Anda di halaman 1dari 18

Vol. 13 No. 3Wirahadikusumah.

Susilawati, Juli 2006

urnal
TEKNIK SIPIL

Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana


pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
Susilawati1)
Reini D. Wirahadikusumah2)

Abstrak

Salah satu peluang untuk meningkatkan kinerja kontraktor adalah dengan melakukan pengelolaan jaringan
rantai pasok (supply chain). Konsep pengelolaan rantai pasok (supply chain management) merupakan konsep
yang relatif baru dalam industri konstruksi. Sebagai langkah awal penerapannya, perlu pemahaman mengenai
proses pembentukannya dalam penyelenggaraan konstruksi di Indonesia. Pada proyek-proyek bangunan
gedung, metoda kontrak yang paling sering digunakan adalah metoda kontrak umum. Dalam hal ini, kontraktor
pelaksana menjadi satu-satunya pihak yang memiliki wewenang dalam tahap pembentukan hubungan jaringan
rantai pasok, yaitu dalam penyusunan mitra-mitra melalui proses pengadaan (procurement). Makalah ini
membahas hasil kajian mengenai kebijakan pengadaan yang terdapat pada perusahaan konstruksi (kontraktor).
Kajian dilakukan melalui pendekatan studi kasus terhadap tiga kontraktor berkategori besar, dengan membatasi
lingkup kajian pada proyek konstruksi bangunan gedung. Jenis proyek bangunan gedung menjadi fokus
penelitian karena pada proyek tersebut memiliki karakteristik bahwa kontraktor adalah pihak yang memiliki
peran dominan dalam penyusunan mitra kerjanya selama tahap produksi konstruksi. Pola pengelolaan dan pola
pengadaan yang dilakukan oleh ketiga kontraktor berbeda. Keragaman ini tentunya akan mempengaruhi
jaringan supply chain konstruksi yang terbentuk. Hal ini merupakan kebijakan perusahaan yang dapat
dipandang sebagai keragaman strategi bisnis perusaahaan dalam menghadapi persaingan bisnis konstruksi.
Pada makalah ini juga dibahas mengenai implikasi berbagai strategi tersebut terhadap tantangan perubahan
perkembangan bisnis konstruksi di masa yang akan datang.

Kata-kata Kunci: Supply chain, pengadaan, kontraktor pelaksana, proyek konstruksi, bangunan gedung.

Abstract

The management of supply chain may provide an opportunity to improve a contractor’s performance.
The concept of supply chain management has just been recently recognized in the construction industry. As a
new concept in Indonesia, the basic structure of the construction supply chain has to be comprehended. In high-
rise building projects, the construction contract is mainly in the form of general contracting, in which the
general contractor (GC) is the main actor in the process of developing a construction supply chain. In the
procurement of subcontractors and suppliers, the GC develops the structure of the project supply chain by
selecting its partners. This paper discusses the procurement of subcontractors and suppliers conducted by a
general contractor, including the standard procedure and the company’s policy. The analysis is based on a
multiple-case study performed on three large contractors with the focus on high-rise building projects. In this
type of projects, the GC usually plays the most siginificant role in the process of developing a supply chain
during production process (construction). The approach of managing projects by the main office, and the
procurement procedures in the three construction companies vary, these have impact on the formation of supply
chain. The variations of these aspects can be seen as the different strategies used by companies to be
competitive. This paper also explains the implications of the different strategies on the challenging conditions of
the construction industry at present and in the future.

Keywords: Supply chain, management, procurement, contrators, construction, projects, high-rise buildings.

1. Alumni Program S2 Teknik Sipil, Lab. Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, FTSL, Institut Teknologi Bandung.
2. Staf Pengajar, Program Studi Teknik Sipil, Lab. Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, FTSL, Institut Teknologi Bandung.

Catatan : Usulan makalah dikirimkan pada 12 Mei 2006 dan dinilai oleh peer reviewer pada tanggal 02 Juni 2006 -
28 Agustus 2006. Revisi penulisan dilakukan antara tanggal 20 Agustus 2006 hingga 05 September 2006.
Vol. 13 No. 3 Juli 2006 133
Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

1. Pendahuluan (2002) menyatakan bahwa desain supply chain


konstruksi yang buruk memiliki potensi peningkatan
Industri konstruksi dikenal sebagai industri dengan biaya proyek hingga 10%. Aspek lain yang perlu
tingkat fragmentasi yang tinggi (Tucker et al., 2001). diperhatikan adalah keunikan proyek konstruksi.
Hal ini tercermin dari terpecah-pecahnya proses Karakteristik produk dari industri yang berbasiskan
konstruksi ke dalam beberapa subproses: perencanaan, proyek ini, menyebabkan proses pembentukan
pengadaan, hingga pelaksanaan (produksi). Dalam jaringan supply chain konstruksi tidak selalu berada
masing-masing subproses tersebut melibatkan dalam bentuk pengulangan hubungan yang sama
berbagai pihak yang berbeda dengan beragam antara satu proyek dengan proyek lainnya, tidak
keahlian yang spesifik, hingga menambah seperti halnya pada industri manufaktur.
kompleksitas konstruksi yang ditengarai sebagai salah
satu penyebab rendahnya kinerja dan efisiensi kerja, Dengan demikian, proses pembentukan suatu jaringan
termasuk peningkatan potensi timbulnya konflik. supply chain konstruksi yang dilakukan oleh
kontraktor pelaksana menjadi sangat penting dalam
Salah satu peluang untuk meningkatkan kinerja menentukan tingkat efisiensinya. Proses pengadaan
kontraktor adalah dengan melakukan pengelolaan sebagai mekanisme kontraktor dalam pemilihan mitra-
jaringan rantai pasok (supply chain). Konsep supply mitranya untuk berperan dalam jaringan supply chain
chain yang merupakan konsep baru dalam hubungan produksi, merupakan proses yang penting dalam
antar perusahaan, berawal di industri otomotif yang menentukan tingkat efisiensi yang akan diberikan
bertujuan untuk menghilangkan berbagai jenis dalam proses produksinya. Strategi pengadaan yang
pemborosan (waste). Konsep produksi baru, yaitu lean baik pada akhirnya dapat menjadi suatu peluang
production yang berakar pada lean thinking ini, telah dalam usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan
merubah paradigma industri otomotif secara radikal, konstruksi. Pemahaman mengenai mekanisme
hingga mencapai suatu tingkat efisiensi yang tinggi. pengadaan yang dilakukan oleh kontraktor dan
Lean construction sebagai bentuk penerapan konsep kebijkan-kebijakan yang mempengaruhinya, hingga
lean thinking di industri konstruksi, merupakan dasar terbentuk jaringan supply chain konstruksi,
penerapan konsep supply chain dalam konteks merupakan salah satu kontributor terhadap
konstruksi. peningkatan value yang tidak hanya sesuai dengan
permintaan owner, namun juga memenuhi value bagi
Supply chain dalam konteks konstruksi dapat jaringan supply chain itu sendiri.
dipandang sebagai hubungan antar berbagai pihak,
dalam pola hubungan yang menempatkan satu pihak 2. Fungsi Pengadaan oleh Kontraktor
tertentu sebagai satu mata rantai dalam suatu Pelaksana dalam Konteks Supply Chain
rangkaian rantai proses konstruksi yang menghasilkan Konstruksi
produk konstruksi, yaitu supply chain konstruksi
(Capo et al., 2004). Dengan meninjau salah satu mata Terdapat suatu perdebatan mengenai definisi
rantai tertentu dalam rangkaian tersebut, akan pengadaan (procurement) dan supply chain (rantai
menempatkan rangkaian mata rantai sebelumnya pasokan). Elfving (2003) menerangkan tumpang
sebagai supply side, dan rangkaian setelahnya sebagai tindih antara beberapa terminologi yang sering dipakai
demand side. Owner sebagai pihak yang berkenaan dengan hal ini yaitu pembelian
memprakarsai diproduksinya suatu proyek, dan juga (purchasing), pengadaan (procurement), manajemen
sebagai pihak yang akan menerima value yang material (material management), dan supply chain
dihasilkan oleh supply chain tersebut, memiliki peran management seperti yang diperlihatkan dalam
besar didalam pembentukan jaringan supply chain Gambar 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan
konstruksi. Kontraktor pelaksana sebagai salah satu bahwa konsep supply chain sebagai suatu perluasan
mata rantai dari rangkaian rantai tersebut memiliki konsep dalam manajemen hubungan antara suatu
potensi yang akan menempatkan kontraktor pada perusahaan tertentu dengan pihak lainnya, yang
posisi yang sentral sebagai simpul yang berawal dari konsep pembelian (purchasing),
mempertemukan dua rangkaian rantai – supply side pengadaan (procurement) yang sudah ada hampir pada
dan demand side. setiap perusahaan, begitu juga pada kontraktor
pelaksana.
Bentuk kontrak konstruksi yang sering digunakan
pada proyek konstruksi bangunan gedung adalah Posisi pengadaan dalam konteks supply chain juga
kontrak umum (general contracting). Dalam konteks dijelaskan oleh Vrijhoef & Koskela (2000). Pada
ini, kontraktor adalah pihak yang sentral dalam Gambar 3 dijelaskan pemodelan supply chain
penentuan jaringan supply chain konstruksi pada konstruksi dalam industri perumahan, yang
tahapan produksi. Penentuan jaringan ini sangat menempatkan kontraktor utama sebagai pihak yang
penting dalam kesuksesan proyek, bahkan Bertelsen bertanggung jawab dalam melakukan pengadaan
pihak-pihak lain untuk berperan proses produksi.

134 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

supply chain konstruksi yang masuk dalam lingkup


pengadaan oleh kontraktor adalah pihak penyedia
barang berupa pengadaan material (baik material
Supply Chain Materials
Management Management
Procurement Purchasing alam maupun komponen material) serta penyedia
peralatan konstruksi yang dikenal dengan nama
supplier. Adapun pihak penyedia jasa, baik berupa
pekerja saja (labor only subcontractor), ataupun jasa
berikut material, atau jasa berikut material dan
Gambar 2. Hubungan antara pembelian,
pengadaan, manajemen material, dan manajemen
peralatan dikenal dengan sebutan subkontraktor.
supply chain (Elfving, 2003)
Praktek subkontrak terjadi jika kontraktor utama tidak
Pada dasarnya praktek pengadaan pada tahap produksi memiliki sumber daya yang dibutuhkan, sehingga
dapat dilakukan baik oleh pemilik maupun kontraktor kontraktor akan membeli sumber daya tersebut dari
utama. Terutama dalam praktek pengadaan pada luar. Pada kontraktor yang khusus bergerak dalam
proyek bangunan gedung swasta, peran pemilik sangat proyek bangunan gedung, umumnya memiliki
besar. Pemilik sebagai pihak yang mengawali proyek kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
sekaligus yang akan menerima produk akhir, memiliki struktur, namun tidak memiliki pekerja yang dapat
wewenang penuh dalam menentukan pihak mana yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan tingkat
akan berperan. Hal ini dapat dilihat dari metoda spesialisasi yang tinggi serta peralatan khusus yang
kontrak yang dilakukan pada proyek tersebut. Pada dibutuhkan (Hinze, 1993). Sehingga, usaha untuk
metoda kontrak umum, kontraktor merupakan satu- mengurangi risiko yang disebabkan oleh keterbatasan
satunya pihak yang memiliki kontrak dengan pemilik kapasitas serta memenuhi kebutuhan akan pekerja
yang akan menempatkan kontraktor sebagai pihak dengan skill khusus dan peralatan khusus merupakan
yang paling berperan dalam penentuan pihak-pihak faktor yang mendorong kontraktor untuk
lain yang berperan dalam proses produksi. Namun mensubkontrakkan sebagian pekerjaannya kepada
demikian peranan pemilik dalam metoda kontrak ini pihak lain yang lebih kompeten, yang dikenal dengan
masih dapat dilakukan dalam bentuk nominated istilah ”kontraktor spesialis” (Hinze, 1993). Sejalan
subcontractor atau nominated supplier. dengan meningkatnya kebutuhan akan tingkat
spesialisasi yang tinggi dalam industri konstruksi,
Pengadaan yang dilakukan oleh kontraktor dalam peran kontraktor spesialias semakin besar (Hinze &
tahap produksi menyangkut pengadaan sumber daya Tracey, 1994).
pokok yang dibutuhkan bagi perwujudan akhir produk
konstruksi (material, alat, tenaga kerja, dan Dalam suatu organisasi kontraktor yang besar
subkontrak) Dengan demikian, pengadaan oleh terdapat dua tingkatan manajemen yaitu organisasi
kontraktor terbagi dalam dua kelompok, yaitu kantor pusat dan organisasi proyek. Pada kontraktor
pembelian material dan alat, dan praktek subkontrak kecil, praktek pengadaan biasanya dilakukan oleh
yang berkenaan dengan pengadaan jasa. Komponen kantor pusat. Namun, ketika organisasi kontraktor

PEMILIK TIM ARSITEK & KONTRAKTOR UTAMA


KONSULTAN

SUPPLIER &
SUPPLIER TIDAK
SUBKONTRAKTOR
LANGSUNG LANGSUNG

INISIATIF TENDER PERENCANAAN PENGADAAN

KOMPONEN
FABRIKASI
MANUFAKTUR

PROSES PRODUKSI
PENGGUNAAN SERAH TERIMA OPERASI
KONSTRUKSI MATERIAL

ALIRAN NFORMASI (PESANAN, JADWAL, DLL)

ALIRAN MATERIAL (PASOKAN, PRODUKSI, PENGIRIMAN, DLL)

Gambar 3. Konfigurasi umum dari supply chain pada bangunan perumahan


(Vrijhoef & Koskela, 2000)

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 135


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

tersebut semakin besar, dengan proyek konstruksi yang dilakukan pada tingkat proyek adalah pada item-item
menyebar diluar lokasi kantor pusat, terdapat material yang kecil yang bersifat tambahan.
kebutuhan untuk melakukan pengadaan yang dilakukan Mendesaknya tuntutan kebutuhan di lapangan yang
secara mandiri oleh organisasi proyek. Dengan tidak terduga mendorong dilakukannya pengadaan
demikian, terdapat dua kemungkinan mekanisme oleh organisasi proyek, sehingga kelancaran
pengadaan yang dapat dilakukan oleh kontraktor besar operasional dilapangan tidak terganggu oleh
yaitu pengadaan yang dilakukan secara terpusat panjangnya prosedur pengadaan dibandingkan jika
(centralised) dan pengadaan yang dilakukan oleh harus dilakukan pada tingkat pusat. Namun tuntutan
tingkatan manajemen dibawah kantor pusat yang pembelian secara lokal ini tidak hanya menyangkut
umumnya berada pada lokasi di mana proyek berada pembelian item-item tambahan yang sifatnya tidak
(localised) (Maylor, 2003). Dalam kajian ini dipakai utama. Dengan melakukan pembelian item utama
istilah pengadaan tersentral atau terpusat (centralised) oleh organisasi proyek akan terdapat keuntungan
pada ujung yang satu, dan memakai istilah desentral yaitu adanya hubungan yang lebih baik antara
sebagai dikotominya. organisasi proyek sebagai pelaksana dengan pihak
pemasok lokal. Dengan demikian maka kelancaran
Menurut Maylor (2003), terdapat beberapa kelebihan operasional proyek akan lebih terjamin.
dan kekurangan dalam praktek pengadaan, baik yang
dilakukan secara tersentral maupun terdesentral. Kele- 3. Studi Kasus Kontraktor X, Y Dan Z
bihan pengadaan secara tersentral sekaligus merupakan
kekurangan pengadaan secara terdesentral, demikian Kajian kebijakan pengadaan yang dilakukan oleh
pula sebaliknya. Kelebihan pengadaan yang dilakukan kontraktor pelaksana merupakan kajian yang
secara tersentral adalah i) adanya kekuatan pembelian mengawali pemahaman terhadap terbentuknya pola-
sehubungan dengan order yang dilakukan secara pola supply chain konstruksi dalam penyelenggaraan
kumulatif yang melingkupi beberapa proyek sehingga proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia
diperoleh harga yang lebih kompetitif, ii) mendapatkan (Susilawati, 2005). Seperti terlihat pada Gambar 4,
pelayanan dari supplier sehubungan dengan preferensi sebagai bagian dari kajian menyeluruh mengenai
supplier terhadap customer yang memiliki hubungan pembentukan pola-pola supply chain konstruksi,
jangka panjang dan pembelian dengan volume besar, makalah ini memilih fokus pada lingkup kajian yang
iii) memungkinkan dilakukannya pemanfaatan material dibatasi pada dua tingkatan manajemen kontraktor
dan manajemen persediaan yang lebih baik karena (bagian yang ditunjukkan dengan kotak-kotak yang
akses informasi yang menyeluruh dari beberapa proyek diraster). Adapun bahasan mengenai pola-pola supply
memungkinkan dilakukannya strategi pengadaan yang chain konstruksi disajikan dalam Wirahadikusumah
lebih baik, iv) pemanfaatan staf yang lebih ekonomis, dan Susilawati (2006).
v) serta dapat dilakukan standarisasi prosedur
pengadaan. Sedangkan kelebihan pengadaan yang Kajian ini dilakukan dengan pendekatan beberapa
dilakukan secara terdesentral adalah i) memungkinkan studi kasus (multiple case study). Yin (1989)
diperolehnya pelayanan yang lebih baik ketika berpendapat bahwa penelitian dengan pendekatan
kebutuhan yang mendesak diperlukan, ii) beberapa studi kasus cocok untuk kondisi dimana
memungkinkan dilakukannya peningkatan hubungan kasus yang ada bersifat tidak unik. Tan (1995) juga
kerja dengan pihak lokal di mana proyek berada, iii) menyatakan bahwa dengan menggunakan beberapa
memungkinkan dilakukannya investigasi terhadap kasus diharapkan dapat dicapai suatu replika dari
pemasok lokal, sehingga pemilihan pemasok lokal akan obyek penelitian yang sama namun dalam konteks
lebih baik, iv) serta memberikan kontrol manajemen yang berbeda, sehingga bisa dilakukan perbandingan.
organisasi proyek yang lebih besar yang akan
meningkatkan kemandirian organisasi proyek. Studi kasus dilakukan terhadap tiga kontraktor besar
X, Y, dan Z, yang telah telah memiliki pengalaman
Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh sekitar 40 hingga 50 tahun, sehingga dianggap telah
masing-masing tingkatan, maka item pengadaan yang mengalami proses pembelajaran yang matang dalam
berpotensi untuk dilakukan oleh tingkat pusat adalah pembentukan kebijakan-kebijakan yang berkenaan
pengadaan item-item material dengan volume yang dengan pengadaan. Kesetaraan ketiga kontraktor yang
besar dan berulang, yang melingkupi kebutuhan memilik kualifikasi sebagai kontraktor besar serta
beberapa proyek. Dengan demikian terdapat potensi memiliki lingkup pelayanan yang meliputi seluruh
keuntungan dengan harga yang lebih kompetitif. Di wilayah Indonesia, diharapkan dapat memberikan
samping itu, pengadaan yang dilakukan oleh tingkat representasi mengenai bagaimana bentuk kebijakan
pusat dengan fungsi pengadaan yang lebih permanen, sesuai dengan karakteristik produk konstruksi yang
memungkinkan terjadinya hubungan jangka panjang tersebar secara geografis.
dengan bentuk-bentuk kontrak yang inovatif.
Sedangkan item pengadaan yang direkomendasikan

136 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

PEMILIK PEMILIK PEMILIK


PROYEK X1 PROYEK Y1 PROYEK Z1
HUBUNGAN
KE HILIR

PEMILIK PEMILIK PEMILIK


PROYEK X2 PROYEK Y2 PROYEK Z2
TKT. PERUSAHAAN
KONTRAKTOR
ORGANISASI KONTRAKTOR

KONTRAKTOR X KONTRAKTOR Y KONTRAKTOR Z

KAJIAN PENGADAAN
PADA KONTRAKTOR
PELAKSANA

ORGANISASI ORGANISASI ORGANISASI


KONTRAKTOR
TKT. PROYEK

PROYEK X1 PROYEK Y1 PROYEK Z1

ORGANISASI ORGANISASI ORGANISASI


PROYEK X2 PROYEK Y2 PROYEK Z2

JARINGAN JARINGAN JARINGAN


SUPPLY CHAIN SUPPLY CHAIN SUPPLY CHAIN
PROYEK X1 PROYEK Y1 PROYEK Z1
HUBUNGAN
KE HULU

JARINGAN JARINGAN JARINGAN


SUPPLY CHAIN SUPPLY CHAIN SUPPLY CHAIN
PROYEK X2 PROYEK Y2 PROYEK Z2

POLA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK


KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Gambar 4. Studi supply chain konstruksi pada proyek konstruksi bangunan gedung (Susilawati, 2005)

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Beberapa kebijakan pengadaan yang dilakukan oleh
wawancara dan pengamatan dokumen yang dilakukan Kontraktor X adalah adanya perbedaan batasan
pada dua tingkat menajemen kontraktor (tingkat kewenangan pengadaan yang sangat besar antara
perusahaan dan tingkat proyek). Pengumpulan data kantor pusat dan organisasi proyek. Pengadaan
pada tingkat perusahaan berupa dokumen-dokumen barang/ jasa yang dilakukan oleh tingkat divisi (kantor
kebijakan perusahaan dan pengamatan dokumen pusat wilayah operasi) sebesar 95% dari rencana
kontraktor yang berkenaan dengan pengadaan. anggaran pembelian proyek. Sedangkan pengadaan
Sedangkan wawancara terhadap pihak-pihak yang pada tingkat proyek hanya menyangkut pengadaan
berkompeten dalam pengadaan baik pada tingkat barang/jasa yang tidak pokok, yang dibatasi
proyek maupun tingkat perusahaan dilakukan guna maksimum 5% dari rencana anggaran pembelian.
mendapatkan pemahaman sehubungan dengan Khusus untuk pengadaan material atau jasa strategis,
kebijakan pengadaan yang dikeluarkan. Pihak yang Kontraktor X melakukan strategi pengadaan secara
diwawancara meliputi site manager, project manager, terpadu yang melibatkan beberapa proyek. Hal ini
dan kepala divisi logistik. sangat mungkin dilakukan oleh tingkatan manajemen
kontraktor wilayah operasi atau pusat karena
4.1 Deskripsi kontraktor X mengelola proyek-proyeknya secara terpadu.
Dalam menjalankan bisnis konstruksinya, Kontraktor 4.2 Deskripsi kontraktor Y
X membagi Indonesia dalam tiga wilayah operasi
yaitu Wilayah Operasi I yang meliputi Pulau Dalam mengelola proyek-proyek konstruksi,
Sumatera, Wilayah II meliputi DKI Jakarta dan Jawa Kontraktor Y membagi proyek konstruksi menjadi
Barat, dan Wilayah III meliputi Jawa Tengah, Jawa dua kategori, yaitu proyek konstruksi yang sifatnya
Timur, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Dalam umum dan relatif tersebar merata diseluruh Indonesia;
pengelolaan proyek, pada tiap wilayah operasi dibagi dan proyek konstruksi yang memerlukan keahlian
menjadi dua yaitu proyek gedung dan proyek sipil. khusus. Divisi Sipil Umum (DSU) merupakan divisi
Jadi manajemen yang dilakukan oleh Kontraktor X yang membawahi proyek-proyek konstruksi sipil yang
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu kantor pusat yang tersebar di seluruh Indonesia yang dibagi dalam tiga
berkedudukan di Jakarta, tiga kantor wilayah operasi wilayah operasi – DSU I membawahi proyek sipil
yang membagi wilayah Indonesia menjadi tiga, dan umum yang terdapat di Indonesia Bagian Barat, DSU
organisasi proyek. II membawahi proyek sipil umum yang terdapat di

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 137


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

Indonesia Bagian Tengah, dan DSU III membawahi berhasil didapatkan, selanjutnya pengelolaan proyek
proyek sipil umum yang terdapat di Indonesia Bagian tetap dilakukan secara terpusat. Hal ini dilakukan
Timur. Adapun divisi yang membawahi proyek- pada seluruh jenis proyek konstruksi yang dibedakan
proyek yang memerlukan keahlian khusus adalah menjadi proyek sipil basah, bangunan gedung, dan
DBG (Divisi Konstruksi Bangunan), DME (Divisi transportasi.
Mekanikal Elektrikal), DPK (Divisi Peralatan
Konstruksi), dan EPC (Engineering Procurement & Sesuai dengan kebijakan umumnya, Perusahaan Z
Construction). melakukan pelimpahan wewenang yang lebih besar
kepada organisasi proyek dalam melakukan
Kontraktor Y merupakan perusahaan yang memiliki pengadaan. Hal ini terlihat dalam batasan
diversifikasi usaha yang lebih luas dibanding dua kewenangan pengadaan, yaitu organisasi proyek
kontraktor lainnya. Hal itu membuat perusahaan ini memiliki kewenangan pengadaan dengan besaran
memiliki biro pengadaan yang juga mendukung divisi- tertentu sesuai dengan kualifikasi proyek. Namun
divisi lainnya, dengan posisi yang sejajar dengan demikian, sama halnya dengan dua perusahaan
direktur operasi. Di samping itu, Kontraktor Y lainnya, perusahaan ini pun sudah melakukan
melakukan pembagian wewenang pengadaan pembelian material yang tidak hanya mengacu pada
berdasarkan nilai kontrak. Pengadaan pada proyek kontrak pengadaan material tertentu untuk satu
dengan nilai kontrak diatas Rp. 7,5 milyar merupakan proyek saja, namun berdasarkan pembelian secara
wewenang direksi, pengadaan pada proyek dengan multiple project dalam bentuk kontrak payung seperti
nilai kontrak antara Rp. 750 juta dan Rp. 7,5 milyar pada pembelian material besi beton dan material
merupakan wewenang general manager operasi, dinding pengisi.
sedangkan manajer proyek berwenang hanya pada
proyek-proyek dengan nilai kontrak yang lebih kecil. 4. Analisis Pengadaan pada Kontraktor X,
Kontraktor Y juga melakukan pembelian terpadu
Y Dan Z
untuk material dan atau jasa strategis, yaitu material- Kajian mengenai pengadaan oleh kontraktor
material dengan volume kebutuhan yang besar dalam pelaksana dilakukan pada tiga aspek yang dapat
suatu kontrak pengadaan terpadu. Adapun pembelian mempengaruhi pembentukan jaringan supply chain
yang sudah dilakukan dengan kontrak tersebut adalah konstruksi. Ketiga aspek yang ditinjau adalah: i) peta
besi beton, ready-mixed concrete, dan saniter. bisnis kontraktor dalam mengelola proyek-proyek
konstruksi; ii) kebijakan-kebijakan kontraktor yang
4.3 Deskripsi kontraktor Z berkenaan dengan pengadaan barang/jasa yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek-proyek; iii)
Kontraktor Z juga melakukan pembagian wilayah, proses pengadaan sebagai mekanisme baku yang
namun pembagian wilayah ini lebih ditujukan bagi dilakukan oleh masing-masing kontraktor. Ketiga
fungsi pemasaran menjadi tiga wilayah pemasaran. aspek ini ditinjau dalam dua tingkatan manajemen
Setelah tahapan perolehan kontrak yang dilakukan kontraktor, yaitu pada tingkat perusahaan/pusat dan
oleh pihak pemasaran dari ketiga wilayah tersebut pada tingkat proyek (Gambar 5).

POLA PENGELOLAAN
PROYEK KONSTRUKSI
POLA PENGADAAN DALAM
PERBANDINGAN PETA BISNIS KONTEKS POLA
PERUSAHAAN PENGELOLAAN PROYEK
KONSTRUKSI
POSISI FUNGSI PENGADAAN
PADA TINGKAT PUSAT

PROPORSI KEWENANGAN
KANTOR PUSAT DAN TEMUAN
ORGANISASI PROYEK PERBEDAAN KEBIJAKAN
PERBANDINGAN STRATEGI PENGELOLAAN &
PROPORSI KEWENANGAN PENGADAAN PADA PROYEK
KEBIJAKAN PERUSAHAAN
PENGADAAN ANTARA KANTOR KONSTRUKSI BANGUNAN
DALAM PENGADAAN
BATASAN KEWENANGAN PUSAT & ORGANISASI PROYEK GEDUNG OLEH
PENGADAAN BERDASARKAN KONTRAKTOR X, Y, Z
NILAI KONTRAK PENGADAAN

TINGKATAN DALAM
PROSES PENGADAAN
PERBEDAAN INTENSITAS
PERBANDINGAN PROSES PENGADAAN PADA
PROSES PENGADAAN DUA TINGKATAN
MANAJEMEN KONTRAKTOR
TAHAPAN DALAM
PROSES PENGADAAN

Gambar 5. Kerangka analisis - pengadaan oleh kontraktor

138 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

4.1 Perbandingan peta bisnis perusahaan gedung. Hal ini menunjukkan bahwa Kontraktor X
melakukan pengelolaan proyek secara terdesentralisasi
Peta bisnis perusahaan ditinjau dari struktur untuk kedua jenis proyeknya.
organisasi kontraktor. Hal ini mencerminkan dua
bahasan yaitu: i) pola pengelolaan berbagai proyek Kontraktor Y melakukan pembagian wilayah
konstruksi (proyek konstruksi secara umum maupun pelayanan menjadi tiga wilayah operasi hanya pada
proyek konstruksi bangunan gedung), dan ii) pola pengelolaan proyek-proyek sipil umum. Namun
pengadaan yang dilakukan dengan melihat posisi pengelolaan proyek yang dianggap membutuhkan
fungsi pengadaan pada tingkat pusat. Kedua cerminan keahlian khusus, yaitu divisi bangunan gedung, divisi
tersebut dilihat dalam perspektif pembagian wilayah mekanikal elektrikal, divisi peralatan konstruksi dan
pelayanan dalam pengelolaan proyek yang divisi engineering procurement & construction,
melingkupi seluruh wilayah Indonesia. Temuan dilakukan secara tersentral – langsung oleh tingkat
mengenai perbandingan peta bisnis ketiga perusahaan divisi di kantor pusat. Terpusatnya pengelolaan ini
dirangkum dalam Gambar 6. adalah terpusat terhadap seluruh wilayah pengelolaan
di Indonesia.
4.1.1 Pola pengelolaan proyek konstruksi
Kontraktor Z juga melakukan pembagian wilayah,
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa ketiga kontraktor namun pembagian wilayah ini bukan pembagian
melakukan pengelolaan proyek dengan pola yang wilayah operasional, melainkan pembagian wilayah
berbeda. Kontraktor X membagi wilayah Indonesia fungsi pemasaran. Pembagian wilayah pemasaran
menjadi tiga wilayah operasi. Pada masing-masing dilakukan untuk memperoleh kontrak konstruksi baik
wilayah operasi terdapat beberapa kantor cabang yang pada proyek jenis transportasi, bangunan gedung dan
masing-masing melakukan pengelolaan dua kategori sipil basah. Setelah perolehan kontrak, proses
proyek konstruksi, yaitu proyek sipil dan proyek selanjutnya ditangani oleh tiga divisi yang masing-

KONTRAKTOR KONTRAKTOR KONTRAKTOR


PELAKSANAKONSTRUKSI PELAKSANAKONSTRUKSI PELAKSANAKONSTRUKSI
X Y Z

DIREKTUR
DIREKSI

DIREKTUR DIREKTUR UTAMA


UTAMA UTAMA

DIREKTURI DIREKTURII DIREKTURII

GM. OP
DIVISI DIVISI DIVISI
TINGKAT PUSAT

OPERASI I OPERASI II OPERASI III

BIRO WILAYAH WILAYAH WILAYAH


DIV. OP DIV. OP
PENGADAAN PEMASARANI PEMASARANII PEMASARANII
DIVISI

DIV. I
SPL. BASAH

LOGISTIK DIV. II
DSU II
DSU II
DSU I

DBG

DME

DPK

EPC

GEDUNG

DIV. III
TRANSPORT

KEP. CAB. KEP. CAB.


III - JKT IV-JABAR
CABANG

TINGKAT PROYEK

KEP. CAB.

KEP. CAB.

KEP. CAB.

KEPALA KEPALA KEPALA


PEMASARAN PEMASARAN PEMASARAN
GEDUNG
GEDUNG
PROYEK

PROYEK

PROYEK

PROYEK
SIPIL

SIPIL
PROYEK

PROYEK ME

PROYEK PK

BANGUNAN
GEDUNG

GEDUNG

GEDUNG
PROYEK

PROYEK

PROYEK

PROYEK

PROYEK
PROYEK
PROYEK

PROYEK
PROYEL

GEDUNG

PROYEK
PROYEK
SIPIL

SIPIL

SIPIL
SIPIL

SIPIL

EPC

Gambar 6. Perbandingan peta bisnis kontraktor X, Y dan Z

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 139


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

masing bertanggung jawab didalam pengelolaan Pada Kontraktor X, fungsi pengadaan terdapat dalam
proyek berdasarkan jenis proyek konstruksinya. tingkat kantor wilayah operasi yang setingkat dengan
Adapun kantor-kantor cabang yang terdapat di tiga kantor cabang yang ditunjukkan dengan divisi logistik.
wilayah pelayanan hanya mewakili kontraktor pada Proses pengadaan bagi proyek-proyek konstruksi yang
tahap awal (hingga kepastian kontrak konstruksi dikelola oleh kantor cabang dibawah wilayah operasi
diperoleh) dan bukan dalam tahap pelaksanaan tersebut akan dilakukan oleh fungsi pengadaan yang
konstruksi. Dengan demikian dapat disimpulkan berkedudukan di mana proyek konstruksi tersebut
bahwa pengelolaan semua jenis proyek oleh kontraktor berinduk. Dengan demikian, proses pengadaan yang
Z dilakukan secara terpusat. dilakukan oleh Kontraktor X dilakukan secara terpusat
dalam suatu wilayah operasi, atau dapat dikatakan
Ketiga kontraktor memiliki pola pengelolaan yang sebagai strategi pengadaan secara ”tersentral relatif.”
berbeda, yang dapat diposisikan dalam suatu spektrum
pengelolaan, yaitu pengelolaan terdesentralisasi Pada Kontraktor Y, pengadaan pada tingkat pusat
(Kontraktor X), pengelolaan campuran terpusat dan hanya dilakukan pada proyek-proyek yang dikelola
terdesentralisasi (Kontraktor Y), dan pengelolaan langsung oleh direktur yang membawahi divisi yang
terpusat (Kontraktor Z). Ketiga pola ini merupakan memerlukan keahlian khusus. Hal ini menunjukkan
respon masing-masing perusahaan terhadap pasar. bahwa pengadaan material/jasa tersebut memiliki
Pada proyek-proyek infrastruktur (sarana transportasi tingkat variabilitas yang tinggi. Dengan melihat posisi
atau prasarana lainnya) yang diantisipasi tersebar fungsi pengadaan di Kontraktor Y yang berada
merata di seluruh Indonesia, membuat Kontraktor X setingkat dengan divisi spesialis, maka memungkinkan
dan Y melakukan pembagian wilayah pelayanan kontraktor ini untuk melakukan strategi pengadaan
operasional pada jenis proyek ini. Hal ini merupakan secara terpusat.
langkah yang tepat, apalagi proyek infrastruktur
merupakan fasilitas umum yang harus ada di tiap Pada Kontraktor Z, fungsi pengadaan terdapat pada
daerah. Namun hal ini disikapi berbeda oleh tiap divisi yang dikelompokkan berdasarkan jenis
Kontraktor Z yang hanya melakukan pembagian proyek konstruksi, sehingga pengadaan yang
wilayah sebatas fungsi pemasaran saja. Hal ini dilakukan sudah spesifik terhadap keunikan material/
mungkin dilatarbelakangi oleh kenyataan yang jasa. Kespesifikan barang/jasa yang akan diadakan,
disadari oleh Kontraktor Z bahwa intensitas akan memberikan variabilitas pengadaan yang tidak
pembangunan belum merata, sehingga langkah terlalu tinggi dan keberulangannya semakin besar.
pengelolaan secara terpusat masih diterapkan.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa posisi fungsi
Khusus pada pengelolaan proyek konstruksi bangunan pengadaan pada Kontraktor X terdapat pada tiap
gedung (high rise building), yang terkonsentrasi di wilayah operasi yang mendukung kedua jenis
kota-kota besar (terutama Jakarta), Kontraktor Y dan Z proyeknya. Sedangkan pada Kontraktor Y, posisi
melakukan pengelolaan terpusat. Pengelolaan proyek fungsi pengadaan terdapat pada tingkat divisi yang
konstruksi bangunan gedung secara terpusat dalam mendukung keempat jenis proyeknya, dan pada
konteks sebaran proyek yang cenderung terkonsentrasi Kontraktor Z terdapat pada tiap divisi berdasarkan
seperti sekarang ini, adalah lebih efisien. Sedangkan jenis proyeknya.
Kontraktor X yang melakukan pengelolaan
terdesentralisasi bahkan pada proyek konstruksi Dengan melihat posisi fungsi pengadaan yang
bangunan gedungnya, tentu memiliki pertimbangan dikaitkan dengan lingkup pelayanan fungsi tersebut
lain yang salah satu kemungkinannya adalah terhadap jenis proyek, maka Kontraktor Y memiliki
kepercayaan dan pengalaman yang baik terhadap tingkat variabilitas pengadaan material/jasa yang
sistem desentralisasi yang ada. paling tinggi. Tingkat variabilitas itu berkurang pada
Kontraktor X, dan semakin rendah pada Kontraktor Z.
4.1.2 Posisi fungsi pengadaan pada tingkat pusat Semakin spesifik jenis proyek yang menjadi lingkup
pelayanan fungsi pengadaan kontraktor, maka akan
Analisis selanjutnya adalah melihat posisi fungsi semakin besar kemungkinan pengulangan kebutuhan
pengadaan di dalam struktur organisasi kontraktor material tertentu. Semakin rendah tingkat variabilitas
yang terdapat pada tingkat pusat, yang dikaitkan yang terjadi maka akan semakin tinggi tingkat
dengan lingkup wilayah pelayanan operasionalnya. kestrategisan material tertentu yang diperlukan.
Posisi pengadaan pada tingkat pusat memungkinkan Kebutuhan volume pengadaan yang besar pada item
pengelolaan proyek secara multiple, sehingga tertentu yang diperlukan oleh beberapa proyek,
memungkinkan untuk melakukan efisiensi pengadaan memungkinkan kontraktor untuk melakukan hubungan
melalui pengadaan material dalam volume besar, baik kontrak pengadaan dengan pihak yang lebih hulu,
pada material strategis maupun non strategis. sehingga memotong rantai pasokan material (supply

140 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

chain) yang biasanya terjadi. Hal ini memungkinkan Indonesia, melainkan pemusatan terhadap wilayah
kontraktor untuk melakukan pengadaan yang inovatif operasional (tiga wilayah operasional). Perbedaan
melalui kontrak pengadaan terpadu, yang hanya dapat proporsi pengadaan yang besar antara kantor pusat dan
dilakukan oleh fungsi pengadaan yang terdapat pada organisasi proyeknya, akan memperbesar peluang bagi
tingkat pusat. kantor pusat dalam melakukan inovasi pengadaan
dengan keluasan jenis pengadaan material atau jasa
4.2 Kebijakan perusahaan dalam pengadaan yang dapat dilakukan secara terpadu. Adanya kendala
yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pemusatan
Terdapat dua hal yang ditinjau pada bagian ini yaitu pengadaan ini, ditanggulangi melalui pembagian
kebijakan umum (proporsi kewenangan pengadaan wilayah operasional. Namun demikian, apakah dalam
antara kantor pusat dan organisasi proyek) dan prakteknya pengadaan terpusat dalam wilayah
kebijakan mengenai batasan kewenangan pengadaan operasional ini tidak menyimpan permasalahan, masih
berdasarkan besaran nilai kontrak pengadaan. Lingkup harus dibuktikan lewat kajian lainnya.
kerja kantor pusat memungkinkan pengelolaan proyek
secara terpadu, sedangkan lingkup proyek terbatas Kontraktor Y melakukan kebijakan proporsi
pada satu proyek saja. Hal lain yang mempengaruhi pengadaan yang berimbang antara kewenangan
adalah sifat kesementaraan suatu organisai proyek. pengadaan yang dilakukan oleh kantor pusat dan
Dengan demikian, perusahaan-perusahaan melalui organisasi proyek. Kebijakan yang memberikan
pembagian kewenangan antara kantor pusat dan kewenangan dalam proporsi yang sama besar antara
proyek, seperti terlihat pada Gambar 7. kantor pusat dan proyek, selain memperbesar peluang
efektifitas pengadaan terpadu yang dapat dilakukan
oleh kantor pusat, juga memberikan keleluasaan bagi
4.2.1 Proporsi kewenangan kantor pusat dan organisasi proyek dalam menentukan pihak-pihak
organisasi proyek yang diperkirakan dapat memperlancar operasi dari
sudut pandang organisasi proyek.
Kontraktor X menerapkan kebijakan umum dengan
proporsi kewenangan pengadaan oleh kantor pusat Sedangkan Kontraktor Z, memberikan kewenangan
regional wilayah operasinya sebesar 95%, adapun pengadaan yang lebih besar pada organisasi
sisanya sebesar 5% diijinkan untuk dilakukan oleh proyeknya, namun tetap ada kontrol yang dilakukan
organisasi proyek. Besaran ini menunjukkan bahwa oleh kantor pusat. Pengadaan material strategis yang
pengadaannya dilakukan secara terpusat. Namun dilakukan oleh kantor pusat selain sebagai salah satu
pemusatan pengadaan ini bukan atas seluruh wilayah bentuk kontrol, juga sebagai pemanfaatan potensi

ASPEK KONTRAKTOR PELAKSANA KONTRAKTOR PELAKSANA KONTRAKTOR PELAKSANA


YG DITINJAU X Y Z

KEBIJAKAN
UMUM DALAM PUSAT PUSAT
PUSAT 95%
ALOKASI
KEWENANGAN PROYEK 5% PROYEK PROYEK
PENGADAAN

KEWENANGAN DIREKSI:
DIATAS 7,5M
PENGADAAN LEBIH DARI 5 M DILAKUKAN
PENANDATANGANAN SURAT PESANAN DIVISI DENGAN PERSETUJUAN DIREKSI
YANG BERNILAI 3 MILYAR ATAU LEBIH
HARUS DILAKUKAN OLEH KEPALA DIVISI
OPERASI
PENGADAAN MATERIAL SAMPAI DENGAN
BATASAN 5 MILYAR :
KEWENANGAN GM OPERASI Æ KEWENANGAN DIVISI, ATAU
KEWENANGAN 750 Jt s/d 7,5 M
PENGADAAN Æ KEWENANGAN PROYEK DENGAN
BERDASARKAN PERSETUJUAN DIVISI
NILAI
KONTRAK
PENGADAAN KEWENANGAN PROYEK SEPENUHNYA:
PENANDATANGANAN SURAT PESANAN
DIBAWAH 3 MILYAR CUKUP DILAKUKAN
OLEH TIM LOGISTIK Æ PROYEK BESAR: SAMPAI DENGAN 3 M

KEWENANGAN PROYEK: Æ PROYEK MENENGAH: SAMPAI DENGAN


Æ PROYEK BESAR (MAX) 750 Jt 1,5 M
Æ PROYEK MENENGAH (MAX) 500 Jt
PENGADAAN OLEH PROYEK YANG Æ PROYEK KECIL: SAMPAI DENGAN 500 Jt
Æ PROYEK KECIL (MAX) 250 Jt
DIJINKAN 5% (MATERIAL DAN ALAT
BANTU)

Gambar 7. Kebijakan kontraktor pelaksana dalam pengadaan

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 141


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

kantor pusat yang dapat mengelola pengadaan secara mengingat bahwa pengadaan yang menyangkut
multiple project untuk material tertentu. Kebijakan pendanaan yang besar akan mempengaruhi stabilitas
desentralisasi pengadaan yang dilakukan oleh keuangan perusahaan secara keseluruhan. Sehingga
Kontraktor Z, selain memberikan keleluasaan yang wajar apabila pengadaan dalam nilai yang besar
besar bagi organisasi proyek dalam menentukan pihak- membutuhkan persetujuan pada tingkat manajemen
pihak mana yang berperan, juga dapat lebih yang lebih tinggi.
menyederhanakan rantai pengambilan keputusan
dalam penentuan pihak mana yang akan dipilih. Hal 4.3 Proses pengadaan
ini juga akan memperbesar peluang bagi pihak-pihak
lokal untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Proses pengadaan pada Kontraktor X, Y dan Z
Sehingga efektifitas pengadaan melalui penentuan merupakan mekanisme yang dihasilkan berdasarkan
pihak-pihak yang dipewrkirakan dapat lebih pengalaman perusahaan sekitar 50 tahunan. Dalam
mendukung kelancaran operasional dapat lebih kurun waktu tersebut, pengujian terhadap proses
dilakukan. pengadaan terjadi melalui perubahan-perubahan yang
disesuaikan dengan tuntutan yang ada, hingga
4.2.2 Batasan kewenangan pengadaan berdasarkan berkembang menjadi prosedur saat ini yang dianggap
nilai kontrak pengadaan terbaik bagi masing-masing kontraktor. Tinjauan
terhadap proses pengadaan dilakukan dengan
Dari batasan kewenangan pengadaan berdasarkan nilai penyusunan proses pengadaan pada tiap perusahaan
kontrak yang dilakukan oleh masing-masing ke dalam dua dimensi klasifikasi, yaitu i) tingkatan
kontraktor, menunjukkan hal yang sejalan dengan pengadaan (kantor pusat atau organisasi proyek); dan
kebijakan umum dalam alokasi pengadaannya. ii) tahapan pengadaan (seleksi, negosiasi, evaluasi
Kontraktor X cenderung melakukan pengadaan yang kinerja). Tinjauan ini tidak terlepas dari pokok
terpusat, hanya memberikan kewenangan pengadaan permasalahan yang merupakan akibat dari kebijakan-
maksimal 5% saja bagi organisasi proyek. kebijakan yang memayunginya. Dengan melihat
posisi suatu proses dalam kedua dimensi tersebut, kita
Pada Kontraktor Y, batasan kewenangan maksimal dapat melihat pada tingkatan mana intensitas
nilai pengadaan yang dapat dilakukan oleh proyek wewenang pihak tertentu terjadi, dan pada tahapan
pada kategori proyek besar adalah Rp. 750 juta, lebih mana proses tersebut dilakukan.
dari itu menjadi kewenangan pusat. Nilai ini mungkin
dianggap sebagai besaran yang dapat membagi dua 4.3.1 Tingkatan dalam proses pengadaan
kewenangan pengadaan yang dilakukan oleh pusat dan
proyek dalam porsi yang seimbang, sesuai dengan Organisasi proyek dan kantor pusat merupakan dua
kebijakan yang dikeluarkan. Inti dari kebijakan yang tingkatan manajemen dalam kontraktor yang memiliki
seimbang kemungkinan adalah memberikan lingkup dan tugas yang berbeda. Namun sebagai satu
kesempatan pada pihak-pihak lokal. Adapun pada kesatuan manajemen, organisasi proyek dan kantor
Kontraktor Z, terlihat bahwa kewenangan proyek pusat memiliki satu tujuan dalam memberikan value-
sangat besar, dimana batasan yang dapat dilakukan nya kepada pengguna jasa. Organisasi proyek sebagai
sepenuhnya oleh proyek hingga Rp. 3 milyar (pada organisasi yang bertanggung jawab penuh dalam
kategori proyek besar). Bahkan terdapat kewenangan pelaksanaan, memiliki wewenang dalam batasan satu
proyek yang masuk dalam area kewenangan divisi proyek tertentu saja. Sedangkan kantor pusat, sebagai
yang menyangkut nilai pengadaan hingga Rp. 5 organisasi dengan tingkatan yang lebih tinggi
milyar, namun tetap dengan persetujuan divisi. memiliki wewenang dalam menangani beberapa
proyek. Perbedaan tersebut sekaligus menunjukkan
Pembagian kewenangan berdasarkan nilai kontrak adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh masing-
pengadaan, menunjukkan adanya pembagian yang masing tingkatan yang dapat dimanfaatkan dalam
jelas melalui mekanisme besaran nilai kontrak yang penyusunan strategi pengadaan barang dan atau jasa
menjadi kewenangan tingkat pusat dan organisasi yang diperlukan oleh masing-masing proyek.
proyek pada masing-masing kontraktor. Perbedaan
besaran ambang batas nilai kontrak, menunjukkan Ketiga kontraktor menyadari potensi yang dimiliki
sejauh mana batasan kewenangan pengadaan yang oleh kantor pusat dalam efisiensi pengadaan. Dalam
dimiliki oleh masing-masing tingkatan dari tiap-tiap penyusunan strategi pengadaan, ketiganya telah
kontraktor. Semakin besar nilai kontrak suatu proyek, melakukan pengadaan material strategis melalui
akan menunjukkan pada semakin besar nilai kontrak pengadaan secara terpadu dalam bentuk kontrak
pengadaan masing-masing itemnya, sehingga akan payung. Mengingat bahwa proyek konstruksi pada
memberpesar kemungkinan tingkat pusat untuk umumnya dilaksanakan dalam waktu yang relatif
berperan pada pengadaannya yang terjadi pada pendek, menempatkan organisasi proyek yang
Kontraktor Z, dan Y. Keterlibatan tingkat pusat dalam mengelolanya bersifat sementara. Dengan demikian,
hal besaran nilai kontrak pengadaan dapat dipahami kontrak pengadaan barang/material secara terpadu ini

142 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

hanya dapat dilakukan oleh organisasi tingkat pusat. Dengan demikian, berdasarkan perbedaan potensi
yang dimiliki oleh kedua tingkatan manajemen,
Fungsi-fungsi yang terdapat dalam kantor pusat yang pengalokasian wewenang sesuai dengan potensinya
berperan sebagai pendukung bagi berbagai aktivitas dapat memberi peluang bagi peningkatan efektivitas
proyek-proyek sebagai unit bisnisnya, dengan pengadaan. Karakteristik produk konstruksi yang
karakteristik organisasinya yang permanen juga terikat pada tempat tertentu, menyebabkan lokasi
menyimpan potensi lain. Pola hubungan yang selama proyek menjadi salah satu faktor yang perlu
ini terjadi dalam proyek konstruksi yang memiliki dipertimbangkan dalam penerapan kebijakan
ketidakpastian dalam permintaan, sehubungan dengan pengadaan. Karakteristik ini juga menuntut sumber
keunikan setiap proyek, memiliki potensi dalam daya lah yang harus bergerak mendekati proyek
membina hubungan jangka panjang dengan mitra- dalam memberikan input-nya pada proses produksi.
mitranya. Lingkup yang lebih luas dari kantor pusat Intensitas peran pihak tertentu dalam proses
memungkinkan untuk dilakukannya hubungan ini, pengadaan dikaitkan dengan proses pelaksanaan yang
sehingga mitra-mitra tersebut menjadi bagian dari menjadi wewenang penuh organisasi proyek,
supply chain kontraktor, dapat membentuk jaringan menuntut adanya penyesuaian kebijakan yang
pola supply chain yang lebih stabil dari pola mempertimbangkan lokasi proyek.
hubungan yang selama ini ada yang berdasarkan pola
hubungan per-proyek tertentu saja. 4.3.2 Tahapan dalam proses pengadaan

Namun di lain pihak, organisasi proyek adalah pihak Tahapan pengadaan dibagi menjadi dua yaitu i) tahap
yang terlibat penuh dalam pelaksanaan, sehingga perencanaan pengadaan sebagai awal pengadaan
memiliki peran besar dalam menentukan keberhasilan secara keseluruhan, dan ii) tahap pelaksanaan
proyek yang tentunya didukung oleh pihak-pihak pengadaan, yang mencakup tiga subproses yaitu
yang telah terpilih dalam proses pengadaan. proses seleksi, proses klarifikasi dan negosiasi, serta
Pemisahan antara pelaku proses pengadaan dengan proses evaluasi kinerja. Tahapan pengadaan pada
pelaku proses pelaksanaan yang sudah tentu menjadi setiap perusahaan secara detil dapat dilihat pada
wewenang penuh organisasi proyek, akan Susilawati (2005).
menimbulkan kesulitan tersendiri. Apalagi jika faktor
jarak cukup menentukan. Pada industri yang berbasiskan proyek seperti halnya
industri konstruksi, semua aktivitas bermula dari
Kontraktor Z dan Kontraktor Y memiliki proses yang adanya proyek sebagai unit bisnisnya. Begitu pula
lebih banyak melibatkan organisasi proyeknya dalam pada aktivitas pengadaan yang dimulai dengan
melakukan pengadaan, namun organisasi kantor pusat identifikasi terhadap barang/jasa yang diperlukan oleh
pada Kontraktor Y hanya terlibat dalam proses-proses proyek. Tahap perencanaan pengadaan merupakan
penting tertentu dalam pengadaannya. Strategi dengan tahapan yang bersifat internal antara organisasi
banyak melibatkan organisasi proyek ini adalah proyek dan kantor pusat saja, artinya komunikasi
strategi yang dapat lebih baik merespon proyek- yang intensif belum melibatkan pihak-pihak lain
proyek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di diluar organisasi kontraktor.
samping itu juga dapat mengurangi ketergantungan
organisasi proyek terhadap kantor pusat terutama Pada ketiga kontraktor, tahap perencanaan melibatkan
pada tahap pelaksanaan konstruksi. Keuntungan lain baik organisasi proyek maupun organisasi kantor
adalah adanya peluang yang lebih besar bagi pihak pusat. Organisasi proyek sebagai pihak yang
lokal sehingga menunjang perkembangan masyarakat bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek
setempat. mengidentifikasi material/jasa yang diperlukan, yang
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan strategi
Berbeda halnya dengan Kontraktor X, pengadaan pengadaan oleh organisasi kantor pusat. Penyusunan
sangat dominan pada kantor pusat. Hal ini adanya strategi pengadaan menghasilkan keputusan
keterpisahan aktivitas pengadaan dengan aktivitas pembagian wewenang pengadaan sesuai dengan
pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak yang berbeda. kebijakan yang berlaku. Namun sedikit berbeda di
Keterpisahan ini bila diterapkan secara kaku dapat Kontraktor Y, pembagian kewenangan tersebut tidak
menimbulkan permasalahan tersendiri terutama dalam dilakukan dalam tahapan ini.
pelaksanaan proyek yang berlokasi cukup jauh dari
kantor pusat. Pembagian tiga wilayah operasional Melihat betapa pentingnya penyusunan strategi
diduga sebagai strategi untuk mengantisipasi pengadaan yang akan berpengaruh pada bagaimana
permasalahan ini. Strategi ini juga masih cocok kontraktor akan menerapkan kebijakan
diterapkan dalam kondisi saat ini di mana sebaran pengadaannya, menunjukkan bahwa masih terdapat
proyek konstruksi bangunan gedung masih fleksibilitas dalam penerapan kebijakan perusahaan.
terkonsentrasi di Jakarta. Dalam penyusunan strategi terdapat potensi untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 143


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

efektifitas pengadaan dapat tercapai. yang dilakukan oleh Kontraktor Y dan Z, selain
memberikan keleluasaan bagi organisasi proyek dalam
Tahap pelaksanaan pengadaan dimulai dengan proses menentukan pihak-pihak mana yang lebih memenuhi
seleksi, yaitu kontraktor melakukan proses pemilihan kriteria dilihat dari sudut pandang pelaksanaan yang
terhadap sedikitnya 3 calon pemasok yang dianggap menjadi wewenang organisasi proyek. Hal ini juga
mampu. Ketiga calon pemasok ini dapat merupakan memberi peluang bagi pihak lokal untuk ikut
pemasok yang sudah bekerja sama dan terdaftar dalam berkompetisi dalam pengadaan di proyek tersebut.
Daftar Rekanan Kontraktor atau calon pemasok baru
yang sama sekali belum pernah memiliki hubungan – Proses evaluasi kinerja merupakan tahapan dimana
termasuk pihak yang ditunjuk oleh pengguna jasa kontraktor melakukan penilaian terhadap kinerja
(nominated subcontractor atau nominated supplier). penyedia barang/jasa berdasarkan target pengiriman
barang atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang
Ketiga kontraktor melakukan proses seleksi di tingkat sudah disepakati sebelumnya. Tahapan ini merupakan
organisasi proyek dan di kantor pusat sesuai dengan tahapan yang sudah masuk dalam proses pelaksanaan
batasan kewenangan yang ada. Proses seleksi yang dan menjadi wilayah tanggung jawab organisasi
dilakukan oleh kedua tingkatan ini sebagai hasil dari proyek. Namun sering terjadi situasi pada saat
penyusunan strategi pengadaan tentu saja melibatkan pelaksanaan, yaitu kesepakatan yang sudah dibuat
pengadaan barang/jasa yang berbeda satu sama antara kontraktor dan pemasok tidak dapat dipenuhi.
lainnya. Proses ini merupakan awal masuknya calon- Tuntuan dalam proses produksi, seperti tingkat
calon pemasok dalam kompetisi, sehingga Daftar kecepatan produksi di lapangan yang akan
Rekanan Kontraktor yang dipakai sebagai sumber mempengaruhi tingkat penyerapan material yang
informasi dalam melakukan pemilihan awal menjadi diperlukan, dan akan tergantung pada kemampuan
proses penting yang harus selalu diperbaharui. Akurasi pemasok dalam melakukan pengiriman sesuai
informasi yang menyangkut kinerja calon pemasok kecepatan di lapangan, merupakan contoh aspek
maupun rekomendasi dari pihak lain sangat diperlukan pelaksanaan yang akan mempengaruhi penilaian
guna mendapatkan penilaian yang tepat. Pada kinerja pemasok oleh organisasi proyek.
Kontraktor X misalnya, Daftar Rekanan Kontraktor
diperbarui setiap tahun, dengan demikian calon-calon Bagi para pemasok, khususnya pemasok dengan
pemasok harus memiliki hubungan kerja setiap tingkat daya saing rendah, proses evaluasi kinerja ini
tahunnya untuk tetap berada dalam daftar tersebut. Hal sangat penting bagi keberlangsungan hubungan kerja
ini memungkinkan terjadi kecenderungan pemilihan dengan kontraktor terkait. Adanya mekanisme
pihak-pihak tertentu saja untuk ikut dalam proses pemberian peringatan, hingga sanksi yang terberat
seleksi ini. (penghapusan keanggotaan dari daftar rekanan),
merupakan mekanisme yang dilakukan oleh ketiga
Dalam proses klarifikasi dan negosiasi, keterlibatan kontraktor dalam melakukan penyaringan calon-calon
antara pihak yang berwenang dalam pengadaan dengan pemasok. Dengan demikian, memberikan kinerja
pihak terpilih sudah semakin terarah pada pihak terbaik merupakan satu-satunya cara bagi pemasok
tertentu. Namun terdapat perbedaan pada proses untuk tetap memiliki hubungan kerja dengan
klarifikasi dan negosiasi yang dilakukan oleh kontraktor. Namun apakah kontraktorpun memenuhi
Kontraktor Y. Kontraktor Y selalu melibatkan kewajibannya seperti apa yang dilakukan oleh
organisasi proyek dalam proses ini. Jika pengadaan pemasok untuk mempertahankan hubunganya, hal ini
tersebut menyangkut pengadaan pada tingkat tidak terlihat dalam proses yang mewakili kepentingan
kewenangan yang lebih tinggi dari proyek, maka ketiga kontraktor tersebut.
keterlibatan kantor pusat dilakukan pada proses
penting dalam klarifikasi dan negosiasi final, serta Peran tingkatan dalam pengadaan (tingkat kantor pusat
dalam memutuskan penyedia barang/jasa yang menang atau organisasi proyek), dan pada tahapan yang mana
dalam proses pengadaan tersebut. Adapun Kontraktor proses tersebut lebih baik dilakukan oleh kedua
X dan Z melakukan proses klarifikasi dan negosiasi tingkatan menajemen tersebut memiliki kelebihan dan
secara terpisah antara yang menjadi kewenangan kekurangan sendiri-sendiri. Perbedaan potensi yang
organisasi proyek dan kantor pusat, yang dimulai sejak dimiliki oleh masing-masing tingkatan, menjadi dasar
proses seleksi hingga terpilihnya pemasok diakhir penentuan tingkat mana yang lebih baik untuk
proses. melakukan proses mana, hingga terbentuk proses
pengadaan yang efisien. Peran organisasi proyek yang
Proses seleksi dan proses klarifikasi dan negosiasi lebih besar akan memberikan keleluasaan bagi
yang sudah melibatkan pihak-pihak lain di luar kelancaran proses produksi. Namun peran kantor pusat
organisasi kontraktor, tentu membutuhkan komunikasi pada bagian-bagian tertentu berdasarkan potensinya
yang intensif antara kontraktor, dengan calon-calon juga memberikan kontribusi bagi efisiensi pengadaan
pemasok. Keterlibatan yang lebih besar bagi organisasi yang dilakukan oleh ketiga kontraktor ini. Dengan
proyek dalam melakukan proses ini seperti halnya demikian, mengalokasikan wewenang sesuai dengan

144 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

potensinya menjadi dasar bagi terbentuknya Pada kajian pola pengadaan, ditemukan tiga jenis pola
pengadaan terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu yaitu i) tersentral relatif terhadap wilayah regional
perusahaan kontraktor. tertentu pengadaan oleh Kontraktor X, dengan
proporsi kewenangan pengadaan tingkat pusat wilayah
5. Kesimpulan regional yang jauh lebih besar dari pada kewenangan
organisasi proyek; ii) pola pengadaan secara
Walaupun ketiga kontraktor yang ditinjau adalah berimbang antara kantor pusat dan organisasi proyek
perusahaan BUMN dengan wilayah pelayanan oleh Kontraktor Y; dan iii) desentralisasi pengadaan
nasional, namun setiap perusahaan memiliki keunikan oleh Kontraktor Z, dengan kewenangan tingkat proyek
pada pola pengelolaan dan pola pengadaan. Hal ini yang lebih mendominasi dari pada pengadaan pada
dipandang sebagai cerminan berbagai strategi tingkat pusat.
kontraktor dalam melakukan bisnis konstruksi di
Indonesia. Perbandingan berbagai strategi ketiga Tiga jenis pola pengadaan sebagai strategi yang
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari studi dilakukan oleh ketiga kontraktor ini, memiliki
kasus ditemukan dua jenis strategi pengelolaan kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
proyek (khususnya pada proyek konstruksi bangunan Pengadaan yang tersentral, selain menuntut kesiapan
gedung), yaitu pengelolaan secara terdesentral yang fungsi pengadaan di tingkat pusat yang mampu
dilakukan oleh Kontraktor X dimana pengelolaan melakukan pengadaan bagi berbagai jenis proyek,
proyeknya dilakukan hingga tingkat cabang, dan sekaligus memberikan peluang dilakukannya inovasi
pengelolaan secara tersentral oleh Kontraktor Y dan Z pengadaan yang hanya dapat dilakukan oleh kantor
yang dilakukan oleh tingkat divisi yang berkedudukan pusat. Adapun kekurangan yang mungkin terjadi
di Jakarta. adalah adanya jarak yang berarti sebagai akibat dari
penerapan kebijakan pengadaan terpusat yang terjadi
Dua jenis pola pengelolaan proyek ini, pada pada proyek yang berlokasi jauh dari lokasi kantor
prinsipnya memiliki respon yang sama. Hal ini dapat pusat, diperkirakan kurang mendukung kelancaran
disimpulkan demikian selama sebaran proyek operasionalnya. Dalam pengadaan secara terdesentral,
konstruksi bangunan gedung masih terpusat di dengan kewenangan tingkat organisasi proyek yang
Jakarta. Pengelolaan tersentral yang dilakukan oleh lebih besar akan memberikan peluang yang lebih besar
Kontraktor Y dan Z sudah sesuai dengan pasar proyek pada pihak-pihak lokal untuk memberikan
konstruksi bangunan gedung. Namun kondisi ini kontribusinya, juga memberikan keleluasaan bagi
hanya akan bertahan selama sebaran proyek organisasi proyeknya untuk menentukan pihak-pihak
konstruksi bangunan gedung belum berubah, yaitu yang sebaiknya terlibat guna mendapatkan efisiensi
masih berkonsentrasi di Jakarta. Jika pembangunan dalam pengadaan serta kelancaran operasional proyek.
sudah merata secara nasional, maka pengelolaan Sedangkan pola pengadaan yang berimbang,
secara terdesentral seperti yang dilakukan oleh memberikan fleksibilitas bagi kedua tingkatan
Kontraktor X menjadi lebih tepat. manajemen pada kontraktor tersebut dalam melakukan
pengadaan yang disesuaikan dengan kondisi
proyeknya – lokasi proyek, nilai kestrategisan proyek,
dll.
Tabel 1. Perbandingan strategi pengelolaan proyek

KONTRAKTOR KONTRAKTOR KONTRAKTOR


ASPEK KAJIAN TEMUAN
X Y Z

TERDAPAT DUA POLA


POLA PENGELOLAAN SENTRAL SENTRAL PENGELOLAAN PROYEK
PROYEK KONSTRUKSI DESENTRAL TERHADAP SELURUH KONSTRUKSI BANGUNAN
TERHADAP SELURUH
HINGGA TINGKAT CABANG WILAYAH PELAYANAN GEDUNG: DESENTRAL &
BANGUNAN WILAYAH INDONESIA
INDONESIA SENTRAL

BERIMBANG
POLA PENGADAAN SENTRAL DENGAN MEKANISME DESENTRAL TERDAPAT TIGA POLA
PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP WILAYAH KEWENANGAN KECUALI PADA MATERIAL PENGADAAN: SENTRAL,
BANGUNAN OPERASIONAL TERTENTU BERDASARKAN NILAI STRATEGIS BERIMBANG & DESENTRAL
KONTRAK PENGADAAN

KETERGANTUNGAN KEBERIMBANGAN
ORGANISASI PROYEK PADA PENGADAAN MEMBERIKAN
KEMANDIRIAN ORGANSASI
TINGKAT PUSAT DALAM FLEKSIBILITAS DALAM EFEKTIFITAS PENERAPAN
PROYEK DALAM
PENGADAAN MERUPAKAN PENGADAANNYA SESUAI KEBIJAKAN PENGADAAN
POLA PENGELOLAAN vs. PENGADAAN, DILAKUKAN
BENTUK KONTROL OLEH DGN TUNTUTAN PROYEK, DALAM POLA PENGELOLAAN
POLA PENGADAAN DALAM KONTROL
KONTRAKTOR X ATAS NAMUN TETAP DALAM TERTENTU SESUAI DENGAN
PENGELOLAAN OLEH
PENGELOLAAN PROYEK- KONTROL PENGELOLAAN SEBARAN PROYEK.
KANTOR PUSAT.
PROYEKNYA YANG TERPUSAT OLEH KANTOR
TERDESENTRAL. PUSAT

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 145


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

Organisasi-organisasi proyek pada Kontraktor X yang POMSWebsite/Meeting2004/POMS_CD/


bertanggungjawab penuh dalam operasional masing- Browse%20This%20CD/PAPERS002-
masing proyek, memiliki ketergantungan yang besar 0152.pdf> 3 Oktober 2004
terhadap kantor pusat dalam masalah pengadaan.
Pengadaan terpusat yang dilakukan oleh organisasi Elfving, J.A., 2003, “Exploration of Opportunities to
kontraktor tingkat pusat merupakan bentuk kontrol Reduce Lead Times for Engineered–to-Order
terhadap proyek-proyek konstruksinya, dalam lingkup Products”, Dissertation, University of Califor-
pembagian tiga wilayah operasional. Sebaliknya nia.
terjadi pada Kontraktor Z, organisasi proyek memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam pengadaan. Pola Hinze, J., 1993, “Construction Contract”, McGraw-
pengadaan terdesentral yang dilakukan dalam konteks Hill.
pengelolaan yang terpusat, merupakan bentuk
kebijakan perusahaan untuk memandirikan organisasi Hinze,J., Tracey, A., 1994, ”The Contractor-
proyeknya, namun tetap dalam kontrol pengelolaan Subcontractor Relationship: The Subcontrac-
oleh kantor pusat. Kebijakan Kontraktor Y adalah tor’s View”, Journal of Construction Engineer-
pengadaan berimbang dalam konteks pola pengelolaan ing and Management, ASCE, Vo. 120, No.2,
terpusat, merupakan kebijakan yang memberikan June.
fleksibilitas pada pengadaan yang disesuaikan dengan
Maylor, H., 2003, “Project Management”, third
tuntutan proyek. Kebijakan pengelolaan terpusat oleh
edition, Prentice-Hall.
Kontraktor Y merupakan bentuk kontrol yang tetap
dilakukan oleh kantor pusat. Susilawati, 2005, “Study Supply Chain Konstruksi
Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung”
Ketiga kontraktor ini melakukan strategi yang berbeda
Tesis magister program studi magister teknik
baik dalam pola pengadaannya, yang tidak terlepas
sipil program Pasca Sarjana, Institut Teknologi
dari konteks pola pengelolaan proyek yang berbeda
Bandung.
pula. Keragaman pola pengadaan dalam pola
pengelolaan tertentu dilihat sebagai strategi yang Tan, W., 1995, “Research Methods in Real Estate and
diperoleh dari ketiga kontraktor nasional ini dalam Construction”, School of Building and Estate
menghadapi pasar proyek konstruksi bangunan Management National University of Singa-
gedung, dengan kondisi sebaran yang hingga kajian ini pore.
dilakukan masih terpusat di Jakarta. Pemahaman
terhadap ketiga strategi tersebut merupakan perjalanan Tucker, S.N., Mohamed, S., Johnston, D.R., McFal-
dalam pencarian strategi yang paling efektif dalam lan, S.L., & Hampson, K.D., 2001, “Building
melakukan pengadaan sesuai dengan sebaran proyek. and Construction Industries supply Chain Pro-
Seiring dengan perubahan-perubahan yang mungkin ject (Domestic)”, Report for Department of
terjadi pada industri konstruksi nasional di masa yang Industry, Science and Resources
akan datang, menuntut adanya perubahan pada strategi www.industry.gov.au/assets/documents/
ini. Dengan demikian, kajian terhadap strategi yang itrinternet/BC-SCMReport.pdf (27 Juli 2004).
dilakukan oleh kontraktor dalam pengadaan akan
memberikan manfaat guna mendapatkan strategi yang Vrijhoef, R., & Koskela, L., 2000, ”Roles of Supply
paling efektif yang dapat dilakukan sesuai dengan Chain Management in Construction”, Proc.,7th
kondisi pasar proyek konstruksi yang ada. Annual Conf. of the International Group for
Lean Construction.
Daftar Pustaka <http://www.ce.berkeley.edu/`tommelein/
IGLC-7/PDF/Vrijhoef&Koskela.pdf> 12 Juli
Bertelsen, Sven, 2002, “Complexity-Construction in A 2004
New Perspective”, revised paper of a report
originally prepared as a contribution for an Wirahadikusumah dan Susilawati, 2006, “Pola Supply
IGLC championship. Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan
http://www.bertelsen.org/strategisk_r% Gedung”, akan terbit pada Jurnal Teknik Sipil
E5dgivning_aps/pdf/Complexity%20-% Institut Teknologi Bandung.
20Construction%20in%20a%20New%
Yin, Robert, K., 1989, “Case Study Research: Design
20Perspective.pdf (8/20/2004)
and Methods”, Sage Publication.
Capo, Lario, Hospitaler, 2004, “Lean Production in
the Construction Supply Chain“, Second World
Conference on POM and 15th Annual POM
Conference, Cancun, Mexico. <www.poms.org/

146 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

LAMPIRAN A: Proses Pengadaan pada Kontraktor X

TINGKATAN DALAM PROSES PENGADAAN


Y TINGKAT PROYEK TINGKAT PUSAT
TAHAP RENCANA

PRA POLA KEBIJAKAN & BATASAN


SKEJUL
PEMBELANJAAN PENGESAHAN
PENGADAAN

PENGADAAN KEWENANGAN
(DASAR DARI SKEJUL PENGADAAN
TENDER)

DISTRIBUSI SKEJUL
KEPADA FUNGSI STRATEGI PENGADAAN
TERKAIT DI PUSAT DAN (POLA PEMBELANJAAN)
PROYEK

PENYUSUNAN DAFTAR DIPERBAHARUI


DOKUMEN PERMINTAAN REKANAN MAMPU SETIAP 6 BULAN
PENAWARAN (DRM)
DAFTAR REKANAN
1. PROSES SELEKSI

KONTRAKTOR
(DRK)

MELAKUKAN SELEKSI
MELAKUKAN SELEKSI PENYEDIA JASA/
PENYEDIA JASA/
PEMASOK
PEMASOK

TIDAK MENETAPKAN
MENETAPKAN PENYEDIA TIDAK PENYEDIA JASA/
JASA/ PEMASOK
PEMASOK
TERSELEKSI
TERSELEKSI

YA

MENGIRIMKAN DOKUMEN
PERMINTAAN PENAWARAN KE YA
PENYEDIA JASA/ PEMASOK
TERSELEKSI

RAPAT PENJELASAN &


TAHAPAN DALAM PROSES PENGADAAN

TINJAUAN LAPANGAN

MENERIMA DOKUMEN
PENAWARAN DARI PENYEDIA
JASA/ PEMASOK
TAHAP PELAKSANAAN PENGADAAN

EVALUASI DOKUMEN
2. PROSES KLARIFIKASI & NEGOSIASI

PENAWARAN
(EVALUASI I)

KLARIFIKASI DAN
NEGOSIASI
DOKUMEN PENAWARAN
TIDAK

YA
SELESAI
EVALUASI HASIL
KLARIFIKASI &
NEGOSIASI
(EVALUASI II)

KLARIFIKASI & KLARIFIKASI & KLARIFIKASI &


NEGOSIASI FINAL NEGOSIASI FINAL NEGOSIASI FINAL

EVALUASI HASIL EVALUASI HASIL


KLARIFIKASI & NEGOSIASI KLARIFIKASI & NEGOSIASI
FINAL FINAL
(EVALUASI II) (EVALUASI II)

MENILAI &
MENILAI & MEMUTUSKAN
MENGUSULKAN
MENGUSULKAN PEMENANG
PEMENANG

PENANDATANGANAN PENANDATANGANAN SURAT KEPUTUSAN


KONTRAK KONTRAK PEMENANG

DIUSULKAN UNTUK DIBERI


PENGIRIMAN PENGHARGAAN TAHUNAN
BARANG/ UNTUK 5 PEMASOK TERBAIK
3. PROSES EVALUASI KINERJA

PELAKSANAAN DARI TINGKAT PROYEK


PEKERJAAN

YA

PROSES EVALUASI YA PROSES EVALUASI


BULANAN TAHUNAN
BAIK ? BAIK ?

TIDAK
TIDAK

PERINGATAN SELESAI

DUA KALI TERCATAT SEBAGAI


PENGHAPUSAN
ANGGOTA DENGAN STATUS DICORET DARI
SEMENTARA DARI
PENGHAPUSAN SEMENTARA DRK
KEANGGOTAAN
DI DUA PROYEK

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 147


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

LAMPIRAN B: Proses Pengadaan pada Kontraktor Y


TINGKATAN DALAM PROSES PENGADAAN
Y TINGKAT PROYEK TINGKAT PUSAT
TAHAP RENCANA

PRA POLA KEBIJAKAN & BATASAN


SKEJUL
PEMBELANJAAN PENGESAHAN
PENGADAAN

KEWENANGAN
PENGADAAN
(DASAR DARI SKEJUL PENGADAAN
TENDER)

DISTRIBUSI SKEJUL
KEPADA FUNGSI STRATEGI PENGADAAN
TERKAIT DI PUSAT DAN (POLA PEMBELANJAAN)
PROYEK

PENYUSUNAN DAFTAR DIPERBAHARUI


DOKUMEN PERMINTAAN REKANAN MAMPU SETIAP 6 BULAN
PENAWARAN (DRM)
DAFTAR REKANAN
1. PROSES SELEKSI

KONTRAKTOR
(DRK)

MELAKUKAN SELEKSI
MELAKUKAN SELEKSI PENYEDIA JASA/
PENYEDIA JASA/
PEMASOK
PEMASOK

TIDAK MENETAPKAN
MENETAPKAN PENYEDIA TIDAK PENYEDIA JASA/
JASA/ PEMASOK
PEMASOK
TERSELEKSI
TERSELEKSI

YA

MENGIRIMKAN DOKUMEN
PERMINTAAN PENAWARAN KE YA
PENYEDIA JASA/ PEMASOK
TERSELEKSI

RAPAT PENJELASAN &


TAHAPAN DALAM PROSES PENGADAAN

TINJAUAN LAPANGAN

MENERIMA DOKUMEN
PENAWARAN DARI PENYEDIA
JASA/ PEMASOK
TAHAP PELAKSANAAN PENGADAAN

EVALUASI DOKUMEN
2. PROSES KLARIFIKASI & NEGOSIASI

PENAWARAN
(EVALUASI I)

KLARIFIKASI DAN
NEGOSIASI
DOKUMEN PENAWARAN
TIDAK

YA
SELESAI
EVALUASI HASIL
KLARIFIKASI &
NEGOSIASI
(EVALUASI II)

KLARIFIKASI & KLARIFIKASI & KLARIFIKASI &


NEGOSIASI FINAL NEGOSIASI FINAL NEGOSIASI FINAL

EVALUASI HASIL EVALUASI HASIL


KLARIFIKASI & NEGOSIASI KLARIFIKASI & NEGOSIASI
FINAL FINAL
(EVALUASI II) (EVALUASI II)

MENILAI &
MENILAI & MEMUTUSKAN
MENGUSULKAN
MENGUSULKAN PEMENANG
PEMENANG

PENANDATANGANAN PENANDATANGANAN SURAT KEPUTUSAN


KONTRAK KONTRAK PEMENANG

DIUSULKAN UNTUK DIBERI


PENGIRIMAN PENGHARGAAN TAHUNAN
BARANG/ UNTUK 5 PEMASOK TERBAIK
3. PROSES EVALUASI KINERJA

PELAKSANAAN DARI TINGKAT PROYEK


PEKERJAAN

YA

PROSES EVALUASI YA PROSES EVALUASI


BULANAN TAHUNAN
BAIK ? BAIK ?

TIDAK
TIDAK

PERINGATAN SELESAI

DUA KALI TERCATAT SEBAGAI


PENGHAPUSAN
ANGGOTA DENGAN STATUS DICORET DARI
SEMENTARA DARI
PENGHAPUSAN SEMENTARA DRK
KEANGGOTAAN
DI DUA PROYEK

148 Jurnal Teknik Sipil


Susilawati, Wirahadikusumah.

LAMPIRAN C: Proses Pengadaan pada Kontraktor Z

TINGKATAN DALAM PROSES PENGADAAN


Z TINGKAT PROYEK TINGKAT PUSAT
TAHAP RENCANA

RENCANA MUTU, KEBIJAKAN & BATASAN


PENGADAAN

JADWAL KEWENANGAN
PELAKSANAAN PENGADAAN

DAFTAR KEBUTUHAN
JADWAL PENGADAAN
MATERIAL DAN JASA STRATEGI PENGADAAN
MATERIAL
PROYEK

PENGADAAN OLEH
PENGADAAN OLEH PUSAT
PROYEK
1. PROSES SELEKSI

MEMBENTUK TIM PENILAI MEMBENTUK TIM PENILAI


PADA TINGKAT PROYEK PADA TINGKAT PUSAT
CALON DIREVISI TIAP SATU
PEMASOK TAHUN
BARU

MENCARI CALON DAFTAR REKANAN MENCARI CALON


PEMASOK JASA/ BARANG KONTRAKTOR PEMASOK JASA/ BARANG
(TINGKAT PROYEK) (TINGKAT PROYEK)

DAFTAR REKANAN
TIDAK PROSES SELEKSI MAMPU PROSES SELEKSI TIDAK
DAN EVALUASI DAN EVALUASI
PEMASOK PEMASOK
TAHAPAN DALAM PROSES PENGADAAN

STOP STOP
YA

YA

REGISTRASI DALAM REGISTRASI DALAM


DAFTAR REKANAN DAFTAR REKANAN
KONTRAKTOR KONTRAKTOR
TAHAP PELAKSANAAN PENGADAAN

PEMILIHAN CALON PEMILIHAN CALON


PEMASOK YANG AKAN PEMASOK YANG AKAN
DIUNDANG DIUNDANG
2. PROSES KLARIFIKASI & NEGOSIASI

MEMINTA PENAWARAN MEMINTA PENAWARAN


DARI PEMASOK DARI PEMASOK

TIDAK PENGAJUAN CONTOH TIDAK PENGAJUAN CONTOH


MATERIAL KEPADA MATERIAL KEPADA
PENGGUNA JASA PENGGUNA JASA
TIDAK

YA
YA

PROSES EVALUASI & PROSES EVALUASI & TIDAK


NEGOSIASI HARGA NEGOSIASI HARGA

YA
YA

PENUNJUKKAN PEMASOK PENUNJUKKAN PEMASOK


PEMENANG PEMENANG
3. PROSES EVALUASI KINERJA

MENERBITKAN PENGIRIMAN/
SURAT PERMINTAAN PELAKSANAAN
PEMBELIAN PEKERJAAN REFERENSI

PROSES
EVALUASI YA
KINERJA KINERJA BAIK
BAIK ?

TIDAK
3 KALI PERINGATAN,
DICORET DARI
PERINGATAN
DAFTAR REKANAN
KONTRAKTOR

Vol. 13 No. 3 Juli 2006 149


Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana ...

150 Jurnal Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai