Disusun Oleh:
Kelompok 1D
MARET / 2018
BAB IV
HASIL
1. Sanprima forte
Komposisi Cotrimoxazole antibiotik kombinasi trimethoprim dan
sulfamethoxazole.
Indikasi Infeksi saluran pernapasan : Sebagai obat alternatif untuk
mengobati bronchitis kronis eksaserbasi akut yang
disebabkan oleh pneumoniae atau H. Influenzae.
Antibiotik yang masih efektif untuk mengobati otitis
media akut yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae atau Haemophilus influenza.
Infeksi saluran pencernaan : Jika tidak ada obat golongan
quinolon, Sanprima Forte juga bisa digunakan sebagai
pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E.
Coli. Bisa juga untuk mengobati disentri
Infeksi saluran kemih : sebagai pengobatan infeksi saluran
kemih yang disebabkan bakteri E. coli, Enterobacter, P.
vulgaris, Proteus mirabilis, Morganella morgani, atau
Klebsiella.
Brucellosis dan kolera : sebagai antibiotik alternatif jika
obat utama (antibiotik tetracycline) tidak dapat digunakan,
misalnya pada anak-anak.
Infeksi Kulit : Sebagai pengobatan infeksi kulit yang
diakibatkan oleh bakteri M. marinum
Pertusis : sebagai antibiotik alternatif jika pasienalergi
terhadap antibiotik erythromycin.
Demam tifus atau penyakit tipes dan infeksi Salmonella
lain : sebagai antibiotik alternatif jika pasien alergi atau
kontraindikasi menggunakan antibiotik golongan quinolon
seperti ciprofloxacin atau ceftriaxone dan cefotaxime.
Dosis Trimethoprim 80 mg + sulfamethoxazole 400 mg untuk
setiap satu tablet
Trimethoprim 80 mg + sulfamethoxazole 400 mg untuk
setiap satu kaplet
Trimethoprim 40 mg + sulfamethoxazole 200 mg untuk
setiap 5 ml syrup
Efek samping Efek samping yang umum terjadi berupa mual-mual sampai
muntah, adanya ruam dan gatal pada kulit, sakit otot dan sendi.
Reaksi alergi berat bisa terjadi bagi orang – orang yang sensitif
dan menimbulkan sindrom stevens-johnson, nekrolisis
epidermal toksik, kerusakan hati, gangguan pembentukan darah
putih, dan anemia aplastik
Keamanan Harus digunakan secara hati-hati pada orang yang
mempunyai penyakit asma.
Harus digunakan sampai dosis yang disarankan habis,
jangan menghentikan sebelum waktunya agar terhindar
dari resistensi
Harus dikonsusmsi bersamaan dengan cairan yang cukup
untuk mencegah pembentukan batu saluran kemih
Cara pemberian Sebaiknya diberikan bersama makanan
Interaksi + Golongan ACEI = hyperkalemia
+ Anti aritmia = resiko aretmia ventrikel
+ Glibenkamida = meningkatkan hipoglikemia
2. Gitas Plus
Bentuk sediaan Kaplet salut gula
Kandungan Zat aktif Hyoscine-N-butylbromide 10 mg, paracetamol 500 mg
Indikasi Nyeri paroksismal pada lambung atau usus halus, nyeri spastik
pada saluran empedu, saluran kemih dan organ genital wanita.
3. Rantin
Komposisi Kaplet salut gula 5 x 10
Dosis Tukak usus 12 jari aktif: 150 mg, 2 kali sehari (pagi dan
malam) atau 300 mg. sekali sehari sesudah makan malam
atau sebelum tidur, selama 4-8 minggu
Tukak lambung aktif: 150 mg, 2 kali sehari (pagi dan
malam) selama 2 minggu
Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan
tukak lambung:150 mg malam sebelum tidur.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ranitidine
Bentuk sediaan Tablet (salut selaput), injeksi
Cara pemakaian Oral, parenteral (iv/im)
Efek samping Gangguan GI, konstipasi, pusing, letih, timbul ruam
Inkompatible Penurunan terhadap bersih warfarin, prokcinamid dan N-asetil
prokcinamid
4. New Diatab
Bentuk sediaan Tablet
Komposisi Attapulgite
Indikasi Pengobatan simptomatik pada diare non-spesifik
Dosis Dewasa dan anak (>12 tahun) : 2 tablet setiap setelah buang
air besar, maks 12 tablet/hari
Anak ( 6 – 12 tahun) : 1 tablet setiap setelah buang air
besar, maks 6 tablet/hari
Kontra indikasi Gagal ginjal atau gagal hati berat
Pemberian Obat Dengan atau tanpa makanan
Peringatan Berhati-hati digunakan pada pasien yang menderita gangguan
ginjal, hipersensitivitas, asma bronkial, obstruksi usus dan
hipertrofi prostat
Efek samping Konstipasi, gejala alergi (ruam kulit, pembengkakan pada
wajah, bibir, atau lidah, perasaan sesak pada dada)
Kemasan Tablet 600 mg x 100
5. Lodia tab
Bentuk sediaan tablet
Komposisi Loperamide HCl
Indikasi Pengobatan diare akut non spesifik dan kronik
Dosis Untuk diare non spesifik : awal 2 tablet/hari. Dosis biasa : 2-4
tablet 1-2 kali/hari. Maksimal : 8 tablet/hari. Untuk diare kronik
: 2-4 tablet/hari dalam dosis terbagi. Maksimal : 8 tablet/hari.
Hentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam.
Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan.
Kontra indikasi Konstipasi bayi
Perhatian Hentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam. Kolitis akut,
infeksi bakteri atau parasit. Anak < 2 tahun. Disfungsi hati.
Efek ssamping Mulut kering, nyeri perut, lelah, ruam kulit, megakolon toksik,
pusing.
Kemasan Tablet 2 mg x 6 x 10
2. Vomentron syr
Komposisi Ondansentron
Indikasi Mual dan muntah yang diinduksi obat kemoterapi sitotoksik,
radioterapi, atau pasca operasi.
Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan
Perhatian Hamil dan lakstasi
Efek samping Sakit kepala, sensasi hangat dan kemerahan pada wajah,
konstipasi, ruam kulit,peningkatan sementara kadar
transaminase dalam serum
kemasan Sirup 50 Ml x 1
3. Komposisi pulvers
a. Mucos
Kemasan Mucos tablet : dos 10 x 10 tablet 30 mg
Mucos syrup : botol 60 ml syrup
Mucos drops untuk anak dan bayi : botol 20 ml drops
Kandungan Ambroxol HCl setara ambroxol 30 mg / tablet
Ambroxol HCl setara ambroxol 15 mg / 5 ml syrup
Ambroxol HCl setara ambroxol 15 mg / ml drops
b. Ventolin
Kemasan box 3 x 10 tablet 2 mg
botol 100 ml sirup
ventolin nebulizer : dos 20 ampul 2.5 mg
c. Triamcort
d. Rhinofed
e. Intrizin
Pro : Yulia
Umur : 6 tahun (20kg)
4.3.1. Analisa resep
Diketahui dosis anak dari cefat (Cefadroxil monohydrate) anak adalah 25-50
mg mg/kg BB/hari terbagi dalam 2 dosis, maka :
Dosis ylia 20 kg = 25-50 mg mg/kg BB/hari x 20 kg (BB yulia)
= 500-1000 mg mg/kg BB/hari
Dosis pada resep : 1 hari 2 kali minum,
1 kali minum 125mg/5ml, dengan begitu yulia
meminum dalam sehari 250 mg cefat, maka dosis
yang diberikan kurang dari dosis literature
Maka
1. Pemakaian dapat diminum 2x hari 2 cth agar sekali minum dapat 500 mg
2. Atau kekuatan sediaan cefat diganti menjadi 250 mg/5 ml 2 x sehari.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan kajian farmasetik dan dosis pada beberapa resep. Kajian
farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dosis obat yang diberikan, dan aturan,
cara serta lama penggunaan obat. Pada resep pertama, ditujukan untuk pasien bernama Rani
umur 30 tahun dengan berat badan 50 kg. Kajian farmasetik untuk resep pertama, yaitu:
Obat sanprima forte: Bentuk sediaan yang diberikan kaplet. Kata forte ditujukan untuk
pemberian dosis obat yang lebih besar dari biasanya sehingga untuk pasien tersebut kekuatan
sediaan per kaplet yang diberikan yaitu sulfametoksazol 800 mg dan trimethoprim 160 mg.
Berdasarkan resep, dosis yang diberikan sudah sesuai yaitu 2x/hari 1 kaplet karena
merupakan dosis lazim. Menurut Mims, 2016, dosis lazim sanprima forte adalah 1 kaplet
2x/hari dan dosis maksimum 1 kaplet 3x/hari. Aturan pakai untuk obat ini, yaitu diminum
setelah makan. Sanprima forte merupakan obat antibiotic sehingga dalam penggunaannya,
obat ini harus dihabiskan. Trimethoprim merupakan antibiotik yang bersifat bakterisida
sedangkan sulfamethoxazole merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Kombinasi
kedua antibiotik ini akan bekerja menghambat enzim yang memetabolisme asam folat pada
bakteri yang peka, sehingga dalam bentuk kombinasi, antibiotik ini akan bersifat bakterisida.
Obat gitas plus kaplet: Bentuk sediaan yang diberikan kaplet. Obat gitas plus yang
beredar dipasaran hanya memiliki satu kekuatan sediaan yaitu tiap kaplet mengandung
Hyoscine-N-butylbromide 10 mg dan paracetamol 500 mg. Berdasarkan resep, dosis yang
diberikan sudah sesuai yaitu 1 kaplet 3x/hari. Dosis dewasa 3x/hari 1-2 kaplet, sedangkan
dosis maksimum 6 kaplet sehari. Aturan pakai untuk obat ini, yaitu diminum setelah makan.
Obat ini diindikasikan untuk mengobati nyeri.
Obat rantin: Bentuk sediaan yang diberikan tablet. Kekuatan sediaan obat rantin yang
beredar dipasaran meliputi 150 mg/tab; dan 300 mg/kaplet. Dosis lazim yang digunakan
adalah 150 mg 2x/hari atau 300 mg 1x/hari sebelum tidur. Sedangkan, berdasarkan resep,
obat ini diresepkan 300 mg per tab dengan dosis 2x/hari 1 tab. Dapat disimpulkan bahwa obat
yang diresepkan oleh dokter melebihi dosis lazim sehingga perlu dilakukan konfirmasi ke
dokter yang bersangkutan. Seharusnya jika obat rantin tetap ingin diresepkan 2x/hari maka
kekuatan sediaan harus diturunkan menjadi 150 mg, atau jika tetap ingin diresepkan dengan
kekuatan sediaan 300 mg maka aturan pakainya diubah menjadi 1x/hari.
Komposisi obat rantin ini mengandung ranitidine HCl yang merupakan golongan obat
antacid. Antasida adalah obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung. Dipakai
untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan yang diakibatkan oleh asam lambung,
seperti tukak pada esofagus, lambung atau usus dengan gejala seperti nyeri lambung, mual,
dan muntah. Obat antacid dapat mengganggu penyerapan obat lain di dalam saluran cerna
akibatnya efek terapi dari obat yang dipengaruhinya tersebut dapat bertambah atau berkurang.
Sehingga aturan pakai untuk obat ini tidak boleh diminum bersamaan dengan obat lain dan
diminum 1 jam sebelum makan.
Obat new diatab: Bentuk sediaan yang diberikan tablet. Obat new diatab yang beredar
dipasaran hanya memiliki satu kekuatan sediaan yaitu tiap kaplet mengandung activated
attapulgite 600 mg/tab. Berdasarkan resep, dosis yang diberikan sudah sesuai yaitu 2 tab
3x/hari. Dosis lazim yang digunakan 2 tablet setiap setelah BAB, dan dosis maksimum 12
tab/hari. Aturan pakai untuk obat ini, yaitu diminum setelah BAB. Obat new diatab
diindikasikan untuk diare, dan obat ini juga berfungsi untuk mengentalkan feses. Dalam
penggunaannya, jika feses pasien berbentuk cair maka perlu meminum obat. Namun, jika
feses pasien sudah normal maka penggunaan obat ini dapat dihentikan. Obat ini juga dapat
mengganggu penyerapan obat lain sehingga tidak boleh diminum bersamaan dengan obat
lain, dianjurkan diminum 15-30 menit setelah obat lain.
Obat lodia: Bentuk sediaan yang diberikan tablet salut selaput. Kekuatan sediaan obat
lodia yang beredar dipasaran meliputi 2 mg/filcotab; dan 4 mg/filcotab. Dalam resep, dokter
tidak mencantumkan berapa kekuatan sediaan yang seharusnya diberikan kepada pasien.
Oleh karena itu, perlu dilakukan konfirmasi ke dokter yang bersangkutan. Berdasarkan resep,
dosis yang diberikan sudah sesuai yaitu 1 tab 3x/hari. Dosis lazim untuk diare akut
nonspesifik dosis awal 2 tab; dosis lazim 1-2 tab 1-2x/hari; dosis diare kronik 2-4 tab/hari;
dosis maksimum 8 tab/hari. Aturan pakai obat ini, yaitu diminum setelah makan, dan dapat
diminum bersamaan dengan obat lain. Obat ini berfungsi untuk menahan feses untuk keluar.
Pada resep kedua, ditujukan untuk pasien bernama Desi, umur 8 tahun dengan berat
badan 20 kg. Kajian farmasetik untuk resep kedua, yaitu:Obat pepzol: Bentuk sediaan yang
diberikan dalam resep adalah bentuk serbuk (puyer). Sedangkan menurut literature, obat
pepzol merupakan sediaan tablet delay release dan sebaiknya ditelan utuh dan jangan digerus.
Kekuatan sediaan obat pepzol yang beredar dipasaran meliputi tablet 20 mg; dan 40 mg.
Dalam resep, dosis obat yang diberikan kurang dari dosis lazim dimana dosis lazim anak-
anak yaitu 40 mg/hari. Aturan pakai untuk obat ini, yaitu saat perut kosong, 1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan. Komposisi obat pepzol yaitu mengandung pantoprazole.
Menurut literature, pantoprazole tidak direkomendasikan untuk anak-anak dan hanya
boleh dikonsumsi oleh orang-orang berusia 12 tahun ke atas. Oleh karena itu, perlu dilakukan
konfirmasi ke dokter yang bersangkutan.Obat vometron syr: Bentuk sediaan yang diberikan
dalam bentuk sirup. Obat vometron syr yang beredar dipasaran hanya memiliki satu kekuatan
sediaan yaitu 4 mg/5 ml dalam botol 60 ml. Berdasarkan resep, dosis yang diberikan sudah
sesuai yaitu 3x/hari 1 sendok teh. Menurut literature, vometron sirup mengandung
ondansetron dan dosis lazim ondansetron yaitu 8 mg – 32 mg/ hari. Obat ini diindikasikan
untuk mengatasi mual, muntah akibat sakit magh sehingga aturan pakai untuk obat ini, yaitu
diminum sebelum makan.
Obat selanjutnya adalah obat racikan dimana komposisinya mengandung obat mucos,
ventolin, triamcort, rhinofed, dan intrizin. Dalam resep, obat racikan ini dibuat dalam bentuk
serbuk dan dimasukkan kedalam sirup fls. Untuk menjaga stabilitas obat-obat tersebut,
sebaiknya obat racikan ini dipisah dan tidak dicampurkan kedalam sirup. Sehingga aturan
pemakaiannya, satu puyer tersebut dilarutkan dalam satu sendok teh sirup fls.
Pada resep ketiga, dilakukan perhitungan dosis untuk pasien yulia, umur 6 tahun
dengan berat badan 20 kg. Hal pertama yang dilakukan yaitu mencari literature dosis lazim
anak untuk obat cefat. Perhitungan dosis untuk anak-anak dalam resep ini dapat dilakukan
berdasarkan umur atau berdasarkan berat badan. Pada praktikum ini, kam menggunakan
perhitungan dosis berdasarkan berat badan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dosis
yang diresepkan yaitu 125 mg/5 ml 2x/hari kurang dari dosis lazim dimana berdasarkan
perhitungan dosis lazim anak-anak untuk sekali minum 250 mg- 500 mg dan dosis sehari 500
mg- 1000 mg.
Sedangkan dosis yang diresepkan untuk sekali minum 125 mg dan dosis sehari hanya
250 mg. Terdapat 2 pilihan yang dapat dilakukan yaitu (1) mengubah kekuatan sediaan
menjadi 250 mg/5 ml dengan aturan pakai 2x/hari 1 sendok teh; atau (2) mengubah volume
sediaan dan sigma aturan pakai menjadi 3x/hari dengan tidak mengubah kekuatan sediaan
yaitu tetap 125 mg/ 5 ml namun volume sediaan juga harus diubah menjadi 100 ml karena
obat cefat sirup merupakan obat antibiotic yang dalam pemakaiannya harus diminum selama
5-7 hari. Dalam hal ini, perlu dilakukan konfirmasi ke dokter yang bersangkutan
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Cara melakukan kajian farmaseutika pada resep yaitu dengan mengkaji bentuk
sediaan obat yang diberikan, kekuatan sediaan tiap obat, dosis obat yang diberikan, dan
aturan, cara serta lama penggunaan obat. Apabila dalam kajian farmasetika terdapat
permasalahan seperti dosis yang diberikan kurang dari dosis lazim, bentuk sediaan obat yang
tidak boleh digerus dan dijadikan puyer atau permasalahan lainnya, apoteker sebaiknya
melakukan konfirmasi dengan dokter yang bersangkutan.
Perhitungan dosis dapat dilakukan berdasarkan umur, berat badan, dan luas
permukaan tubuh anak. Cara perhitungan dosis yaitu dengan mencari dosis lazim obat untuk
anak-anak, lalu dilakukan perhitungan dosis untuk 1x pakai, dan dosis untuk sehari. Hasil
perhitungan yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan dosis yang diresepkan oleh
dokter. Jika dosis yang diresepkan kurang atau melebihi dari dosis lazim, maka apoteker
sebaiknya melakukan konfirmasi dengan dokter yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Charles J. P,. dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko
Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal Berkala Ilmu
Kedokteran.
Lestari, C. S. 2002. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Perca
Lestari, A. 2010. Skripsi: Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Preeklampsia di RSUD Kota Semarang Tahun 2010. Semarang
Lia, Amalia. 2007. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC