Kel :4 “ Soil aggregation : Influence on microbial biomass and implications for biological processes” Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemantapan agregat tanah diantaranya adalah tekstur, kation dapat ditukar, pH tanah. Pada jenis tanah yang berbeda, agregasi tanah dikontrol oleh mekanisme agregasi yang berbeda. Tekstur tanah mempengaruhi agregasi secara signifikan. Karbon tanah terdiri dari karbon organik dan karbon anorganik tanah. Karbon tanah berpengaruh terhadap agregasi terkait asosiasinya dengan kation dan partikel-partikel tanah. Komposisi karbon organik tanah mencerminkan laju dekomposisi dan pelepasan kation ke larutan tanah beserta ketersediaan kation-kation pada larutan tanah (Bronick dan Lal 2005). Bahan Organik Tanah. Harris (1966) dan Hamblin (1985) dalam Lal dan Shukla (2004) membagi agen pengikat yang berasal dari bahan organik menjadi tiga kelompok, yakni transien, temporer dan persisten. Kelompok agen pengikat transien adalah berbagai polisakarida-polisakarida mikro dari berbagai bahan organik yang ditambahkan ke tanah dan beberapa polisakarida yang berhubungan dengan akar dan biomasa mikro pada rizosfer; agen pengikat temporer diantaranya adalah akar dan fungi; sedangkan agen pengikat persisten diantaranya adalah humat dan kompleks organo-mineral. Spesies tanaman mempengaruhi jumlah residu tanaman yang dikembalikan ke tanah dan bahan kimia yang dikeluarkan dari tanaman yang dapat mempengaruhi kemantapan agregat tanah. Selain itu, akar pada tanaman menjaring dan menyusun partikel tanah. Akar juga mengeluarkan eksudat yang berpengaruh pada sifat fisik, kimia dan biologi yang mempengaruhi kemantapan agregat tanah. Selain tanaman, aktivitas mikroorganisme dan juga fauna tanah seperti cacing dan rayap juga memiliki pengaruh terhadap kemantapan agregat tanah (Bronick dan Lal 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat antara lain pengolahan tanah, aktivitas mikroorganisme tanah, dan penutupan tajuk tanaman pada permukaan tanah yang dapat menghindari splash erotion akibat curah hujan tinggi. Agregat tanah terbentuk karena proses flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil. Kemper & Rosenau (1986) mengatakan bahwa makin stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaannya terhadap erosi (erodibilitas tanah). Akar tanaman memberikan konstribusi terhadap kelimpahan bahan organik tanah dan kemantapan agregat tanah secara langsung melalui material akar tersebut dan secara tidak langsung melalui stimulasi aktivitas mikroorganisme di daerah sekitar perakaran Pembentukan agregat tanah oleh mikroorganisme, dapat terjadi (1) melalui pengikatan mekanik oleh sel bakteri, aktinomesetes dan hifa jamur, dan (2) melalui pengikatan yang dipelantarai oleh senyawasenyawa organik yang dihasilkannya ataupun hasil dekomposisi bahan organik. Pengikatan secara mekanik terutama dilakukan oleh jamur dan aktinomisetes, karena mikro organisme ini memiliki filamen yang berfungsi sebagai pengikat partikel-partikel tanah untuk membentuk struktur yang remah. Hal ini tidak berarti bahwa kedua mikoflora tersebut tidak menghasilkan bahan perekt kimiawi. Mekanisme pembentukan agregat oleh jamur dan aktinomisetes adalah 50% berlangsung secara mekanik dan 50% lagi berlangsung dengan menggunakan bahan perekat dari senyawa oeganik yang dihasilkannya. Berbeda halnya dengan jamur dan aktinomisetes, bakteri lebih banyak melakukan pengikatan partikel tanah dengan menggunakan senyawa organik yang dihasilkannya dari pada melakukan pengikatan secara mekanik, dengan perbandingan 80% dan 20%. Efektivitas mikroorganisme dalam pembentukan agregat tanah sangat bergantung pada (1) sifat bahan organik yang tersedia, (2) jenis mikroorganisme dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitasnya. Umumnya bahan organik yang mudah terdekomposisi, kurang efektif untuk agregasi tanah. Oleh karenanya jika memasukkan bahan organik ke dalam tanah dengan tujuan sebagai pembenah agregat, maka diperlukan bahan organik yang bernisbah C/N tinggi disertai nisbah lignin/selulose juga tinggi. Fungi ini membentuk simbiosa mutualisme antara fungi dan akar tumbuhan. Fungi memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, fungi menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan. Mikoriza merupakan fungi yang hidup bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) fungi. Asosiasi antara akar tanaman dengan fungi ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat fungi tersebut tumbuh dan berkembang biak. Fungi mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit dan meningkatkan pertumbuhan