Makalah Komunikasi Efektif
Makalah Komunikasi Efektif
“Komunikasi Efektif”
Dosen :
Dr. Refdanita, M.Si., Apt
Disusun oleh :
Puji dan Syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini yang
berjudul “Komunikasi Efektif”.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Komunikasi......................................................................................................
3
2.3.4 Aspek Dalam Membangun Komunikasi yang Efektif ...............................9
BAB IV PENUTUP
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen
obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat pula. Oleh karena
itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberikan informasi yang tepat
tentang terapi obat kepada pasien.
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap
muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian
dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam
penggunaan obat.
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian
3. Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi dari pelayanan kefarmasian
4. Untuk mengetahui definisi komunikasi dan komunikasi efektif
5. Untuk mengetahui prinsip dan tujuan dalam komunikasi efektif
6. Untuk mengetahui aspek dalam membangun komunikasi yang efektif
7. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan
kefarmasian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tugas Pokok :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit
Fungsi :
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit
8
Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
Melakukan pencatatan setiap kegiatan
Melaporkan setiap kegiatan
2.2 Komunikasi
9
2.2.2 Tujuan Komunikasi
10
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
a. Suasana
Suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik
atau tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima
komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur,
bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan,
lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat
mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat
memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka
pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang
disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
b. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan
yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara
komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang
disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi
yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
11
2.3.2 Tujuan Komunikasi Efektif
Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami
pesan yang diberikan. Bentuk komunikasi efektif :
1. Komunikasi verbal efektif :
Berlangsung secara timbal balik
Makna pesan ringkas dan jelas
Bahasa mudah dipahami
Cara penyampaian mudah diterima
Disampaikan secara tulus
Mempunyai tujuan yang jelas
Memperlihatkan norma yang berlaku
Disertai dengan humor
12
2.3.3 PrinsipKomunikasi Efektif
1. Respect
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesan yang akan kita sampaikan.
2. Empathy
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator
memiliki sikap empathy. Empathy artinya kemampuan seorang komunikator
dalam memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain.
3. Audible
Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan melalui media atau delivery channel.
4. Care
Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan
komunikasinya. Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan
komunikasi personal merasa diperhatikan.
5. Humble
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling
menghargai.
13
c) Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d) Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e) Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan
dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa
verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
14
kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur
hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim
multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi
sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan
konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu
klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di
rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang
terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres,
pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang
buruk.Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan
dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian terhadap
buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan. Hal ini terjadi karena
beberapa sebab diantaranya adalah:
(1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan intraksi dengan klien.
(2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua
arah secara terapeutik.
(3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan
interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada
komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang
perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan
berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan
tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang
dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
Salah satu kompetensi inti dalam melakukan kolaborasi interprofesional
adalah dengan melakukan komunikasi interprofesional dan melakukan
komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lainnya sehingga dapat
mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga
kesehatan yang lainnya. Contoh komunikasi interprofesional yang digunakan
adalah SBAR (Situation-Background-Assassment-Recommendation). SBAR
merupakan teknik dalam mengkomunikasikan informasi yang penting yang
membutuhkan perhatian dan tindakan dengan segera sehingga keselamatan pasien
dapat terjamin dan terlindungi. Sehingga komunikasi yang efektif dan kolaborasi
perlu diberikan penekanan yang kuat disemua program perawatan kesehatan
professional untuk menjamin kepuasan, keamanan dan kualitas kesehatan pasien.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi efektif dalam praktek interprofesi digunkan sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien. Oleh karena
itu, komunikasi yang efektif dan kolaborasi perlu diberikan penekanan yang kuat
disemua program perawatan kesehatan professional untuk menjamin kepuasan,
keamanan dan kualitas kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat tercapai
apabila pendengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan oleh
komunikan, pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan
yang ditindaklanjuti oleh komunikan dan tidak adanya hambatan untuk melakukan
apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.
18
DAFTAR PUSTAKA
19