Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Arsitektur Vernakular

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Besar Mata kuliah Arsitektur Vernakular

( Bangunan Kolonial )

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

Yulandari Ambeda

Lusiyanti

Maryam . Burhan

Andri Tomina

Faridah

Suleman Rauf

Aldi Laindjong

Rasidin

Moh. Fadli Manggopa


Arianto Bakari

Moh. Fazal Samin

Zulkifliansah Muda

Farid T. Kilo

Dewa Tirto Otoluwa

Andrian S Taha

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,

Hidayah, dan Inayah-nya sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini dengan baik.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis telah berupaya seoptimal mungkin

dan semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang

tidak disengaja. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak

terutama kepada pembaca yang budiman, guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan

makalah ini.

Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberi banyak bantuan

berupa bimbingan, dorongan, sumbangan pikiran, dan doa selama proses penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.

Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Gorontalo, 16 mei 2018

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Arsitektur merupakan produk budaya manusia dalam bentuk bangunan yang pada

awalnya digunakan sebagai tempat untuk bernaung, hidup dan berlindung dari cuaca dan

alam yang mengancam. Kehadiran arsitektur dalam kehidupan manusia memberikan

kontribusi positif yakni sebagai tempat manusia untuk bertahan hidup juga sebagai sarana

manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Prinsip umumnya adalah membangun

sesuatu di atas permukaan tanah sebagai penanda, sebagai ruang yang disiapkan untuk

mereka menjadi kesatuan dalam komunitas kehidupannya. Perkembangan zaman kemudian

mempengaruhi upaya mereka dalam membangun. Untuk menciptakan bangunan yang kuat,

sebuah bangunan harus memiliki fondasi, untuk memiliki kenyamanan dalam sebuah

ruangan bangunan harus ditata sedemikian rupa, dan untuk membedakan fungsi-fungsi

ruangan bangunan juga harus digolongkan berdasarkan kegunaannya.

Kota Gorontalo secara administrative merupakan ibukota provinsi Gorontalo

dengan Luas wilayah 64,79 km2. Luas ini hanya 0.53 – 000 35’56” LU dan 1220 59’ 44” –

1230 05’ 59” BT. Pembagian wilayah administrative Kota Gorontalo terdiri atas 6 kecamatan

yaitu kota tengah, kota barat, kota timur, kota utara, kota selatan, dan dungingi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah atau masuknya arsitektur Kolonial di Gorontalo ?

2. Bagaimana bentuk Kolonial yang ada di Gorontalo?


1.3. Tujuan

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bangunan Kolonial yang ada di Gorontalo dan

untuk lebih menambah pengetahuan tentang Arsitektur Kolonial.

1.4 Manfaat

1. Untuk mengetahui bagaimana terbentuknya Arsitektur colonial di Kota Gorontalo

2. Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja bangunan colonial di Gorontalo.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pngertian Arsitektur Kolonial di Indonesia

Arsitektur colonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang

berkembang selama masa penduduk belanda di tanah air. Selain itu arsitektur colonial

merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya barat dan timur. Sehingganya arsitektur

colonial belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland tahun 1624-1820.

a. Ciri umum arsitektur colonial di Indonesia :

 Menggunakan gevel (gable) pada tampak depan bangunan.

 Bentuk gable sangat bervariasi seperti curvilinear gable, stepped gable, gabrel

gamble, pediment (dengan entablure).

 Penggunaan tower pada bangunan.

 Tower pada mulanya digunakan pada bangunan gereja kemudian diambil alih oleh

bangunan umum dan menjadi mode pada arsitektur colonial belanda .

 Bentuk bermacam-macam, ada yang bulat, segiempat ramping, dan ada yang

dikombinasikan dengan gevel depan.

 Penggunaan dormer pada bangunan.

 Penyesuaian bangunan terhadap iklim tropis.

Selain ciri yang dijelaskan diatas, arsitektur colonial lebih banyak mengadopsi gaya

neo-klasik, yakni gaya yang berorientasi pada gaya arsitektur klasik yunani dan romawi.

Ciri menonjol terletak pada bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik

(cripedoma). Kolom-kolom dorik, ionic dan Corinthian, dengan berbagai bentuk

ornament pada kapitalnya. Dan juga memiliki bentuk-bentuk tympanum (konstruksi


dinding berbentuk segi tiga atau setengah lingkaran) diletakkan diatas pintu dan jendela

berfungsi sebagai hiasan.

Ciri-ciri yang paling dikenal yaitu : façade simetris, material dari batu atau kayu tanpa

pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu, pintu masuk terletak disamping, denah

simetris, jendela besar berbingkai kayu, dan terdapat dormer (bukaan pada atap).

2.2 Masuknya Arsitektur Kolonial di Gorontalo

Secara umum kedatangan bangsa-bangsa barat ke indonesia dimulai pada abad ke-16,

karena tertarik rempah-rempah yang berasal dari kepulauan Maluku. Bangsa barat yang

pertama datang ke Indonesia adala bangsa portugis yang berlayar dari malaka menuju gresik

jawa timur dan selanjutnya ke Maluku tempat pengumpulan rempah-rempah.

Selanjutnya bangsa belanda datang ke Indonesia da tiba di Banten pada tahun 1596 yang

juga merupakan tempat perdagangan rempah-rempah dari daerah sekitarnya. Kemudian pada

tahun 1607 belanda berkunjung ke Sulawesi Utara, atas persetujuan Sultan Ternate. Karena

Sulawesi Utara adalah bagian kekuasaannya.

Sejak saat itu di Sulawesi Utara, Belanda mulai memantapkan hegemoninya. Setelah

Gubernur VOC berkuasa di Ternate, Robertus Padtbrugge melakukan perjalanannya

melintasi Sulawesi Utara menuju Kwandang Provinsi Gorontalo.

Kawasan Gorontalo menjadi penting karena mengandung bahan makanan seperti beras,

cokelat, dan kelapa. Selain itu dibagian pegunungan juga terdapat tambang emas seperti di

Daerah Sumalata, Marisa, Bonepantai, dan Bintauna.


2.2. Bentuk Kolonial Yang Ada di Gorontalo

1. Jalan Depan Rumah Asisten Residen

Masa sekarang Masa Kolonial

Halaman depan rumah asisten residen pemerintah colonial belanda di Gorontalo yang

sekarang menjadi rumah jabatan gubernur ini terdapat pada temboknya. Gorontalo. Di

depan rumah ini adalah lapangan luas ( lapangan taruna ). Arsitektur colonial pada bangunan

ini terdapat pada kolom pada pagar depan rumah.

2. Hotel Velberg

Masa sekarang Masa Kolonial

Bangunan ini merupakan hotel pertama di Gorontalo yang didirikan oleh Henry

Velberg pada tahun 1900. Yang terletak di jalan Wolter Monginsidi No.5, Kelurahan Tenda
Kota Selatan, Kota Gorontalo. Kemudian untuk arsitektur kolonian belandanya terdapat

pada bagian kolom bangunan karena bentuk kolom besar, salah satu arsitektur cirri arsitektur

colonial yaitu memiliki kolom-kolom besar.

3. Kantor Pos

Masa sekarang Masa Kolonial

Bangunan ini dikenal sebagai kantor PTT ( Pos Telegraf dan Telephone ) yang

memiliki perasan sentral pada masa colonial. Bangunan yang berada tepat di 0 KM kota

gorontalo masih mempertahankan keasliannya meski ada beberapa yang sudah di renofasi

seperti di bagian depan troroar masi terdapat kotak surat (brieven bus) yang merupakan

peninggalan pemerintah belanda. Arsitektur colonial yang masih berada pada bangunan ini

terdapat pada jendela dan kotak surat.


4. Kontrolir

Masa sekarang Masa Kolonial

Bangunan ini dulunya dikenal sebagai rumah asisten Residen pada masa colonial

belanda, sekarang difungsikan sebagai rumah jabaran Gubernur Gorontalo. Yang berada

di Kelurahan Biawao kecamatan Kota selatan Kota Gorontalo. Arsitektur colonial yang

ada pada bangunan ini yaitu kolom dan jendela.

5. Rumah Tinggi

Masa sekarang Masa Kolonial

Rumah ini merupakan rumah Kepala kantor PTT. Adalah bangunan kayu

panggung yang masih terawatt baik. Sejak awal dibangun rumah ini belum berubah dan
masi mempertahankan ciri khasnya. Arsitektur colonial pada bangunan masih terdapat

pada semua bagiannya dari bagian upper, sub dan super.


BAB II

PENUTUP

3.1. Kesimpulan Dan Saran

3.1.1. Kesimpulan

Gorontalo saat ini masih banyak memiliki bangunan hasil peninggalan colonial

belanda walaupun sebagian bangunannya telah hilang dan lokasi banguan yang terbangun

bangunan lain.

3.1.2. Saran

Di harapkan pemerintah dan masyarakat Gorontalo dapat menjaga kelestarian

bangunan yang masih terbangun.

Anda mungkin juga menyukai