Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pelacuran merupakan suatu profesi yang sangat tua usianya, setua umur
kehidupan manusia. Pelacuran merupakan tingkah laku lepas bebas tanpa kendali dan
cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks terhadap lawan jenisnya tanpa mengenal
batas-batas kesopanan. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang
buruk, cenderung jahat, namun tetap dibutuhkan. Pandangan ini didasarkan pada
anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang
membutuhkannya (biasanya kaum lelaki); tanpa penyaluran itu dikhawatirkan para
pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik.
Pelacuran itu selalu ada pada semua negara berbudaya, sejak zaman purba sampai
sekarang. Pelacuran senantiasa menjadi masalah sosial atau menjadi objek urusan hukum
dan tradisi (norma). Namun aktifitas tersebut ternyata sangat susah untuk dihilangkan. Ini
semua terkait dengan tuntutan hidup, yakni secara umum faktor ekonomilah yang menjadi
alasan utama kenapa seseorang mau melakukan apapun termasuk menjadi PSK, sekalipun
itu adalah perbuatan yang “rendahan” atau “hina” di mata masyarakat umum, agama dan
hukum positif yang berlaku di negara kita. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran
dianggap negatif dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap
sebagai sampah masyarakat. Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan
oleh seorang aktivis Hak-hak Anak, Mohammad Farid, pada tahun 1998, diperkirakan ada
40.000-70.000 anak-anak yang dilacurkan atau 30% dari jumlah PSK di Indonesia.
UNDP mengestimasikan tahun 2003 di Indonesia terdapat 190 ribu hingga 270 ribu
pekerja seksual komersial dengan 7 hingga 10 juta pelanggan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari Pekerja Seks Komersial?
1.2.2 Bagaimana ciri-ciri Pekerja Seks Komersial?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi Pekerja Seks Komersial?
1.2.4 Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjerumusnya wanita menjadi PSK?
1.2.5 Apa dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK?

Makalah Promosi Kesehatan Page 1


1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Pekerja Seks Komersial
1.3.2 Untuk mengetahui ciri-ciri Pekerja Seks Komersial
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi Pekerja Seks Komersial
1.3.4 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjerumusnya wanita
menjadi PSK
1.3.5 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK

Makalah Promosi Kesehatan Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial


PSK yaitu orang yang menggunakan tubuhnya untuk memuaskan nafsu-nafsu seks
untuk mendapatkan imbalan (Kartono, 2003). PSK biasanya bekerja di tempat hiburan
malam. Jam kerja PSK pada malam hari membuat PSK melakukan kebiasaan merokok dan
minum-minuman keras yang dipersepsikan dapat menghangatkan tubuh dan menambah
gairah (Syaiful Rohim, 2010). PSK mempunyai kebiasaan konsumerisme, narkoba, alkohol,
rokok, begadang dan seks bebas yang tidak baik yang dapat mengganggu kesehatan, terutama
pada organ hati (Gips, 1995. Wahyudi, 2004).
Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila,
istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki, digunakan
istilah gigolo.

2.2 Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial


Beberapa ciri khas PSK adalah sebagai berikut:
1. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).
2. Cantik, molek, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya, dan
bisa merangsang selera seks kaum pria.
3. Masih muda-muda. 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah usia 30 tahun
dan yang terbanyak adalah usia 17-25 tahun.
4. Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna, sering aneh-aneh (eksentrik) untuk
menarik perhatian kaum pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan lahiriahnya,
yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan parfum yang wangi semerbak.
5. Bersifat sangat mobil, kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Biasanya
mereka memakai nama samaran dan sering berganti nama, juga berasal dari tempat
lain, bukan di kotanya sendiri, agar tidak dikenal oleh banyak orang.
6. Mayoritas berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka pada
umumnya tidak mempunyai keterampilan (skill) khusus dan kurang pendidikannya.
7. Modalnya adalah kecantikan dan kemudaannya. Pada umumnya seorang PSK adalah
wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini mutlak dibutuhkan karena
merupakan modal dasar perempuan tersebut untuk terjun dan hidup sebagai PSK.

Makalah Promosi Kesehatan Page 3


Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan kecantikan agar tetap langgeng dalam
profesinya tersebut.

2.3 Klasifikasi Pekerja Seks Komersial


Berdasarkan modus operasinya, pekerja seks komersial dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu (Subadara, 2007) :
a.Terorganisasi
Yaitu mereka yang terorganisasi dengan adanya pimpinan, pengelola atau mucikari,
dan para pekerjanya mengikuti aturan yang mereka tetapkan. Dalam kelompok ini
adalah mereka yang bekerja di lokalisasi, panti pijat, salon kecantikan.
b.Tidak Terorganisasi
Yaitu mereka yang beroperasi secara tidak tetap, serta tidak terorganisasi secara jelas.
Misalnya pekerja seks di jalanan, kelab malam, diskotik.

2.4 Faktor Yang Memungkinkan Penyebab Terjerumusnya Wanita Menjadi PSK


Banyaknya faktor yang melatar belakangi terjerumusnya pekerja seks komersial antara
lain adalah :
1. Faktor Ekonomi
a. Sulit mencari pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari yang merupakan sumber
penghasilan. Ketiadaan kemampuan dasar untuk masuk dalam pasar kerja yang
memerlukan persyaratan, menjadikan wanita tidak dapat memasukinya. Atas berbagai
alasan dan sebab akhirnya pilihan pekerjaan inilah yang dapat dimasuki dan
menjanjikan penghasilan yang besar tanpa syarat yang susah (Mudjijono, 2005).
b. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah cara seseorang dalam menjalani dan melakukan berbagai hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pergeseran norma selalu terjadi dimana
saja apalagi dalam tatanan masyarakat yang dinamis. Norma kehidupan, norma sosial,
bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai sesuatu tujuan (Gunarsa,
2000). Kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindari
kesulitan hidup, selain itu untuk menambah kesenangan melalui jalan pintas. Menjadi
pekerja seks dapat terjadi karena dorongan hebat untuk memiliki sesuatu. Jalan cepat
yang selintas terlihat menjanjikan untuk memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki
(Mahardika, 2004). Gaya hidup yang cenderung mewah juga dengan mudah ditemui

Makalah Promosi Kesehatan Page 4


pada diri pekerja seks. Ada kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya, padahal
uang tersebut diketahui diperoleh dari mencari nafkah sebagai PSK (Hukumonline,
2007).
c. Keluarga yang tidak mampu
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar
sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang
menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya.Masalah yang sering
terjadi dalam keluarga adalah masalah ekonomi. Dimana ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan didalam keluarga, sehingga kondisi ini memaksa para orang tua
dari kelurga miskin memperkerjakan anaknya sebagai pekerja seks.
Pelacuran erat hubungannya dengan masalah sosial. Pasalnya kemiskinan sering
memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk
melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan-
perempuan kalangan menengah ke bawah.
2. Faktor Kekerasan
Kekerasan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berakibat atau mungkin
berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap
seseorang termasuk ancaman dan tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan
semena-mena, kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi (Depkes RI, 2003). Dimana salah satu faktor kekerasan adalah:
a. Perkosaan
Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal dimana si korban dipaksa untuk melakukan
aktifitas seksual khususnya penetrasi alat kelamin diluar kemauannya sendiri. Seorang
wanita korban kesewenangan kaum lelaki menjadi terjerumus sebagai pekerja seks
komersial (Trisnadi, 2004). Dimana seorang wanita yang pernah diperkosa oleh bapak
kandung, paman atau guru sering terjerumus menjadi pekerja seks (Agus, 2002).
Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi merasa berharga di
mata masyarakat, keluarga, suami, calon suami dapat terjerumus dalam dunia
prostitusi. Artinya tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat pelampiasan diri untuk
membalas dendam pada laki-laki dan mencari penghargaan (Wahid, 2001).
b. Dipaksa / Disuruh Suami
Dipaksa adalah perbuatan seperti tekanan, desakan yang mengharuskan atau
mengerjakan sesuatu yang mengharuskan walaupun tidak mau (Anwar, 2001). Istri
adalah karunia Tuhan yang diperuntukkan bagi suaminya. Istri melacur karena
Makalah Promosi Kesehatan Page 5
disuruh suaminya, apapun juga situasi dan kondisi yang menyebabkan tindakan suami
tersebut tidaklah dibenarkan, baik oleh moral ataupun oleh agama. Namun istri
terpaksa melakukannya karena dituntut harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga,
mengingat suaminya adalah pengangguran. (Mahardika, 2004).
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut meliputi
lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis dan lingkungan
budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan
masyarakat (IBI, 2006). Dimana salah satu faktor lingkungan adalah :
a. Seks Bebas
Pada dasarnya kebebasan berhubungan seks antara laki-laki dan wanita sudah ada
sejak dahulu, bahkan lingkungan tempat tinggal tidak ada aturan yang melarang
siapapun untuk berhubungan dengan pasangan yang diinginkannya (Mudjijono,
2005). Mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas
tidak bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang
dilarang (Wahid, 2001). Di beberapa kalangan remaja ada yang beranggapan
kebebasan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang
wajar (Mudjijono, 2005).
b. Turunan
Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun. Tidak dapat
disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar
berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar berespons terhadap masyarakat
dan beradaptasi ditengah kehidupan yang lebih besar kelak (Satiadarma, 2001).
Seorang anak yang setiap saat melihat ibunya melakukan pekerjaan itu, sehingga
dengan tidak merasa bersalah itupula akhirnya ia mengikuti jejak ibunya. Ibu
merupakan contoh bagi anak (Mahardika, 2004).
c. Broken Home
Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga dapat ditemukan
berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang (Satiadarma, 2001).
Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan
negatif yang dialami dalam keluarga. Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang
meliputi hubungan antar orang tua, saudara menjadi faktor yang penting munculnya
perilaku yang tidak baik. Dari paparan beberapa fakta kasus anak yang menjadi
Makalah Promosi Kesehatan Page 6
korban perceraian orang tuanya, menjadi anak-anak broken home yang cenderung
berperilaku negatif seperti menjadi pecandu narkoba atau terjerumus seks bebas dan
menjadi PSK.
d. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh
untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja
tersebut tekanan dari teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat
dari pacarnya sendiri.
e. Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela
melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan
dihadapinya. dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga
sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu
hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
f. Rasa Penasaran
Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-
temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang
tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka
untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang
diharapkan.

2.5 Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK


a) Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
b) Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu
mencemooh dirinya.
c) Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d) Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia,herpes
kelamin,sifilis, hepatitis B, dan HIV/AIDS.
e) Kebiasaan buruk
f) Badan lemas dan lelah
g) Badan dimanipulir dan di eksploitasi
h) Kekerasan
i) Penghasilan lambat laun menurun
Makalah Promosi Kesehatan Page 7
j) Usia lebih dari 30 tahun biasanya mengalami konflik jiwa

Penanganan masalah PSK:


a) Keluarga
1) Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks secara
dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2) Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari perbuatan dosa.
b) Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
c) Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk
dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

Makalah Promosi Kesehatan Page 8


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian Masalah
Kementerian Sosial RI telah menutup ratusan lokalisasi prostitusi yang tersebar
diberbagai daerah di Indonesia. Hingga saat ini sudah ada 154 lokalisasi prostitusi yang
ditutup dan tinggal 16-17 lokalisasi yang dalam waktu dekat ini akan ditutup. Di NTT sendiri
pemerintah Kota (Pemkot) Kupang telah menutup lokalisasi Karang Dempel (KD) di Tenau,
kecamatan Alak pada 1 Januari 2019 yang mana merupakan lokalisasi terbesar di kota
Kupang. Berdasarkan data, lokalisasi Karang Dempel ditempati sekitar 300 PSK dari
berbagai daerah dimana setelah lokalisasi ditutup para ratusan PSK tersebut dipulangkan ke
daerah asal dengan diberi dana sebesar Rp.500.000.000 dari APBD II kota Kupang untuk
bantuan permodalan wirausaha mereka.
Dari pengkajian masalah diatas, maka kami membuat sebuah rancangan program untuk
memanfaatkan dana yang diberikan pemerintah agar dapat digunakan secara maksimal dalam
mengembangkan kreatifitas berwirausaha.
3.2 Program Promosi Kesehatan
 Judul Program : Pemberdayaan Masyarakat Eks-WPS melalui program Pondok
“HARTA” Makumal
 Sasaran Program : Mantan Wanita Pekerja Seksual (WPS)
 Tujuan Program:
Tujuan Umum:
 Meningkatkan kepercayaan diri Eks-WPS dalam interaksi sosial dengan
masyarakat melalui pengembangan peluang usaha
Tujuan Khusus:
 Meningkatkan kemandirian ekonomi Eks-WPS melalui pembekalan
bagaimana cara memulai usaha dari potensi tata busana (menjahit) yang
dimiliki individu.
 Meningkatkan kemandirian ekonomi Eks-WPS melalui pembekalan
bagaimana cara memulai usaha dari potensi tata rias yang dimiliki individu
dengan cara membuka salon kecantikan.
 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Eks-WPS
 Pembekalan pelatihan menjahit: Pada program ini peserta program
pembinaan diberikan materi, praktek tentang cara menjahit mulai dari

Makalah Promosi Kesehatan Page 9


cara pengukuran badan, pemotongan bahan, pembuatan pola, lalu
menjahit bahan hingga menjadi sebuah pakaian dan pembekalan
mengenai cara memulai usaha yang didalamnya meliputi cara
menjalankan usaha, memasarkan produk secara manual dan online.
 Pembekalan pelatihan salon kecantikan: pada program ini peserta
program pembinaan akan diberikan tutorial penggunaan make-up,
keterampilan merias pengantin, tata cara menggunting rambut, serta
dibekali cara menjalankan dan mengelola sebuah salon.

Makalah Promosi Kesehatan Page 10


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PSK yaitu orang yang menggunakan tubuhnya untuk memuaskan nafsu-nafsu seks
untuk mendapatkan imbalan (Kartono, 2003). PSK biasanya bekerja di tempat hiburan
malam. Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial antara lain cantik, molek, rupawan, manis,
atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya, dan bisa merangsang selera seks kaum
pria. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi terjerumusnya pekerja seks komersial
antara lain adalah faktor ekonomi, faktor kekerasan, dan faktor lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK antara lain:
a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan
selalu mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore,
klamidia,herpes kelamin,sifilis, hepatitis B, dan HIV/AIDS.
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Perlu adanya peningkatan pendidikan, pelatihan keahlian, dan penyediaan lapangan
kerja bagi wanita, terutama di daerah penduduk yang banyak PSK.
2. Bagi Masyarakat
Peningkatan kesadaran bahwa lokalisasi prostitusi adalah bagian dari penyakit
masyarakat, sehingga ada upaya untuk saling menjaga sesama anggota masyarakat
dari pengaruh buruk lokalisasi prostitusi, dan masyarakat harusnya dapat menerima
dengan baik PSK yang berniat untuk bertobat kembali hidup normal.

Makalah Promosi Kesehatan Page 11


DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kenali-7-tanda-dan-gejala-kanker-serviks
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-
serviks/gejala-awal-kanker-serviks/amp/
https://www.google.com/amp/s/www.honestdocs.id/12-ciri-gejala-kanker-serviks.amp

Makalah Promosi Kesehatan Page 12

Anda mungkin juga menyukai