Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu fokus utama pembangunan di bidang pendidikan adalah
mengembangkan fondasi yang mantap pada bidang ilmu-ilmu dasar (basic
sciences). Ilmu-ilmu dasar tersebut merupakan landasan bagi pengembangan
ilmu-ilmu terapan yang membutuhkannya. Disamping itu, khususnya di negara-
negara maju, ilmu dasar dijadikan indikator keberhasilan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga negara-negara maju memiliki perhatian
lebih dasar tersebut.
Matematika merupakan ilmu dasar selain Sains dan Bahasa. Perhatian
terhadap pembelajaran Matematika tidak hanya sekedar telah menjadi rahasia
umum, bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, menakutkan, bahkan
tidak jarang siswa drop out hanya karena takut dengan mata pelajaran matematika.
Hal ini disebabkan matematika memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diterima sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antara
konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. (Puskur Balitbang
Depdiknas, 2003:5)
Siswa sekolah dasar pada umumnya masih berada pada usia 7 sampai 12
tahun, dimana pada usia tersebut menurut Piaget berada pada tingkat berfikir
operasional konkret (Hudojo, 1988: 46), memerlukan pengalaman aktif dalam
memanipulasi benda-benda konkret dan atau gambar-gambar dalam memahami
konsep matemetika. Pada usia tersebut siswa cenderung aktif bergrrak dan gemar
bermain. Pengalaman permainan awal mereka sebelum masuk sekolah secara
formal memberikan dasar untuk belajar selanjutnya.
Matematika sebagai fungsi salah satu mata pelajan yang diajarkan di
sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bilangan, symbol- symbol serta ketajaman penalaran yang
dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dasar bertujuan untuk
memberikan bekal kemampuan dasar membaca, menulis, menghitung,

1
2

pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
perkembangannnya.
Siswa sekolah dasar secara umum memiliki latar belakang yang beraneka
ragam, baik bakat, minat, social maupun perkembangan kognitif dan
kemampuannya. Perkembangan kognitif menurut Bruner (dalam Resnick, 1981:
110) mulai tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Maksudnya perkembangan
kognitif anak dimulai dari belajar benda-benda konkret, dilanjutkan pada belajar
gambar-gambar dan diagram-diagram (semi konkret dan semi abstrak) kemudian
belajar melalui simbol-simbol atau tanda. Misalnya untuk menjumlahkan dua
bilangan cacah yang terdiri dari dua angka atau lebih digunakan ikatan lidi ,
pensil, kelereng, manic-manik serta kartu bilangan. Setelah konsep tersebut
dipahami siswa, diajarkan dengan menggunakan gambar ikatan lidi, pensil atau
gambar kelereng, akhirnya menggunakan lambing bilangan. Oleh karena itu siswa
memerlukan perlakuan dari guru sesuai dengan keanekaragaman tersebut, melalui
pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penulis di SDN
Liprak Kulon II Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo dimana tempat
peneliti mengajar, diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika di sekolah
dasar belum berpusat pada siswa melainkan cenderung berpusat pada guru,
sehingga paisf dalam belajar. Siswa diperlakukan sebagai mesin yang berjalan
tanpa memperdulikan konsep yang telah dimilikinya, sehingga siswa cenderung
hanya menghafal nama-nama bilangan dan operasinya secara mantap. Hal ini jelas
disebabkan kurangnya pemahaman siswa tentang konsep operasi bilangan
terutama berkaitan antara operasi penjumlahan dengan operasi pengurangan
sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami operasi-operasi
bilangan yang lain, misalnya perkalian dan pembagian.
Kurangnya alat peraga, tuntutan kurikulum yang harus dipenuhi guru agar
seluruh materi dalam kurikulum diterima siswa, maka pembelajaran matematika
yang ada di sekolah dasar umumnya menonton tanpa melihat prose, sehingga
hakikat siswa sekolah dasar yang berkembang secara universal baik minat,
kognitif, fisik, emosi dan sosialnya tidak disadari oleh guru dan cenderung
diabaikan.
3

Bertolak dari hasil pengamatan awal mengenai latar belakang siswa kelas II
SDN Liprak Kulon II Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo dan
pengamatan mengenai pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan
cacah di kelas I dan kelas II. Guru waktu menjelaskan materi pelajaran, guru tidak
menggunakan alat peraga, tetapi dia langsung menuliskan soal di papan tulis dan
dia menanyakan jawab atau penyelesaian soal kepada siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran langsung dalam bentuk abstrak
tanpa mempertimbangkan taraf berfikir dan karakteristik siswa (yang masih
berada pada tahap operasional konkret). Sehingga bagi siswa yang kemampuan
berfikirnya lambat, mereka sering mengalami kesulitan.
Berkaitan dengan hasil pengamatan dan uraian di atas, agar pembelajaran
tidak merugikan siswa dan memungkinkan siswa untuk lebih mengembangkan
kemampuannya, maka perlu diciptakan suasana belajar yang kondusif dengan
menerapkan pembelajaran matematika yang sesuai. Oleh karena itu dilakukan
penelitian dengan judul :”Peningkatan kemampuan menyelesaikan penjumlahan
dan pengurangan melalui bermain kelereng dan lidi bagi siswa kelas II SDN
Liprak Kulon II Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.”

1.2 Identifikasi Masalah


Pembelajaran matematika, khususnya tentang penjumlahan dan pengurang
dengan hanya menggunakan metode tutorial ternyata menimbulkan masalah yakni
anak masih banyak yang belum memahami penjelasan yang disampaikan oleh
guru. Hal ini akan dapat membawa kelambatan dalam kemampuan belajar
pemecahan soal penjumlahan dan pengurangan, dan akan merambat pada
pencapaian kompetensi selanjutnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka penelitian tindakan kelas (PTK) ini
merupakan sarana termudah utnuk meneliti, menyempurnakan, meningkatkan,
dan mengevaluasi pengelolaan pembelajaran.
Model pembelajaran pengenalan media kelereng dan lidi akan berimplikasi
pada siswa yang tidak terbebani dengan hanya mendengarkan penjelasan guru di
dalam kelas saja, sehingga proses pembelajran pemecahan soal penjumlahan dan
pengurangan dapat dilakukan dengan lebih lancer dimanapun siswa berada.
4

Wujud atau implikasi model pembelajaran dengan menggunakan media


kelereng dan lidi pada mata pelajaran matematika pada penjumlahan dan
pengurangan misalkan ketika akan mengenalkan penjumlahan dan pengurangan
diberikan kelereng dan lidi yang sesuai dengan nilai bilangan yang akan
diselesaikan, contoh :

+ =

_ =

+ =

Setelah anak menghitung kelereng pertama ditambah dengan kelereng


kedua maka akan didapat hasil penjumlahan seluruh kelereng dan atau lidi
pertama dikurangi lidi kedua maka akan diketahui hasil pengurangan lidi tersebut.
Kemudian dilakukan penjumlahan campuran dan pengurangan campuran sebagai
pengembangan lebih lanjut.

1.3. Rumusan Masalah


Berpijak pada latar belakang di atas, menunjukkan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Hal ini
disebabakan karena metode yang digunakan dalam pelajaran kurang tepat.
Penggunaan alat peraga yang masih kurang dan metode pembelajaran yang
5

kurang tepat mengakibatkan prestasi siswa untuk memahami materi penjumlahan


dan pengurangan bilangan cacah masih rendah. Bertitik tolak pada permasalahan
tersebut penelitian inin mencoba untuk mencari alternative dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman
siswa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan yaitu dengan menggunakan
kelereng dan lidi sebagai alat bantu.

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah “Apakah


Pembelajaran yang menggunakan kelereng dan lidi sebagai alat bantu belajar
dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan penjumlahan dan
pengurangan bagi siswa kelas II SDN Liprak Kulon II Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo”.

1.4 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan pernyatan penulis yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitin ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara empiris
mengenai pembelajaran yang menggunakan kelereng dan lidi sebagai alat bantu
belajar sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas II sekolah dasar
dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi siswa
- Hasil belajar siswa lebih baik dan lebih meningkat karena memberikan
pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar secara
aktif dan kreatif sesuai dengan perkembangan kognitifnya terutama dalam
belajar operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.
- Siswa akan semakin serius dan lebih senang pada saat proses
pembelajaran, karena tidak terbebani saat belajar.
- Meningkatkan taraf penguasaan terhadap materi.
- Siswa akan lebih senang dalam menerima pelajaran matematika.
2. Bagi guru
6

- Membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran dan strategi


pembelajaran matematika di kelas dengan menggunakan alat bantu
kelereng dan lidi.
- Meningkatkan kreatifitas guru dalam mengembangkan teknik
pembelajaran serta guru termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
3. Bagi Peneliti
- Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi SI PGSD Universitas
Terbuka.
- Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh penulis untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
- Dalam penelitian membuat penulis percaya diri karena mampu melakukan
analisis terhadap kinerjanya sendiridi dalam kelas, sehingga menemukan
kekuatan dan kelemahan serta mengatasi berbagai masalah.
- Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan
pembelajaran matematika yang menggunakan alat bantu belajar kelereng
dan lidi serta memberikan dorongan untuk melaksanakan penelitian serupa
lebih lanjut sebagai variasi-variasi pembelajaran matematika yang lain.
4. Bagi sekolah
- Hasil penelitian ini bermanfaat bagi praktisi pendidikan yang kompeten
khususnya yang menangani lembaga pendidikan guru sekolah dasar
sebagai salah satu bahan masukan tentang pengembangan bahan
perkuliahan khususnya strategi pembelajaran matematika sekolah dasar.
- Memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan dalam membuat
rencana pengembangan sekolah dasar, agar mereka perlu
mempertimbangkan penemuan fasilitas terutama pengadaan alat peraga
yang menjunjung keberhasilan pelajaran matematika di sekolah dasar.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


suatu perubahan tingkah laku yanng baru secara keseluruhan sebagai hasil
keseluruhannya dan hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan (Slameto, 2003). Sementara pembelajaran adalah pengaturan
lingkungan yang diarahkan untuk mengubah tingkah laku, perilaku siswa ke arah
positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (
Sanjaya, 2005 ).
Kegiatan belajar mengajar menurut Suprayekti, dkk (2008 ; 226 ) adalah
suatu kegiatan yang berlangsung selama kegiatan pembelajaran terjadi.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar sering ditentukan oleh metode dan cara
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran.
Strategi pembelajaran matematika adalah kegiatan yang pilih oleh pengajar
(guru) dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas belajar
sehingga memperlancar tujuan belajar metematika (Hudojo, 1990 : 11).
Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng,
1997 : 27). Bertolak dari defenisi tersebut, pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang memberikan fasilitas belajar yang baik hingga terjadi proses
belajar. Pemberian fasilitas belajar bagi siswa, memerlukan suatu strategi, yaitu
strategi pembelajaran.
Pengetahuan tentang matematika mencakup pengetahuan konseptual dan
pengetahuan procedural. Pengetahuan konseptual mengacu pada pemahaman
konsep, sedangkan pengetahuan procedural mengacu pada keterampilan
melakukan suatu algoritma atau prosedur pengerjaan (Hiebert dan Lefevre dalam
Sutawijaya, 1997 : 177). Matematika dapat dipandang sebagai suatu kumpulan
struktur. Setiap struktur dalam kumpulan itu, biasa disebut dengan struktur
matematika, secara aksiomatis disusun dari pikiran (gagasan) yang abstrak
menggunakan symbol-simbol dengan menggunakan penalaran deduktif yang
kencang (Sutawijaya, 1996 : 1). Memahami konsepnya saja tidak cukup, karena

7
8

didalam prakteknya kehidupan sehari- hari siswa memerlukan keterampilan


matematika, sedangkan dengan mahir keterampilannya saja, siswa tidak mungkin
memahami dulu kemudian melatihkan keterampilan.
Untuk pemahaman konsep, guru membelajarkan secara bervariasi,
sedangkan untuk membuat mahir keterampilan perlu latihan rutin berulang dan
dapat pula disertai dengan permainan agar lebih menarik. Agar penanaman konsep
matematika (ide) ke dalam skemata siswa dapat lebih bermakna dan dapat
membangun suatu konsep matematika, maka diperlukan suatu kondisi lingkungan
yang memungkinkan terjadinya pemrosesan secara asimilasi dan atau akomodasi
mengenai suatu konsep matematika, sehingga terbangun jaringan konsep yang
mendasar pada schemata yang telah dimiliki siswa (Hudojo, 1998 : 6). Hal ini
memerlukan keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional.

2.2 Teori Belajar Matematika dari Bruner


Bruner seorang ahli matematika penganut aliran konstruktivis
mendasarkan teori belajar matematika pada hasil pengamatan dan percobaan di
sekolah bersama kawan-kawannya. Bruner berpendapat bahwa matematika
merupakan aktivitas konstruktif. Hal ini berarti dalam proses pembelajaran siswa
harus terlibat secara aktif dengan memanipulasi material yang berhubungan
dengan struktural intuitif yang telah dimilikinya. Ada tiga tahap perkembangan
kognitif anak, yaitu : tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik (Resnick,
1981 : 110). Tahap enaktif adalah tahap dimana anak dalam belajarnya masih
membutuhkan bantuan benda-benda konkret.
Untuk menjumlahkan dua bilangan cacah yang terdiri dari dua angka atau
lebih menggunakan ikatan-ikatan lidi atau kartu-kartu bilangan yang beraneka
warna menurut tanda nilai tempatnya. Tahap ikonik adalah tahap dimana para
siswa dalam belajarnya telah selangkah beralih dari benda-benda konkret menuju
bayangan mental secara realistis yaitu gambar-gambar benda. Tahap simbolik
adalah tahap dimana para siswa dalam belajarnya sudah mulai menggunakan
symbol-simbol / bahasa dari yang sederhana ke yang lebih luas. Dalam penelitian
ini ditekankan pada pemanfaatan ketiga tahap enaktif yaitu dengan menggunakan
alat bantu belajar berupa benda asli kelereng dan lidi.
9

Bruner memformulasikan empat teori umum belajar matematika, yaitu


teori konstruksi, teori notasi, teori pengkontrasan dan variasi, teori konektifitas ini
adalah teorema konstruksi (Construction Theorem) dengan didukung oleh
beberapa variasi contoh..
Teori konstruksi merupakan cara terbaik bagi anak untuk memulai belajar
konsep dari prinsip matematika, adalah dengan mengkonstruksi sendiri gagasan-
gagasan yang dipelajarinya. Anak-anak lebih baik menggunakan benda-benda
konkret untuk merumuskan gagasan itu. Karena gagasan atau hukum-hukum
matamatika dirumuskan sendiri oleh anak. Maka mereka akan lebih lama
mengingat dan dapat menerapkannnya secara benar pada situasi yang sesuai.
Dengan demikian pada tahap permulaan belajar konsep, munculnya pemahaman
bergantung pada aktifitas-aktifitas yang menggunakan benda konkret.
Oleh karena itu diberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa
membangun konsep melalui penggunaan benda-benda konkrit seperti kelereng
yang biasa digunakan anak bermain bersama teman-temannya, dan lidi yang
mudah didapat di sekitar kehidupan anak sehingga tidak terasa asing untuk dapat
membangun konsep belajar berikutnya.

2.3 Kurikulum Sekolah Dasar 1994


Kurikulum pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah dasar
menekankan kemampuan dan keterampilan dasar “Baca – Tulis – Hitung”
sebagaimana tercermin dalam kemampuan dan keterampilan penggunaan serta
berhitung ( menambah, mengurang, mengalikan, mengukur sederhana dan
memahami bentuk geometri) yang dapat diterapkan dalan kehidupan sehari-hari
(Depdikbud, 1995 : 1 ).
Tujuan umum diberikannnya pelajaran matematika dijenjang pendidikan
dasar khususnya sekolah dasar adalah :
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif;
2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat mengalihkan melalui kegiatan
matematika;
10

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih


lanjut di SLTP; dan
4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdikbud, 1995 :
25-26).

2.4 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah


2.4.1 Konsep Penjumlahan
Penjumlahan dapat dikenalkan kepada siswa melalui suatu situasi yang
memungkinkan siswa diberi obyek-obyek untuk memanipulasi. Penguasaan
konsep bilangan dan nilai tempat merupakan prasyarat untuk memahami
penjumlahan (Troutoma, 1991 : 60). Siswa-siswa harus dapat mengasosiasikan
sebuah bilangan sebagai himpunan yang yang sesuai dari obyek yang Nampak
dan mereka harus dapat menghitung secara bermakna. Selanjutnya penjumlahan
merupakan suatu makna yang lebih efisien dari menghitung. Penjumlahan
mencakup penggabungan dua himpunan yang berbeda dan mendapatkan hasil
berupa banyak anggota baru. Hal ini akan dilakukan siswa dengan menggunakan
obyek material yang dapat dimanipulasikan sendiri oleh siswa untuk mendapatkan
hasil penjumlahan dan dilaporkan kepada guru dalam bentuk kalimat matematika.

2.4.2 Konsep Pengurangan


Pengurangan dapat dijelaskan dengan menggunakan beberapa situasi
nyata. Empat macam situasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep
pengurangan menurut Kennedy dan Tipps (1994 : 293), adalah : pengambilan /
penarikan, perbandingan, melengkapi dan keseluruhan / bagian-bagian.

2.4.3 Nilai Tempat


Alat-alat peraga yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep bilangan
dan lambangnya pada system basis sepuluh dan nilai tempatnya kepada siswa
sekolah dasar terdiri dari dua jenis, yaitu : (a) alat peraga proporsional dan (b) alat
peraga non proporsional (Kennedy dan Tipps, 1994 : 252). Alat peraga
proporsional adalah alat peraga yang dapat menunjukkan nilai tempat secara
langsung, misalnya : unit-unit satuan digabung menjadi satu untuk mewakili satu
puluhan yang telah dibuat sebelumnya. Alat peraga non proporsional adalah alat
11

peraga dimana sepuluh obyek yang menggambarkan satua-satuan digantikan oleh


obyek yang mewakili sepuluh satuan, misalnya : kepingan-kepingan, manic-
manik berwarna-warni serta sempoa. Namun alat peraga ini akan tepat digunakan
jika siswa telah memahami konsep perwakilan, dimana satu benda mewakili
beberapa benda.
Sebelum mempelajari konsep tempat menurut Kennedy dan Tipps (1994 :
253) siswa harus sudah memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
(1) Siswa dapat menggunakan benda-benda konkret dan gambar-gambar untuk
menunjukkan bilangan 0 sampai dengan 9.
(2) Siswa dapat menuliskan lambang bilangan 0 sampai dengan 9.
(3) Siswa dapat menyatakan satu bilangan sebagai satu penjumlahan, seperti 0+3,
2+1. Dan 0+3 untuk bilangan 3. Kemampuan ini sangat penting sebagai dasar
pemahaman suatu bilangan, misalnya : 12 dapat dinyatakan sebagai 1
puluhan + 2 satuan dan sebagai 10 + 2. Apabila siswa telah siap mempelajari
bilangan-bilangan yang lebih besar dari Sembilan, mereka dapat
menggunakan berbagai alat peraga seperti tersebut diatas.

2.5 Media Pengajaran/ Alat Peraga


Kalau memperhatikan perkembangannya, pada awalnya media hanya
dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi guru. Alat bantu yang dipakai adalah
alat bantu visual, yaitu gambar, model, obyek dan alat-alat lain yang dapat
memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap
siswa. Untuk lebih jelasnya akan penulis bahas mengenai media pada bagian lebih
lanjut.
2.5.1 Pengertian Media Pengajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara,
sedangkan menurut istilah adalah wahana pengantar pesan. Beberapa teknologi
pengajaran, bayak memberikan batasan defenisi tentang media pengajaran,
diantaranya :
2.5.1.1 Menurut AECT (Association of Education Communication Tecnology)
memberi batasan mengenai media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
12

2.5.1.2 Menurut NEA (National Education Association) menyatakan bahwa


adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual
serta peralatannya. Dan hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar
atau dibaca.
2.5.1.3 Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
2.5.1.4 Briggs berpendapat, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar, misalnya buku, film bingkai,
kaset dan lain-lain (Soetomo, 1993 : 197-198)
2.5.1.5 Perkembangan selanjutnya Martin dan Briggs (1986) memberikan batasan
mengenai media pembelajaran yaitu mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa (Muhaimin, 1996
: 91)
Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas adalah media adalah wadah dari
pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada penerima pesan
tersebut; bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional; dan
tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan
(anak didik).

2.5.2 Landasan Penggunaan Media


Dalam memilih media pembelajaran sebaiknya memperhatikan criteria-
kriteria sebagai berikut :
2.5.2.1 Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
2.5.2.2 Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, bahwa pelajaran yang sifatnya
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media
agar lebih mudah difahami.
2.5.2.3 Kemudahan memperoleh media, media yang diperlukan mudah diperoleh,
setidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
2.5.2.4Keterampilan guru dalam menggunakannya, guru mampu
menggunakannya dengan baik dalam proses belajar mengajar.
2.5.2.5 Tersedia waktu untuk menggunakannya.
13

2.5.2.6 Sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media pembelajaran sesuai
dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya
dapat dipahami oleh siswa (Sudjana, 1989 : 4).
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru akan lebih mudah
menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses
belajar mengajar sehingga dengan adanya media yang tepat dapat melaksanakan
proses belajar mengajar dengan efektif dan efesien.

1. Media dalam Pembelajaran


Peranan media dalam proses pembelajaran tidak perlu diragukan lagi,
karena dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat, proses transformasi
pengetahuan dapat berjalan dengan cepat. Dalam konteks pembelajaran media
dapat diartikan segala sesuatu yang dapat membantu jalannya proses
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Arsyad ( 2007 ) yang mengatakan,
media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat - alat grafis,
photografis, atau elektronis visual atau verbal, yang dapat membawa pesan –
pesan atau informasi yang bertujuan untuk instruksional atau mengandung
maksud - maksud pengajaran. Laria ( 2008 ) mengatakan, media pembelajaran
adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan informasi pembelajaran
dari sumber ( guru ) maupun sumber lain kepada penerima ( dalam hal ini anak
didik ataupun warga belajar ). Disisi lain media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses pada diri
peserta didik ( Sudrajat, 2008 ).
Lebih lanjut Sudrajat ( 2008 ) mengatakan fungsi media pembelajaran
antara lain mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik,
dapat melampaui batasan ruang kelas, memungkinkan adanya interaksi langsung
antara peserta didik dengan lingkungannya, menghasilkan keseragaman
pengamatan, menanamkan konsep yang benar, konkrit dan realistis,
membangkitkan, memotivasi dan merangsang anak untuk belajar, memberikan
pengalaman yang integral dari konkrit sampai dengan abstrak.
14

Salah satu media pembelajaran yang paling populer digunakan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran adalah alat peraga. Alat peraga memiliki
fungsi yang cukup strategis dalam pembelajaran diantaranya :
1. Memberikan penjelasan konsep
2. Merumuskan atau membentuk konsep
3. Melatih siswa dalam ketrampilan
4. Memberikan penguasaan konsep pada siswa
5. Melatih siswa dalam pemecahan masalah
6. Mendorong siswa untuk berfikir secara rasional
7. Mendorong siswa untuk melakukan pengamatan
8. Melatih siswa untuk menemukan suatu ide baru dalam relasinya dengan
konsep-konsep yang telah diketahui.

2. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dari suatu proses
pembelajaran, yang mengindikasikan kemampuan dan kompetensi siswa akan
materi pembelajaran tersebut. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, atau kata – kata seperti baik, sedang, atau kurang ( Arikunto, 1990 ).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan motorik, atau penguasaan nila – nilai ( sikap ). Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman ( interaksi
dengan lingkungan ), dimana proses mental dan emosional terjadi.
Bloom dalam Sudjana ( 1990;22 ), secara garis besar membagi hasil
belajar menjadi tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yaitu
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Aspek afektif berkenaan dengan sikap yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan
hasil hasil belajar keterampilan dan kemampuan dalam melakukan serangkaian
kegiatan. Dari ketiga aspek di atas yang menjadi objek penilaian yang paling
banyak dinilai oleh para guru adalah aspek kognitif, karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
15

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Pada Bab III, penulis akan menguraikan tentang subjek, tempat, dan waktu
serta pihak yang membantu penelitian, dan prosedur perbaikan pembelajaran.

3.1 Subjek, Tempat, dan Waktu serta Pihak yang Membantu Penelitian
3.1.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu siswa kelas II SDN Liprak Kulon II Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa
yaitu 20 siswa yang terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Sebagian besar siswa berasal dari lingkungan sekitar sekolah dan ada juga yang
berasal dari desa lain. Kelas II dipilih sebagai subjek penelitian karena ditemukan
adanya permasalahan dalam pembelajaran matematika pada siswa di kelas
tersebut, yaitu pada hasil belajar siswa tentang materi sifat - sifat bangun ruang
masih dibawah KKM. Pertimbangan lainnya yaitu belum pernah dilakukan
penelitian sejenis untuk membantu guru memecahkan masalah pembelajaran
Matematika. Adapun data siswa SD Negeri Liprak Kulon II pada tahun pelajaran
2014/2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas II SDN Liprak Kulon II

No Nama Siswa Jenis Kelamin Pekerjaan Orang Tua


1 Badru L Petani
2 Ricki L Petani
3 Zian L Wiraswasta
4 Bilqis P Buruh Tani
5 Tanti P Pedagang
6 Feby P Pedagang
7 Yuliana P Pedagang
8 Sania P Pedagang
9 Sahwen L Buruh Tani
10 Tika P Petani
11 Vikri L Buruh Tani
12 Silvia P Wiraswasta
13 Ryan L Pedagang
14 Mega P Petani

15
16

15 Bayu L Petani
16 Udaiz L Wiraswasta
17 Fira P Pedagang
18 Ayu P Buruh Tani
19 Nabila P Petani
20 Kartina P Petani

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SDNegeriLiprak Kulon II Kecamatan Banyuanyar


Kabupaten Probolinggo. Tempat penelitian dipilih dengan pertimbangan adanya
permasalahan dalam hasil belajar siswa di kelas II pada materi mata pelajaran
matematika dan belum memenuhi KKM dan adanya izin dari pihak sekolah bagi
peneliti untuk melakukan penelitian.

3.1.3 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang dilaksanakan pada minggu ke
2 dan minggu ke 4 bulan Oktober 2014, yang terdiri dari menyusun instrument,
mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, pembahasan hasil analisis
dan yang terakhir adalah menyusun laporan hasil penelitian perbaikan
pembelajaran. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran selengkapnya
disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

No Hari/Tanggal Kegiatan
Senin Rencana Pelaksanaan pembelajaran
1
6 Oktober 2014 (Pra Siklus)
Rabu Rencana Perbaikan Pembelajaran
2
8 Oktober 2014 (Siklus I)
Senin Rencana Perbaikan Pembelajaran
3
20 Oktober 2014 (Siklus II)

3.1.4 Pihak yang Membantu


Dalam melakukan penelitian perbaikan pembelajaran, penulis mendapat
bantuan dan dukungan dari pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru di
SDN Liprak Kulon II , supervisor 2 yaitu bapak Abdul Hannan, S.Pd dan teman
17

sejawat. Mereka banyak memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan tepat waktu.

3.2 Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-
masing siklus terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Siklus pertama terdiri dari satu kali pelaksanaan tindakan pembelajaran (satu kali
pertemuan) dan siklus kedua juga satu kali pelaksanaan tindakan pembelajaran
(satu kali pertemuan). Secara lebih rinci langkah-langkah penelitian pada
pertemuan siklus pertama dan kedua adalah sebagai berikut :

Gambar Riset Aksi Model John Elliot

Penjelasan alur tersebut adalah :


A. Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Penyusunan jadwal, menyepakati teknik pelaksanaan tindakan, menentukan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi yang akan
diajarkan.
18

b. Menyiapkan fasilitas pembelajaran dan menyusun perangkatn pembelajaran


yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media yang
digunakan yaitu kelereng dan lidi,serta mencari sumber yang relevan dengan
materi pembelajaran.
c. Membuat format observasi
d. Membuat lembar tes untuk siswa

2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. Adapun kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini meliputi pendahuluan, kegiatan inti,
dan penutup.
a) Pendahuluan
1. Guru menyiapkan kondisi siswa untuk menerima pembelajaran
2. Guru melakukan apersepsi berdasarkan materi yang akan dibahas
3. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan Inti
Pra tulis :
1. Guru memberikan pengantar singkat tentang pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan;
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok;
3. Siswa secara berkelompok menentukan.
Saat tulis :
Siswa secara berkelompok memilih masalah penjumlahan dan
pengurangan. Berdiskusi membahas masalah masing-masing yang ada pada
lembar kerja siswa.
Pasca tulis :
1. Siswa diminta untuk mempresentasikan tugas kelompok yang telah
dikerjakannya. Kelompok yang lain dapat mengomentari hasil presentasi dari
temannya.
2. Siswa berkolaborasi bersama teman kelompoknya untuk meneliti kembali
tugas yang dikerjakan bersama.
c) Penutup
19

1. Siswa mengumpulkan lembar kerja.


2. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3. Guru menyampaikan nasehat agar lebih giat belajar.
4. Guru menyampaikan salam.

3.3 Pengamatan atau Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Dalam


melakukan observasi peneliti dibantu oleh 2 orang observer yang terdiri dari guru
dan rekan peneliti. Peneliti dan guru melakukan observasi pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas sehingga diketahui
kekurangan atau kendala yang muncul pada saat pelaksanaan tindakan.

3.3.1 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah lembar penilaian. Lembar penialaian adalah instrument penelitian yang
digunakan oleh penulis untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa telah
disajikan, sehingga dapat diketahui prestasi hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran.
Adapun lembar observasi yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
20

Tabel 3.3
Lembar Penilaian
Hari :
Tanggal :
Tema :

Soal
No Nama Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan : Skor = Jumlah perolehan X 100%


Jumlah nilai maksimal

3.4 Refleksi
Refleksi adalah bentuk kegiatan renungan kembali dari apa yang telah
dilakukan sebelumnya yaitu kegiatan proses pembelajaran sejak kegiatan awal,
mengidentifikasi kembali tentang masalah-masalah yang timbul pada proses
pembelajaran sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan melakukan penyusunan
program pemecahan pada kegiatan siklus berikutnya yang dituangkan dalam
bentk kegiatan empat tahapan, diantaranya perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.

Kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah menganalisis hal – hal yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan hasil tes siswa. Berdasarkan hasil
21

observasi tersebut guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
Melalui hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat digunakan pada siklus selanjutnya atau
hasil dari refleksi ini akan dijadikan dasar atau pertimbangan untuk merencanakan
tindakan selanjutnya apabila diperlukan.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data di lapangan dilakukan sesudah


berakhirnya pengumpulan data. Mengenai analisis data Lexy J Moleong
(2002:102) mengemukakan bahwa, analisis data adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
didapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Dari rumusan tersebut di atas dapatlah ditarik pemikiran bahwa analisis
data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul
banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar,
foto dan dokumen berupa laporan, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam
hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengategorikannya.
Data hasil observasi pembelajaran dianalisis, kemudian ditafsirkan
berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan hasil belajar
siswa(evaluasi) dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yaitu dari hasil tes kemampuan
menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan. Tahap – tahap yang
dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.5.1 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dilakukan dengan cara memilah data yang telah
terkumpul. Data yang terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan kelompok
tertentu. Tujuannya agar dapat memudahkan dalam penyajian dan pengumpulan
data. Dengan demikian, hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran
22

yang terjadi di lapangan.


Data yang termasuk ke dalam siklus I dipisahkan dengan data yang
termasuk siklus 2. Data dikelompokkan dan dipisahkan ke dalam kelompok
aktivitas guru dan siswa selama tindakan berlangsung, data hasil tes kemampuan
menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan, dan data wawancara terhadap guru
dan siswa.

3.5.2 Penyajian Data

Penyajian data berupa deskripsi dari hasil observasi dan wawancara.


Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kemampuan siswa
menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan ketika menggunakan media
kelereng dan lidi.
23

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV, penulis akan memaparkan tentang hasil dan pembahasan
penelitian perbaikan pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dan
pengurangan melalui media kelereng pada siswa kelas II SDN Liprak Kulon II
Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2014/2015.

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Bertitik tolak pada peningkatan hasil belajar pada penjumlahan dan
pengurangan bilangan mata pelajaran matematika, dimana pemikiran anak kelas II
SD masih bersifat umum dan masih dipengaruhi lingkungan tempat tinggal dan
sarana bermain tiap hari. Maka penggunaan media kelereng dan lidi dirasa sangat
tepat karena dengan benda tersebut sering digunakan oleh anak. Maka dari itu
peniliti melakukan penelitian kegiatan pembelajaran di kelas II dengan materi
penjumlahan dan pengurangan. Dari kegiatan tersebut kita bisa lihat deskripsi dari
hasi lpasca perbaikan pembelajaran dari penelitian yang dilakukan peniliti di
SDNegeriLiprak Kulon II, yaitu sebagai berikut :

4.1.1 Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Pada kegiatan pembelajaran pra siklus hasil belajar siswa sangat
mengecewakan sehingga peneliti melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran
tahap siklus I. Peneliti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran tahap siklus I pada
materi sifat - sifat bangun ruang menggunakan metode diskusi dan tanya jawab.
Dari kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I kita bisa lihat hasil belajar siswa
dan dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Nilai hasil Belajar Siswa Kelas II tahap Siklus I

Kategori Nilai
No Nama Siswa Nilai
Tuntas Belum Tuntas
1 Badru 40 v
2 Ricki 40 √
3 Zian 80 √
4 Bilqis 80 √
5 Tanti 70 √

23
24

6 Feby 80 √
7 Yuliana 80 √
8 Sania 50 √
9 Sahwen 80 √
10 Tika 40 √
11 Vikri 40 √
12 Silvia 50 v
13 Ryan 40 √
14 Mega 50 √
15 Bayu 60 v
16 Udais 80 √
17 Fira 100 √
18 Ayu 30 v
19 Nabila 50 v
20 Kartina 90 √
Jumlah 1230
Rata-rata 61,5

Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I


Materi Penjumlahan dan Pengurangan

No. Nilai Siswa Predikat Jumlah Siswa Persentase


1 Nilai > 60 Tuntas 9 45%
2 Nilai ≤ 60 Tidak Tuntas 11 55%
Jumlah 20 100 %
25

4.1 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Materi


Penjumlahan dan Pengurangan siswa kelas II SDN Liprak
Kulon I

Nilai Kurang Dari 60


Nilai Lebih Dari 60

Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.1 di atas, ketuntasan hasil belajar siswa
dalam menjumlah dan mengurangkan bilangan pada siklus I mengalami
peningkatan. Pada prasiklus hanya ada 5 siswa yang mencapai ketuntasan belajar,
namun di siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan mengalami peningkatan
menjadi 9 siswa. Secara klasikal, pada prasiklus hanya 25 % siswa yang
mengalami ketuntasan, sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai
45 % dengan kategori ketuntasan belajar baik. Hasil belajar pada siklus I
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa walaupun belum maksimal.

4.1.2 Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Peningkatan menentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan
pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
26

Tabel 4.3 Hasil Tes Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siklus II

Kategori Nilai
No Nama Siswa Nilai
Tuntas belum Tuntas
1 Badru 50 v
2 Ricki 80 √
3 Zian 100 √
4 Bilqis 100 √
5 Tanti 80 √
6 Feby 80 √
7 Yuliana 100 √
8 Sania 60 √
9 Sahwen 80 √
10 Tika 40 √
11 Vikri 80 √
12 Silvia 100 √
13 Ryan 80 √
14 Mega 80 √
15 Bayu 80 √
16 Udais 80 √
17 Fira 100 √
18 Ayu 80 √
19 Nabila 90 √
20 Kartina 100 √
Jumlah 1640
Rata-rata 82

Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II


Penjumlahan dan pengurangan Bilangan

No. Nilai Siswa Predikat Jumlah Siswa Persentase


1 Nilai > 60 Tuntas 18 90 %
2 Nilai ≤ 60 Tidak Tuntas 2 10 %
Jumlah 20 100 %
27

Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Nilai Lebih Dari 60


Nilai Kurang Dari 60

Berdasarkan tabel 4.4 dan grafik 4.2 tersebut, hasil belajar menjumlahkan
dan mengurangankan bilangan pada siklus II sudah baik. Siswa yang mencapai
ketuntasan belajar individu sebanyak 18 siswa, sedangkan yang belum mencapai
ketuntasan belajar individu sebanyak 2 siswa. Secara klasikal jumlah yang
mencapai ketuntasan belajar rata – rata 90% dengan kategori ketuntasan belajar
baik. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
dengan siklus sebelumnya. Berikut ini adalah gambar grafik perbandingan hasil
belajar.
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Hasil Belajar

14

12

10

8
Tuntas
6 Belum Tuntas

0
Siklus 1 Siklus 2
28

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Orientasi pembelajaran
 Bersama teman sejawat mengadakan observasi dan tes awal terhadap
siswa
 Merencanakan jumlah siklus yang akan dilaksanakan
 Memperhatikan rencana pembelajaran, memilih sumber bahan
menetapkan alat evaluasi, lembar kerja siswa.
 Membuat waktu pelaksanaan pembelajaran dan menganalisis hasil
pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, proses pembelajaran pada materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Liprak
Kulon II tahun pelajaran 2014/2015 perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih metode,
media, atau sumber pembelajaran yang efektif yang dapat memancing minat
belajar siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
media kelereng dan lidi.
Pembelajaran Matematika khusunya penjumlahan dan pengurangan
bilangan dengan media kelereng dan lidi pada siswa kelas II SD Negeri Liprak
Kulon II tahun pelajaran 2014/2015 dipaparkan dalam dua siklus, yaitu siklus I
dan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
tiap siklus, sehingga pelaksanaan siklus selanjutnya bisa lebih baik daripada siklus
sebelumnya. Berikut pemaparannya :

1. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Langkah – langkah pembelajaran yang diterapkan dalam siklus I adalah
sebagai berikut.
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian, meliputi : (1)
pembuatan rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media
pembelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran, (3) menyiapkan lembar
evaluasi, (4) menyiapkan lembar observasi, (5) membuat pedoman penilaian
siswa.
29

Kegiatan pembelajaran sifat – sifat bangun ruang dilakukan dalam waktu


70 menit (2 x 35 menit) untuk setiap pertemuan dan melalui tiga tahap, yaitu : (1)
tahap pendahuluan selama 5 menit, (2) tahap inti yang terdiri dari kegiatan pra
tulis, saat tulis, dan pasca tulis selama 60 menit, dan (3) tahap penutup selama 5
menit. Penggunaan RPP bertujuan sebagai panduan bagi guru agar pembelajaran
terlaksana secara sistematis. Dalam penelitian ini, pelaksana penelitian bertindak
sebagai pengajar. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan atau kegiatan belajar mengajar. Observer yang akan
membantu dalam pemerolehan data adalah guru kelas dan rekan mahasiswa.
Selain kegiatan tersebut guru dan peneliti menentukan jadwal untuk penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada hari senin, 8 Oktober 2014
pukul 07.35 WIB sampai dengan 08.45 WIB. Pelaksanaan pembelajaran
disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat. Pembelajaran diikuti oleh 20 siswa,
terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Adapun proses
pembelajaran materi sifat-sifat bangun ruang adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilaksanakan dalam waktu 5 menit. Kegiatan awal yang
dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam. Setelah itu guru
mengkondisikan kelas agar siswa siap menerima pelajaran dengan cara
menyuruh siswa menyediakan buku paket dan alat tulis. Kegiatan dilanjutkan
guru dengan memberikan apersepsi. Guru bertanya tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan.
2) Kegiatan Inti
kegiatan ini terdiri atas kegiatan pra diskusi, saat diskusi, dan pasca diskusi
yang dilakukan selama 60 menit. Kegiatan – kegiatan tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut
a) Kegiatan pra tulis
Kegiatan yang dilaksanakan adalah guru menyampaikan materi pelajaran,
yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan bialangan. Guru meminta siswa
untuk menjumlahkan bilangan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
30

menanyakan materi yang masih belum dipahami. Karena tidak ada yang bertanya,
guru kemudian melanjutkan pembelajaran.
Setelah penyampaian materi selesai, kemudian siswa dibagi menjadi 4
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Guru membagikan Lembar
Kerja Siswa ( LKS ) pada tiap kelompok, dan menjelaskan cara pengerjaannya.
Setelah itu siswa diberi waktu 5 menit untuk berkumpul bersama dengan
kelompoknya.
b) Kegiatan saat tulis
Kegiatan ini mencakup kegiatan siswa untuk berdiskusi bersama
kelompoknya. Saat proses kerja, dijumpai beberapa siswa yang kesulitan
mengerjakan lembar kerja kelompok. Guru mendekati siswa yang mengalami
kesulitan tersebut dan memberikan bimbingan. Para siswa tampak serius dalam
berdiskusi menyelesaikan evaluasi sampai waktu yang telah ditentukan habis.
c) Kegiatan pasca tulis
Guru meminta perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas. Guru memberikan pujian sebagai bentuk penghargaan
kepada siswa yang telah berani membacakan hasil diskusinya di depan kelas.
Setelah itu, guru meminta siswa untuk meneliti kembali hasil kerja kelompoknya.
Pada kegiatan ini siswa saling bekerjasama dalam kelompoknya.
3) Tahap Penutup
Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya. Setelah siswa
mengumpulkan guru meminta siswa menyimpulkan hasil belajarnya. Guru
meminta siswa merefleksi pembelajaran. Di akhir pembelajaran guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan oleh dua orang observer, yaitu guru
dan rekan mahasiswa. Hasi observasi tindakan guru pada siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut
31

Tabel 4.5 Hasil Observasi Tindakan Guru pada Siklus I


No Aspek yang diamati Ya Tidak
I Pendahuluan
Apersepsi yang berkaitan dengan kegiatan yang akan
1 √
diajarkan
Kesesuaian kegiatan apersepsi dengan kegiatan
2 √
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang
3 Memberikan motivasi √
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan
4 dicapai dalam pembelajaran penjumlahan dan √
pengurangan bilangan
II Kegiatan Inti
5 Guru menjelaskan tentang materi pelajaran √
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
6 √
menanyakan materi yang belum dipahami
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dalam
7 √
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
bilangan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran penjumlahan
8 √
dan pengurangan bialangan
9 Menguasai kelas √
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
10 √
kontekstual
Melaksanakan pembelajaran sesuai yang
11 √
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu
12 √
yang telah dialokasikan
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
13 √
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang
Merespon positif partisipasi siswa dalam proses
14 √
pembelajaran
Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan
15 √
sumber belajar
Menumbuhkan keceriaan dan antusias dalam
16 √
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang
III Penutup
17 Memantau kemajuan belajar siswa √
Melakukan refleksi pembelajaran penjumlahan dan
18 √
pengurangan bilangan
19 Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa √
20 Menutup pelajaran dengan salam √
32

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat disimpulkan kegiatan guru dalam


mengajar sudah cukup baik, tetapi masih perlu ditingkatkan dalam hal ini guru
masih kurang runtut dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, belum
memberikan motivasi kepada siswa, dan belum mampu menumbuhkan partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran. Hal ini perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya
agar mencapai hasil yang maksimal.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap tindakan siswa
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Tindakan Siswa pada Siklus I
No Aspek yang diamati Ya Tidak
I Pendahuluan
1 Siswa menempati tempat duduknya masing-masing √
2 Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran √
Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi yang
3 √
diberikan oleh guru
Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan
4 √
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
II Kegiatan Inti
Mendengarkan dengan serius ketika dijelaskan
5 materi tentang penjumlahan dan pengurangan √
bilangan
Aktif bertanya saat proses penjelasan materi
6 √
pembelajaran
7 Ada interaksi positif antar siswa √
Ada interaksi positif antar siswa-guru dan siswa-
8 √
materi pembelajaran
Siswa terlibat aktif saat proses kegiatan
9 √
pembelajaran
Siswa memberikan pendapatnya ketika diberi
10 √
kesempatan
Siswa termotivasi dalam mengikuti proses
11 √
pembelajaran
Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
12 √
tenang dan tidak tertekan
Adanya interaksi positif antara siswa dan media
13 √
yang digunakan oleh guru
Siswa tertarik pada materi penjumlahan dan
14 pengurangan bilangan dengan menggunakan media √
kelereng dan lidi
33

Siswa merasa senang menerima pelajaran


15 penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan √
media kelereng dan lidi
III Penutup
16 Siswa merasa terbimbing √
Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan-
17 √
pertanyaan yang diajukan oleh guru
18 Siswa secara aktif memberi rangkuman √

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, terdapat aspek kegiatan yang kurang


dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran diantaranya siswa kurang begitu
perhatian disaaat guru menjelaskan materi, siswa kurang begitu aktif bertanya dan
mrnjawab pertanyaan dari guru, dan kurangnya kerjasama antar siswa. Dari hasil
observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan siswa dalam pembelajaran cukup
baik, namun perlu diadakan perbaikan dalam hal perhatian siswa terhadap
kegiatan mendengarkan penjelasan guru.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan perlu tidaknya dilakukan
siklus berikutmya. adapun kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I
sebagai berikut
1) Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, sebagian siswa
mendengarkan penjelasan guru sambil bergurau dengan siswa lainnya
khususnya siswa yang duduk di bagian belakang.
2) Berdasarkan hasil belajar siswa, masih ada beberapa siswa yang masih
kesulitan menjumlah dan mengurang bilangan.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan pada
perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu :
1) Guru sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang lebih tepat
yaitu menggunakan metode agar siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran sehingga tercipta pambelajaran yang aktif dan
menyenangkan.
2) Guru menggunakan alat peraga dan media yang tepat agar siswa lebih
mudah memahami materi.
Kegiatan refleksi selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap hasil
tindakan atau nilai tes yang dicapai siswa pada materi penjumlahan dan
34

pengurangan bilangan yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Hasil


refleksi terhadap nilai tes siswa terhadap nilai tes siswa dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siklus I
No. Nilai Siswa Predikat Jumlah Siswa Persentase
1 Nilai > 60 Tuntas 9 45%
2 Nilai ≤ 60 Tidak Tuntas 11 55 %
Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, terdapat 11 siswa yang mendapat nilai > 60
atau 55 % dengan kategori tuntas, sedangkan 9 siswa lainnya ( 45 % ) mendapat
nilai ≤ 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 11 siswa yang sudah mencapai
ketuntasan hasil belajar dan 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil
belajar. Hasil belajar pada siklus I ini sudah menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan dari prasiklus walaupun belum maksimal. Oleh karena itu,
penelitian tetap dilanjutkan ke siklus II untuk mengatasi permasalahan yang
menjadi hambatan pada siklus I dan juga membandingkan hasil antara siklus I dan
siklus II, dan agar siswa lebih variatif dalam penggunaan metode dan media yang
berbeda pada siklus II.

2. Pembahasan Penelitian Perbaikan Pembelajaran pada Siklus II


Berdasarkan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I, maka perlu diadakan
perbaikan pada siklus II untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Tahap-
tahap pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II sama dengan tahap-tahap
pembelajaran pada siklus I. Langkah – langkah pembelajaran yang diterapkan
dalam siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian, meliputi : (1)
pembuatan rencana perbaikan pembelajaran ( RPP), (2) menyiapkan media
pembelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran, (3) menyiapkan lembar
evaluasi, (4) menyiapkan lembar observasi, dan (5) membuat pedoman penilaian
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
35

Kegiatan pembelajaran menjumlah dan mengurangkan bilangan


dilaksanakan dalam waktu 70 menit (2 x 35 menit) dan melalui tiga kegiatan,
yaitu : (1) kegiatan pendahuluan selama 5 menit, (2) kegiatan inti selama 60
menit, dan (3) kegiatan penutup selama 5 menit. Penggunaan RPP bertujuan
sebagai panduan bagi guru agar pembelajaran terlaksana secara sistematis.
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan atau
kegiatan belajar mengajar. Observer yang membantu dalam pemerolehan data
adalah guru dan seorang rekan mahasiswa.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada hari senin, 20 Oktober
2014 pukul 07.35 WIB sampai dengan 08.45 WIB. Pelaksanaan pembelajaran
disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat. Pembelajaran hanya 20 siswa, terdiri
atas 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Adapun proses pembelajaran
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan adalah sebagai berikut :
1) Tahap pendahuluan
Tahap pendahuluan dilaksanakan dalam waktu 5 menit. Kegiatan awal
yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam, kemudian mengkondisikan
kelas agar siswa siap menerima pelajaran yaitu dengan menyediakan buku paket
dan alat tulis. Guru memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan
apersepsi dengan cara bertanya jawab tentang penjumlahan dan pengurangan
bilangan.. Setelah itu dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Tahap inti
Kegiatan yang dilaksanakan adalah guru meyiapkan alat peraga dan media
berupa kelereng dan lidi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang masih belum dipahami, karena tidak ada yang bertanya,
guru kemudian melanjutkan pembelajaran.
a) kegiatan pratulis
Pada kegiatan pra tulis ini, guru memantapkan pembelajaran dengan
memberikan penjelasan tentang cara menjumlah dan mengurangkan bilangan
dengan menggunakan media kelereng dan lidi. Siswa tampak serius
mendengarkan penjelasan dari guru. Guru meminta salah seorang siswa yang
mampu menjawab pertanyaan dari temannya dengan menggunakan media
36

kelereng dan lidi. Terlihat dalam kegiatan ini siswa bersemangat sangat
mendemonstrasikan alat peraga dan media kelereng dan lidi. Para siswa juga
mulai terlibat secara aktif dalam memberikan komentar maupun bertanya terhadap
kegiatan yang berlangsung.
b) kegiatan saat tulis
Kegiatan ini mencakup kegiatan guru membagikan Lembar Kerja Siswa (
LKS ) yang akan dikerjakan individu. Pada saat siswa mengerjakan, guru
memberikan arahan tentang hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan. Para siswa tampak serius dalam
mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru sampai waktu yang telah
ditentukan habis.
c) Kegiatan pasca tulis
Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan hasil pakarjaannya di
depan kelas. Guru memberikan pujian sebagai bentuk penghargaan kepada siswa
yang telah berani membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas.
3) Tahap penutup
Tahap terakhir, guru meminta siswa menyimpulkan hasil belajarnya. Guru
meminta siswa merefleksi pembelajaran. Di akhir pembelajaran guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi
Kegiatan observasi yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan kegiatan
observasi pada siklus I. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada
tabel berikut.
37

Tabel 4.8 Hasil Observasi Tindakan Guru pada Siklus II


No Aspek yang diamati Ya Tidak
I Pendahuluan
Apersepsi yang berkaitan dengan kegiatan yang
1 √
akan diajarkan
Kesesuaian kegiatan apersepsi dengan kegiatan
2 pembelajaran penjumlahan dan pengurangan √
bilangan
3 Memberikan motivasi √
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan
4 dicapai dalam pembelajaran penjumlahan dan √
pengurangan bilangan
II Kegiatan Inti
5 Guru menjelaskan tentang materi pelajaran √
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
6 √
menanyakan materi yang belum dipahami
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dalam
7 √
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
bilangan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran penjumlahan
8 √
dan pengurangan bilangan
9 Menguasai kelas √
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
10 √
kontekstual
Melaksanakan pembelajaran sesuai yang
11 √
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu
12 √
yang telah dialokasikan
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
13 pembelajaran penjumlahan dan pengurangan √
bilangan
Merespon positif partisipasi siswa dalam proses
14 √
pembelajaran
Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan
15 √
sumber belajar
Menumbuhkan keceriaan dan antusias dalam
16 pembelajaran penjumlahan dan pengurangan √
bilangan
III Penutup
17 Memantau kemajuan belajar siswa √
18 Melakukan refleksi pembelajaran penjumlahan dan √
38

pengurangan bilangan
19 Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa √
20 Menutup pelajaran dengan salam √

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, hasil observasi tindakan guru dapat


disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di siklus II dinyatakan berhasil
karena guru mulai bisa menguasai pembelajaran dengan media kelereng dan lidi
dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus pertama.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap tindakan siswa
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Observasi Tindakan Siswa pada Siklus II
No Aspek yang diamati Ya Tidak
I Pendahuluan
1 Siswa menempati tempat duduknya masing-masing √
2 Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran √
Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi yang
3 √
diberikan oleh guru
Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan tujuan
4 √
pembelajaran yang hendak dicapai
II Kegiatan Inti
Mendengarkan dengan serius ketika dijelaskan
5 √
materi tentang penjumlahan dan pengurangan
Aktif bertanya saat proses penjelasan materi
6 √
pembelajaran
7 Ada interaksi positif antar siswa √
Ada interaksi positif antar siswa-guru dan siswa-
8 √
materi pembelajaran
9 Siswa terlibat aktif saat proses kegiatan pembelajaran √
Siswa memberikan pendapatnya ketika diberi
10 √
kesempatan
Siswa termotivasi dalam mengikuti proses
11 √
pembelajaran
Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tenang
12 √
dan tidak tertekan
Adanya interaksi positif antara siswa dan media yang
13 √
digunakan oleh guru
Siswa tertarik pada materi penjumlahan dan
14 √
pengurangan dengan media kelereng dan lidi
Siswa merasa senang menerima pelajaran
15 √
penjumlahan dan pengurangan dengan media
39

kelereng dan lidi


III Penutup
16 Siswa merasa terbimbing √
Siswa mampu mmenjawab dengan benar pertanyaan-
17 √
pertanyaan yang diajukan oleh guru
18 Siswa secara aktif memberi rangkuman √

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, hasil observasi tindakan siswa pada siklus II,
kegiatan siswa pembelajaran sudah baik. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan
bahwa kegiatan pembelajaran di siklus II dinyatakan berhasil karena siswa sudah
bisa menguasai pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan
media kelereng dan lidi dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus pertama.
Terjadi peningkatan yang disebabkan adanya sedikit perbaikan dalam pola
pelaksanaan pembelajaran sehingga menambah minat dan semangat siswa untuk
belajar.

d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran. Selama proses
pembelajaran pada siklus II diketahui bahwa pembelajan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sudah berhasil. Siswa sudah bisa menjumlah dan
mengurangkan bilangan dengan baik dan aktif dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan guru melibatkan siswa ke dalam pembelajaran dengan
menggunakan media kelereng dan lidi.
Selain itu, dilakukan wawancara siswa kelas II SDN Liprak Kulon II
Kecamatan Banyuanyar mengenai tanggapan tentang pembelajaran penjumlahan
dan pengurangan bilangan dengan media kelereng dan lidi yang telah
dilaksanakan sebagai berikut :
1) Penggunaan media kelereng dan lidi ternyata dinilai mampu dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam menjumlah dan mengurangkan
bilangan
2). Siswa juga merasa senang karena menggunakan media kelereng dan lidi
memudahkan mereka dalam menjumlah dan mengurangkan bilangan.
40

Dengan demikian, pembelajaran dihentikan pada siklus II karena hasil


belajar siswa sudah mencapai ketuntasan klasikal sesuai harapan dengan rata-rata
90 % dengan kategori baik.
41

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Pada bab V, penulis akan menguraikan tentang simpulan dan saran tindak
lanjut pada penelitian perbaikan pembelajaran.

5.1. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan telah menunjukkan
peningkatan – peningkatan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat disimpulkan
sebagai berikut :
“Penggunaan alat bantu / media pembelajaran kelereng dan lidi dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan
bagi siswa kelas II SDN Liprak Kulon II Kecamatan Banyuanyar Kabupaten
Probolinggo, terbukti dari peningkatan hasil belajar dari 45% dari siklus I menjadi
90% pada siklus II”.

5.2 Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan simpulan di atas, beberapa hal yang sebaiknya menjadi
perhatian dan dilaksanakan oleh guru dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa
dalam kelas di antaranya :
1. Pembelajaran matematika yang selama ini dikatakan sulit akan dapat
diatasi dengan mudah apabila anak diberi kesempatan berimprovisasi
dengan media belajar yang telah disediakan terlebih dahulu oleh guru,
terutama media yang biasa ditemui oleh anak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menyiapkan alat bantu atau media pembelajaran yang relevan dan menarik
serta penggunaannya melibatkan semua siswa

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk, 2004, Pemantapan Kemampuan Profesional, Universitas Terbuka,


Jakarta.
Arikunto,S. 1990, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta.
Hudoyo, Herman, 1998, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, P2LPTK, Dikti,
Depdikbud
Moleong Lexy J., 1995, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Rofi’uddin, A., 1996, Rancangan Penelitian Tindakan, Malang IKIP
Sanjaya, 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Slamento, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudrajat, 2008, Media Pembelajaran, http://www..com, diakses tanggal 17-02-
2012
Sumarno, 1997, Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Depdikbud
Dirjen Dikti
Sutawijaya, Akbar, 1997, Pembelajaran Matematika di SD, Malang, MIPA IKIP
Malang
43

Lampiran I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus I
Satuan pendidikan : SDN Liprak Kulon II
Kelas/Semester : II/I
Tahun Pelajaran : 2014/2015
Tema : 2. Bermain di Lingkunganku
Subtema : 1. Bermain di Lingkungan Rumah
Pembelajaran :1
Alokasi Waktu : 1 hari

A. Kompetensi Inti
KI.1. Menerima, menghargai dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI.2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga dan
guru.
KI.3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mencermati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, sekolah dan tempat bermain.
KI.4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat dan dalam tindakan yang menerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar/ Indikator

Matematika
Kompetensi Dasar:
3.3 Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau
penjumlahan/pengurangan bilangan hingga satu angka.
4.5 Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan
penjumlahan, pengurang, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat
benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawabannya.
44

Indikator
3.3.1 Menetukan suku yang belum diketahui dari kalimat metematika yang
berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 2 suku).
4.5.1 Memberikan alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan.

Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan
dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
4.2 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di
lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat
diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian

Indikator
3.2.5 Mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan sekitar.
3.2.8 Mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain dengan topik tertentu.
4.2.2 Menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan
sekitar dengan EYD yang benar

PPKn
Kompetensi Dasar:
3.3. Memahami makna keberagaman karakteristik individu di rumah dan di
sekolah.
4.3 Berinteraksi dengan beragam teman di lingkungan rumah dan sekolah.

Indikator
3.3.1 Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin
3.3.2 Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran
4.3.1 Menceritakan keberagaman dengan anggota keluarga. (berbeda jenis
kelamin, kegemaran dan sifat/karakter)
45

SBdP
Kompetensi Dasar:
3.1 Mengenal bahan dan alat serta tekniknya dalam membuat karya seni rupa.
4.1 Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, bentuk dan tekstur
berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar

Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi bahan-bahan dalam membuat karya seni rupa.
4.1.1 Menggambar ekpresif dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan
sekitar.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Dengan mengamati gambar tentang kegiatan bermain di lingkungan rumah,


siswa dapat mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah
dengan cermat.
2. Dengan membaca teks percakapan, siswa dapat menyebutkan keberagaman
anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin dengan percaya diri.
3. Dengan teks percakapan Tiur dan Beni, siswa dapat melengkapi cerita
berdasarkan isi percakapan dengan cermat.
4. Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan keberagaman anggota
keluarga berdasarkan kegemaran dengan percaya diri.
5. Dengan cerita yang telah dilengkapi, siswa dapat mencatat hal-hal pokok
aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat.
6. Dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, siswa dapat menceritakan
keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan
sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan dengan percaya diri.
7. Dengan penugasan guru, siswa dapat mengelompokkan benda-benda yang
digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat dan
bertanggungjawab.
8. Dengan contoh cerita narasi bermain rumah kartu, siswa dapat menulis cerita
narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan
menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat.
46

9. Dengan mengamati contoh, siswa mengerjakan lembar kerja matematika yang


diberikan guru.
10. Dengan bimbingan guru, siswa dapat memberi alasan yang berkaitan dengan
nilai kebenaran suatu kesamaan dengan percaya diri.
11. Dengan penugasan guru, siswa dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang
digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif dengan cermat.
12. Dengan penugasan guru, siswa dapat menggambar ekspresif aktivitas bermain
di rumah dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan
mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur dengan cermat dan
bertanggungjawab

D. Materi Ajar
1. Kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan
2. Gambar ekspresi
3. Keberagaman anggota keluarga

E. Pendekatan dan Metode


Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, DiskusidanCeramah

F. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
Pendahuluan 1. Siswa memberi hormat dan memberi salam kepada 10 menit
guru.
2. Guru menjawab salam dari siswa, dan mengajak berdoa
sebelum pelajaran dimulai.
3. Hafalan Matrik Perkalian 1-9.
4. Pembacaan Teks Pancasila.
5. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.
6. Mengajak berdinamika dengan tepuk kompak dan lagu
yang relevan.
47

7. Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam


mengawali kegiatan pembelajaran serta menyapa anak.
8. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Inti 1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang aktivitas Beni
bermain di rumah (mengamati).
2. Siswa mengamati gambar Beni dan Tiur menyusun
rumah kartu di atas meja di ruang TV (mengamati).
3. Siswa membuat pertanyaan berdasarkan gambar Beni
dan Tiur menyusun rumah kartu di atas meja di ruang
TV (menanya).
4. Siswa menukarkan dan mendiskusikan jawaban
pertanyaan yang dibuatnya dengan teman sebangku
(mengumpulkan informasi).
5. Siswa mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di
lingkungan rumah berdasarkan gambar yang diamati
(mengumpulkan informasi).
6. Siswa mengamati gambar pada teks percakapan Beni
dan Tiur (mengamati).
7. Siswa membaca teks percakapan Beni dan Tiur
(mengamati).
8. Siswa bertanya jawab tentang keberagaman anggota
keluarga menurut jenis kelamin berdasarkan jenis
kelamin tokoh pada teks percakapan (menanya).
9. Siswa bertanya jawab menyebutkan keberagaman
anggota keluarga berdasarkan isi percakapan Beni dan
Tiur (menanya).
10. Siswa diarahkan guru untuk menceritakan kembali isi
percakapan Beni dan Tiur dengan percaya diri.
11. Siswa melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan
Beni dan Tiur. (mengumpulkan informasi).
12. Siswa mencatat hal-hal pokok dari teks cerita
percakapan Beni dan Tiur di lingkungan rumah yang
sudah dilengkapi (mengumpulkan informasi).
48

13. Siswa menceritakan kebersamaan dengan anggota


keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan
sifat (karakter) dengan melengkapi cerita tentang
dirinya sendiri (mengomunikasikan).
14. Siswa diarahkan oleh guru mengelompokkan kegiatan
yang bisa dilakukan di rumah dan benda-benda yang
diperlukan dengan percaya diri. (mengumpulkan
informasi)
15. Siswa mengelompokkan benda-benda yang digunakan
pada aktivitas bermain di lingkungan rumah
(mengumpulkan informasi).
16. Siswa menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas
bermain di lingkungan sekitar dengan tulisan tegak
bersambung (mengomunikasikan).
17. Siswa mengerjakan lembar kerja matematika tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan.(mencoba)
18. Siswa menentukan suku kata yang belum diketahui dari
kalimat matematika yang berkaitan dengan
penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku)
(mencoba).
19. Siswa memberi alasan yang berkaitan dengan nilai
kebenaran suatu kesamaan (mencoba).
20. Siswa diarahkan guru berkreasi membuat gambar
ekspresi dengan percaya diri (mengomunikasikan).
21. Siswa mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan
dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif
(mengumpulkan informasi).
22. Siswa menggambar ekspresif aktivitas bermain dengan
anggota keluarga dengan memanfaatkan beragam
media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis,
warna, bentuk, dan tekstur (mengomunikasikan).
Penutup 1. Siswa melakukan refleksi untuk mengukur 15 Menit
pembelajaran hari ini dan menjadi media pengukuran
49

pemahaman siswa oleh guru.


2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
berbicara /bertanya dan menambahkan.
3. Guru menyampaikan pesan moral untuk senantiasa
menghargai keberagaman budaya bangsa.
4. Salam dan do’a penutup.

G. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Gambar Beni bermain menyusun rumah kartu dengan Tiur.
2. Gambar Beni berbaring di tempat tidur dan Tiur disampingnya.
3. Gambar tumpukan rumah kartu.
4. Kelereng dan lidi.
5. Gambar berbagai garis, warna, bentuk dan tekstur
6. Buku Pegangan Guru Tema 2 Kelas 2 dan Buku Siswa Tema 2 Kelas 2
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Edisi Revisi, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

H. Teknik Penilaian
1. Penilaian Sikap .
2. Penilain pengetahuan : teks tertulis
3. Penilaian ketrampilan : unjuk kerja

I. Pembelajaran Tambahan

1. Pengayaan
a. Jika siswa sudah bisa menentukan suku kata yang belum diketahui dari
kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1
suku, ruas kiri 1 suku) dan memberi alasan yang berkaitan dengan nilai
kebenaran suatu kesamaan maka mengerjakan soal tambahan dari guru.
b. Jika siswa sudah mampu menggambar ekspresif maka guru memberikan
latihan lanjutan menggambar ekspresif dengan variasi berbeda.
c. Jika siswa sudah mahir menulis narasi maka guru memberikan tugas
tambahan kepada siswa.
2. Remedial
50

a. Guru mengulang kegiatan menentukan suku kata yang belum diketahui


dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan
1 suku, ruas kiri 1 suku) dan memberi alasan yang berkaitan dengan nilai
kebenaran suatu kesamaan bagi iswa yang belum memahami.
b. Guru memberikan tugas perbaikan bagi siswa yang belum bisa
menggambar ekspresif.
c. Guru memberikan perbaikan bagi siswa yang belum bisa menulis narasi.
.

Mengetahui, Liprak Kulon,8 Oktober 2014


Kepala Sekolah SDN Liprak Kulon II Guru Kelas

ALI MUKSAN, S.Pd. EVA KURNIAWATI


NIP. 19560214 197803 1 006
51

Lampiran II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus II
Satuan pendidikan : SDN Liprak Kulon II
Kelas/Semester : II/I
Tahun Pelajaran : 2014/2015
Tema : 2. Bermain di Lingkunganku
Subtema : 1. Bermain di Lingkungan Rumah
Pembelajaran :1
Alokasi Waktu : 1 hari

A. Kompetensi Inti
KI 1. Menerima, menghargai dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga dan guru.
KI 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mencermati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, sekolah dan tempat bermain.
KI 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat dan dalam tindakan yang menerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar/ Indikator

Matematika
Kompetensi Dasar:
3.3 Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau
penjumlahan/pengurangan bilangan hingga satu angka.
4.5 Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan
penjumlahan, pengurang, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat
benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawabannya.
52

Indikator
3.3.1 Menetukan suku yang belum diketahui dari kalimat metematika yang
berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 2 suku).
4.5.1 Memberikan alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan.

Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan
dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu .
4.2 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di
lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat
diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian

Indikator
3.2.5 Mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan sekitar.
3.2.8 Mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain dengan topik tertentu.
4.2.2 Menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan
sekitar dengan EYD yang benar

PPKn
Kompetensi Dasar:
3.3. Memahami makna keberagaman karakteristik individu di rumah dan di
sekolah.
4.3 Berinteraksi dengan beragam teman di lingkungan rumah dan sekolah.

Indikator
3.3.1 Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin
3.3.2 Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran
4.3.1 Menceritakan keberagaman dengan anggota keluarga. (berbeda jenis
kelamin, kegemaran dan sifat/karakter)
53

SBdP
Kompetensi Dasar:
3.1 Mengenal bahan dan alat serta tekniknya dalam membuat karya seni rupa.
4.1 Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, bentuk dan tekstur
berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar

Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi bahan-bahan dalam membuat karya seni rupa.
4.1.1 Menggambar ekpresif dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan
sekitar.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Dengan mengamati gambar tentang kegiatan bermain di lingkungan rumah,


siswa dapat mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah
dengan cermat.
2. Dengan membaca teks percakapan, siswa dapat menyebutkan keberagaman
anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin dengan percaya diri.
3. Dengan teks percakapan Tiur dan Beni, siswa dapat melengkapi cerita
berdasarkan isi percakapan dengan cermat.
4. Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga
berdasarkan kegemaran dengan percaya diri.
5. Dengan cerita yang telah dilengkapi, siswa dapat mencatat hal-hal pokok
aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat.
6. Dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, siswa dapat menceritakan
keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan
sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan dengan percaya diri.
7. Dengan penugasan guru, siswa dapat mengelompokkan benda-benda yang
digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat dan
bertanggungjawab.
8. Dengan contoh cerita narasi bermain rumah kartu, siswa dapat menulis cerita
narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan
menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat.
54

9. Dengan mengamati contoh, siswa dapat menyelesaikan penjumlahan dan


pengurangan soal matematika dengan menggunakan media kelereng dan lidi.
10. Dengan bimbingan guru, siswa dapat memberi alasan yang berkaitan dengan
nilai kebenaran suatu kesamaan dengan percaya diri.
11. Dengan penugasan guru, siswa dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang
digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif dengan cermat.
12. Dengan penugasan guru, siswa dapat menggambar ekspresif aktivitas bermain
di rumah dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan
mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur dengan cermat dan
bertanggungjawab

D. Materi Ajar
1. Kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan
2. Gambar ekspresi
3. Keberagaman anggota keluarga

E. Pendekatan dan Metode


Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, DiskusidanCeramah

F. Kegiatan Pembelajaran

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU


Pendahuluan 1. Siswa memberi hormat dan memberi salam kepada guru. 10 menit
2. Guru menjawab salam dari siswa, dan mengajak berdoa
sebelum pelajaran dimulai.
3. Hafalan Matrik Perkalian 1-9.
4. Pembacaan Teks Pancasila
5. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.
6. Mengajak berdinamika dengan tepuk kompak dan lagu
yang relevan.
7. Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam
55

mengawali kegiatan pembelajaran serta menyapa anak.


8. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Inti 1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang aktivitas Beni
bermain di rumah (mengamati).
2. Siswa mengamati gambar Beni dan Tiur menyusun rumah
kartu di atas meja di ruang TV (mengamati).
3. Siswa membuat pertanyaan berdasarkan gambar Beni dan
Tiur menyusun rumah kartu di atas meja di ruang TV
(menanya).
4. Siswa menukarkan dan mendiskusikan jawaban
pertanyaan yang dibuatnya dengan teman sebangku
(mengumpulkan informasi).
5. Siswa mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di
lingkungan rumah berdasarkan gambar yang diamati
(mengumpulkan informasi).
6. Siswa mengamati gambar pada teks percakapan Beni dan
Tiur (mengamati).
7. Siswa membaca teks percakapan Beni dan Tiur
(mengamati).
8. Siswa bertanya jawab tentang keberagaman anggota
keluarga menurut jenis kelamin berdasarkan jenis
kelamin tokoh pada teks percakapan (menanya).
9. Siswa bertanya jawab menyebutkan keberagaman anggota
keluarga berdasarkan isi percakapan Beni dan Tiur
(menanya).
10. Siswa diarahkan guru untuk menceritakan kembali isi
percakapan Beni dan Tiur dengan percaya diri.
11. Siswa melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan
Beni dan Tiur. (mengumpulkan informasi).
12. Siswa mencatat hal-hal pokok dari teks cerita
percakapan Beni dan Tiur di lingkungan rumah yang
sudah dilengkapi (mengumpulkan informasi).
13. Siswa menceritakan kebersamaan dengan anggota
56

keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan


sifat (karakter) dengan melengkapi cerita tentang
dirinya sendiri (mengomunikasikan).
14. Siswa diarahkan oleh guru mengelompokkan kegiatan
yang bisa dilakukan di rumah dan benda-benda yang
diperlukan dengan percaya diri. (mengumpulkan
informasi)
15. Siswa mengelompokkan benda-benda yang digunakan
pada aktivitas bermain di lingkungan rumah
(mengumpulkan informasi).
16. Siswa menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas
bermain di lingkungan sekitar dengan tulisan tegak
bersambung (mengomunikasikan).
17. Siswa mengerjakan lembar kerja matematika tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan
menggunakan media kelereng dan lidi.(mencoba)
18. Siswa menentukan suku kata yang belum diketahui dari
kalimat matematika yang berkaitan dengan
penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku)
(mencoba).
19. Siswa memberi alasan yang berkaitan dengan nilai
kebenaran suatu kesamaan (mencoba).
20. Siswa diarahkan guru berkreasi membuat gambar
ekspresi dengan percaya diri (mengomunikasikan).
21. Siswa mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan
dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif
(mengumpulkan informasi).
22. Siswa menggambar ekspresif aktivitas bermain dengan
anggota keluarga dengan memanfaatkan beragam
media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis,
warna, bentuk, dan tekstur (mengomunikasikan).
Penutup 1. Siswa melakukan refleksi untuk mengukur pembelajaran 15 Menit
hari ini dan menjadi media pengukuran pemahaman
57

siswa oleh guru.


2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara
/bertanya dan menambahkan.
3. Guru menyampaikan pesan moral untuk senantiasa
menghargai keberagaman budaya bangsa.
4. Salam dan do’a penutup.

G. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Gambar Beni bermain menyusun rumah kartu dengan Tiur.
2. Gambar Beni berbaring di tempat tidur dan Tiur disampingnya.
3. Gambar tumpukan rumah kartu.
4. Kelereng dan lidi.
5. Gambar berbagai garis, warna, bentuk dan tekstur
6. Buku Pegangan Guru Tema 2 Kelas 2 dan Buku Siswa Tema 2 Kelas 2
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Edisi Revisi, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

H. Teknik Penilaian
1. Penilaian Sikap .
2. Penilain pengetahuan : teks tertulis
3. Penilaian ketrampilan : unjuk kerja

I. Pembelajaran Tambahan

1. Pengayaan
a. Jika siswa sudah bisa menentukan suku kata yang belum diketahui dari
kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku,
ruas kiri 1 suku) dan memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran
suatu kesamaan maka mengerjakan soal tambahan dari guru.
b. Jika siswa sudah mampu menggambar ekspresif maka guru memberikan
latihan lanjutan menggambar ekspresif dengan variasi berbeda.
c. Jika siswa sudah mahir menulis narasi maka guru memberikan tugas
tambahan kepada siswa.
2. Remedial
a. Guru mengulang kegiatan menentukan suku kata yang belum diketahui dari
kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku,
58

ruas kiri 1 suku) dan memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran
suatu kesamaan bagi iswa yang belum memahami.
b. Guru memberikan tugas perbaikan bagi siswa yang belum bisa menggambar
ekspresif.
c. Guru memberikan perbaikan bagi siswa yang belum bisa menulis narasi.
.

Mengetahui, Liprak Kulon,20 Oktober 2014


Kepala Sekolah SDN Liprak Kulon II Guru Kelas

ALI MUKSAN, S.Pd. EVA KURNIAWATI


NIP. 19560214 197803 1 006
59

LAMPIRAN

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER

2014
60
61

Lampiran 1
Kesediaan sebagai Supervisor 2 dalam Penyelenggaraan
Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP )

Kepada
Kepala UPBJJ – UT Jember
Di – Jl. Kaliurang 2 A Jember

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ABDUL HANNAN, S.Pd
NIP : 19680916 199308 1 001
Tempat Mengajar : SDN LIPRAK KULON II
Alamat Sekolah : Desa Liprak Kulon Kec. Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo 67275
Telepon : 085 234 547 825

Menyatakan bersedia sebagai supervisor 2 untuk membimbing mahasiswa dalam


perencanaan dan pelaksanaan PKP ( PDGK 4501 ) atas :

Nama : EVA KURNIAWATI


NIM : 824688869
Program Studi : FKIP PGSD
Tempat Mengajar : SDN LIPRAK KULON II
Alamat Sekolah : Desa Liprak Kulon Kec. Banyuanyar
Kab. Probolinggo 67275
Telepon : 085 258 201 133
Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui, Probolinggo, 8 Oktober 2014


Kepala Sekolah Supervisor 2

ALI MUKSAN, S.Pd ABDUL HANNAN, S.Pd


NIP. 19560214 197203 1 003 NIP. 19680916 199308 1 001
No. Tlp/HP : 085 331 840 357 No. Tlp/HP : 085 234 547 825
62

Lampiran 2

PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS II

1. Siswa kurang memperhatikan guru


2. Siswa kurang memahami materi
A. Fakta pembelajaran yang terjadi 3. Nilai di bawah KKM
di kelas 4. Guru hanya menggunakan metode
diskusi dan ceramah
5. Guru kurang menggunakan media
1. Penampilan guru kurang menarik
2. Pembelajaran monoton
3. Guru hanya menggunakan metode
B. Identifikasi masalah
ceramah dan diskusi
4. Guru tidak menggunakan media
dan alat peraga
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam
pembelajaran
2. Strategi pembelajaran kurang
C. Analisis masalah
melibatkan siswa
3. Guru belum maksimal dalam
menggunakan media
1. Dalam pembelajaran guru meng-
D. Alternatif dan prioritas
gunakan metode demonstrasi
pemecahan masalah
2. Menggunakan media yang tepat
1. Bagaimana meningkatkan hasil
belajar siswa tentang penjumlahan
E. Rumusan masalah dan pengurangan bilangan dengan
menggunakan media kelereng dan
lidi ?
63
64

Lampiran 4
Lembar Observasi/Pengamatan Kinerja Guru

No. Aspek yang diamati Ya Tidak


I Pendahuluan
Apersepsi yang berkaitan dengan kegiatan yang akan
1 √
diajarkan
Kesesuaian kegiatan apersepsi dengan kegiatan
2 √
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan
3 Memberikan motivasi √
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
4 dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan √
bilangan
II Kegiatan Inti
5 Guru menjelaskan tentang materi pelajaran √
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
6 √
menanyakan materi yang belum dipahami
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
7 √
(tujuan) yang akan dicapai dalam pembelajaran
Melaksanakan kegiatan pembelajaran penjumlahan dan
8 √
pengurangan bilangan secara runtut
9 Menguasai kelas √
10 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual √
Melaksanakan pembelajaran sesuai yang
11 √
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang
12 √
telah dialokasikan
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
13 √
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan
Merespon positif partisipasi siswa dalam proses
14 √
pembelajaran
Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan
15 √
sumber belajar
65

Menumbuhkan keceriaan dan antusias dalam


16 √
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan
III Penutup
17 Memantau kemajuan belajar siswa √
Melakukan refleksi pembelajaran penjumlahan dan
18 √
pengurangan bilangan
19 Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa √
20 Menutup pelajaran dengan salam √
66

Lampiran 5
JURNAL PEMBIMBINGAN SUPERVISOR 2 PKP

Nama Mahasiswa : EVA KURNIAWATI


Mengajar di Kelas : II (Dua)
Sekolah : SDN LIPRAK KULON II

Paraf
No Hari / Tanggal Kegiatan Hasil / Komentar Tindak Lanjut
Mahasiswa Supervisor 2
1 Jum,at Mendiskusikan refleksi Identifikasi masalah, Perbaiki refleksi terhadap
3 – 10 – 2014 terhadap pelaksanaan analisis masalah, pembelajaran
pembelajaran pra siklus alternatif pemecahan
(Identifikasi masalah, masalah, kurang
analisis masalah, alternatif sejalan
pemecahan masalah,
rumusan masalah)
2 Sabtu Mendiskusikan RPP Lembar pengamatan Perbaiki lembar
4-10-2014
perbaikan matematika siklus harus disesuaikan pengamatan
1 beserta lembar dengan fokus masalah
pengamatannya
67

3 Senin Mengamati pelaksanaan - Siswa kurang terlibat Menggunakan metode


6-10-2014
perbaikan pembelajaran aktif dalam tanya demonstrasi dan tanya
matematika siklus 1 jawab jawab serta penggunaan
- Tidak adanya media media pembelajaran
dalam pembelajaran
4 Selasa Mendiskusikan RPP Perlu alat peraga/ Menggunakan alat peraga/
29-04-2014 perbaikan matematika siklus media pembelajaran media pembelajaran
2

5 Senin Mengamati pelaksanaan - Siswa terlibat aktif Pembuatan laporan PKP


05-05 2014
perbaikan pembelajaran dalam tanya jawab
matematika siklus 2 - Penggunaan metode
pembelajaran sudah
tepat
- Ada alat peraga/
media pembelajaran

Mengetahui, Probolinggo, 20 Oktober 2014


Supervisor 1 Supervisor 2
68

Drs. TRAPSILO PRIHANDONO, M.Si. ABDUL HANNAN, S.Pd


NIP. 19620401 198702 1 001 NIP. 19601218 198112 1 001

Anda mungkin juga menyukai