Proposal Terapi Bermain Anak
Proposal Terapi Bermain Anak
FATMAWATY
INDAH RESTIKA BN
IQRA MAWARDANI
VANI OKTAVIANUR
A. Latar Belakang
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan
perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga dikatakan
sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen
dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah
bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia.
Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego
dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga
dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan volume cairan di dalam tubuh anak
2. Merangsang kemauan anak untuk mengkonsumsi minuman yang dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan
3. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
4. Mengembangkan kognitifnya
5. Mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh anak
6. Mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman yang dirawat di ruang
yang sama
7. Mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di RS
8. Mampu beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isi Permainan
a) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan
kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang
lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil
tersenyum dan tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk
menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan
tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya
misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh.
b) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak
akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan
melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke
botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan
yang dilakukannya sehingga susah dihentikan
c) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan
tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan.
Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
d) Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada
di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan
tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakannya
sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan
situasi serta lingkungannya tersebut.
f) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai
orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya
yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan
ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
A. Rancangan bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “Cepat sembuh
dengan banyak minum”. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : pada sesi pertama
tentang pemaparan cerita mengunakan boneka tangan yang menceritakan tentang
pentingnya mengkonsumsi banyak air bagi penderita DHF. Pada sesi kedua, ANAK
diajak untuk menghabiskan air mineral yang disediakan oleh kelompok. Pada sesi
ketiga, anak diajak untuk melipat kertas yang sudah disediakan. Pemilihan bentuk
lipatan pada sesi ketiga ini tidak dibatasi. Kemudian hasil kreasi lipatan yang telah
selesai, diberikan tali untuk digantung ditempat tiap tidur anak.
C. Sasaran
a. Kelompok usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
b. Kriteria anak:
1. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
2. Anak dengan DHF
3. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
D. Waktu Pelaksanaan
a. Hari / Tanggal : Rabu, 4 Mei 2016
b. Waktu : Pukul 10.00 s/d 11.00
c. Tempat : Ruang rawat inap anak RS Ibnu Sina Makassar
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu pada
saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur, misalnya
pada pagi hari sekitar pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul 15.00. Durasi atau
lamanya bermain adalah sekitar 40 menit untuk menghindari anak merasa bosan
dengan permainan tersebut.
E. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Hasriani, S.Kep
2. Leader : Fatmawaty, S.Kep
3. Co Leader : Indah Restika BN, S.Kep
4. Fasilitator : Iqra Mawardani, S.Kep
Vani Oktavianur, S.Kep
F. Pembagian Tugas
1. Leader : Fatmawaty, S.Kep
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Co Leader : Indah Restika BN, S.Kep
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator : Iqra Mawardani, S.Kep
Peran Fasilitator
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
G. Susunan Kegiatan
1 5 menit Pembukaan :
- Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
- Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
- Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan
- Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
- Mempersilahkan Leader Mendengarkan
2 25 Kegiatan bermain :
menit - Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan pada anak, Menjawab pertanyaan
anak mau bermain atau
tidak
- Membagikan permainan Menerima permainan
- Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi anak
- Fasilitator mengobservasi Bermain
anak
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
3 10 Penutup :
menit - Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
- Menyampaikan hasil Mendengarkan
permainan
- Memberikan hadiah pada Senang
anak yang cepat
menyelesaikan gambarnya
dan bagus
- Membagikan Senang
souvenir/kenang-kenangan
pada semua anak yang
bermain
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
- Co-leader menutup acara Mendengarkan
- Mengucapkan salam Menjawab salam
H. Evaluasi
a. Evaluasi struktur yang diharapkan :
1. Alat-alat yang digunakan lengkap
2. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1. Terapi dapat berjalan dengan lancar
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
c. Evaluasi hasil yang diharapkan
1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
origami, kemudian digantung
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang
4. Anak tidak takut lagi dengan perawat
5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
G. Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi
poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor
keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
3. Mahasiswa
Stuart, Gail and Laraia, Michele. (1998). Principles and practice of psychiatric nursing.
St. Louis: Mosby.
Internet. http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00 p.m.
Internet. http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain.
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.
Internet. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-bermain/
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.