2014 - Jurnal Fakultas Teknik Volume 1 Nomor 2 - Analisa Pengukuran Tahanan Pembumian
2014 - Jurnal Fakultas Teknik Volume 1 Nomor 2 - Analisa Pengukuran Tahanan Pembumian
ABSTRACT
In power system, the most common disorders are on the air transmission line. In this channel
interference is likely to occur as a result of a lightning strike which resulted in the increase of
voltage rise and voltage can damage electrical equipment used. Therefore, the transmission
tower earthing is essential and magnitude of prisoners grounding must be in accordance with
the provisions permitted so as to guarantee the reliability of the system in the event of
overvoltage due to lightning strikes. Within a certain time the amount of prisoners grounding
can change according to changes in soil prisoners. It is necessary for the transmission tower
grounding resistance measurements periodically. In this research, the measurement of
transmission tower grounding resistant Titi Kuning – Lubuk Pakam. The results showed that
the characteristics of earthing prisoners SUTT 150 KV transmission tower Titi Kuning –
Lubuk Pakam relatively in good condition, there is little increase .
Keywords : Grounding, Transmission Towers, Ground Driven, Counterpoise
1. PENDAHULUAN
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV adalah bagian dari sistem
pendistribusian tenaga listrik. Pada saluran ini sangatlah mungkin terjadi gangguan
akibat adanya sambaran petir yang mengakibatkan tegangan naik dan kenaikan
tegangan ini dapat merusak peralatan listrik yang digunakan. Untuk mengatasi hal
ini maka perlu dilakukan pembumian dari kawat tanah dan terhubung langsung
dengan menara transmisi. Oleh karena itu, pembumian menara transmisi adalah hal
yang penting dan besarnya tahanan pembumian harus sesuai dengan ketentuan yang
diizinkan sehingga menjamin keterandalan sistem bila terjadi tegangan lebih akibat
sambaran petir.
Sebagai mana diketahui, harga tahanan pembumian tegantung kepada jenis
tanah. Tahanan tanah juga tergantung pada kelembaban tanah dan juga kandungan
garam dari tanah. Dalam kurun waktu tertentu besarnya tahanan pembumian dapat
berubah sesuai dengan perubahan tahanan tanah. Untuk itu perlu dilakukan
pengukuran tahanan pembumian menara transmisi secara periodik misalnya sekali 6
bulan.
Untuk tujuan pengukuran tahanan pembumian menara transmisi diperlukan
suatu cara tertentu yaitu pembumian dengan Elektroda Tancap (Driven Ground) dan
pembumian dengan Counterpoise. Pembumian dengan elektroda tancap dilakukan
dengan menancapkan batang elektroda ke dalam tanah. Metode ini dilakukan bila
jenis tanah di lokasi menara merupakan tanah liat. Pembumian dengan counterpoise
dilakukan dengan menanam kawat elektroda sejajar atau secara radial dalam tanah.
Metode ini dilakukan bila jenis tanah di lokasi menara merupakan lapisan tanah
yang keras atau batu-batuan dimana tahanan jenis tanahnya tinggi.
Tahanan pembumian dari suatu menara transmisi harus dijaga tetap berada
pada harga yang diizinkan. Sedangan tahanan tanah di sekitar menara dapat berubah
1
sesuai perubahan musim dan perubahan tahanan kontak antara elektroda dan tanah.
Untuk mengetahui besarnya tahanan pembumian menara ini perlu dilakukan
pengukuran secara berkala. Apabila terjadi kenaikan nilai tahanan pembumian maka
perlu dilakukan penambahan elektroda pembumian.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tahanan Kaki Menara
Untuk melidungi kawat fasa terhadap sambaran langsung dari petir
digunakan satu atau dua kawat tanah yang terletak di atas kawat fasa dengan sudut
perlindungan lebih kecil 180. Dengan demikian kemungkinan terjadinya loncatan api
karena sambaran petir secara langsung dapat diabaikan. Kemungkinan terjadinya
locatan balik (back flash over) karena sambaran kilat secara langsung pada puncak
menara atau kawat tanah tetap masih ada, dan untuk menguranginya tahanan kaki
menara harus dibuat tidak melebihi 10 Ohm. Tahanan kaki menara 10 Ohm dapat
diperoleh dengan menggunakan satu atau lebih batang pembumian (ground rod) atau
dengan sistem counterpoise. Pemilihan penggunaan batang pembumian dan atau
sistem counterpoise tergantung dari tahanan jenis tanah di mana menara transmisi
tersebut berada.
dimana
R = tahanan kaki menara (Ohm)
= tahanan jenis tanah (Ohm-m)
L = panjang dari batang pembumian (m)
d = diameter batang pembumian (m)
Menurut persamaan (1) di atas, tahanan kaki menara akan berkurang dengan
menambah panjang batang pembumian. Tetapi hubungan ini tidak langsung dan
akan mencapai suatu titik di mana penambahan panjang batang pembumian hanya
sedikit mengurangi tahanan kaki menara. Dalam hal ini digunakan batang
pembumian paralel. Dengan merubah variabel d dengan A dan untuk jari-jari batang
pembumian yang sama, sehingga persamaan (1) ditulis menjadi:
ρ
R= ln
π
2
r = jari-jari dari masing-masing batang pembumian (harus sama)
a = jarak antara batang pembumian
2.3. Counterpoise
Untuk daerah-daerah yang mempunyai lapisan tanah yang keras dan
berbatu-batu sehingga sulit menanam batang elektroda atau daerah yang menpunyai
tahanan jenis tanahnya tinggi, batang pembumian tidak praktis lagi digunakan.
Bilamana digunakan sistem counterpoise, secara teoritis tahanan kaki menara dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
R = rρ coth L r/ρ Ohm .................................................... (2)
di mana
L = panjang kawat (m)
= tahanan jenis tanah (Ohm-m)
r = tahanan kawat (Ohm/m)
Ketika surja petir mencapai counterpoise, tahanan efektif counterpoise tersebut
permulaannya tinggi, sekitar 150 Ohm. Tahanan mula ini adalah impedansi surja
dari counterpoise. Pada saat surja merambat sepanjang kawat, tahanannya menurun
sampai suatu harga yang tetap yang diberikan rumus persamaan (2). Tujuan disain
counterpoise adalah mencapai tahanan yang tetap dari counterpoise sebelum
tegangan pada puncak menara mencapai tingkat loncatan api dari isolator. Panjang
minimum dari counterpoise dapat dihitung dengan memakai rumus :
L = r/ρ coth-1 .......................................................... (3)
ρ
Bila counterpoise terlalu panjang, 2 atau lebih kawat dapat digunakan dalam
counterpoise sehingga tahanan 10 Ohm yang diinginkan diperoleh.
1 2 3
Bila tahanan di antara tiap-tiap batang pembumian diukur dengan arus konstan, tiap
pengukuran dapat ditulis sebagai berikut:
3
V1-2
R1-2 = = R11 + R22 - 2R12
I
V1-3
R1-2 = I
= R11 + R33 - 2R13
V2-3
R2-3 = = R22 +R33 -2R23
I
V1-2 +V1-3 -V2-3
= 2R11 - 2R12 - 2R13 + 2R23
I
Tetapi,
V1-3 = V1-2 + V2-3
Jadi:
V1-2
R= = R11 - R12 - R13 - R23
I
Akhirnya:
R11 = R + R12 + R13 - R23 ................................................... (4)
Tahanan batang pembumian dari elektroda 1 diberikan oleh persamaan (4) jika
dapat dibuat R 12 +R13 -R23 = 0. Keadaan ini dapat diperoleh dengan mengatur posisi
elektroda 2 sehingga harga persamaan (4) dipenuhi.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian dan Langkah Pengukuran
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Unit
Pelayanan Transmisi (UPT) Sumut pada tower SUTT 150 KV transmisi Titi
Kuning - Lubuk Pakam sebanyak 69 buah tower dengan jenis konstruksi baja.
Cara pengukuran tahanan pembumian kaki tower SUTT 150 KV dengan
Earth-meter/Earth Resistance Test, merk Yokogawa, adalah sebagai berikut :
4
14. Mengukur tahanan pembumian dari arde kaki dari masing–masing sisi secara
berlawanan dan atau keseluruhan dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel
hasil pengukuran
5
25 D25 1,2 1,3 1,5 1,5
26 D26 0,8 2,0 2,8 2,8
27 D27 0,8 1,2 5,0 5,0
28 D28 1,1 1,3 5,0 1,2
29 D29 1,2 1,3 2,5 3,0
30 D30 1,0 1,1 30,0 13,5
31 A31 0,9 - 3,8 3,8
32 D32 0,9 1,1 2,8 2,6
33 D33 0,7 - 0,9 0,9
34 D34 0,9 1,2 4,5 4,5
35 D35 0,8 - 2,5 2,8
36 D36 0,8 1,2 2,8 3,0
37 D37 0,7 0,9 3,4 2,8
38 D38 0,6 0,8 2,6 2,6
39 D39 0,8 1,0 5,0 17,0
40 D40 1,0 1,2 5,5 5,5
41 D41 0,9 1,2 4,0 4,0
42 D42 0,9 1,2 3,5 3,5
43 D43 1,0 1,1 7,0 1,9
44 D44 0,5 0,7 1,3 1,3
45 D45 0,5 0,8 2,0 2,0
46 A46 0,8 1,2 0,6 0,6
47 A47 0,4 0,5 0,9 0,9
48 A48 0,6 0,8 0,6 12,5
49 A49 0,6 1,3 1,1 1,2
50 D50 O,6 0,8 1,9 1,9
51 D51 0,7 0,9 2,8 2,8
52 D52 0,6 0,7 1,1 1,1
53 A53 0,8 0,9 13,0 1,1
54 D54 0,7 0,9 2,8 2,8
55 D55 0,5 0,7 5,0 1,5
56 D56 0,8 0,9 2,5 2,5
57 A57 0,5 0,6 2,6 2,6
58 A58 0,2 - - -
59 A59 0,2 0,3 - 3,5
60 D60 0,2 - - -
61 D61 0,6 - las 19,0
62 A62 0,8 0,8 6,3 3,5
63 A63 0,6 - 5,5 0,7
64 D64 0,7 0,7 17,5 4,5
65 A65 0,5 0,7 0,9 0,9
66 A66 0,5 0,5 0,5 13,0
67 A67 0,6 0,9 0,7 0,8
68 D68 1,3 1,0 1,0 1,0
69 A69 0,3 - - -
6
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 3.1, dapat diketahui bahwa nilai
tahanan pembumian adalah sebagai berikut:
a. Kondisi baik
Kondisi ini terjadi bila tahanan pembumiannya kurang dari 10 Ohm dan bahkan
sampai mendekati angka nol (0).
b. Kondisi awas
Kondisi ini terjadi bila tahanan pembumiannya mencapai 8 s.d. 10 Ohm. Kondisi
ini masih baik, tapi dalam keadaan pengawasan.
c. Kondisi buruk
Kondisi ini terjadi bila tahanan pembumiannya melebihi standar 10 Ohm.
d. Kondisi tidak diketahui
Kondisi ini terjadi bila tahanan pembumiannya tidak dapat diukur karena sesuatu
hal.
7
4.2 Pembahasan
Karakteristik tahanan pembumian tower SUTT 150 KV transmisi Titi Kuning
Medan - Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:
1. Kondisi baik
Kondisi tahanan pembumian yang masih baik terjadi pada ketiga macam
pengukuran, yaitu:
2. Kondisi awas
Kondisi tahanan pembumian pada posisi awas ini tidak terjadi pada tahanan
pembumian gabungan dan tahanan pembumian kaki tower tanpa arde, namun hanya
terjadi pada pengukuran tahanan pembumian untuk arde masing – masing sisi yang
berlawanan. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi tahanan pembumian menjadi
mendekati 10 Ohm dimungkinkan karena kondisi ground rod mulai menurun,
kondisi kontak antara ground rod dan penghantar pembumian mulai terkena korosi
dan kondisi kelembaban dan air tanah yang berubah
3. Kondisi buruk
Kondisi tahanan pembumian tower SUTT 150 kV yang buruk, seperti
halnya pada kondisi awas, kondisi ini hanya terjadi pada pengukuran tahanan
pembumian untuk arde masing-masing sisi yang berlawanan. Tower dengan tahanan
pembumian arde yang berada dalam kondisi buruk ada sepuluh buah tower dengan
rincian sembilan buah tower karena tahanan pembumian arde melebihi standar dan
satu buah tower penghantar pembumiannya telah putus dalam tanah. Kondisi
8
tahanan pembumian yang sudah buruk dapat terjadi dimungkinkan karena kondisi
ground rod yang buruk, kondisi kontak antara ground rod dan penghantar
pembumian terkena korosi serta kondisi kelembaban dan air tanah yang menurun
9
2. Karakteristik perbandingan tahanan pembumian tower SUTT 150 KV transmisi
Titi kuning - Lubuk Pakam secara garis besar dibedakan menjadi :
a. Nilai tahanan pembumiannya tetap/sama
Nilai tahanan pembumian tower SUTT 150 KV yang tetap atau tidak
mengalami perubahan terjadi pada ketiga macam pengukuran, yaitu sebagai
berikut:
10
b) Pengukuran tahanan pembumian kaki tower tanpa arde
Kenaikan nilai tahanan pembumian yang tidak signifikan pada pengukuran
ini dimungkinkan karena kondisi tahanan pembumian kawat tanah yang
telah berubah sebagai akibat dari berubahnya nilai tahanan jenisnya.
c) Pengukuran tahanan pembumian arde masing - masing sisi.
Kenaikan nilai tahanan pembumian yang tidak signifikan pada pengukuran
ini dimungkinkan karena kondisi ground rod mulai menurun, kondisi
kontak antara ground rod dan penghantar pembumian sudah berkurang dan
kondisi kelembaban dan air tanah yang berubah
11
nomor D02, D14, D61, A31, D33, D35, A63, A69, A58, D60
2). Pengukuran tahanan pembumian arde masing-masing sisi yang
berlawanan, yang tidak dapat dibandingkan dan penyebabnya adalah :
a) Tower nomor D02 (arde kaki B) tetap dilakukan pengukuran
b) Tower nomor D02 (arde kaki C), D14 (arde kaki C), dan D61 (arde
kaki B). Penyambungan arde pada kaki tower menggunakan las,
sehingga tahanan pembumian arde untuk kaki tersebut tidak dapat
diukur.
c) Tower nomor A10 (arde kaki D). Kondisi arde telah rusak yaitu
penghantar pembumian telah telah putus dari ground rod, sehingga
tahanan pembumian arde kaki D tidak bisa diketahui.
d) Kondisi tower nomor A58, penyambungan arde pada tower agak di atas
dan penghantar pembumiannya masih menempel pada badan tower,
walaupun sambungan arde pada tower sudah dilepas sehingga tidak
dilakukan pengukuran.
e) Kodisi tower nomor A59 (arde kaki B), sambungan antara arde dan
kaki tower terpendam dalam tanah sebanyak satu buah yaitu pada arde
kaki B, sehingga tidak dilaksanakan pengukuran tahanan pembumian
terhadap arde kaki B.
f) Kondisi tower nomor D60 (semua arde kaki tower), sambungan antara
arde dengan kaki tower masih tampak (belum terpendam) sehingga
pengukuran tahanan pembumian untuk arde masing-masing sisi yang
berlawanan masih bisa dilaksanakan, tetapi kondisi ini berubah setelah
satu tahun berikutnya, pada bagian sambungan antara arde dan kaki
tower semuanya sudah terpendam dalam tanah, sehingga tahanan
pembumian kaki tower tanpa arde tidak dapat diukur.
g) Tower nomor A66 (arde kaki B). Pengukuran tahanan pembumian arde
kaki B tidak dilaksanakan
h) Tower nomor D69, arde kaki masih menempel pada badan tower,
walaupun sambungan dengan tower sudah dilepas, sehingga
pengukuran tahanan pembumian arde masing-masing sisi yang
berlawanan tidak dilaksanakan.
12
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap tahanan pembumian
tower SUTT 150 KV transmisi Titi Kuning – Lubuk Pakam dapat disimpulkan
bahwa:
1. Karakteristik tahanan pembumian tower SUTT 150 KV transmisi Titi Kuning-
Lubuk Pakam relatif dalam kondisi baik.
2. Karakteristik nilai tahanan pembumian tower SUTT 150 KV transmisi Medan-
Lubuk Pakam ada sedikit mengalami kenaikan.
2. Perubahan nilai tahanan pembumian tower SUTT 150 KV disebabkan:
a. Perubahan kondisi ground rod
b. Perubahan kondisi tanah (perubahan kelembaban dan air tanah)
c. Perubahan kondisi kontak pada klem pembumian (antara ground rod dengan
penghantar pembumian).
DAFTAR PUSTAKA
Artono Arismunandar. 2001. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Djiteng Marsudi. 1990. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Balai Penerbit &
Humas ISTN.
Jasa Diklat PLN. 1997. Kursus Pemeliharaan SUTT/SUTET Praktek Lapangan.
Jakarta.
_________. 1997. Kursus Pemeliharaan SUTT/SUTET Pengenalan Material.
Jakarta.
_________. 1997. Kursus Pemeliharaan SUTT/SUTET Pengenalan Tools. Jakarta.
Pusdiklat PLN. 1985. Teknologi Listrik Peralatan Pelindung. Jakarta.
Soepartono dan A. Rida Ismu. 1980. Teknik Tenaga Listrik 2. Jakarta: Depdikbud.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta.
Tim O&M Transmisi dan Gardu Induk. 1981. Buku Petunjuk Operasi &
Memelihara Peralatan untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi. Jakarta: PLN
Pembangkitan Jabar & Jakarta Raya.
T.S. Hutauruk. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan
Peralatan. Jakarta: Erlangga.
13