkan diri mungkin dapat mendengar apa yang penolong
katakan. Sangatlah penting untuk menjelaskan dengan tenang kepada korban bahwa
mudah seperti siapa nama korban, bagaimana perasaan korban. Orang yang sadar
akan membalas dengan gerakan, membuat suaraa, atau menjawab pertanyaan. Jika
tidak ada geraakan atau reaksi, berarti korban tidak sadar maka harus dilakukan
adalah hubungi 118 atau nomor gawat darurat didaerah setempat. Jika
memungkinkan, minta orang lain untuk melakukan ini agar penolong tetap bersama
bahunya. Bersihkan saluran udara korban dengan cara angkat dagu korban dan
miringkan kepala korban ke kebelakang dan keatas, pegang rahangnya dengan tangan
penolong. Pastikan tidak ada hal yang menyumbat saluran pernapasan, seperti
makanan atau lidah yang terlipat. Apabila ada hal-hal yang menyumbat gunakan
Periksa pernapasan, lihat pergerakan dada dan perut pada korban. Dengar dan
rasakan keluarnya udara dari hidung dan mulut dengan meletakkan pipi penolong di
wajah korban, apabila korban tidak bernapas selama 5-10 detik. Segera berikan
13
bantuan napas dari mulut ke mulut. Usahakan kepala korban dalam posisi
menengadah, tutup hidung korban. Tarik napas dalam-dalam dan letakkan mulut
penolong diatas mulut korban. Hembuskan udara dengan kuat ke dalam mulut
korban. Pastikan udara yang dihembuskan tidak keluar dari hidung korban. Beri
napas bantuan penuh dan pastikan dada korban naik saat udara dihembuskan. Apabila
hal tersebut tidak terjadi, kembalikan posisi kepala korban dengan cara mengangkat
dagu dan menengadahkan kepalanya, sambil memegang rahang korban dengan satu
tangan. Berikan napas bantuan sekali lagi, apabila dada korban tidak naik saat
diberikan bantuan napas untuk kedua kalinya, lanjutkan proses tersebut tetapi jangan
mengubah posisi kepala korban lagi. Setelah hembusan napas kedua, lihat kemudian
dengar dan rasakan untuk mengetahui apakah korban telah mulai bernapas dengan
sendirinya. Penolong memerlukan waktu sebanyak lima detik untuk memberikan dua
menekan dada korban. Letakkan tangan penolong diatas dada korban. Tekan dada
korban sedalam 4-5 cm dengan lembut dan cepat ( setidaknya 100 tekanan per menit).
Setelah 30 yekanan, beri 2 napas bantuan. Setelah 5 set 30 tekanan dan 5 set 2 napas
bantuan, lihat kemudian dengan dan rasakan untuk mengetahui apakah korban telah
mulai bernapas dengan sendirinya. Bila perlu bergantian dengan seseorang agar
penolong dapat istirahat, orang baru akan lebih kuat dan efektif. Apabila koeban
mulai bernapas, miringkan badannya dalam posisi pemulihan, serta periksa saluran
14
Gambar 1 : Pemberian Napas Buatan dan RJP
Bantuan pernapasan dapat dihentikan kepada korban ketika saat korban telah
sadar, atau mulai bernapas dengan sendirinya, saat pelayanan kesehatan tiba dan saat
penolong telah lelah atau tidak ada harapan lagi untuk bantuan pernapasan, apabila
korban mulai tidak bernapas setelah memberikan napas bantuan selama 20 menit,
maka sedikit kemungkinan mereka akan selamat. Setelah 30 menit mereka sudah
meninggal. Tinggalkan orang dan bantu korban lain jika ada banyak korban.8
2.2.3. Napas Bantuan Untuk Bayi dan Anak Berusia di Bawah 8 Tahun
15
Letakkan bayi atau anak dalam posisi telentang, kemudian buka saluran
pernapasan dengan menaikkan sedikit posisi kepala keatas dan kebelakang untuk
Untuk bayi berusia di bawah 1 tahun, baringkan telentang. Apabila tidak bernapas,
Beri napas bantuan sebanyak 2 kali kedalam mulut dan hidung bayi. Apabila
tidak ada tanda-tanda pernapasan letakkan jati ketiga dan keempat penolong di tengah
dada anak, 1,5cm dibawah putting susu, tekan kebawah secara lembut sedalam 2,5-
3,5cm selama 30 kali. Kemudian periksa pernapasan, apabila tidak ada kemajuan,
lanjutkan mencoba untuk menyadarkan bayi sampai bantuan kesehatan tiba atau bayi
16
2.2.4. Posisi Pemulihan
Posisi pemulihan digunakan ketika seseorang bernapas namun tidak sadarkan diri.
Hal ini membantu untuk menjaga saluran pernapasan serta mengeluarkan cairan dari
kemungkinan menderita luka atau cedera dibagian leher dan bagian belakang.
17
Cara menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan adalah dengan cara
baringkan korban dalam posisi terlentang, luruskan kedua kakinya, periksa bagian
saku atau kantong untuk memastikan tidak ada benda tajam atau benda berbahaya
lainnya. Kemudian silangkan salah satu tangannya ke bahu dan tekukkan salah satu
mendorong bahu dan pinggang korban menjauhi penolong. Setelah itu, letakkan
kepala korban diatas tangan yang disilangkan ke bahu. Tangan tersebut akan berperan
sebagai bantal atau penopang kepala korban sekaligus mencegah cairan dari mulut
korban masuk kembali ke dalam mulut pada saat korban muntah. Untuk bayi yang
berusia dibawah 1 tahun dapat dilakukan dengan cara, letakkan bayi dalam posisi
menghadap ke samping untuk memudahkan cairan keluar dari mulut dan menajaga
saluran pernapasan.8
Keadaan berbahaya termasuk berada dekat dengan api, lalu lintas, gas beracun, atau
Apabila korban dicurigai mederita cedera di bagian leher, tulang punggung, atau
18
perhatikan bagian kepala, leher, dan tulang belakang korban, bagaimanapun cara
untuk memindahkannya (terutama apabila korban tidak sadar). Pegang kepala, leher
dan punggung korban erat tetapi selembut mungkin untuk menghindari cedera lebih
dapat dibuat menggunakan papan meja, pintu, atau 2 tiang yang kuat dengan selimut
atau kain sarung yang dibentang dianatar tiang. Apabila korban dicurigai menderita
cedera pada bagian leher, punggung, atau tulang belakang. Pastikan bahan-bahan
yang digunakan sebagai tandu kuat (memiliki permukaan yang keras). Membuat
tandu dari selimut atau kain sarung dan tiang dengan membentangkan selimut di
19
tanah dan letakkan kedua tiang diatasnya dengan jarak 1/3 lebar selimut. Lipatlah
kedua sisi selimut kedalam agar menutupi tiang. Berat korban akan menahan lipatan
selimut pada tempatya. Sebelum menggunakan tandu pada korban, uji tandu tersebut
pada seseorang yang memiliki berat badan yang sama atau lebih dari korban untuk
Cara memindahkan korban apabila tidak ada tandu, jika korban tidak memiliki
cedera parah di bagian kaki, membungkuk dan berjongkoklah dengan kaki korban,
pegang pergelangan kakinya dengan erat dan seret korban perlahan-lahan menjauhi
bahaya, pastikan bahwa kepala korban tidak akan membentur apapun. Tapi apabila
korban memiliki cedera dibagian kaki. Membungkuk dan peganglah diku korban
dengan erat dan seret korban perlahan-lahan menjauhi bahaya, ketika menyeret
korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan tanah. Jangan menyeret korban
20
Pemindahan korban juga dapat dilakukan dengan membantu korban berjalan jika
korban masih mampu untuk berjalan dengan cara, berdirilah disamping korban, disisi
tubuh yang terluka. Namun, apabila tangan atau bahu korban cedera, berdirilah disuse
tubuh yang tidak terluka. Kemudian rangkullah salah satu tangan penolong dipinggir
korban, rangkulkan tangan korban di bahu penolong. Dukung korban dengan bahu
21
Cara pertama dalam merawat luka yaitu dengan menggunakan perban
penyerap, luka ditutupi dengan perban penyerap yang steril dan tidak lengket sebelum
dibalut. Ini akan mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi attau cedera lebih
lanjut. Apabila tidak ada perban yang steril dan tidak lengket, gunakan kain katun
yang menyerap, bersih dan tidak lengket, serperti kain sarung dan seprai. Pembalut
wanita dapat menjadi perban penyerap yang sangat baik. Hindari menggunakan kain
yang terbuat dari serat langsung pada luka, sebab seraatnya akan menempel dan
lapis pembalut atau kain yang kemudian diletakkan diatas atau sekitar perban. Ini
akan meningkatkan daya serap dan memberikan tekanan pada daerah terluka untuk
22
memperlambat pendarahan. Apabila ada patah tulang atau benda-benda yang
menonjol dari luka, bantalan juga dapat digunakan untuk mencecgah pembalut
menyentuh luka agar benda-benda yang menonjol tidak bergerak. Jangan mencoba
untuk menggerakkan tulang yang retak dan benda-benda yang menonjol dari luka, hal
sakit, dan mencegah pergeseran pada kaki atau sendi. Penolong dapat menggunakan
kain sarung, seprai, atau kain bersih lainnya sebagai pembalut. Jangan mengikat
pembalut terlalu kencang. tanda-tanda bahwa pembalut terlalu kencang dan perlu
dilonggarkan adalah terjadi pembengkakan, jari tangan pucat atau biru, rasa kaku dan
nyeri. Hal-hal tersebut adalah tanda-tanda bahwa sirkulasi darah tidak lancer di
2.2.7. Pendarahan
Pendarahan dapat berakibat fatal apabila tidak di rawat. Sangatlah penting untuk
mengentikan pendarahan secepat mungkin. Ada 2 jenis pendarahan yaitu luar dan
dalam. Pendarahan dalam (di dalam tubuh) lebih sulit untuk diketahui dan dapat lebih
berbahaya daripada pendarahan luar. Tanda-tanda pendarahan dalam yaitu batuk atau
muntah darah, pembengkakan atau pengerasan di perut atau paha, tinja berwarna
merah atau hitam, air kencing merah, otot perut nyeri, lemad atau kaku, dan kejutan.8
23
Gambar 10 : Penanganan Pendarahan
senyaman mungkin, longgarkan pakaian korban serta angkat dan tekuk kaki korban
kecuali terdapat retakkan. Segera cari bantuan kesehatan, jangan berikan makanan
dan minuman kepada korban dan periksa korban setiap mengalami kejutan.
pemulihan (kecuali ada luka di bagian dada), kemudian periksa apakah luka berisi
benda asing atau tulang yang menonjol. Apabila ada, jangan menyentuh atau
menggerakkan luka atau benda yang menonjol. Tetapi apabila tidak ada tlang yang
menonjol atau benda asing, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Gunakan kain
atau baju bersih, atau tangan untuk mengendalikan pendarahan apabila tidak ada
pembalut yang steril. Apabila korban masih mampu untuk melakukan tindakan
tersebut, mintalah mereka untuk menekan lukanya sendiri, untuk mengurangi risiko
24
infeksi silang, kemudian balut luka dengan erat. Angkat bagian tubuh yang terluka
lebih tinggi dari posisi jantung korban, apabila darah membasahi pembalut maka
bukalah pembalut dan ganti bantalan. Apabila terlihat bahwa pendarahan telah
berhenti, jangan lepaskan pembalut untuk mmemeriksa luka, karena hal tersebut
2.3. Pengetahuan
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
(telinga), dan indera pengelihatan (mata) (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan itu sendiri
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
25
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
a) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk juga kembali suatu yang spesifikasi dari seluruh bahan
b) Memahami (Comprehention)
c) Aplikasi (Application)
d) Analisis (Analysis)
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat
sebagainya.
26
e) Sintesis (Synthesis)
f) Evaluasi (Evaluation)
materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentkan sendiri atau
yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang
Penelitian Ferly Rawindi Kase, Swito Prastiwi dan Ani Sutriningsih Tahun
Penelitian Sarfia Buamona, Lucky T. Kumaat, dan Reginus T. Malara Tahun 2017,
27
hidup dasar pada kecelakaan lalu lintas dengan hasil penelitian terkait tingkat
Penelitian Dewi Nurhanifah tahun 2017, dari hasil penelitian tentang pengetahuan
P3K yang paling banyak tidak diketahui responden adalah pengetahuan tentang
penanganan pingsan dan luka lecet. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan
tentang P3K sebagian sudah ada yang baik. Namun masih terdpat pengetahuan yang
masih cukup dan kurang, hal ini dapat lebih ditingkatkan dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan tentang P3K sehingga mereka lebih mengetahui dan memahami
tentang P3K.
Penelitian Paaya Emilia Lumangkun, Lucky T. Kumaat dan Sefti Rompas tahun
2014, tidak ada hubungan antara umur Polisi lalu lintas dengan tingkat BHD.
Kemudian penelitian Suharty Dahlan, Lucky Kumaat dan MNFranly Omibala tahun
2014, ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang BHD terhadap tingkat pengetahuan
28
tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan sebagai orang yang
siapapun dalam keadaan yang gawat darurat terutama pada orang yang mengalami
henti jantung dan henti nafas yang merupakan indikasi dari pemberian BHD.
Pertolongan
Sikap
Pertama
Perilaku
Tindakan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 11 Ambon trkait pertolongan pertama pada
Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan satu kali pada waktu dan tempat
Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Juli sampai dengan Desember 2018.
Ambon. Alasan dipilihnya sekolah ini karena tempat penelitian ini merupakan
sekolah yang bertempat pada daerah yang rawan kecelakaan sehingga hal ini oleh
peneliti dianggap mewakili SMA lainnya yang berada pada kota Ambon.
3.3.1. Populasi
30
a) Populasi target pada penelitian ini adalah siswa-siswi pada seluruh SMA di Kota
Ambon.
b) Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 11 Ambon
tahun 2018.
3.3.2. Sampel
Sampling dimana peneliti akan melalukan pengambilan data siswa siswi SMA Negeri
11 Ambon, kemudian data akan diambil secara acak dari data yang telah didapatkan
Square:
Keterangan:
31
Q=1–P
d = presisi
mendapatkan penyuluhan
diteliti dalam penelitian ini adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas.
32
3.6. Kerangka Konsep
Definisi Pertolongan
Pertama
Pertolongan Pengetahuan
Kecelakaan
5. Pertama Pertolongan Pertama
Pemahaman
penanganan
pertolongan pertama
Pengukuran
33
pertanyaan-pertanyaan pertolongan pertama
pertama dengan :
> median)
Kuesioner pada penelitian ini disajikan dalam bentuk pertanyaan tertutup artinya
semua jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang ada.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan
Siswa terhadap tindakan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan lalu lintas.
34
a. Tahap editing : Pengecekan atau koreksi data yang telah dikumpulkan, karena
kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul tidak logis dan
yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Apabila nanti
terdapat kekurangan data atau kesalahan, dan dapat dilengkapi atau diperbaiki
b. Tahap coding : Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-
tiap data yang masuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat
c. Tahap entry : Entry adalah proses memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
d. Tahap cleaning : Mengecek kembali data yang sudah dimasukkan, apa ada
Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per
35
Setelah data diolah dan dianalisis, data selanjutnya akan disajikan dalam
Persiapan Penelitian
(persiapan instrumen
yang digunakan untuk Analisis Data Penyajian data
penelitian
Identifikasi sampel
Pengumpulan
yang Masuk ke
data
Dalam Penelitian
Tahun 2018
6 7 8 9 10 11 12
Penyusunan Proposal
36
Pembimbingan
Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Secara garis besar, dalam penelitian ini ada 4 aspek etik penelitian, yaitu :
mencakup:
saja
responden
37
3.13.2. Menghormati privasi dan kerahasiaan responden penelitian dalam bentuk
tidak
responden.
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan agama, etnis
dan sebagainya.
and maleficence)
38