Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PERMESINAN BANTU

(RUDDER STOCK)

Disusun Oleh:
LA ODE BAMBANG AFRILIANTO
2016.022.0015

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
SURABAYA
2019
PENDAHULUAN

Data kapal
Nama Kapal : KM ORO JACKSON
Type : Oil Tanker
Lpp : 68,50 m
Blmd : 11,50 m
Dlmd : 5,8 m
Disp : 3102 ton
Vd : 12 knot
Poop : 15,39 m
Forecastle : 7,84 m

Type Kemudi : Kemudi Balansir Meletak

1. Definisi
Gambar rencana kemudi merupakan gambar perencanaan type kemudi serta
konstruksinya dan bagian bagian penunjang pada kemudi yang berdasar pada bentuk badan
kapal dengan tujuan medapatkan kecepatan manuver seperti yang diharapkan dalam
perencanaan.

2. Langkah-langkah pelaksanaan rencana kemudi


1. Perencanaan type kemudi
2. Perencanaan dan perhitungan rudder area
3. Perhitungan gaya dan daya torsi kemudi
4. Perencanaan dan perhitungan dimensi kemudi serta bagian-bagiannya.
5. Perencanaan jenis pengelasan yang digunakan
A. PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN RUDDER AREA

1. Type kemudi

Kemudi yang digunakan pada kapal ini adalah kemudi Balansirmeletak

2 . Dalam perhitungan luas daun kemudi ini mengacu pada persyaratan yang diberikan
oleh BKI 1996 Volume II section 14.A.3, Rule for Hull Construction, 2001 yaitu
tidak kurang dari nilai yang didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan
formula sebagai berikut:
A. Perhitungan Luas Daun Kemudi

Untuk mendapatkan kemampuan manaover yang baik, menurut BKI 2001 Vol. II “RULL
FOR HULL CONSTRUCTION” Swc 14.A.3.

tidak boleh kurang dari formula berikut :

A= …………..(m²)

Dimana,

C1 = Factor untuk tipe Kapal =1

C2 = Factor tipe kemudi kapal umum =1

C3 = factor untuk profil kemudi = 0.8

C4 = Factor untuk peletakan kemudi = 1.0 ( kemudi dalam pancaran propeller )

Maka,

A = 1 x 1 x 0,8 x 1 x 1,75 x 68,60 x 4,821 / 100


=4,630

1. Untuk mendapatkan ukuran tinggi h dan lebar b digunakan metode Van Lamerent
(Perlengkapan Kapal hal. 53 )

A=

A =0.8 – 2.0 diambil 1,6


.2=h/b
A = 1,6 X b X b . b²
= A / 1,6

b= √ 4,630/1,6

= 1,701 m

A=hXb

A = h X 1,701

h = 4,630 / 1,6

= 2,7 m diambil 3 m

2. Pada Kemudi balancer untuk mengurangi kemungkinan getaran (Perlengkapan Kapal


hal. 53)

a. Bagian luas yang dibalancir dianjurkan <35 % dari seluruh kemudi :


A’ = 20 % x A

A’ = 0.20 x 4,630
A’ = 0,926 m²

b. Lebar bagian yang dibalancir pada potongan sembarang horizontal dianjurkan


< 35% dari lebar sayap kemudi

b’ = 30% x b

b’ = 0.30 x 1,701

b’ = 0,321 m
dari perhitungan diatas didapat data sebagai berikut :

Luas Kemudi total ( A ) 4,630 m²

Luas kemudi balancir ( A’ ) 0,926 m²

Tinggi daun kemudi ( h ) 2,7 m

Lebar daun kemudi ( b ) 1,701 m

Lebar daun kemudi balancir ( b’ ) 0,321 m

A. Perhitungan Gaya Kemudi

Gaya kemudi menurut BKI 2001 Vol.II hal. 143, ditentukan menurut formula :

Cr = 132 X A X Vo² X K1 X K2 XK3 X Kt

Dimana,

Vo = kecepatan maju kapal ( N )

12,30 knots K1 = Koefisien ( tergantung


aspek ratio A )

K1 = ( A + 2 )/3 ,dimana tidak boleh lebih besar dari 2


A = aspek ratio luas kemudi A

A = h²/A
A =2,7²/4,630

A = 1,574 m²

K1 = (A + 2 ) / 3

K1 = ( 1,574 + 2 ) / 3

K1 = 1,191 m²

K2 = koefisien, tergantung tipe dan profil kemudi

K2 = 1.1

K3 = 1.15, untuk kemudi dalam pancaran


propeller Kt = 1 ( normal )

Maka,

Cr = 132 X A X V² X K1 X K2 X K3 X Kt

Cr = 132 X 4,630 X 12,30² X 1,191 X 1.1 X 1.15 X 1

Cr =132.592,726 N

D. PERHITUNGAN TORSI KEMUDI

Perhitungan Torsi kemudi menurut BKI 2001 Vol.II Sec.14.BI, ditentukan dengan

Formula :

Qr = Cr X r ( Nm )

Dimana,

r = 0.1 X c

dimana,

c = lebar daun kemudi 5,208 maka,


r = 0.1 x 5,208

r = 0,5208 m

maka,

Qr = 132.592,726 x 0,5208

Qr = 69.054,291 (Nm )

E. PERHITUNGAN TONGKAT KEMUDI

1. Diameter tongkat kemudi menurut BKI 2001 Vol.II sec 14-3 tidak boleh kurang dari :
Dt = 4.2 x

Dimana,

Dr = Faktor matrial

= 235 untuk Reh <235 N/mm²

Reh = nilai nominal searah teratas material yang digunakan ( N/mm² )

Reh = 450 N/m² ( diambil yang terbesar )

Kr =

Kr = 0.52

Maka,

Dt = 4.2 X
Dt = 4.2 X √3 69.054,291 x 0,52

Dt = 138,563 mm

Factor keamanan tongkat kemudi

Dt = Dt + (10% X Dt)

Dt = 138,563 + (0.1 X 138,563)

Dt = 152,509 mm

2. Pada bagian atas dimana untuk pemindahan momen torsi gaer bantu kemudi tidak
boleh lebih dari 0.9. Dt ( BKI 2001 Sec. 14-4 )

= 0.9 X Dt

= 0.9 X 152,509

= 137,258 mm

3. Perhitungan pada sisi bujur sangkar untuk tenaga bantu tidak boleh lebih kurang
dari 0.77 Dt ( BKI 2001 Vol.II hal 144 )

=0.77 X Dt

= 0.77 X 152,509

= 117,04 mm

4. Perhitungan tinggi tidak boleh kurang dari 0.8. Dt ( BKI 2001 Vol.ll. hal 144 )

= 0.8 X Dt
= 0.8 X 152,509

= 121,6 mm

5. Pada bantalan diperlukan dengan pelapis (linier) sehingga diameter diperbesar 10%

= Dt + 10% X Dt

= 152,509+ (0.1 x152,509)

= 167,759 mm

F. PERHITUNGAN PLAT DAUN KEMUDI

Menurut BKI 2001 Vol.ll sec 14-10

1. Ketebalan pelat daun kemudi ditentukan menurut formula


t = 1.74 X A X

dimana,

Pr = 10 X T + Cr/10³ X A (KN/m²)

10 X 4,821+132.592,726
¿
1000 X 4,630

= 28,648

a = tebal pelat yang tidak ditumpu yang terkecil ( m )

a =L/500 + 0.48

a = 68,60/500 + 0.48
a = 0,6172 m

k = Faktor material = 1 ( untuk baja struktural lambang )

tk = Faktor perlindungan terhadap korosi ( 1-2 mm )diambil 2


mm Maka,

t = 1.74 X 0,6172 X √ 28,648+1 X 2

t = 1,07 X 5,536
t = 5,536

2. Pada ujung depan (nozzle plate) ketebalannya harus ditambah 25% dari tebal plat

= (25% X 5,536 ) + 5,536

= 6,92

G. PERHITUNGAN RANGKA KEMUDI

1. Jarak tebal maksimum ke alat belakang 70% dari tebal daun kemudi :

= 70% X b

= 0.70 X 1,701 X 1000 mm

= 1.190,7 mm

2. Jarak tebal maksimum ke sisi depan 30% dari lebar daun kemudi :

= 30% X b

= 0.30 X 1,701 X 1000 mm

= 510,3 mm

3. Tebal profil daun kemudi 0.2 dari lebar daun kemudi b :

= 0.2 X b

= 0.2 X 1,701 X 1000 mm


= 340,2 mm

4. Bentuk daun kemudi ke bagian belakang ( 1 ) dibagi 7 bagian :


I =1.74 / 7

I = 0.25 mm

5. Bentuk daun kemudi ke sisi depan (k) dibagi 3 bagian :


k = 0.75 / 3 = 0,233

H. PERHITUNGAN RUDDER COUPLINGS

1. Dari referensi ( BKI 1996 vol. II sec. 14.D. 1 ) didapat beberapa aturan untuk
perencanaan rudder couplings yang meliputi :

a. Couplings didesain untuk memungkinkan agar torsi dapat diteruskan secara


maksimal dari rudder stock.

b. Jarak antara sumbu baut dari sisi flange tidak boleh kurang dari 1.2 diameter
baut. Pada couplings horizontal, sedikitnya 2 baut dipasang didepan sumbu
rudder stock (tongkat kemudi )

c. Baut couplings harus abut pas.Baut dan mur harus diamankan secar efektif
terhadap pelonggarnya,misalnya menurut standar yang diakui

2. Horizontal couplings ( Kopling Horisontal )

Menurut BKI 1996 vol. II. Sec. 14. D.1 besarnya diameter baut coupling tidak boleh
kurang dari :

Dt 3 xKb
Db = 0.62 Krxnxe

Dimana :

Dt = Diameter rudder stock = 2358,634 mm


n = Jumlah total baut,direncanakan tidak boleh kurang dari 6

e = Jarak rata-rata sumbu baut dari pusat sistem sistem baut ( mm)

dimana jarak antara baut dengan sisi luar flens adalah 0,67 x Db

0,67 x 45,23 = 30,30 mm

Kr = factor material dari rudder stock = 0,57

Kb = material factor direncanakan=0,57

1. Diameter baut kopling menurut formula :

db = 0.62 mm

Dimana,

Dt = diameter tongkat kemudi


(mm) Dt = 152,509 mm

n = jumlah keseluruhan baut minimal 6 buah = 6


buah
e = jarak sumbu dari keseluruhan sistem baut

e = 237 mm

Kr = faktor material tongkat kemudi

Kr = 0,52

Kb = faktor material baut (analok dengan Kr)

Kb = 0.614

Maka,

db = 0.62 mm
db = 0.62
√ 152,5093 X 0,52
0,52 X 6 X 237

db = 30,965 mm

2. Jarak sumbu baut ke tepi flens kopling tidak boleh kurang dari 1.2 – 1.5 x db :

= 1.2 x db

= 1.2 x 30,965

= 37,158 mm

3. Panjang flens kopling

If = (4 x jarak sumbu baut ketepi flens) + tebal maksimal daun


kemudi If = 4 x 37,158 + 9,65

If = 158,282 mm

4. Lebar flens kopling

bf = (2 x jarak sumbu baut ketepi flens) + tebal maksimal daun kemudi

bf = (2 x 37,158)+ 9,65

bf = 83,966 mm

3. Tebal flens menurut formula

tf = 0.62

Dimana,

Kf = faktor material flens kopling (analog dengan Kr)


Kr = 0.52
Maka, tf = 0.62
√ 152,5093 X 0,52
0,52 X 6 X 237

Tf = 30,965 mm

tf = 0.62 tf = 30,965 mm

tf min = 0.9 x db

tf min = 0.9 x 30,965

tf min = 27,865 (memenuhi syarat maka diambil 27 mm)

4. Tebal flens kopling untuk pelepasan lubang buat tidak boleh kurang dari 0.65 x tf

= 0.65 x tf

= 0.65 x 27

= 17,55 mm

7. Lebar material / bahan diluar lubang baut tidak boleh kurang dari 0.67 x db :

= 0.67 x db

= 0.67 x 30,965

= 20,746 mm
Dari perhitungan diatas maka diperoleh data :

Diameter baut kopling (db) : 30,965 mm

Jumlah baut (n) :6 mm

Jarak sumbu baut ketepi flens : 37,158 mm

Panjang flens kopling (If) : 158,282 mm

Lebar flens kopling (bf) : 83,966 mm

Tebal flens (tf) : 30,965 mm

Tebal flens kopling untuk pelepasan lubang baut : 17,55 mm

Lebar material / bahan diluar lubang baut : 20,746 mm

I. PERHITUNGAN PINTEL KEMUDI

Diameter pintel ditentukan dengan (BKI 2001 Vol.ll Sec.14-11)

D = 0.35

Dimana,

B1 = Cr/2
= 132.592,726 / 2

= 66.296,363 N
Kr = faktor material pintel kemudi

= 0.614

Maka:

D = 0.35 x √ 66.296,363/2
=63,723 mm

Lebar minimal pD gud geon (diluar bush) tidak boleh kurang dari 50% diameter pintel
dan tidak boleh lebih dari 125 mm : 50% X 63,723 mm

= 31,8615 mm

Clearence pintel dengan bantalan tidak boleh kurang dari:

= (D/1000) + 1.0

= (63,723 / 1000 ) +1.0

= 1,063 mm

J. MENGHITUNG BEARING (UPPER & LOWER BEARING)

Berdasarkan BKI 2006 Vol II Section 14.E.4, Bearing direncanakan berdasarkan


besarnya tenaga pada Rudder Horn dan Neck Bearing.
6. Tenaga pada Sepatu
Cr
B1 = 2
211695,8N
= 2
= 105847,9N
7. Tenaga pada Neck Bearing
B2 = Cr- B1

= 211695,8 -105847,9N
= 105847,9N
 Tebal liner dan bush bearing
Berdasarkan BKI 2006 Vol II Section 14.E.5.2, diameter pintle tidak boleh kurang
dari :

t = 0,01 B1

= 0,01 105847,9N
= 3,253 mm
t min = 4 mm [ for metalic material ]
Direncanakan tebal liner =4 mm
 Perhitungan Bash Bearing

Menurut LR 1975 tinggi baut tidak boleh kurang dari diameter rudder
stock :
B. Direncanakan tinggi boss 290 mm.
C. Tebal dari boss tidak boleh kurang dari : 0.4 ds = 74,21 mm
D. Diameter baut pada filler dan quadrangle tidak boleh kurang dari :
ds
db = 0.6 n
185,546
= 0.6 8
= 39,36 mm
4. Flange baut
Tebal dari flange pada baut tiller tidak boleh kurang dari :
ds
ts = 0.66 n
185,546
= 0.66 8 = 43,29 mm

 Menghitung tinggi biring


= 2,5 N/mm2 (untuk bahan kayu pok)
B2
 = A dimana A= tebal biring x tinggi biring
1
xdt
Tebal bearing = 4
1
x185,546
= 4
= 46,3865mm
Tinggi biring :
a. Upper Bearing = 2 x Dt

= 2 x 185,546
= 371,092 mm
Lower Bearing = 4 x Dt

= 4 x 185,546
= 742,184 mm

Direncanakan tinggi biring = 371,092 mmdan 742,184 mm

Gambar perencanaan Upper BearingGamba


I. Perhitungan pasak flens kopling

a. Perhitungan jarak konitisi

Lfk = 0.7 x Dt
= 0.7 x 150,789
= 105,55 mm

b. Perhitungan jarak alur pasak (L2)

L2 = 25% x Dt
= 0,25 x 150,789
= 37,697 mm

c. Perhitungan panjang pasak flens


kopling

Lk = Lfk – (L1 + L2)


= 105,55 – (37,697+37,697)
= 30,155 mm

d. Perhitungan beban pasak flens kopling

P = 71620 x N / n.R (kg)

Dimana,

N = Daya yang ditransmisikan poros (BHP) 4000


N = putaran mesin (rpm) 700

R = 0.5 x Dt
= 0,5 x 150,789
= 75,394 mm
Maka,

P = 71620 x 4000 / 700 x 75,394


= 5428,245 kg

e. Perhitungan tinggi pasak flans


kopling Hk = p/Lk x Kdr

Dimana,

Kdr = tegangan tarik yang diijinkan (kg/cm²)


Kdr1 = 400 kg/cm²

Maka,

Hk 1 = p/Lk x Kdr1
= 5428,245 / 30,155x 400
= 0,45 mm

f. Jarak perhitungan lebar pasak

Bk = 3 x p x hk/Lfk x Kdr
= 3 x 5428,245 x 0,45/105,55 x 400
= 0,174 mm

Dari perhitungan diatas maka diperoleh data

Jarak konitisi (Lfk) = 105,55 mm


Jarak alur pasak (L2) = 37,697 mm
Beban pasak (p) = 5428,245 kg
Panjang pasak (Lk) = 30,155 mm
Tinggi pasak (Hk) = 0,45 mm
Lebar pasak (bk) = 0,174 mm

J. Perhitungan pintel kemudi

Diameter pintel ditentukan dengan (BKI 2001 Vol.ll Sec.14-11)

D = 0.35

Dimana,

B1= Cr/2
6.392611,389 / 2
7.196305,69 N

Kr = faktor material pintel kemudi

= 0.614

Maka:

D = 0.35 x
= 121,51 mm

Lebar minimal pD gud geon (diluar bush) tidak boleh kurang dari
50% diameter pintel dan tidak boleh lebih dari 125 mm : 50% X D 121,51mm
= 60,756 mm
Clearence pintel dengan bantalan tidak boleh kurang dari:

= (D/1000) + 1.0
= (121,51 / 1000 ) +1.0
= 1,121 mm

K. Perhitungan sepatu kemudi

Modulus penampang dari sepatu kemudi terhadap sumbu (BKI Vol.ll Sec 13-3)

Wz = B1 x X x k/80 (cm³)

Dimana,

B1 = 0.5 x Cr
d.0,5 x 392611,389
= 196305,695 N

x = jarak masing-masing irisan penampang


x = 0.5 x L50 (x maximum

L 50 = Cr / (Pr x 10³)

Dimana Pr = Cr / ( L 10 x 10³ )
= 392611,389 / (4,3 x 10³)
= 91,157 mm
=
L10 = tinggi daun kemudi
= 4,3 m
L50 = 392611,389 / 91,157 x 10³
= 4,31 m ( diambil 4 jarak gading = 4 x 0,67 )

Xmin = 0,5 x L50


= 0,5 x 4,31
= 2,154 m

k = faktor bahan = 1,0

WZ = B1 x X x K/80
= 196305,695 x 2,154 x 1
80
= 5284,308 cm2

Wy = 1/3 x Wz
= 0,33 x 5284,308
= 1761,436 cm2

Perencanaan profil sepatu kemudi dari plat dengan ukuran sebagai berikut :

Tinggi (h) 325 mm


Tebal (s) 120 mm
Lebar (b) 305 mm
Iz = 1/12 x b x
2
No B H F=bxh a Fxa h3
1 30.5 8.13 247.8125 0 0 1363.291
2 12.0 16.25 195.0 9.25 16684.688 4291.016
3 12.0 16.3 195.0 0 0 4291.016
4 12.0 16.3 195.0 9.25 16684.688 4291.016
5 30.5 8.1 247.8125 0 0 1363.291
 33369.375 15599.6297

Iz =
= 33369.375+ 15599.6297
= 48969,005 cm4

Harga Wz yang akan direncanakan :

Iz
Wz =
a
48969,00
=
9,25
= 5293,95 cm³

Wz Rencana−Wz Perhitungan
Koreksi Wz = x 100
Wz Perhitungan

5284.308−5293.946
= x 100
5293.946

= 0.182 < 0,5 % (Memenuhi)

Anda mungkin juga menyukai