Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM SATUAN PROSES 2

Dosen Pembimbing: Meilianti, S.T.,M.T

Disusun oleh :

1. Dika Alfi Milenia


2. Rika Revika

Kelas : 4 KD

Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Tahun Ajaran 2019


PEMBUATAN SENYAWA ALKANA

I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan sentawa hidrokarbon alifatis jenuh (alkana).
2. Mengetahui sifat-sifat dari bahan yang digunakan.
3. Menuliskan reaksi dan mekanismenya.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Alat yang digunakan :
- Bunsen - Penjepit
- Tabung reaksi + rak tabung reaksi - Corong
- Kapas - Mortar dan pistil
- Sendok makan
2. Bahan yang digunakan :
- NaOH
- Natrium Benzoat (C6H5COONa)
- Natrium Asetat

III.DASAR TEORI a.
Pengertian

Alkana merupakan kelompok hidrokarbon yang paling sederhana yaitu senyawa -


senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen. Alkana hanya mengandung ikatan C-
H dan ikatan tunggal C-C. Rumus umum senyawa alkana adalah: C2H 2n+2

Alkana disebut juga golongan paraffin: afinitas kecil(=sedikit gaya gabung). Alkana
mempunyai berbagai wujud berdasarkan jumlah atom karbon yang ada dalam molekulnya :
1. C1 – C4 : pada t dan p normal adalah gas
2. C4 – C17 : pada t dan p normal adalah cair
3. > C18 : pada t dan p normal adalah padat
Sifat-Sifat Fisik
1. Titik Didih
a. Fakta-Fakta
Titik-titik didih yang ditunjukkan pada gambar di atas semuanya adalah titik didih
untuk isomer-isomer "rantai lurus" dimana terdapat lebih dari satu atom karbon. Perhatikan
bahwa empat alkana pertama di atas berbentuk gas pada suhu kamar. Wujud padat baru bisa
terbentuk mulai dari struktur C17H36. Alkana dengan atom karbon kurang dari 17 sulit
diamati dalam wujud padat karena masing-masing isomer memiliki titik lebur dan titik didih
yang berbeda. Jika ada 17 atom karbon dalam alkana, maka sangat banyak isomer yang bisa
terbentuk. Sikloalkana memiliki titik didih yang sekitar 10 - 20 K lebih tinggi dibanding
alkana rantai lurus yang sebanding.

b. Penjelasan-Penjelasan
Perbedaan keelektronegatifan antara karbon dan hidrogen tidak terlalu besar, sehingga
terdapat polaritas ikatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul sendiri memiliki polaritas yang
sangat kecil. Bahkan sebuah molekul yang simetris penuh seperti metana tidak polar sama
sekali.
Ini berarti bahwa satu-satunya gaya tarik antara satu molekul dengan molekul
tetangganya adalah gaya dispersi Van der Waals. Gaya ini sangat kecil untuk sebuah molekul
seperti metana, tapi akan meningkat apabila molekul bertambah lebih besar. Itulah sebabnya
mengapa titik didih alkana semakin meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran molekul.
Semakin bercabang rantai suatu isomer, maka titik didihnya akan cenderung semakin rendah.
Gaya dispersi Van der Waals lebih kecil untuk molekul-molekul yang berantai lebih pendek,
dan hanya berpengaruh pada jarak yang sangat dekat antara satu molekul dengan molekul
tetangganya. Molekul dengan banyak cabang tapi berantai pendek lebih sulit berdberdekatan
satu sama lain dibanding molekul yang sebagai contoh, titik didih tiga isomer dari C5H12.
Titik didih yang sedikit lebih tinggi untuk sikloalkana kemungkinan diakibatkan
karena molekul-molekul bisa saling mendekati akibat struktur cincin yang membuatnya lebih
rapi dan kurang "mengerut".
2. Kelarutan
a. Fakta-fakta
Kelarutan alkana tidak berbeda dengan kelarutan sikloalkana. Alkana hampir tidak
dapat larut dalam air, tapi larut dalam pelarut organik. Alkana dalam bentuk cair merupakan
pelarut yang baik untuk berbagai senyawa kovalen yang lain.
b. Penjelasan-penjelasan
1.Kelarutan dalam air
Apabila sebuah zat molekular larut dalam air, maka terjadi hal-hal berikut:
- gaya tarik antar-molekul dalam zat menjadi hilang. Untuk alkana, gaya tarik tersebut adalah
gaya dispersi Van der Waals.
- gaya tarik antar-molekul dalam air menjadi hilang sehingga zat bisa bercampur dengan
molekul-molekul air.Dalam air, gaya tarik antar-molekul yang utama adalah ikatan hidrogen.

2.Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik


Pada kebanyakan pelarut organik, gaya tarik utama antara molekul-molekul pelarut
adalah gaya Van der Waals - baik gaya dispersi maupun gaya tarik dipol-dipol.
Ini berarti bahwa apabila sebuah alkana larut dalam sebuah pelarut organik, maka
gaya tarik Van der Waals terputus dan diganti dengan gaya Van der Waals yang baru.
Pemutusan gaya tarik yang lama dan pembentukan gaya tarik yang baru saling
menghapuskan satu sama lain dari segi energi sehingga tidak ada kendala bagi kelarutannya.

3. Kereaktifan kimiawi Alkana


Alkana mengandung ikatan tunggal C-C yang kuat dan ikatan C-H yang juga kuat.
Ikatan C-H memiliki polaritas yang sangat rendah sehingga tidak ada molekulnya yang
membawa jumlah ion positif atau negatif yang signifikan untuk menarik molekul
lainnya.Olehnya itu alkana-alkana memiliki reaksi yang cukup terbatas. Beberapa hal yang
bisa dilakukan pada alkana:
· alkana bisa dibakar, yakni memusnahkan seluruh molekulnya;
· alkana bisa direaksikan dengan beberapa halogen yakni memutus ikatan C-H;
· alkana bisa dipecah, yakni dengan memutus ikatan C-C.
PEMBUATAN ALKANA :
1. Secara Komersil
Pemecahan (cracking)
Pemecahan (cracking) adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan molekul-
molekul hidrokarbon yang besar menjadi molekulmolekul yang lebih kecil dan lebih
bermanfaat. Penguraian ini dicapai dengan menggunakan tekanan dan suhu tinggi tanpa
sebuah katalis, atau suhu dan tekanan yang lebih rendah dengan sebuah katalis. Sumber
molekul-molekul hidrokarbon yang besar biasanya adalah fraksi nafta atau fraksi minyak gas
dari penyulingan minyak mentah (petroleum) menjadi beberapa fraksi. Fraksi-fraksi ini
diperoleh dari proses penyulingan dalam bentuk cair, tetapi diuapkan ulang kembali sebelum
dipecah. Tidak ada reaksi unik yang terjadi pada proses pemecahan. Molekulmolekul
hidrokarbon dipecah secara acak menghasilkan campuran campuran hidrokarbon yang lebih
kecil, beberapa diantaranya memiliki ikatan rangkap karbon-karbon. Sebagai contoh, salah
satu reaksi yang mungkin terjadi untuk hidrokarbon C15H32 adalah:

Atau reaksi yang lebih rinci, yang menunjukkan secara lebih jelas apa yang terjadi pada
berbagai atom dan ikatan, dapat dilihat pada gambar berikut:

Pemecahan (cracking) terbagi menjadi 2 cara:


a. Pemecahan katalisis
Pemecahan moderen menggunakan zeolit sebagai katalis.
b. Pemecahan termal
Pada pemecahan termal, digunakan suhu yang tinggi (biasanya antara 450°C sampai
750°C) and tekanan tinggi (sampai sekitar 70 atmosfir) untuk menguraikan hidrokarbon-
hidrokarbon yang besar menjadi hidrokarbon yang lebih kecil.
Reaksi-reaksi dari radikal bebas akan menghasilkan berbagai produk.

2. Secara Laboratorium
a. Hidrogenasi senyawa Alkena dan Alkuna
b. Reduksi Alkil Halida
c. Reduksi metal dan asam
d. Sintesa Dumas
Garam Na-Karboksilat jika dipanaskan bersama-sama dengan NaOH, maka akan terbentuk
alkana
CH3-COONa + NaOH → CH4 + Na2CO3
Na-asetat metana
CH3CH2CH2-COONa + Na → CH3CH2CH3 + Na2CO3
Na-butirat Pronana
e. Reaksi Wurtz
Suatu reaksi pembuatan parafin hidrokarbon (alkana) dengan mengrefluks alkil halida
(haloalkana) dengan logam natrium dalam eter kering. Pereduksi selain alkalimetal dapat
digunakan Mg, Ni(CO)4, dan t-BuLi.
Reaksi pada alkana
1. Pembakaran
Pembakaran sempurna alkana menghasilkan gas CO2 dan H2O (uap air), sedangkan
pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO dan uap air, atau jelaga (partikel karbon).
2.Substitusi atau pergantian
Atom H dari alkana dapat digantikan oleh atom lain, khususnya golongan halogen.
Penggantian atom H oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi.Salah satu reaksi
substitusi terpenting dari alkana adalah halogenasi yaitu penggantian atom H alkana dengan
atom halogen, khususnya klorin (klorinasi).Klorinasi dapat terjadi jika alkana direaksikan
dengan klorin.

3. Perengkahan atau cracking


Perengkahan adalah pemutusan rantai karbon menjadi potonganpotongan yang lebih
pendek. Perengkahan dapat terjadi bila alkana dipanaskan pada suhu dan tekanan tinggi tanpa
oksigen. Reaksi ini juga dapat dipakai untuk membuat alkena dari alkana. Selain itu juga
dapat digunakan untuk membuat gas hidrogen dari alkana.
Penggunaan alkana:
1. Metana : zat bakar, sintesis, dan carbon black (tinta,cat,semir,ban)
2. Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG (Liquified Petrolium Gases)
3. Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut pada sintesis Fraksi tertentu dari Destilasi
langsung Minyak Bumi/mentah TD (oC)

Sisa destilasi :
1. Minyak mudah menguap, minyak pelumas, lilin dan vaselin
2. Bahan yang tidak mudah menguap, aspal dan kokas dari minyak bumi
Sikloalkana
Sikloalkana juga hanya mengandung ikatan C-H dan ikatan tunggal C-C, hanya saja
atom atom karbon tergabung dalam sebuah cincin. Sikloalkana yang paling kecil adalah
siklopropana.

Jika anda menghitung jumah karbon dan hidrogen pada gambar di atas, anda akan
melihat bahwa jumlah atom C dan H tidak lagi memenuhi rumus umum CnH2n+2. Dengan
tergabungnya atom-atom karbon dalam sebuah cincin, ada dua atom hidrogen yang hilang.
Dua atom hidrogen yang hilang memang tidak diperlukan lagi, sebab rumus umum untuk
sebuah sikloalkana adalah CnH2n. Jangan anda berpikir bahwa molekul-molekul yang
terbentuk dari rumus ini adalah molekul-molekul biasa. Semua sikloalkana mulai dari
siklopentana keatas terdapat sebagai "cincin yang berkerut".
Sikloheksana misalnya, memiliki sebuah struktur cincin yang terlihat seperti di bawah
ini:

Struktur ini dikenal sebagai bentuk "kursi" dari sikloheksana – sesuai dengan
bentuknya yang sedikit menyerupai sebuah kursi. Sikloalkana memiliki titik didih yang
sekitar 10 - 20 K lebih tinggi dibanding alkana rantai lurus yang sebanding.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Percobaan pertama
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menumbuk satu sendok makan NaOH dan satu sendok makan Natrium Asetat dengan
menggunakan mortar dan pistil.
c. Mengambil satu sendok makan campuran yang telah halus ke dalam tabung reaksi dengan
menggunakan corong.
d. Menutup tabung reaksi dengan kapas.
e. Memanaskan tabung reaksi di atas bunsen sampai keluar gelembung.
f. Mengamati cairan yang terbentuk dan bau yang dihasilkan dari pembakaran.
2. Percobaan kedua
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menumbuk satu sendok makan NaOH dan satu sendok makan Natrium Benzoat dengan
menggunakan mortar dan pistil.
c. Mengambil satu sendok makan campuran yang telah halus ke dalam tabung reaksi dengan
menggunakan corong.
d. Menutup tabung reaksi dengan kapas.
e. Memanaskan tabung reaksi di atas bunsen sampai keluar gelembung.
f. Mengamati cairan yang terbentuk dan bau yang dihasilkan dari pembakaran.
V. DATA PENGAMATAN

Perlakuan Pengamatan
Menimbang 1 sendok NaOH, Natrium - 1 sendok NaOH = 4,2 gr
benzoat, Natrium Asetat - 1 sendok Natrium Asetat = 4,2 gr
- 1 sendok natrium benzoat = 4,2 gr
Menggerus setiap bahan NaOH digerus hingga halus dan
mencampurkan masing-masing bahan yaitu
natrium benzoat dan natrium asetat
Memasukkan bahan kedalam tabung reaksi Campuran dimasukkan kedalam tabung
reaksi sebanyak 1 sendok
Memanaskan campuran bahan Campuran bahan tadi dipanaskan diatas api
bunsen sampai keluar gelembung
Pemanasan pada tabung 1 yaitu NaOH + Gelembung yang terdapat pada tabung reaksi
Natrium Asetat bewarna agak kehitam-hitaman
Pemanasan pada tabung 2 yaitu NaOH + Gelembung yang terdapat pada tabung reaksi
Natrium Benzoat bewarna putih
VI. ANALISA PERCOBAAN

Berdasarkan percobaan Pembuatan Senyawa Alkana yang telah dilakukan dapat


dianalisa bahwa sebagai hidrokarbon jenuh, alkana memiliki jumlah atom H yang
maksimum. Alkana juga dinamakan parafin (dari parum affinis), karena sukar bereaksi
dengan senyawa-senyawa lainnya. Kadang-kadang alkana juga disebut sebagai hidrokarbon
batas, karena batas kejenuhan atom-atom H telah tercapai.
Pada percobaan kali ini kami melakukan pembuatan senyawa alkana atau senyawa
jika direaksikan dengan senyawa lain akan membentuk senyawa alkana. Pada percobaan ini
kami melibatkan campuran antara NaOH dan CH3COONa, NaOH dan Natrium Benzoat.
Percobaan yang pertama kami mencampurkan NaOH dan Natrium Asetat. NaOH dan
Natrium Asetat masing-masing sebanyak 1 sendok makan, sebelum mencampurkan kedua
bahan tersebut kami menghaluskan NaOH karena bentuknya yang mengkristal. Selanjutnya
campuran bahan tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi dan menutupnya dengan kapas
dengan tujuan agar bau yang dihasilkan setelah proses pemanasan tidak begitu menyengat.
Setelah proses pemanasan, senyawa didalamnya akan mengalami reaksi oksidasi atau
pembakaran yang akan menghasilkan CO2 dan H2O. Campuran bahan tersebut berubah
warna menjadi hitam yang sebelumnya bewarna putih dan terdapat sedikit gelembung disertai
bau menyengat. Dalam percobaan ini, reaksi kimia yang dihasilkan adalah :

CH3COONa + NaOH → Na2CO3 + CH4 Senyawa


CH4 adalah gugus alkana, yaitu metana

Percobaan kedua, kami melakukan metode yang sama seperti pada percobaan pertama hanya
saja bahan yang kami gunakan berbeda dengan percobaan pertama, bahan yang kami
gunakan pada percobaan kedua ini adalah NaOH dan Asam Benzoat. Dari percobaan ini
diamati bahwa campuran bahan tersebut berubah warna menjadi putih bening yang
sebelumnya bewarna putih dan terdapat sedikit gelembung. Hal itu karena adanya reaksi

pembakaran atau oksidasi yang menghasilkan CO2 dan H2O.

Dalam percobaan ini, kami tidak berhasil karena tidak menghasilkan senyawa alkana,
sesuai dengan tujuan pada percobaan ini tetapi menghasilkan senyawa Benzena.
C6H5COONa + NaOH → Na2CO3 + C6H6
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa alkana yang dihasilkan adalah CH4 pada percobaan pertama
2. Percobaan kedua kami tidak berhasil menghasilkan senyawa alkana, tetapi
menghasilkan senyawa benzena
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. 2013. “Buku Penuntun Praktikum Satuan Proses 2”. POLSRI : Palembang
http://yuniethafafa.blogspot.com/2012/04/pembuatan-alkana.html
GAMBAR ALAT

Bunsen Tabung Reaksi Penjepit

Sendok Mortar

Anda mungkin juga menyukai