Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Jurnal Keperawatan Kendal
Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
ISSN : Cetak 2085-1049

PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI


GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR

Livana PH1, Budi Anna Keliat2, Yossie Susanti Eka Putri2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2
Departemen Keperawatan Jiwa,Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia

Email: livana.ph@gmail.com; budianna_keliat@yahoo.com; yossie_putri@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Klien yang dirawat di rumah sakit mengalami beberapa masalah baik secara fisiologis
maupun psikologis sehingga menghambat aktivitas klien sehari-hari. Masalah psikologis yang sering
terjadi diantaranya ansietas, sehingga perlu upaya tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosis
ansietas tersebut agar status kesehatan klien meningkat baik secara fisilogis ataupun psikologis.
Metode: Karya ilmiah ini bertujuan untuk melaporkan penerapan terapi generalis terhadap tanda dan
gejala klien ansietas dengan penyakit fisik. Karya ilmiah ini menggunakan pendekatan konsep
“Caring” Swanson dan model stres adaptasi Stuart terhadap 100 klien yang dirawat di rumah sakit
umum. Hasil: Penerapan terapi generalis menurunkan respons kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial serta meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi ansietas. Diskusi: Terapi generalis
ansietas direkomendasikan untuk diberikan pada klien ansietas dengan penyakit fisik di rumah sakit
umum.

Kata kunci: Terapi generalis ansietas, ansietas, penyakit fisik.

ABSTRACT
Introduction: Clients treated in the hospital experience some problems both physiologically and
psychologically thereby inhibiting the daily client activity. Psychological problems that often occur
such as ansietas, so it is necessary effort nursing action to overcome the diagnosis of ansietas so that
the health status of the client increases either physically or psychologically. Methods: This paper
aims to report the application of generalist therapy to signs and symptoms of anxiety clients with
physical illness. This scientific work uses the Swanson "Caring" concept approach and Stuart's model
of stress adaptation to 100 clients treated in public hospitals. Results: The application of generalist
therapy decreases cognitive, affective, physiological, behavioral and social responses and enhances
the client's ability to cope with anxiety. Discussion: An anxiety generalist therapy is recommended to
be given to anxiety clients with physical illness in public hospitals.

Keywords: Generalist therapy of anxiety, anxiety, physical illness.

PENDAHULUAN Prevalensi ansietas di negara berkembang pada


Ansietas merupakan kebingungan atau usia dewasa sebanyak 50% (Videback, 2008).
kekwatiran pada sesuatu yang terjadi dengan Prevalensi gangguan mental emosional di
penyebab tidak jelas dan dihubungkan dengan Indonesia yang didalamnya termasuk ansietas
perasaan tidak menentu dan ketidakberdayaan mencapai 6%. Kota bogor merupakan kota yang
sebagai hasil penilaian terhadap suatu obyek ada di provinsi Jawa barat, dimana prevalensi
(Stuart, 2013). Ansietas merupakan keadaan ansietas yang merupakan bagian dari gangguan
emosi yang dirasakan secara subyektif dengan mental emosional nilainya cukup tinggi, yaitu
obyek tidak jelas dan terlihat dalam hubungan sebesar 28,1 persen. (Riskesdas, 2013).
interpersonal (Asmadi, 2008). Setiap orang Ansietas yang terjadi salah satunya disebabkan
pernah mengalami ansietas sehingga ansietas karena sedang dirawat di rumah sakit, sehingga
bukanlah hal yang asing dalam hidup manusia. membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa secara
Ansietas merupakan masalah kesehatan jiwa holistik dan komprehensif.
yang masuk dalam kelompok gangguan mental
emosional. Individu yang mengalami ansietas akan
mengalami ketidakseimbangan secara fisik dan
64
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

emosi (Stuart & Laraia, 2005). Ansietas terjadi komprehensif dengan pendekatan konsep stres
karena adanya perasaan takut tidak diterima adaptasi Stuart dan konsep “Caring” Swanson
dalam satu lingkungan tertentu;atau karena pada individu sebagai klien maupun keluarga
adanya ancaman terhadap integritas diri, sebagai klien.
meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar; bahkan Jumlah klien yang dikelola di ruang rawat inap
karena ancaman terhadap konsep diri: identitas selama 9 minggu waktu efektif terdapat 100
diri, harga diri, dan perubahan peran (Keliat, klien ansietas dengan berbagai macam penyakit
2011). Klien yang dirawat di rumah sakit fisik yang ditemukan yaitu, gagal ginjal kronik
karena penyakit fisik juga mengalami ansietas. (17,6%), gagal jantung (13,7%), Diabetes
Hal ini sesuai dengan teori Videbeck (2008) melitus (7,8%), Dispepsia (7,8%), Apendixitis
yang menyatakan bahwa peristiwa yang dapat (6,9%), stroke (5,9%), demam thypoid (5,9%),
menyebabkan ansietas, salah satunya adalah demam berdarah (3,9%). Klien ansietas yang
penyakit fisik. dikelola menunjukan tanda dan gejala atau
penilaian terhadap stressor melalui pendekatan
Tanda dan gejala ansietas terdiri atas dua teori konsep stres dan adaptasi Stuart dengan
komponen, yaitu komponen psikis/mental berbagai respon yaitu respon kognitif, afektif,
berupa khawatir atau was-was dan komponen fisiologis, perilaku dan sosial. Respon kognitif
fisik berupa napas semakin cepat, jantung (25,2%) ditunjukkan dengan berfokus pada hal
berdebar, mulut kering, keluhan lambung, yang penting dan sulit berkonsentrasi. Respon
tangan dan kaki merasa dingin dan ketegangan afektif (56,5%) ditunjukkan dengan perasaan
otot (Maramis, 2009). Respons dari ansietas sedih, khawatir, tidak percaya diri dan bingung.
tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan Respon fisiologis (38,6%) diantaranya nafsu
meningkatkan kemampuan dan menurunkan makan menurun, otot tegang, peningkatan
tanda dan gejala. Peningkatan kemampuan dan frekuensi denyut jantung, tekanan darah
penurunan tanda gejala tersebut dapat dilakukan meningkat, dan sulit tidur. Respon perilaku
dengan memberikan tindakan keperawatan yang (42,3%) diantaranya waspada, tidak produktif,
sesuai dengan kondisi dan situasi klien. banyak bertanya. Respon sosial (46%)
Ansietas dapat dicegah dengan mengenali diantaranya memerlukan orang lain dan
ansietasnya, meningkatkan kemampuan dalam interaksi sosial berkurang.
mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas
dalam, distraksi, kegiatan spiritual dan teknik Tindakan keperawatan yang telah diberikan dari
lima jari (Keliat, 2011). Data tersebut pada 100 klien ansietas dengan penyakit fisik
membuktikan bahwa terapi generalis mampu yaitu, mendiskusikan tentang ansietas yang
menurunkan gejala ansietas dalam beradaptasi klien alami, melatih tarik nafas dalam, distraksi,
terhadap stimulus yang diterima sehingga kegiatan spiritual, dan teknik lima jari.
asuhan keperawatan yang diberikan menjadi Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
efektif sesuai konsep stres dan adaptasi Stuart akan mencoba mengidentifikasi hasil penerapan
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan terapi generalis dalam bentuk karya ilmiah ini.
dapat memberikan pengaruh terhadap klien
dalam mencapai kesejahteraan klien sesuai METODE
konsep “Caring”. Karya ilmiah ini dilakukan dengan melaporkan
hasil penerapan tindakan keperawatan terapi
Pemberian asuhan keperawatan dapat menjadi generalis ansietas pada 100 klien ansietas
optimal jika menggunakan manajemen dengan penyakit fisik. Dilakukan pengukuran
pelayanan yang tepat yaitu dengan manajeman tanda dan gejala serta kemampuan sebelum dan
praktik keperawatan profesional (MPKP). setelah pemberian terapi generalis ansietas.
Kemampuan perawat dalam memberikan Untuk mengetahui tingkat ansietas yang klien
pelayanan holistik dan profesional di ruang rasakan, penulis memberikan kuesioner
rawat inap menggunakan pendekatan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS
Counseling Liasson Mental Health Nursing 42)yang berisikan 14 pertanyaan terkait
(CLMHN) dengan menerapkan manajemen dan ansietas.Hasil pengkajian dengan Depression
asuhan keperawatan fisik dan psikososial Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Tindakan
sehingga terwujud pelayanan keperawatan yang keperawatan generalis yang diberikan kepada

65
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

klien ansietas, yaitu dengan cara mengenal relaksasi nafas dalam, distraksi, kegiatan
ansietas (pengertian, penyebab, proses spiritual, dan teknik lima jari. Pelaksanaan
terjadinya, tanda dan gejala ansietas) dan terapi generalis pada klien ansietas
berlatih mengatasi ansietas dengan teknik digambarkan pada tabel 1.

Tabel 1.
Distribusi Pelaksanaan Terapi Generalis pada Klien Ansietas (n = 100)
Pertemuan Tindakan Keperawatan generalis Jml
1 Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat ansietas 100
Melatih teknik relaksasi nafas dalam 100
Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi 100
2 Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual 100
Melatih mengatasi ansietas melalui teknik lima jari 100
Terapi generalis pada klien ansietas ini Pelaksanaan terapi generalis diawali dengan
dilakukan sebanyak 1 – 2 kali pertemuan dan mengenalkan ansietas (pengertian, penyebeb,
setiap pertemuan dilakukan selama 15–30 proses terjadinya, tanda dan gejala) dan cara
menit. Kondisi klien ansietas yang dirawat di mengatasi ansietas tersebut dengan teknik
ruang rawat inap mayoritas mempunyai riwayat relaksasi nafas dalaam, distraksi, kegiatan
belum pernah dirawat di rumah sakit spiritual, dan teknik lima jari. Media yang
sebelumnya sehingga belum mempunyai penulis gunakan dalam memberikan terapi
pengalaman terkait cara mengatasi ansietas generalis ini adalah lembar balik dan leaflet,
terkait ansietas dengan penyakit fisik. sedangkan metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 2.
Distribusi karakteristik jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama,
riwayat dirawat sebelumnya pada klien ansietas (n = 100)
No Kategori Jumlah
1 Jenis Kelamin :
a. Laki-laki 53
b. Perempuan 47
2 Usia :
a. Dewasa (25-60 tahun) 70
b. Lansia (> 60 tahun) 19
c. Remaja (12-18 tahun) 6
d. Dewasa muda (18-25 tahun) 5
3 Pendidikan:
a. SLTA 35
b. SD 33
c. SLTP 24
d. PT 5
e. Tidak sekolah 3
4 Pekerjaan
a. Bekerja 50
b. Belum/ tidak bekerja 45
c. Pensiunan 5
5 Status pernikahan :
a. Menikah 71
b. Janda/ duda 16
c. Belum menikah 13
6 Agama
a. Islam 97
b. Kristen 3
7 Riwayat dirawat sebelumnya
a. Belum pernah dirawat 56
b. Pernah dirawat 44

66
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 3.
Distribusi karakteristik lama rawat di ruangan dan lama rawat oleh residen (n = 100)
No Variabel Mean Min-Maks
1 Usia 48 16 – 84
2 Lama rawat di ruang rawat inap (Hari) 5 3-24
3 Lama rawat oleh penulis (Hari) 3 2-8

Tabel 4.
Distribusi faktor predisposisi (n=100)
No Faktor Predisposisi Jumlah
Biologis
1 Keturunan 33
2 Napza/alcohol 2
3 Merokok 30
4 Pola Makan 19
Psikologis
1 Pengalaman masuk Rumah Sakit 44
2 Pola asuh : Otoriter 23
3 Pengalaman yang tidak menyenangkan 21
4 Kepribadian Tertutup 12
Sosiokultural
1 Tidak bekerja 45
2 Pendidikan rendah 36
3 Pola Komunikasi Tertutup 18
4 Tinggal dengan bukan dengan keluarga inti 14
5 Tidak aktif mengikuti kegiatan di masyarakat 13
6 Pengambilan keputusan tergantung orang lain 12
7 Tidak ada penghasilan dalam keluarga 8
8 Tinggal sendiri 5
9 Perceraian 3

Tabel 5.
Distribusi faktor presipitasi (n = 100)
Faktor Presipitasi Jumlah
Aspek Biologis
Keluhan Fisik 100
Diagnosis Medis 100
Tindakan Invasif 63
Aspek Psikologis
Kekhawatiran terhadap penyakitnya 100
Perubahan peran 34
Takut mati 19
Merasa menyusahkan keluarga 16
Takut bertambah parah penyakitnya 11
Merasa tidak berguna 9
Konflik keluarga 2
Aspek Sosiokultural
Hospitalisasi (tidak dapat beraktivitas) 94
Masalah ekonomi 11
Masalah pekerjaan 2
Masalah keluarga 3

67
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 6.
Distribusi tanda dan gejala ansietas (n=100)
No Tanda Gejala Anxietas Jumlah
1. Respon Kognitif:
Fokus pada hal yang penting 38
Tidak bisa konsentrasi 35
Lapang persepsi menyempit 31
Perlu banyak arahan 21
Cepat berrespon terhadap stimulus 29
Rata-rata 31
2. Respon Afektif:
Khawatir 100
Sedih 69
Tidak percaya diri 13
Bingung 62
Rata-rata 61
3. Respon Fisiologis:
Napsu makan menurun 99
Otot tegang 71
TTV meningkat/ menurun 46
Sulit tidur 46
Sering BAK/BAB 9
Mimpi buruk 7
Rata-rata 46
4 Respon Perilaku:
Waspada 60
Tidak produktif 47
Banyak bertanya 40
Rata-rata 49
5 Respon Sosial:
Memerlukan bantuan orang lain 78
Interaksi sosial berkurang 48
Rata-rata 63

Tabel 7.
Distribusi sumber koping klien (n=100)
Sumber Koping Jumlah
Kemampuan personal
Tahu dan mampu cara mengatasi ansietas 37
Tidak tahu dan mampu cara mengatasi ansietas 63
Dukungan social
Keluarga tahu cara mengatasi ansietas 22
Keluarga tidak tahu cara mengatasi ansietas 78
Adanya kader kesehatan jiwa 4
Tidak ada kader kesehatan jiwa 96
Ketersediaan material asset
Memiliki penghasilan sendiri 50
Penghasilan keluarga mencukupi 64
Puskesmas terjangkau 51
Memiliki BPJS 98
Keyakinan positif
Yakin akan sembuh 100
Tidak yakin akan sembuh 0

68
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 8.
Distribusi diagnosis Ansietas (n = 100)
Diagnosis Ansietas Jumlah
Ansietas Ringan 10
Ansietas Sedang 45
Ansietas Berat 45
Adapun perbedaan respons klien sebelum dan pada klien ansietas dapat dilihat pada tabel 9
sesudah penerapan terapi psikoedukasi keluarga berikut ini:

Tabel 9
Distribusi tanda dan gejala ansietas klien (n = 100)
No Tanda dan gejala Anxietas Jumlah Penurunan T&G
Pre Post
1. Respon Kognitif:
 Fokus pada hal yang penting 38 5 33
 Tidak bisa konsentrasi 35 6 29
 Lapang persepsi menyempit 31 6 25
 Perlu banyak arahan 21 2 19
 Cepat berespon terhadap stimulus 29 4 25
Rata-rata 31 5 25
2. Respon Afektif:
 Khawatir 100 5 95
 Sedih 69 1 68
 Tidak percaya diri 13 2 11
 Bingung 62 10 52
Rata-rata 61 5 57
3. Respon Fisiologis:
 Napsu makan menurun 99 20 79
 Otot tegang 71 4 67
 TTV meningkat/menurun 46 5 41
 Sulit tidur 46 16 30
 Sering BAK/BAB 9 1 8
 Mimpi buruk 7 0 7
Rata-rata 46 8 38
4 Respon Perilaku:
 Waspada 60 11 59
 Tidak produktif 47 9 38
 Banyak bertanya 40 0 40
Rata-rata 49 6,7 42
5 Respon Sosial:
 Memerlukan bantuan orang lain 78 17 61
 Interaksi sosial berkurang 48 17 31
Rata-rata 63 17 46

Evaluasi akhir menunjukkan seluruh klien sosial sebesar 46 klien. Terapi generalis terbukti
mengalami penurunan respons ansietas secara mampu menurunkan respons afektif, sosial, dan
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial perilaku dibanding dengan respons ansietas
setelah penerapan terapi generalis, yaitu adanya yang lain. Penerapan terapi generalis ansietas
perubahan atau selisih nilai pre dan post pada menghasilkan perubahan kemampuan pada
respons kognitif yaitu 25 klien, respons afektif klien. Adapun distribusi kemampuan klien
57 klien, respons fisiologis yaitu 38 klien, sebelum dan sesudah pemberian terapi generalis
respons perilaku yaitu 42 klien, dan respons ansietas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

69
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 10.
Distribusi kemampuan klien ansietas dengan terapi generalis (n = 100)
Kemampuan yang dicapai Pre Post Pening-katan
Mampu relaksasi nafas dalam 24 100 76
Mampu melakukan distraksi 40 100 60
Mampu melakukan teknik 5 jari 0 78 78
Mampu melakukan spiritual 88 100 12
Rata-rata 38 95 57

Tabel 10 menunjukkan bahwa kemampuan sesuai dengan pendapat Stuart (2009) yang
klien dalam mengatasi ansietas dengan tindakan menyatakan bahwa respon afektif yang terjadi
keperawatan generalis meningkat sebesar 57 pada klien ansietas merupakan respons emosi
klien. dalam menghadapi masalah dan bergantung
dari lama dan intensitas stresor yang diterima
PEMBAHASAN dari waktu ke waktu. Hal ini sesuai dengan
Tanda dan Gejala Ansietas Klien dengan yang dikemukakan NANDA (2012) bahwa
Penyakit Fisik respon afektif yang tampak pada ansietas
Jumlah klien ansietas dengan penyakit fisik diantaranya merasa khawatir, sedih, kurang
yang ada di ruang rawat inap berjumlah 100 motivasi, Ideal diri tinggi fokus pada sesuatu
klien dan mayoritas (90 klien) mengalami yang rinci dan spesifik, tidak percaya diri,
ansietas sedang hingga berat, hal ini merasa bersalah, putus asa, bingung,
ditunjukkan dari respons ansietas yang muncul penguasaan diri tergesa-gesa, tidak sabar,
sebelum diberikan terapi generalis yaitu: bahkan lepas kendali. Berdasarkan hasil
pengkajian respons afektif dan beberapa
a. Respons Kognitif pendapat diatas penulis simpulkan bahwa salah
Respons kognitif ditunjukkan dengan fokus satu respon afektif yang muncul dari klien
pada hal yang penting (38 klien), sulit ansietas dengan penyakit fisik adalah perasaan
konsentrasi (35 klien), lapang persepsi sedih akibat perubahan status kesehatan yang
menyempit (31 klien), cepat berespons dialami sehingga menyebabkan klien sering
terhadapstimulus (29 klien), perlu arahan (21 merasa khawatir akan mengalami peristiwa
klien). Hasil pengkajian ini sesuai dengan yang sama.
pendapat Stuart & Laraia (2005) yang
menyatakan bahwa klien yang mengalami c. Respons Fisiologis
ansietas sedang secara kognitif memungkinkan Respons fisiologis yang ditemukan dari hasil
untuk memusatkan pada hal yang penting dan pengkajian menunjukkan bahwa mayoritas
mengesampingkan yang lain dan lapang klien mengalami penurunan nafsu makan
persepsi juga menyempit. Hasil ini juga (99%), otot tegang (71%), tanda-tanda vital
mendukung pendapat Keliat (2011) yang meningkat/ menurun (46%), sulit tidur (46%).
menyatakan bahwa klien ansietas secara Hasil pengkajian ini sesuai dengan pendapat
kognitif ditandai dengan lapang persepsi Stuart (2009) yang menyatakan bahwa respon
menyempit, tidak mampu menerima rangsangan fisiologis yang terjadi akibat ansietas antara lain
luar, berfokus pada hal yangmenjadi tanda-tanda vital meningkat/menurun, terjadi
perhatiannya saja. Berdasarkan hasil dan ketegangan otot, mual/ muntah, tidak nafsu
beberapa pendapat tesebut penulis simpulkan makan,sulit memulai tidur.
bahwa klien dengan penyakit fisik yang
mengalami ansietas, secara kognitif mengalami Pendapat lain yang mendukung hasil
fokus pada hal yang penting, sulit konsentrasi, pengkajian ini adalah pendapat Mutptaqin
lapang persepsi menyempit, cepat berespons (2008) yang menyatakan bahwa klien yang
terhadap stimulus, perlu arahan. mengalami ansietas akan membutuhkan banyak
energi sehingga menyebabkan aktivitas dari
b. Respons Afektif sistem saraf simpatis aktif yang akan memacu
Hasil pengkajian pada respon afektif aliran darah ke otot-otot skeletal, meningkatkan
menunjukkan bahwa klien mengalami khawatir detak jantung dan pernafasan, serta mengurangi
(100%), sedih (69%), bingung (62%). Hasil ini aktivitas pencernaan. Pendapat Hawari (2008)

70
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

juga mendukung hasil pengkajian ini, yaitu respons sosiaal yang muncul pada klien ansietas
bahwa klien yang mengalami ansietas muncul dengan penyakit fisik ditunjukkan dengan
respons fisik berupa lambung terasa kembung, interaksi sosial menurun karena adanya
mual, perut mulas dan sukar buang air besar penyakit fisik sehingga membutuhkan orang
atau sering diare, frekuensi untuk buang air lain.
kecil lebih sering dari biasanya, otot terasa
tegang,Berdasarkan hasil pengkajian pada Klien dengan penyakit fisik yang mengalami
respons fisiologis dan beberapa pendapat ansietas secara otomatis muncul upaya untuk
tersebut, penulis simpulkan bahwa klien dengan mengatasinya dengan menggunakan
penyakit fsik yang mengalami ansietas akan kemampuannya untuk beradaptasi dengan
mengalami ketegangan otot, perubahan tanda- berbagai sumber koping dan mekanisme koping
tanda vital, dan perubahan sistem pencernaan. yang dimiliki.Mekanisme koping sebagai upaya
yang dilakukan individu dalam mengatasi
d. Respons Perilaku ansietas berupa upaya konstruktif dan
Hasil pengkajian pada respons perilaku destruktif.Mekanisme koping yang konstruktif
menunjukkan bahwa 60% klien mengalami pada klien ansietas dijadikan sebagai tanda dan
kewaspadaan, 47% produktivitas menurun, dan peringatan, sehingga individu menerimanya
40% klien sering bertanya. Hasil pengkajian ini sebagai suatu pilihan untuk pemecahan
sesuai dengan pendapat NANDA (2012) bahwa masalah, seperti negosiasi, meminta saran,
respons perilaku pada klien ansietas diantaranya perbadingan yang positif, penggantian reward.
aktivitas motorik tidak terarah, agitasi, Sedangkan mekanisme koping yang destruktif
pembicaraan koheren hingga inkoheren. Hasil ditunjukkan klien dengan mengungkapkan
penulisan ini juga mendukung pendapat Stuart ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
(2013) yang menyebutkan bahwa respons ketidakmampuan memenuhi peran yang
perilaku klien ansietas ditunjukkan dengan diharapkan, tidak mampu memenuhi kebutuhan
kewaspadaan meningkat, gelisah, dan dasar seperti makan minum, kebersihan diri,
produktivitas menurun. Berdasarkan hasil istirahat dan tidur dan berdandan, perubahan
pengkajian dan beberapa pendapat tersebut dalam interaksi sosial (menarik diri,
dapat disimpulkan bahwa respons perilaku klien bergantung, manipulatif dan impulsif) (Keliat
ansietas dengan penyakit fisik ditujukkan et.al, 2011). Berdasarkan masalah tersebut
dengan kewaspadaan, sering bertanya dan sebagai perawat profesional dalam memberikan
produktivitas menurun. asuhan komprehensif maka akan berupaya
memberikan tindakan untuk mengatasi ansietas
e. Respons Sosial klien tersebut.
Respon sosial yang ditunjukkan klien ansietas
dengan penyakit fisik dari hasil pengkajian Upaya yang dilakukan oleh penulis adalah
yaitu 48% dari klien menunjukkaninteraksi memberikan tindakan keperawatan terapi
sosial menurun dan 78% memerlukan bantuan generalis ansietas. Tindakan generalis yang
orang lain. Hasil pengkajian ini mendukung diberikan berupa tarik nafas dalam, distraksi,
pendapat NANDA (2012) bahwa respon sosial kegiatan spiritual, dan teknik lima jari. Hasil
yang ditampilkan oleh klien ansietas berupa penerapan terapi generalis ansietas pada 100
interaksi sosial menurun bahkan menarik diri klien mendapatkan hasil bahwa respons ansietas
dari lingkungan sehingga memerlukan bantuan sebelum dan sesudah dilakukan terapi generalis
orang lain (NANDA, 2012). Sedangkan rata-rata mengalami penurunan pada respons
pendapat Stuart (2009) respons sosial klien kognitif (25 klien), respons afektif (57 klien),
dengan ansietas ditunjukkan dengan mencari respons fisiologis (38 klien), respons perilaku
informasi tentang masalah yang dihadapi, (42 klien), dan respon sosial (46 klien). Hasil
mengidentifikasi faktor-faktor yang ini mendukung pendapat Keliat (2011) yang
berkontribusi terhadap masalah yang ada, membuktikan bahwa terapi generalis ansietas
menyalahkan diri sendiri, bersikap pasif, dan berupa relaksasi nafas dalam, distraksi, kegiatan
menarik diri, membandingkan ketrampilan dan spiritual, dan teknik lima jari mampu
kemampuan yang dimiliki dengan orang lain menurunkan respons ansietas baik respons
yang memiliki masalah yang sama. Berdasarkan kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial.
hasil pengkajian dan pendapat beberapa
literatur, penulis dapat simpulkan bahwa

71
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil penulisan Hikmawati, Mubin, dan Livana SIMPULAN DAN SARAN


(2013)menunjukkan bahwa respons fisiologis Simpulan
ansietas atau stres dapat dikurangi dengan Evaluasi akhir menunjukkan seluruh klien
teknik lima jari sebesar 60%. Berdasarkan hasil mengalami penurunan respons ansietas secara
evaluasi, pendapat ahli dan penulisan kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial
sebelumnya dapat penulis simpulkan bahwa setelah penerapan terapi generalis, yaitu adanya
terapi generalis ansietas dapat menurunkan perubahan atau selisih nilai pre dan post pada
respons ansietas yang dialami klien dengan respons kognitif yaitu 25 klien, respons afektif
penyakit fisik, yaitu respons kognitif berupa 57 klien, respons fisiologis yaitu 38 klien,
penurunan kondisi yang fokus pada hal yang respons perilaku yaitu 42 klien, dan respons
penting saja, respons afektif terjadi penurunan sosial sebesar 46 klien. Terapi generalis terbukti
perasaan khawatir, respons fisiologis terjadi mampu menurunkan respons afektif, sosial, dan
peningkatan nafsu makan, respons perilaku perilaku dibanding dengan respons ansietas
terjadi penurunan kewaspadaan, dan pada yang lain. Evaluasi kemampuan klien setelah
respons sosial terjadi peningkatan kemandirian penerapan terapi generalis mengalami
klien. Sedangkan respons mayoritas rata-rata peningkatan kemampuan pada 57 klien
yang mengalami banyak penurunan setelah
pemberian terapi generalis adalah respons Saran
afektif, respons sosial, dan respons perilaku. Terapi generalis ansietas direkomendasikan
untuk diberikan pada klien ansietas dengan
Kemampuan Klien Ansietas dengan penyakit fisik di rumah sakit umum.
Penyakit Fisik setelah Pemberian Terapi
Generalis Ansietas
Penerapan terapi generalis ansietas pada klien DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan peningkatan kemampuan berupa: Andriani, T., Mubin, F., Livana, PH. (2012).
kemampuan melakukan relaksasi nafas dalam Gambaran Tingkat Stres Pada Keluarga
meningkat 76 klien, kemampuan melakukan Yang Memiliki Penderita Gangguan
distraksi meningkat sebesar 60 klien, Jiwa Di RSUD Dr. H. Soewondo
peningkatan kemampuan melakukan kegiatan Kendal. Skripsi. Tidak dipublikasikan
spiritual sebesar 12 klien, dan kemampuan
melakukan teknik lima jari meninngkat sebesar Hamid, A.Y.S. (2008). Buku ajar riset
78 klien. Hasil penerapan terapi generalis keperawatan konsep, etika, &
ansietas ini mendukung penelitaian Hikmawati, instrumentasi. Jakarta: EGC
Mubin, dan Livana (2013) tentang pengaruh
teknik lima jari terhadap tingkat stres keluarga Hawari, D. (2002). Stres, Depresi dan Cemas.
dalam merawat klien gangguan jiwa. Hasil Jakarta: EGC.
penulisan tersebut menunjukkan bahwa ada
Hawari, D. (2008). Manajemen stres, cemas,
pengaruh teknik lima jari terhadap respons fisik
dan depresi (edisi2, cetakan ke 2).
sebesar 60%.
Jakarta: Fakultas kedokteran
Berdasarkan hasil penulisan tersebut dan hasil Universitas Indonesia
penerapan terapi generalis pada klien ansietas
Hikmawati, R. Mubin, F., Livana, PH. (2013).
dengan penyakit fisik dapat penulis simpulkan
Pengaruh pemberian hipnotis 5 jari
bahwa kemampuan klien dalam mengatasi
terhadap tingkat stres pada keluarga
ansietas dengan tindakan keperawatan terapi
dalam merawat anggota keluarga
generalis ansietas meningkat sebesar 57 klien.
gangguanjiwa berat di RSUD dr. H.
Meskipun penulis tidak mengidentifikasi
Soewondo Kendal.Skripsi. Kendal:
tingkat ansietas klien dengan skala indikator
STIKes Kendal. Tidak dipublikasikan
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42.
Hal ini yang menjadi keterbatasan dari karya Keliat B.A. (2006). Proses keperawatan
ilmiah akhir ini sehingga penulis tidak kesehatan jiwa (edisi 2). Jakarta: EGC.
mengetahui tingkat ansietas klien setelah
pemberian terapi generalis. Keliat B.A. (2011). Manajemen Kasus
Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.

72
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 64 - 73, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Keliat, B.A. (2012). Stres Manajemen. Dalam: Jogjakarta : Bagian Psikologi klinis
kongres nasional keperawatan jiwa ix. Fakultas psikologi UGM
22 November 2012: Senggigi Nusa
Tenggara Barat. Stuart (2006). Buku saku keperawatan jiwa,
edisi 5. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
Dasar:RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan
Kemenkes. jiwa (edisi 5). Jakarta: EGC.

Nasional Safety Council. (2004). Manajemen Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005). Principles
stres (alih bahasa: Palupi widyastuti). and practice of psychiatric nursing
Jakarta: EGC (8thedition). St.Louis: Elsevier Mosby.

Ramdhani, N., & Putra, A.A. (2008). “Studi Stuart, G.W (2009). Principles and practice of
pendahuluan multimedia interaktif: psychiatric nursing(9th edition).
pelatihan relaksasi”. Diakses dari St.Louis: mosby.
http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/relaks
asi.pdf. Diperoleh tanggal 20 Februari Stuart, G.W. (2013). Principles and practice of
2014. psychiatric nursing (10thedition).
St.Louis: Elsevier.
Ramdhani, N., & Putra, A.A. (2008).
Pengembangan multimedia relaksasi.

73

Anda mungkin juga menyukai