Bab 2 KGD
Bab 2 KGD
PEMBAHASAN
A. Cairan amnion
b. Paritas
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih aman
untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan
tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks
belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali
lebih berisiko mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus
mengalami gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban
mudah rapuh dan akhirnya pecah spontan.(Saifuddin, 2010))
c. Umur
Keadaan ini terjadi karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi
sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Salah satunya
adalah perut ibu yang menggantung dan serviks mudah berdilatasi
sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini yang
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
e. Usia Kehamilan
6. Tanda Gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri
perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.(Saifuddin, 2010))
7. Diagnosis
Penegakkan diagnosis ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
bila air ketuban banyak dan mengandung mekonium verniks maka
diagnosis dengan inspeksi mudah ditegakkan, tapi bila cairan keuar
sedikit maka diagnosis harus ditegakkan pada :
c. Periksa dalam : ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi
8. Komplikasi
a. Ibu
1)Infeksi pada ibu yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik
permulaan berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke
uterus.
2)Gagalnya persalinan normal yang diakibatkan oleh tidak adanya
kemajuan persalinan sehingga meningkatkan insiden seksio sesarea.
3)Meningkatnya angka kematian pada ibu.(Sarwono, 2010)
b. Bayi
1)Hipoksia dan asfiksia
2)Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
3)Persalinan Prematur
4)Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul dengan persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi pada 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang
dari 26 minggu persalinan dalam 1 minggu.
5)Sindrom Deformitas Janin
6)Ketuban pecah dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin.
7)peningkatan morbiditas neonatal karena prematuritas.(Sarwono, 2010)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi pada kehamilan aterm,
kehamilan pretem, serta dilakukan induksi, pada ketuban pecah dini yang
sudah inpartu.(Ababi, 2008)
B. Oligohidramnion
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologis
4. Komplikasi oligohidramnion
d. Amniotic band
5. Diagnosis oligohidramnion
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan
tindakan “Amnioskopi” dengan alat khusus amnioskop.
e. Kelainan ginjal
6. Gambaran klinis
7. Prognosis
8. Diagnosa banding
9. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
c. Perbaikan nutrisi
1. Pengertian
2. Klasifikasi
a. Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam
beberapa minggu atau bulan,dan biasanya terjadi pada kehamilan
lanjut.
b. Hidramnion Akut
3. Etiologi
c. Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus
dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan
ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan, seperti pada atresia
esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
1) Kelahiran prematur.
4. Patofisiologi
a. Hidramnion kronis
b. Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat
dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan
yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari air ketuban
pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air
ketuban yang normal.
5. Frekuensi
a. Gemelli
b. Hidrops fetalis
c. Diabetes mellitus
d. Toksemia gravidarum
7. Prognosis
a. Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%)
terutama karena (Taufan Nugroho, 2010: 7-8):
1)Congenital anomaly
2)Prematuritas
3)Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang
atau tali pusat menumbung
4)Eritroblastosis
5)Diabetes mellitus
6)Solution placenta jika ketuban pecah tiba-tiba
b. Pada ibu :
1)Solution placenta
2)Atonia uteri
3)Perdarahan post partum
4)Retention placenta
5)Syok
Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama
dan sukar.
8. Diagnosis
9. Penatalaksanaan
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain
untuk melihat penyebab dari keadaan tersebut.
Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan
kemungkinan diabetes gestasional. Bila etiologi tidak jelas, pemberian
indomethacin dapat memberi manfaat bagi 50% kasus. Pemeriksaan
USG janin dilihat secara seksama untuk melihat adanya kelainan ginjal
janin. Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang
mengalami komplikasi sindroma twin tranfusin, terjadi polihidramnion
pada kantung resipien dan harus dilakukan amniosentesis berulang
untuk mempertahankan kehamilan.
10. Terapi
11. Pengobatan