Anda di halaman 1dari 30

Moh. Mahfud MD.

Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

Politik Hukum Hak Asasi Manusia


di Indonesia

Moh, Mahfud MD

Abstract

Although Indonesia has adopted theprinciples oflegal state (the rule oflaw) and democracy
the abuse of human rights, particularly the massive and intensive abuse forms, still
occurs. This articie tries tooven/iew the problem in thelegal politic aspects, considering
the available legal instalment andformuiation intheconstitution andthelegal devices of
its enforcement. Forshort term oflegal politics, there is a faced dilemma; i.e. doing the
brave and strict settlement until court, or conducting whitening byfair reconciliation. The
choice between the two sides should be quickly carried out bypreviously calculating its
procedural-technical obstructions and its political ones.

Pendahuluan

Politik Hukum HAM diartikan sebagai pelanggaran-pelanggaran HAM, terutama


kebijakan hukum (legal policy) tentang HAM yang dilakukan oleh penguasaJ
yang mencakup kebijakan negara tentang Salah satu persoalan besaryang dihadapi
bagaimana hukum tentang HAM itu telah bangsa Indonesia sekarang ini adalah
dibuat dan bagaimana pula seharusnya bagaimana menyelesaikan kasus-kasus
hukum tentang HAM itu dibuat untuk pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu
membangun masa depan yang lebih balk, serta bagaimana menyiapkan perangkat
yakni kehidupan negara yang bersih dari hukum yang lebih responsif agar pada masa

^Pengertian seperti in! digunakan juga sebagai definisi konsep tentang politik hukum untuk disertasi saya,
Moh. Mahfud MD. "Perkembangan Politik HukUm, Studi tentang Pengaruh Konfiguras! Politik terhadap Karakter
Produk Hukum di Indonesia." Disertasi Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta. 1993.

1
mendatang pelanggaran-pelanggaran HAM, didirlkan di atas prinsip negara hukum.
terutama yang dilakukan oleh negara, dapat Penerimaan Indonesia atas prinsip negara
dihindari.^ Sampai saat ini banyak agenda hukum ini bukan hanya karena bunyi
reformasi yang belum bisa dilakukan dengan penjelasan UUD1945 yang pada kunci pokok
sungguh-sungguh karena bangsa Indonesia pertama Sistem Pemerintahan Negara
berkutat dengan persoaian-persoalan untuk menyebutkan bahwa; "Indonesia adalah
menyelesaikan pelanggaran HAM dimasa lalu negara yang berdasar hukum [rechstaat]..."
tanpa arah yang jelas. Sementara bangsa melainkan juga karena alasan-alasan lain
Indonesia terus berkutat untuk mencari sepertiyang dituangkan di dalam Pembukaan
penyelesaian pelanggaran HAM dan KKN maupun di dalam Batang Tubuh UUD 1945
lainnya yang terjadi di masa lalu, kasus-kasus sendiri.3 Balk isi Pembukaan maupun Batang
KKN baru mulai bermunculan sehingga Tubuh yang secara tegas menyebut adanya
agenda reformasi Indonesia mulai menghadapi prinsip demokrasi dan pengakuan serta
ancaman yang cukup serius. Ancaman ini perlindungan HAM merupakan bukti bahwa
menjadi serius karena kalau tldak dapat Indonesia menganut prinsip negara hukum.
segera memberi solusi atas pelanggran HAM Seumpama diibaratkan sekeping mata uang,
dan kasus-kasus KKN yang terjadi di masalalu, prinsip demokrasi merupakan sisi mata uang
maka upaya reformasi akan menghadapi yang sebeiahnya lagi. Keduanya memiliki
kesulitan karena pemain-pemain poiitik hubungan kerja yang saling bergantung karena
barupun yang tadinya hadir ke pentas poiitik demokrasitidak akan terlaksana tanpa negara
atas namareformasi akanikut pula menghambat hukum dan negara hukum tidak akan tegak
pemberantasan KKN karena dirinya juga tanpa demokrasi.^ Begitu juga adanya
sudah terjangkit penyakit KKN. pengakuan dan perlindungan atas HAW (Hak
Kenyataan bahwa pada masa lalu d| In Asasi Warga Negara) oleh Pembukaan dan
donesia sangat banyak terjadi pelanggaaran Batang Tubuh UUD 1945 merupakan bukti
HAM yang kebanyakan dilakukan oleh aparat lain bahwa Indonesiamerupakan negara yang
resmi tentu mengherankan, sebab negara ini berdiri di atas prinsip negara hukum.® Bahkan

^Melihat pengalaman masalalu, maka adaduaha! yang perlu diakomodasi didalam poiitik hukum Indone
sia, yaitu menylapkan perangkat hukum yang memadai dan memberi solusi ataskasus yang telah terjadi tetapi
belummendapat cara penyelesaian yangelegan.
'Selama ini sering dinyatakan bahwa penganutan prinsip negarahukum diIndonesia didasarkan pada
adanya penegasan di dalam Penjelasan UUD 1945 bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum {rechtefaaf), padahal bukan hanya karena itu melainkan terutama karena adanya penerimaan atas
prinsip demokrasi dan konstitusi itu sendiri.
^Negara adalah organisasi kekuasaan, sedangkan hukum dibuatagarorganisasiitu berjalan dengan balk.
Mochtar Kusumaatmaja lebih spesifik menggunakan istilah kekuasaan dalam adaglum ini ketika mengatakan
bahwa "kekuasaan tanpahukum Itu dzallm, hukum tanpa kekuasaan itu lumpuh".
®Semua konsepsi negara hukum yang pernah dikemukakan oleh para pemikir tentang negara dan hukum
selalumeletakkan gagasan perlindungan HAM sebagaiciri utamanya.

JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

adanya konstitusi sendiri mempakan bukti pula Pelanggaran HAM yang Massif
bahwa Indonesia ini menganut prinsip negara Seperti telah dikemukakan di atas,
hukum dan demokrasi sebab secara sosio- meskipun Indonesia menganut prinsip negara
legal dan sosio-kultural adanya konstitusi itu hukum dan demokrasi serta memiliki
merupakan konsekuensi dari penerimaan atas konstitusi yang menyatakan pemihakan pada
prinsip negara hukum dan demokrasi. perlindungan HAM, ternyata Indonesia
Penegasan bahwa penganutan prinsip senantiasa'terjadi pelanggaran HAM yang
negara hukum oleh indonesia ini bukan hanya sangat banyak, di antaranya dilakukan oleh
didasarkan pada bunyi Penjelasan UUD1945 aparat secara massif. Pada saat ini bangsa
tentang "rechtstaat" sangat penting secara Indonesia masih bergumul di dalam pergulatan
akademis karena keberadaan Penjeiasan itu yang serius untuk mencari penyelesaian bagi
sendiri masih sering dipersoalkan sebagai kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi
produk yang semula tidak sah. Seperti masalalu, terutama yang sifatnya massif telah
diketahui baik badan Penyelidik Usaha-Usaha dilakukan oleh aparat yang dalam -banyak
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) kasus merupakan pelanggaran HAM yang
maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan berat. Adapun pelanggaran HAM berat,
Indonesia (PPKI) tidak pernah merancang menurut Pasal5 Rancangan Undang-Undang
apalagi memutuskan Penjelasan UUD 1945 Pengadilan HAM,' adalah pelanggaran HAM
tersebut. Naskah Penjelasan, yarig banyak yang meliputi:
dipercaya sebagai karya pribadi Soepomo itu,
titia-tiba muncui menjadi lampiran UUD 1945 a. Sefiap perbuatan yang dilakukan dengan
ketika UUD tersebut ditempatkan di dalam maksud untuk menghancurkan atau
lembaran Negara Tahun li No. 7 Tahun 1946.® memusnahkan seiuruh atau sebagian
Jadi, seumpama pun tidak percaya bahwa kelompok kebangsaan, ras, kelompok
Penjelasan itu merupakan hasil kesepakatan etnis, kelompok agama, atau kelompok
para pendiri negara, maka kenyataan bahwa manapun jugayang berbeda warna kullt,
indonesia menganut prinsip negara hukum jenis kelamin, umum, atau cacat fisik dan
tetap tidak dapat dibantah sebab penerimaan atau mental, dengan:
Indonesia atas prinsip negara hukum itu,bukan 1) Membunuh anggota kelompok;
karena adanya bunyi Penjelasan UUD 1945 2) Mengakibatkan penderitaan fisik atau
meiainkan karena adanyakonstitusi itu sendiri mental yang berat terhadap anggofa
yang di dalamnya memuat prinsip demokrasi kelompok;
yang disertai ciri-ciri bagi adanya negara hukum.

®Meskipun UUD 1945 telah disahkan langgal 18Agustus 1945 oleh PPKI namun pengundangannyadi
dalam Lembaran negara baru dilakukan pada tahun 1946 dan pada saat itulah tiba-tiba disertakan naskah
Penjelasan tersebut tanpa pernah dibahas oleh forum resmi PPKI.
'RUU tentang Pengadilan HAM telah disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR dan telah mulai dibahas
sebagai konsekuensi dari penolakan DPR atas Perpu No. 1Tahun 1999.
3) Sengaja menciptakan kondisi masyarakat yangdilakukan secara massal;
kehidupan kelompok yang akan atau
mengakibatkan kemusnahan secara i. Melakukan perkosaansecara massal dan
fisik baik seluruhnya atau sebagian; sistematis. termasuk pelecehan seksual
4) Memaksakan iindakan-tindakan yang lain yang melanggar norma kesusilaan
bertujuan mencegah kelahiran di dan agama yang dilakukan terhadap
dalam kebmpok; dan atau kelompok atau golongan tertentu.
5) Memindahkan secara paksa anak-
anak dari kelompok tertentu ke Tidak mudah bagi bangsa Indonesia
kelompok lain. untuk menyelesaikan pelanggaran MAM yang
b. Membunuh orang atau kelompok orang terjadi di masa lalu. Hasil temuan dan
dengan cara sewenang-wenang di luar rekomendasi KPP HAM yang dibentuk oleh
batas kemanusiaan dan atau di luar Komnas HAM baik untuk kasus pelanggaran
putusan pengadiian; HAM pasca jejak pendapat dl Timor Timur
c. Segala bentuk tindakan yang memaksa tahun 1999maupun untuk kasus pelanggaran
terjadinya pengungsian atau pemindahan HAM yang terkait dengan peristlwa Tanjung
orang atau kelompok orang atas dasar Priok pada tahun 1984telah menimbulkan pro
alasan politik; kontra yang belum memberikan arah
d. Menculik dan atau menghiiangkan orang penyelesaian yang Jelas.^ Dalam masalah
secara paksa; pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu
e. melakukan perbudakan; memang belum mempunyai konsep yang
f. Melakukan diskriminasi terhadap orang dapat disepakati bersama sehingga menunjuk
atau-kelompok orang yang dilakukan ke arah yang jelas.^
secara sistematis; Sebenarnya masalah pelanggaran HAM
g- Melakukan penylksaan; di Indonesia bukan hanyateijadi dalam kasus-
h. Merusak, membakar dan atau disertal kasus politik seperti kasus Timtim, Aceh,
dengan penjarahan pada Instalasi vital, Lampung, Tanjung Priok, Maluku dan
sekolah, tempatibadah, rumah sakit, pusat sebagainya melainkan terjadi juga dalam
kegiatan ekonomi dan perdagangan, atau penanganan masalah-masalah kriminal yang
sarana transportasi atau meracuni obyek- biasa. masih banyak dijumpai dalam praktik
obyek kepentingan umum dan atau penegakan hukum tindakan-tindakan yang
menebarkan bibit penyakit kepada melanggar HAM seperti yang dapat

®Masih segar dalam Ingatan bangsa Indonesia, bahkan masih menjadi masalah sampaisekarang (bahwa)
kesimpulan dan rekomendasi KPP-HAM tentang kasus Timor Timur dan kasus Tanjung Priok telah disambut
dengan berbagai unjuk rasa danketidakpuasan.
®Lihat dalam Kompas CyberMedia. Edisi 28Junl2000.

JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000:1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

diinventarisasi ke dalam masalah-masalah yang dijadikan kambing hitam dalam


sebagai berikut:^'' kasus pembunuhan wartawan Bernas
Fuad Muhammad Syafruddin (Udin) atau
1. Sering terjadi aparat penegak hukum
kasus Mutiari dan Judi Astono cs yang
meianggar HAM dan menangkap atau
dijadikan kambing hItam dalam kasus
menahan seorang tersangka pelaku
terbunuhnya buruh Marsinah dapat
kejahatan dengan melakukan
disebut sebagai contoh. Balk untuk
penangkapan tanpasurat perintah. Dalam
mereka yang hanya dijadikan kambing
kenyataannya sering juga terjadi penyitaan
hitam maupun untuk mereka yang secara
barang tanpa surat perintah dari pejabat
hukum memang patut dijadikan tersangka
yang berwenang atau tanpa putusan
dalam suatu tindak pidana seringkali
hakim bahkan yang sangat m'engerikan
dilakukan pelanggaran atas asas praduga
adalah teijadinya penculikan-penculikan."
tak bersalah (presumption of innocence)
Tindakan-tindakan semacam ini jelas
melalui penistaan atas nama balk oleh
meianggar hukum tentang HAM sebab
aparat penegak hukum seperti pemukulan,
menurut Pasal 7 UU No. 14 Tahun 1970
penylksaan maupun penyldlkan dengan
(sebagaimana telah diubah dengan UU
membuat Berita Acara Pemeriksaan yang
No. 35 Tahun 1999) tentang Ketentuan-
tanpa pro justisia. Ini terjadi bukan hanya
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
dalam kasus tindak pidana melainkan
setlap tindakan hukum penangkapan,
juga dalam kasus yang sebenamya hanya
penahanan, penggeledahan dan
merupakan perkara perdata murni.
penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
Padahal menurut Pasal 6 UU No. 14
perintah tertulis dari Pejabat.yang dibeii
Tahun 1970 (sebagaimana diubah
wewenang oleh Undang-Undang dan
dengan UU No. 35 Tahun 1999) setiap
hanya dalam hal dan dengan cara yang
orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
diatur dengan Undang-Undang.
dituntut dan atau dihadapkan di sidang
2. Tidak jarang pula muncul pesakitan yang
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah
hanya menjadi kambing hitam dari suatu
sampal adanya putusan pengadilan yang
tindak pidana yang berindikasi kuat
menyatakan kesalahannya dan
dilakukan oleh aparat pemerintah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
maupun dilakukan oleh orang yang
Namun pada pihak lain dilihat juga bahwa
memiliki biaya untuk memunculkan
terhadap banyak kasus dugaan korupsi
kambing hItam. Kasus Iwlk Dwisumajl

"ArtidjoAlkostar. "HakAsasi manusia dalam prospek Penegakan Hukum Dewasa ini." Disampaikan sebagai
Dies Rede pada Sidang Terbuka Senat Unlversitas Islam Indonesia Panitia Dies natalis Ull ke-51 tanggal
29 Desember1994.
"Tentang problema hukum dan politik mengenai penghilangan atau penculikan orang dapat dibaca di
dalam "Pra-Lokakarya Kasus Orang Hllang: Pengungkapan dan Penyelesaian masalah" SeriPublikasiNo.V
April 2000 yang diterbitkan oleh Kantcr Menteri Negara Urusan HAM republik Indonesia.
atau tindak pidana lain yang djiakukan penegak hukum dengan tersangka tentang
(mantan) pejabattidak diiakukan tindakan sejumlah pembayaran. Jika tersangka
hukum yang sungguh-sungguh, misalnya mampu menyediakan sejumlah uang
penyidikan, dengan alasan demi tertentu, maka perkara bisa dinyatakan
menegakkan asas praduga tak bersalah. tertutup dengan sebuah SP3 dengan
Jadiasas praduga tak bersalah diterapkan alasan tidak cukup bukti, tetapi kalau
secara tidak konsisten, tergantung pada tersangka tidak mampu untuk membayar,
siapa terduga dan tersangkanya bahkan maka perkaranya diteruskan. Malahan
bergantung pada kemampuan untuk atas perkara yang sudah masuk di
membayar sejumlah uang. pengadilan pun besarnya tuntutan jaksa
3. Banyak juga terjadi proses penanganan bisa ditawar atau dinilai dengan sejumlah
perkara di kepolisian yang memakan uang.
waktu sangat lama, bahkan meialui proses 4. Bering Juga mendengar dihambatnya
tawar menawar apakah perkara itu akan seorang tersangka pelaku suatu tindak
diteruskan ke pengadilan atau tidak. Tidak kejahatan untuk mendapatkan bantuan
jarangada perkarayang sampaidua tahun hukum atau hambatan untuk berhubungan
belum dilimpahkan ke pengadilan tanpa dengan pengacaranya, sesuatu yang
adanya Surat Perintah Penghentlan jelas-Jelas bertentangan dengan UU No.
Penyidikan (SP3). Padahal UU No. 14 14 Tahun 1970 (sebagaimana telah
Tahun 1970 (sebagaimana telah diubah diubah dengan UU No. 35 tahun 1999)
dengan UU No. 35 tahun 1999) maupun UU No. 8 Tahun 1982 tentang
mengharuskan penerapan secara Kitab Undang Undang Hukum Acara
konsekuen proses peradilan yang cepat. Pidana(KUHAP). Menurut ketentuan yang
sederhana, biaya ringan, bebas, jujur dan diatur di dalam Pasal 35-37 UU No. 14
tidak memihak. Tidak jarang juga Tahun 1970 dan dalam Pasal 54 UU No.
didengaradanya permintaan kompensasi 8 Tahun 1982 setiap orang yang
dari penegak hukum kepada seorang tersangkut perkara wajib diberikan
tersangka untuk membayar sejumlah kesempatan untuk memperoleh bantuan
uang dengan imbalan bahwa perkaranya hukum. Ketentuan inl diperkuatoleh Pasai
tidak akan diteruskan ke kejaksaan (atau 59 UU tentang KUHAP yang menegaskan
dari kejaksaan tidak akan diteruskan ke bahwa kepada seorang tersangka sejauh
pengadilan) meialui pengeluaran SP3. ditangkap atau ditahan. wajib
Jadidilanjutkan atau tidaknya suatukasus diberitahukan hak-haknya, termasuk hak
ke kejaksaan atau ke pengadilan bisa untuk menghubungi danmeminta bantuan
bergantung pada kesepakatan antara penaslhat hukum.

'^Laporan ulama majalah mingguan Tempo pada edisi 12-18 Juli 1999 dengan topik "Tikus-tikus Kejaksaan
Agung." memberikan banyak informasi yang sangat memprihatinkan tentang ini.

JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL. 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Polifik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

5. Pelanggaran HAM seringkali juga terjadi kekerasan terhadap hak pilih, kekerasan
atas ketentuan Pasal 1 butir21 dan Pasal terhadappenyaluran aspirasi, dan kekerasan-
24 KUHAP yang menentukan bahwa kekerasan lainnyaJ®
penahanan atas tersangka dilakukan Kekerasan terhadappihak berorganisasi^®
apabila ada kekhawatiran dan perkiraan diiakukaan melalui pembelengguan atas
apabila ada kekhawatiran dan perkiraan kebebasan rakyat untuk berorganisasi sesuai
bahwa tersangka akan melarikan diri, dengan kehendaknya sendiri. Pemerintah
menghilangkan barang bukti, atau telah melakukan intervensi atas berbagai
menyulitkan pemeriksaan. Dalam organisasi kemasyarakatan baik melalui
praktiknya sering teijadi penuntut umum pembatasan-pembatasan tentang asas
menahan seorang tersangka meskipun maupun (secara praktis) dalam menentukan
tidak ada alasan yang kuat bagi pimpinannya." Kasus pelanggaran HAM di
• kemungkinan terjadinya salah satu dari Tanjung Priok yang sampai saat Ini masih
tiga hal tersebutJ^ Namun tidak jarang menjadi persoalan besar bagi bangsa in! dapat
pulaterjadi ada tersangka yang selayaknya disebut sebagai contoh pelanggaran HAM
ditahan ternyata tidak ditahan." yang bersumber dari kekerasan terhadap hak
berorganisasi. Sepertidiketahui kasus tersebut
Selain itu pelanggaran-pelanggaran HAM bermula dari penolakan sebagian warga atas
yang terjadi bukan hanya pelanggaran atas kehendak pemerintah untuk menjadlkan
hak-hak yang sifatnya fisik seperti yang Pancasila sebagaiasas tunggal (satu-satunya)
sebagian besar disebutkan di atas tetapi juga bagi setiap ormas yang boleh hidup di Indo
terhadap hak-hak politik melalui kekerasan- nesia. Kebijakan ini ketika itu dirasakan
kekerasan politik yang dilakukan oleh rezim sebagai kebijakan yang melanggar HAM
penguasa di masa lalu dalam penggunaan dalam berorganisasi dan karenanya
hak asasi bidang politik, minimal meliputi mendapat tantangan keras.
kekerasan terhadap hak berorganisasi,

'^Meskipun begitu mungkin sajapenahanan itu benar, tetapi ini adalah contoh bahwa masalah seperti Ini
sangatmungkin dipolitisasi dan dimanipulasi.
"Sementara, sebagai kebalikan dari catatan kaki Nomor 13, banyak kasus yang berdasarkan rasa keadilan
dalam masyarakattersangkanya harussegeraditahan ternyata tidak ditahan, sebagiandiantaranya kemudian
ditahan tetapi lebih banyak merupakan respon atas tekanan publik danberbagai unjuk rasa.
'®Lihatdalam Arbi Sanit. "Memahami Kekerasan Politik". Dalam fakuitas Hukum UN LKBH. Kekerasan
dalam Politik yang OverActing (sic). Yogyakarta. 1998.
^®Lihaljuga dalam Moh. Mahfud MD. "Menganfsipasi Kekerasan Politik padaPemilu 1999". Makalah untuk
diskusi tentangKekerasan dalam Pemilu 1999. Diselenggarakan oleh Universitas Atma Jaya. Yogyakarta 2
Maret1999.
^^Ibid. Juga dalam Moh. Mahfud MD. "Kekuasaan Sebagai Sumber Kekerasan Politik." Makalah pada
seminartentang Negara,Masyarakatdan Kekerasan.Diselenggarakan oleh Fakuitas Hukum Ull. Yogyakarta
20Juli1999.
Pimpinan ormas yang akan tampil ke dalam pemilihan umum. Namun kekerasan
pucuk pimpinan juga hams mendapat restu terhadap hak berorganisasi yang dilakukan
lebih dulu dari pemerintah sehingga tokoh- oleh penguasa telah memaksa rakyat untuk
tokoh potensia! yang kritis dan vokal terhadap menerima apa yang telah ditetapkan secara
pemerintah dihambat untuk maju. Akibatnya final (tentang partai) oleh pemerintah tanpa
tokoh-tokoh ormas yangpotensial untuk tampil peluang pembentukan wadah bagi
sebagai pimpinan ormasnya banyak yang penggumpalan aspirasi bam.
terjebak pada upaya mencari dukungan dari Pemerintah di masa lalu juga telah
pemerintah bukan mencari dukungan dari melakukan kekerasan terhadap hak pilih" di
bawahatau anggota-anggota organisasinyaJ® dalam pemilu yang secara asasi dimiiiki oleh
Terkait dengan kekerasan berorganisasi yang setiap warga negara. Memiilh yang secara
sebenarnya secara substansial telah diatur di konstutisional merupakan "hak" dalam
dalam Rasa! 28 UUD 1945 pemerintah Orba praktiknya lebih diperlakukan sebagai
juga mereduksi MAM rakyat Indonesia dalam "kewajiban" dankewajiban itu harus disalurkan
membuat organisasi politik melalui penentuan kepada organisasi politik tertentu. Dalam
hanya adanya tiga organisasi sosial politik kaitan ini sering terlihat terjadinya politisasi
yakni Golongan Karya (Golkar), Partai terhadap" para pemimpin agama atau para
Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai uiama karena mereka dipaksa mengeluarkan
Demokrasi Indonesia (PDI). Ketentuan yang fatwa bahwa memilih itu hukumnya wajib,
kemudian dituangkan di dalam UU tentang sedangkan tidak memilih atau menjadi
Parpol dan Golkar ini secara mendasar tentu golongan putih (golput) itu hukumnya haram.
bertentangan dengan hak untuk berorganisasi Tidak mengherankan jika kemudian temyata
karena menutup pintu bagi masyarakat bukan angka pemberi suara di dalam pemilu sangat
saja untuk membuat parpol baru, tetapi untuk besar sebab yang terjadi sebenarnya adalah
mempersoalkan parpol yang tidak lagi mobillsasi dan bukan partislpasi. Kekerasan
representatif. seharusnya sebuah UU terhadap hak untuk "memilih" diikuti pula
kepartaian hanya memuat syarat-syarat berdiri dengan kekerasan terhadap hak untuk "dipilih"
atau bubarnya sebuah parpol yang hanya sebab untuk menjadi anggota MPR, DPR,
mendapat dukungan sangat kecil dapat DPRD, Gubernur, Bupatl, Waiikota dan
dinyatakan bubar dan jika ada gumpalan sebagainya haruslah lebih dulu melalui dan
aspirasi yang mempunyai dukungan yang mendapat persetujuan dari pemerintah balk
sangat besar dapat menampilkan dirinya melalui ketentuan-ketentuan formal maupun
sebagai parpol bam untuk berkontestasi di melalui rekayasa politik.

'Vbid.
'®Arbi Sanit. Loc. Cit Lihat juga Laporan dan anallsis cukup mendalam dalam Hans Thoolen. 1987.
Indonesia and the Rule of Law, Twenty Years ofNew Order Government London: Frances Printer
(Publiser).

8 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

Sejalan dengan itu kekerasan terhadap dari gedung DPR tetapi semua suara kritis itu
penyaluran aspirasi politik^" juga senantiasa hanya terbatas sebagai aksesoris demokratis
terjadi di dalam proses politik. selain pers yang formal yang dibatasi dengan koridor-koridor
tidak bebas dan diancam dengan tertentu yang bisa ditolelir oleh pemerintah.
pemberangusan, pemaksaan terhadap anggota Padahal penetapan koridor demokrasi oieh
lembaga permusyawaratan dan perwakiian pemerintah merupakan sesuatu yang
rakyat dalam semua level juga terjadi. Mereka bertentangan dengan demokrasi itu sendiri
senantiasa dipaksa untuk menyetujui kebijakan sebab koridor demokrasi secara implisit telah
atau rencana kebijakan pemerintah serta dimuat di dalam dasardan konstltusi negara.^
dibawa pada situasi terpaksa untuk memilih Kembali pada salah satu pertanyaan pokok
caion-caion pejabat mulai dari Presiden dan yang telah dikemukakan di atas. Mengapa di
Pimpinan Lembaga-lembaga Negara sampai negara hukum dan demokrasi seperti
pada tingkat bupati dan wali kota bahkan untuk Indonesia yang konstitusinya secara nyata
•jabatan-jabatan yang lebih rendah dari itu." menyebutkan pengakuan dan menjanjikan
Selain melalui penggalangan bagi perlindungan atas HAM banyak terjadi
pemenangan pemilu secara tidak fair sehingga pelanggaran HAM yang masih begitu massif?
partai pemerintah menguasai suara mayoritas Secara singkat dapat dikemukakan bahwa
mutlak dan dapat secara efektif menggalang pelanggaran yang massif itu terjadi karena
suara dukungan untuk setlap kebijakan atau tampilnya sistem politik yang tidak demokratis
rencana kebijakan, pemerintah juga yang kemudian membuka peluang bagi
meiembagakan adanya vi/akil-wakil yang penguasa untuk melakukan pelanggaran HAM
diangkat tanpa melalui pemilu yang dalam melalui celah-celah konstltusi." Dalam
praktiknya juga (harus) selalu memberikan kenyataannya meskipun secara konstitusional
dukungan terhadap pemerintah. Memang negara Indonesia menganut demokrasi
adakalanya kita mendengar juga suara kritis sebagai asasnya yang fundamental tetapi

"Tentang kekerasan atas hak bicara dan menyampaikan aspirasi politik Ini dapat diambil contoh dari kasus
reca//dari keanggotaan DPR atas Sri Bintang Pamungkas dan Bambang Warih Kusumo seperti ditulis di dalam
Syamsuddin Haris dkk. 1997. Pemillhan umum di Indonesia, Telaah atas Struktur, Proses dan Fungsi.
Jakarta: PPW-LIPI.Hlm.100-102.
"Para calon pejabat itu secara formal-prosedural memang dipijih oleh lembaga yang berwenang tetapi
sudah bukan menjadi rahasia bahwa pemillhan itu hasilnya bisa diketahui sebelumnya karena telah dlatur lebih
dulu bahkan dengan perolehan suara untuk masing-masing calon. Penolakan atau pembangkangan atas
skenario yang telah ditentukan oleh pemerintah akan berakibatdilakukannya recallatau pemberhentian.
^^Koridor atau pembatasan-pembatasan itu misalnya adanya larangan untuk menylnggung hl-ha! tertentu
yang sebenarnya menjaadi hak publik, seperti mempersoalkan perilaku keluarga istana, di dalam kampanye
untuk pemilu.
"Tentang celah-celah (kelemahan) konstitusi yang membuka peluang tampilnya pemerlntahan yang tidak
demokratis llhat di dalam Moh. Mahfud MD. 1999. Amandemen UUD1945 untuk Reformasi Tata Negara.
Ull Press.
prinsip tersebut tidak selalu terwujud dalam HAM dan Konstitusi
praktik kenegaraan. Bahkan hampir seluruh
Dalam kaitannya dengan konstitusi,
pengalaman dalam menggunakan UUD 1945
ditinjau dari sudut socio-legal dan kultural,
pemerintahan yang tampil adalahpemerintahan
sebenarnya pengaturan HAM di dalam UUD
yang tidak demokratis.^^ Di bawah konstitusi
1945- memang membuka peluang bag!
in! realitas politik menunjukkan bahwa
terjadlnya pelanggaran-pelanggaran oleh
Presiden merupakan pemegang kekuasaan
penguasa sebab rumusan yang terdapat di
yang paling besar dan menempati puncak
dalam UUD 1945 menjadikan HAM sebagai
piramida yang ada dalam struktur kekuasaan.
residu kekuasaan negara dan bukan
Presiden yang tampil sebagai primus inter
kekuasaan negara yang menjadi residu
pares dapat melakukan kontrol ketat atas
HAM." Keharusan perumusan HAM yang
rekruitmen politik dl dalam negara termasuk
bukan menjadi residu kekuasaan di dalam
kontrol dalam rekruitmen pejabat negara
konstitusi itu dapat dilacak dari sejarah HAM
tertinggi dan tinggi negara seperti angggta
dan konstitusi itu sendiri.
MPR/DPR, hakim agung, anggota BPK, dan Konsep HAM yang muncul dan
sebagainya.^^ Pemegang kekuasaan politik
berkembang di Eropa Barat sejak abad
di dalam sistem yang tidak demokratis ini
pertengahan sebenarnya tumbuh bersamaan
kemudian menggunakan celah-celah UUD
dengan munculnya paham kebangsaan yang
1945 untuk melakukan pelanggaran-
mengilhami lahirnya negara-negara modern
pelanggaran HAM melalui pembuatan baju
dan sekuler. Gagasan ini dimunculkan
hukum atas berbagai kebijakan yang sebagai altenatif perombakan atas sistem
melanggar HAM.
politik dan ketatanegaraan yang sentralistik,
Jawaban singkat tersebut tentunya tidak dimana kekuasaan negara terletak di tangan
dapat dipahami secara utuh tanpa elaborasi penguasa secara absolut. Absolutlsme
yang memadai. Untuk itu di bawah ini kekuasaan itu kemudian menimbulkan konflik
dikemukakan penelusuran ide HAM berdasar
antara penguasa dan rakyatnya atau antara
pendekatan socio-lega! 6ar\soc/o-Mura/serta
kekuasaan pemerintah dan kebebasan warga
hubungannya dengan konstitusi dan negara yang kemudian melahirkan infra
penerimaannya di dalam konstitusi yang struktur sebagai keniscayaan." Gerakan
berlaku di Indonesia.
kebebasan yang tampil melawan kekuasaan

"Uhat dalam Moh. Mahfud MD. Pergulatan Politikdan Hukum. GamaMedia dan Ford Foundation.
1999.
"AfanGaffar. 1999. PolitikIndonesia, TransisiMenujuDemokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Him.
37-38.
"Lihat dalam Moh. Mahfud MD. Amandemen... Loc. Cit
"Dalam Soetandyo Wignyosoebroto. "Hak-hakAzasi Manusia, Demokrasi dan Pelaksanaannya diIndo
nesia, Sebuah Tinjauan sosio-kultural dari Prespektif Sejarah." Makalah pada Diskusillmiah. Di PusatAntar
Universitas, Studi Sosial, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 18Oktober 1994.

10 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia

berawal dari meluasnya kekuasaan raja-raja gagasan perlindurigan HAM di dalam negara
yang semula wilayahnya menyatu dengan itu merupakan akibat terjadinya sekularisasi
kekuasaan gereja (namun kemudian) keluar kekuasaan (dari paham teokrasi menjadi
dari batas territori dan merambah pula pada demokrasi).^° ... . • ••*
perluasan urusan (kekuasaan). Merambahnya Jika ditelusuri lebih jauh sekularisasi itu
kekuasaan raja-raja sampai ke luardari territori sendiri semula timbul karena terjadinya konflik
yang semula dikuasai bersama dengan gereja yurisdiksi antara raja (negara) dan Paus
menimbulkan pertanyaan tentang legitimasi (gereja) karena ekspansi raja-raja ke daerah
kekuasaan raja-raja. Kaiau semula dasar lain di luar territori yang dulunya dikuasai
legitimasinya adalah ketuhanan (teokrasi) bersama.^^ Konflik itu teijadi karena Paus juga
karena berbagi tugas dengan gereja dalam berusaha menegakkan kekuasaan politiknya
territori yang sama maka dengan terjadinya atas seluruh penganut agama Kristen tanpa
perambahan atas territori yang tidak turut
'
batas dan wilayah kebangsaan Benih
: :i.. ViimkiiVs i/atiUo naiia
dikuasai gereja itu timbul pertanyaan tentang sekularisasi itu telah tumbuh ketika pada
dasar kekuasaan raja.^« tahun 1075 Paus Gregorius VII mengeluarkan
Jika raja berkuasa (atas territori di luar pengakuan atas kekuasaan raja dan kaisar
kekuasaan bersamanya dengan gereja itu) melalui sebuah D/cfafus Papas untu
bukan berdasar teokrasi, lalu atas dasar memerintah satu territori dalam niasa ah-
apakah kekuasaan raja itu? Jawaban yang masalah keduniawian. Meskipun di dalam
muncul atas pertanyaan ini adalah demokrasi. dictatus itu dikatakan bahwa kedudukan raja
Dasar legitimasi ini mengatakan bahwa raja berada di bawah Paus namun pertanyaan
berkuasa karena rakyat yang menyerahkan mendasar tetap muncul tentang sumber
penguasaan pengurusan perlindungan HAM (legitimasi) kekuasaan raja itu. Rasionalisasi
kepada raja atau pemerintah tersebut. Raja yang kemudian muncul adalah teon social
bukan sebagai wakil Tuhan atau berkuasa contract yang menyebutkan bahwa raja
karena Tuhan melainkan karena menerima berkuasa karena adanya perjanjian
penyerahan kekuasaan dari rakyat untuk masyarakat yang memberikan kekuasaan
melindungi hak-hak rakyat tersebut. Dengan untuk mengatur dan menyerasikan
demikian maka raja haruslah kepentingan-kepentingan di antara mereka
bertanggungjawab kepada rakyat.^® Dari sini Memang tidak semua ahli pikir tentang politik
kemudian tampak bahwa sebenarnya dan hukum sampai pada kesimpulan yang

^^Ibid
^Dafam Soetandyo WIgnyosoebroto. "Konstitusi dan Konstitualisme."Makalah untuk lokakarya
Konstitusionalismeuntukkedaulatan Rakyat Diselenggarakan oleh Konsorsium Reformasi Hukum Nasional
KRHN) di Surabaya. Tanggal 15-16 Oktober1998. ^ „ T.r>M\w -
^Dalam Moh Mahfud MD. "Berbagal Produk Hukum tentang HAM yang Tampak Tumpang Tlndih.
Pemda Solo, Solo Pos, dan Bakom PKB Kodya Solo. Surakarta tanggal 29 Nopember 1999.
'^Soetandyo Wignyosoebroto. "Hak-hak 'Loc. Cit
11
sama bahwa perjanjian masyarakat itu hams dhei (suara rakyat adalah suara tuhan).
melahirkan pemerintahan yang demokratis Tampak juga bahwa demokratisasi pertama-
dan bertanggung jawab kepada rakyatnya. tama tidak muncui semata-mata karena
Thomas Hobbes (1588-1679) misalnya, penolakan atas absolutisme negara
menyebutkan bahwa berdasar perjanjian melalnkan sebagai konsekuensi dari
masyarakat itu, maka pemerintah yang lahir terjadinya sekularisasi kekuasaan yang
adalah pemerintah yang memilikl kekuasaan menghendaki perumusan ulang mengenai
mutlak (absolut) karena di dalam perjanjian keseimbangan hubungan antara rakyat dan
itu masyarakat telah menyerahkan hak-haknya penguasa. Dari proses pencarian
untuk diurus cleh penguasa." Tetapi John keseimbangan itulah kemudian timbul
Locke (1632-1704) dan JJ Rousseau (1712- gagasan konstitusionalisme yang bermaksud
1778)" menyatakan bahwa perjanjian memberikan perllndungan bagi warga negara
masyarakat itu menuntut lahirnya pemerintahan dalam berhadapan dengan pemerlntahnya.
yang demokratis. Pemerintah yang berkuasa, Penelusuran socio-legal dan kultural dl
menurut Locke dan Rousseau, harus atas memberi penegasan bahwa konstitusi
bertanggung jawab kepada rakyatnya, bukan merupakan fungsi residual HAM dari
sedangkan rakyat hams berani menyatakan kekuasaan negara dan pemerintah
kedudukannya sebagai pihak yang melainkan, sebaliknya, mempakan fungsi re
memberi mandat dan berhak meminta sidual kekuasaan dari kebebasan dan HAM.
pertanggungjawaban kepada pemerintah. Di Artinya konstitusi itu sebenarnya tidak boleh
dalam kontrak sosial itu yang kemudian memberi pembatasan atas HAM atau
dituangkan di dalam konstitusi Itu terkandung menjadikannya sebagai sisa dari kekuasaan
pengertian bahwa tugas utama pemerintah pemerintah semata, sebaliknya kekuasaan
adalah melindungi HAM warganya dan untuk pemerintah hams dibatasi oleh konstitusi agar
itu kekuasaan pemerintah hams dibatasi baik HAM warganya tidak dilanggar baik oleh
lingkup umsan maupun jangka waktunya.^^ pemerintah maupun oleh sesama warganya.
Tampaklah bahwa dari sudut socio-kultur
dan legal perjalanan HAM itu berkaitan dengan
Elaborasl Konstitusionalisme
pembahan dasar legitimasi pemerintah dari
vox dhei (suara tuhan) dengan teori Penjelajahan singkat tentang later
teokrasinya menjadi vox populi (suara rakyat) belakang munculnya konstitusi yang berkaitan
dengan teori demokrasinya yang sering dengan teori perjanjian masyarakat kemudian
dlsetarakan melalui ungkapan voxpopuli, vox memberi arti bahwa konstitusi merupakan

^Dapat dibacamisalnya di dalam Deliar Noer. 1998. PemikiranPolitikdlNegariBarat. Get. III. Bandung;
Mizan. Him. 101-115.
''Ibid.
^Lihatdalam Naoki Kobayashi. "Different Concepts of Modern Constitution." Dalam Senshu Hongaku
Ronshu. 39 (Bassatsu). 1984.Him. 1-31.

12 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moll. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

aturan dasar ketatanegaraan yang dibuat oleh Dengan demikian dapat dikenali dengan
masyarakat guna memberikan arah dalam mudah bahwa konstitusionalisme, minimal
penyelenggaraan pemerintahan negara. mencakup duahal yang sangatesensial yakni:
Konstitusi merupakan realisasi dari demokrasi Pertama, konsepsi negara hukum yang
yang berisi kesepakatan tentang pembatasan menyatakan bahwa secara universal
kekuasaan negara oleh rakyat dan bukan kewibawaan hukum haruslah mengatasi
sebaliknya, kebebasan ditentukan oleh kekuasaan pemerintah yang berarti pula
penguasa. bahwa hukum harus mampu mengontroi dan
Sebenarnya sangat banyak pakar yang mengendalikan politik; Kedua, konsepsi hak-
memberikan pandangan iimiahnya tentang hak sipil warga negara yang menggariskan
konstitusi, namun esensinya sama. CF Strong adanya kebebasan warga negara di bawah
James Bryace dan Henc Marseveen jaminan konstitusi sekaligus adanya
misainya,®® mengatakan bahwa konstitusi pembatasan kekuasaan negara yang dasar
merupakan ketentuan yang memberikan legitimasinya hanya dapat diperoleh dari
pengaturan dan menentukan fungsi bagi konstitusi.^® impiementasi atas muatan
iembaga-iembaga negara agar tidak terjadi konstitusionalisme tersebut harus melahirkan
pelanggaran atas HAM. CF Strong dalam pemerintahan yang memiliki ciri-ciri sebagai
kaitan ini mengatakan bahwa elemen penting berikut:
daiam konstitusi adalah "howthe varies agen 1. Kekuasaan publik hanya dapat
cies are organized, what power is to be dilegitimasi menunit ketentuan konstitusi.
enthrusted to those agencies" dan "in manner 2. Pe/a/fsanaan kedaulatan rakyat (melalui
suchas power isto be exercised"}^ Pakar lain perwakilan) harus digunakan berdasar
seperti Loewenstein, Herman Finer dan prinsip "universal andequal suffrage" yang
Friedrich mengatakan bahwa konstitusi disertai dengan pengangkatan pejabat
merupakan sarana pengendalian kekuasaan. eksekutif melalui pemilihan yang
sedangkan KG Wheare, pakar yang banyak demokratis.
dirujuk daiam studi tentang konstitusi, 3. Pemisahan atas pembagian kekuasaan
mengatakan bahwa "constitution is used to yang disertai dengan batas-batas
describe the whole system ofgoverment ofa wewenang masing-masing pemegang
country, the collection of rule which establish kekuasaan.
and regulate or govern the goverment^^

®®Konsorsium Reformasi hukum Nasiona! (Tim). "Konstitusi yang Ideal, Suatu Kajian Kritis terhadap Konstitusi."
Makaiah untuk lokakarya Konstitusionalisme untuk Kedaulatan Rakyat yang diselenggarakan oleh
Konsorsium Reformasi Hukum Naslonal (KRHN). Surabaya tanggal 15-16 Oktober 1998.
^CF Strong. 1952. "Modern. Political Constitutions." An Introduction to the Comparaf/Ve Study of
Their History andExisting Form. London: SidgwickS Jackson Ltd. 1952.
Where. 1951. Modern Consfrtudons. London: Oxford University Press. 1951.
^Soetandyo Wignyosoebroto.°Konsdfus/. "Loc. Cit.

13
4. Kekuasaan kehakiman yangmandiriyang memeluk agama dan beribadah. Pewadahan
dapat menegakkan hukum dan keadilan gagasan tentang perlindungan hak-hak rakyat
baik terhadap rakyat maupun terhadap di dalam UUD 1945 lebih merupakan
penguasa. pewadahan atas gagasan Hak Asasi Warga
5. Adanya sistemkontrolterhadap militerdan Negara (HAW) yang sebenarnya merupakan
kepolisian untukmenegakkan hukum dan penerimaan yang sifatnya partikularistik atas
menghormati hak-hak rakyat. HAM. Istilah HAM partikularistik biasanya
6. Adanya jaminan perlindungan atas diartikan sebagai HAM yang penerimaannya
HAM.^^ dan peiaksanaannya harus disesuaikan
dengan kondisi khusus Indonesia, bukan
diterima begitu saja sebagai konsep yangslap
Pewadahan di dalam Konstitusi Indonesia
pakai. Bahkan dikatakan bahwa aiinea
Untuk mencari jawaban dari sudut politik pertama Pembukaan UUD 1945 yang
hukum atas masalah-masalah peianggaran menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak
HAM yang secara massif sering muncul di segala bangsa masih dapat dinilai
Indonesia, maka perlu dilihat respon atau partikularistik karena pernyataan itu hanya
pewadahan konstitusi Indonesia atas pesan dijadikan alasan untuk kemerdekaan bagi
socio-legal dan kulturai serta cakupan esensial bangsa Indonesia^^ dan bukan dukungan atas
mengenai konstitusionaiisme. gagasan HAM yang universal, pasal-pasal lain
Kenyataan bahwa peianggaran HAM yang selama ini dianggap sebagai jaminan
banyak terjadi secara besar-besaran terutama perlindungan bagi HAM seperti Pasal 27 dan
selama masa berlakunya UUD 1945 telah Pasal 28 UUD 1945 sebenarnya lebih
menimbulkan pertanyaan tentang sikap merupakan pengakuan atas hak asasi warga
konstitusi tersebut atas HAM. Ada yang negara (HAW) yang partikularistik. Itu pun
berpendapat bahwa UUD 1945 sebenarnya dalam konstitusi masih dikatakan (akan) diatur
tidak banyak memberi perhatian pada HAM. dengan Undang-undang yang berarti
Bahkan ada yang mengatakan bahwa UUD meietakkan konstitusi sebagai fungsi residu
'1945 tidak berbicara apapun tentang HAM^° HAW dari kekuasaan negara.
kecuaii daiam dua hal yakni siia kedua Meskipun dalam pengertian sehari-hari
Pancasila yang meietakkan prinsip tampaknya tidak banyak dipersoalkan, tetapi
"kemanusiaan yang adi! dan beradab" dan secara akademis sebenarnya ada perbedaan
Pasal 29 UUD'1945 yang menderivasikan antara HAM dan HAW sebab jika HAM
prinsip kemerdekaan tiap penduduk untuk mendasarkan diri pada paham bahwa secara

^ Bambang Widjoyanto. "Reformasi Konstitusi, Sebuah Keniscayaan." Dalam tabloid OBWK 9 Oktober
1998.
*°Soetandyo Wignyosoebroto. "Hak*hak " Loc. Cit.
^Ibid. Juga dalam Moh. mahfud MD. "UU Politik, Keormasan dan Instrumentasi HakAzasi Manusia."
Dalam JurnalHukum No. ^0No\. 5/1998.

14 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

kodrati manusia Itu mempunyai hak-hak layak. sedangkan Pasal 31 menyatakan bahwa
bawaan yang tidak dapat dipindahkan atau tiap-tlap warga negara berhak mendapat
diambil oleh siapapun. maka HAW hanya pengajaran. Pasal-pasai lain yang terkait
mungkin diperoleh jika seseorang menjadi dengan HAW seperti hak untuk berserikat dan
warga dari suatu negara. Sementara itu menyatakan pendapat (Pasal 28) tidak secara
menurut Pasal 26 UUD 1945 status eksplisit disebut sebagai hak warga negara
kewarganegaraan hanya dapatdiperoleh oleh melainkan dinyatakan akan diaturdengan UU.
seseorang setelah memenuhi syarat-syarat Formulas! konstitusi yang partikularistik
yang ditentukan oleh undang-undang. dan secara eksplisit menyerahkan hal-hal
sedangkan undang-undang itu sendiri penting dalam bidang HAM (HAW) untuk diatur
menurut UUD 1945(seperti yang diatur dalam dengan undang-undang dalam kenyataannya
Pasal 5 dan Pasal 21) dibentuk oleh Presiden telah menimbulkan masalah besar bagi
dengan persetujuan DPR/^ Jadi jika dirunut bangsa Indonesia. Melalui sistem politik ex-
dari Pasal 26 tentang kewarganegaraan dan ecuf/Vebeaiyyangjugadianutoleh UUD 1945
Pasal 5 serta Pasal 21 UUD 1945 tentang hak pemerintah telah melakukan pembatasan
pembuatan UU maka HAW Itu bukan hak secara ketat atas penggunaan HAM di Indo
kodrati (bawaan) tetapi hak yang diberikan nesia dengan menggunakan atribusi dan
oleh pemerintah melalui UU. Ini jelas tidak deiegasi kewenangan yangdimilikinya. Ketika
sejalan dengan maksud atau filosofi membuat UU untuk merealisasikan pesan-
sebagaimana digambarkan dari jeiajah socio- pesan tentang HAM atau HAW itu ternyata
legal dan kultural yang menyebutkan bahwa pemerintah telah membuka pintu bagi
konstitusionalisme justru bermaksud terjadinya pelanggaran HAM itu sendiri. Hal
menyisakan hak-hak dasar manusia yang itu tampak misalnya dari UU tentang Pokok-
dapat diberikan kepada pemerintah dan bukan pokok Pers yang membelenggu kebebasan
menyisakan kekuasaan pemerintah yang pers melalui ancaman pemberangusan, UU
dapat diberikan kepada rakyat. Kepartaian (Parpol dan Golkar) yang hanya
Reduksi gagasan dari HAM menjadi HAW membatasi orsospol tertentu yang bisa
itu pun menurut Soetandyo, cakupannya mengikuti kontestan politik serta tidak
temyata masih tidak memadai karena hanya membuka pintu bagi gumpalan aspirasi baru,
ada dua pasal di dalam UUD 1945 yang tentang Pemilu yang sangat konservatif dalan
secara eksplisit berbicara tentang HAW yakni membuka peluang teijadinya kecurangan oleh
Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 31. Pasal 27 ayat pemerintah dalam rantai-rantai proses
(2) menyatakan bahwatiap-tlap warga negara pelaksanaannya/^ UU tentang MPR/DPR/
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang DPRD yang membuka peluang bagi

*'Pasal5 dan Pasal 21 UUD 1945telahdlamandemendan diubahmelalui Perubahan Pertama UUD 1945
pada sidang Umum MPR tahun 1999 tetapi perubahannya lebih bersifat semantik, tidak substantif.
*^Lihat dalam Moh. Mahfud MD. 1998. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: LP3ES. Juga dalam
Syamsuddin Haris dkk. Op.C/L Him. 177-182.

15
pemerintah untuk melakukan intervensi, 1945 tentang hak asasi manusia cenderung
screening dan recall (oleh pimpinan orsospol) partikularistik dan membuka peluang bagi
sehingga wakil rakyat yang boieh ada di terjadlnya dominasi (dan reduksl oleh) negara
parlemen hanya mereka yang diyakini sejalan daiam pelaksanaannya dapat dipahami dari
dengan kehendak politik pemerintah/^ UU sejarah rumusan UUD 1945 oleh para pendiri
tentang keormasan yang selain membelenggu negara {founding fathers) yang ketika itu
dengan asas tunggal juga membuka peluang bergabung dalam Badan Penyidlk Usaha-
bag! pemerintah untuk melakukan kooptasi, usaha Perslapan Kemerdekaan Indonesia
sehingga semua ormas menjadi bagian dari (BPUPKl), sebuah panltia perancang
jaringan korporatisme negara dan sebagainya. konstitusi yang dibentuk atas usaha dan
Dengandemikian jikaformulasi UUD1945 anjuran pemerintah penjajahan Jepang untuk
tentang HAM dan HAW dikaitkan dengan menyongsong kemerdekaan Indonesia yang
teijadinya berbagai pelanggaran HAM maka ketika Itu dijanjikan akan segera diberikan oleh
tampak bahwa selain dllakukan dengan pemerintah Jepang." Pemahaman dan
terang-terangan secara meianggar hukum sejarah perumusan atas kalimat-kallmat
pelanggaran HAM Itu juga dllakukan melalul konstitusi Ini panting karena dl sana dapat
prosedur yang secara "formalltas" benar diketahul berbagai pemikiran yang mendasar
karena untuk berbagai pelanggaran HAM Itu konstitusi bahkan juga segala kondisi dan
telah dibuatkan UU leblh dulu untuk konflik yang melahlrkan konstitusi tersebut,
membenarkannya. Pertanyaannya yang seperti yang dikatakan oleh Corwin dan
kemudian timbul menyusul jawaban atas Peltason:
pertanyaan sebelumnya iaiah mengapa para
"By placing the constitution in the context
pendiri negara {founding fathers) yang
of history, we can come learn of the
menyusun UUD 1945 ini membuat formulasi conditions and conflict that produced It
yang banyak membuka peluang bagi
and. continued give it mean/ng""
terjadlnya pelanggaran HAM.
Ketika Itu rumusan konstitusi tentang HAM
memang merupakan hasll kompromi dari dua
Kompromi Para Pendiri Negara pendapat yang berialnan yaknl Soekamo dan
Pertanyaan tentang mengapa formulasi Soepomo pada satu pihak serta Hatta dan
atau politik hukum yang digaiiskan oleh UUD Yamin pada plhak lain." Soekarno dan

"Lihatkemball Syamsuddin Harls seperti disinggung dalam catatan kaki nomor 20.
*®Tentang Ini dapat dilihal misalnya dalam Gerge Mc Truman Kahln. 1952. Wa(fona//sme Revolution In
Indonesia. NewYork: Cornel! University Press, lUiaca. 1952,
^Edward S Convin dan JW Peltason. 1967. Understanding the Consf/fut/on. New York, Chicago,
San Fransisco, Toronto, London: Rinehartand Wilson Inc. Him. 1.
*'Buku yang sering menjadi rujukan utama tentang sejarah perumusan konstitusi di Indonesia adalah karya
Muhammad Yamln. Naskah Perslapan Undang UndangDasar1945. Cet. IJIIId I. Yayasan PenerbitSiguntang.
1959. Him. 287-306.

16 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL. 7. AGUSTUS 2000: 1 • 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

Soepomo menolak masuknya ketentuan meskipun sebenarnya kita ingin sekaii


tentang HAM di dalam konstitusi karena memasukkan..
menurut mereka Indonesia akan dibangun
Menumt Soepomotidak periu memasukkan
berdasar paham negara kekeluargaan dan
pasal-pasal tentang Hak Asasi ke dalam
bukan negara yang didasarkan pada
Undang-Undang Dasar karena telah dipilih
indlvidualisme, sedangkan Hatta dan Yamin
untuk mendlrikan negara yang berkedaulatan
mengusuikan dimasukkannya ketentuan HAM
rakyat.50 Jadi bagi Soekarno dan Soepomo
di dalam konstitusi guna menghindari
pencantuman pasal-pasal hak asasI manusia
penyalahgunaan kekuasaan yang melanggar
didalam undang undang dasar akanbedawanan
hak-hak rakyat oleh para penyelenggara
dengan kehendak membangun keadilan
negara. Di depan Sidang BPUPKI Soekarno
sosial dan kedaulatan rakyat.
mengemukakan alasannya dengan tegas
Tetapi berbeda dengan itu dua anggota
ketika mengatakan:
BPUPKI yang juga sangat menonjol. Hatta dan
" buanglah sama sekaii paham Yamin. justru meminta agar di dalam undang
indlvidualisme itu, janganiah dimasukkan undang dasar dimasukkan pasal-pasal tentang
ke dalam undang undang dasar kita yang hakasasi agar rakyattidak takut mengelurkan
dinamakan 'rights of the citizen' sebagai pendapatnya. Hatta mengatakan:
yang dianjurkan oleh republik Perancis itu
"...ada baiknya dalam salah satu pasal
adanya, kita menghendaki keadllan
yang mengenai warga negara disebutkan
sosia^
juga di sebelah hak yang sudah diberikan
Dari pernyataan Itu tampak bahwa kepadanya misalnya tiap-tiap warga
Soekarno tidak menghendaki masuknya HAM negara jangan takut mengeluarkan
ke dalam konstitusi seperti yang ada di suaranya..."^^
Perancis karena 'right of citizen' tidak bisa
diterima di negara yang hendak membangun Yamin memberi penegasan juga ketika
keadilan sosial di kalangan rakyatnya. mengemukakan bahwa:
Soepomo memperkuat apa yang
"... supaya aturan kemerdekaan warga
dikemukakakan oleh Soekarno itu ketika
negaradimasukkan dalam Undang Undang
menyatakan bahwa:
Dasar seluas-luasnya. Saya menolak
"... dalam undang undangdasar kita tidak segala alasan-alasan yang dimajukan
bisa memasukkan pasal-pasal yang tidak untuk tidak memasukkannya..."^^
berdasarkan aliran kekeluargaan,

«/b/d.
"/b/d.
^Ibld.
^Hbid.
«/b/d.

17
Perdebatan itu kemudian melahirkan itusendiri.Danmemangdarisudut"formaiitas
kompromi yakni dimasukkannya beberapa prosedural" yang ditentukan oleh konstitusi
pasal tentang HAM tetapi dengan nuansa pembuatan berbagai undang undang itu sah
partikularistik dalam arti lebih ditujukan pada tetapi yang menjadi persoalan adalah
keperluan spesifik warga negara Indonesia esensinya yang temyatabertentangan dengan
dan dengan formulasi yang memberi ajaran konstltusionalisme.
kekuasaan pengaturan oleh negara melalui Sebenarnya pembuatan berbagai UU
undang undang. tentang HAM itu tidaklah terialu menjadi
Dari peneiusuran sejarah mengenai masalah dan tidak akan berbenturan dengan
prinsip dan konsepsi HAM dengan segala maksud substansial konstltusionalisme
perkembangannya di dalam pemikiran politlk seandainya sistem politik yang melahirkannya
serta dari pewadahan konstitusi Indonesia, adalah sistem yang demokratis. Tetapi
UUD1945, ternyata bahwa pelanggaran HAM persoalannya adalah UUD 1945 itu sendiri
itu dllakukan melalui poiitik hukum yang yang tidak mampu melahirkan sistem politik
digariskan oleh UUD 1945 tentang HAM yang dan pemerintahan yang demokratis karena
merupakan hasil komprorni antara yang memang meletakkan dasar bag! sistem yang
menerima dan yang menolak masuknya executive heavy, suatu sistem yang
konsepsi HAM. Penerimaan dan formulasi meletakkan porsi kekuasaan terbesar di
yangkompromistelahmembukapeluangbagi tangan Presiden." UUD 1945 tidk
pemerintah (yang dalam praktiknya sangat menyediakan mekanisme yang ketat tentang
dominan) untuk membuat dan mengatur keseimbangan kekuatan untuk saling
berbagai masalah HAM dengan UU. terutama mengawasi (chek and balances) antara
yang berkaitan dengan Pasal 28 tentang lembaga-iembaga negara yang dibentuk
kemerdekaan berserikat, berkumpui dan sehingga Presiden ^senantiasa dapat
menyatakan pendapat. Dalam kenyataannya meiakukan akumulasi atas kekuasaannya
pemerintah memang banyak membuat UU secara terus menerus. Pada era Orde Baru
yang menyangkut HAM yang membuka pintu Presiden yang secara yuridis konstitusionai
dan berisi pembenaran bagi pemerintah untuk merupakan separuh dari kekuasaan legisiatif
meiakukan pelanggaran-pelanggaran atas secara praktis menjadi penentu seluruh proses
HAM itu sendiri seperti UU yang berkaitan legislasi karena dengan kekuatan polibknya
dengan pers, keormasan, kepartaian, pemilu Presiden telah memformat DPR sehingga
dan lembaga perwakilan. Pihak pemerintah terdiri dari anggota-anggota yang harus selalu
selaiu beralasan bahwa semua UU itu telah mendukungnya. Bahkan secara praktis
dibuat secara benar dan konstitusionai sebab sebenarnya Presiden telah menjadi kepaia
pembuatannya didasarkan pada atribusi legisiatif karena sebuahprodukRUU baru bisa
kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945 sah dan beriaku kalau sudah ditandatangani

"Moh. Mahfud MD. Amandemen.... Loc. Cit.

18 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL. 7. AGUSTUS 2000:1 -30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

dan diundangkan oleh Presiden. Melalui sehingga hukum ditempatkan sebagai alat
kekuatan politik dan atribusi dari UUD 1945 justifikasi dengan watak "positivist-
pula Presiden membuat berbagai UU yang instrumentalistik". Hukum yang berwatak
menyebabkan lembaga-lembaga negara di positivist-instrumentalistik adalah hukum
luarpresiden menjadi lumpuh jika berhadapan yangdijadikan instrumen untuk membenarkan
dengan Presiden. apa yang akan atau telah dilakukan oleh
penguasa.^^ Dengan sendirinya legitlmasi
yang dimiliki pemerintah dalam
Pergeseran Konsep Negara Hukum
menyelenggarakan kekuasaan juga lebih
Kenyataan bahwa tindakan-tindakan merupakan legitlmasi formal atau legltimsi
pemerintah yang melanggar prinsip yang penuh kontradiksi-kontradiksi. Berbagai
konstitusionalisme, terutama melanggar HAM, pelanggaran dan kontradiksi di Indonesia
selalu bisa dibenarkan secara formal menjadi nisoaya karena di dalam rezim yang
konstitusional karena diberi baju hukum legitimasinya hanya sekedar formalitas memang
berupa UU atau peraturan perundang penuh dengan kontradiksi dan membuka
undangan lainnya telah menyebabkan peluang bagi terjadinya berbagai krisis.^^
terjadinya pergeseran prinsip dan konsesi dari Selain itu meskipun negara Indonesia
negara hukum menjadi negara undang- telah memiliki konstitusi yang dalam bentuk
undang. Inilah yang banyak terjadi di Indone tertuiisnya adalah UUD 1945, tetapi rekaman
sia, yakni berubahnya negara hukum menjadi sejarah perjalanan politik dan hukum telah
negara undang-undang yang meietakkan memancing timbulnya pertanyaan tentahg ada
undang-undang yang dibuat oleh pemerintah atau tidaknya pemerintahan konstitusional di
sebagai ukuran kebenaran. Di dalam negara Indonesia. Pertanyaan semacam ini timbui
undang undang yang seperti ini ukuran-ukuran karena dalam artinya yang benar
kebenaran bukan lag! rasa keadilan dan pemerintahan yang konstitusional itu bukan
kepatutan dengan sukma etika yang tinggi hanya pemerintahan yang didasarkan pada
melainkan kalimat-kalimat undang-undang konstitusi atau bukan diukur dari ada atau
yang pembuatannya dilakukan melalui tidaknya konstitusi di negara yang
rekayasa bagi kepentingan pemerintah. Di bersangkutan melainkan pertama-tama harus
dalam negara undang undang yang sepertr diukur dari ada atau tidaknya esensi
Ini setiap tindakan pemerintah yang tidak adii konstitusionalisme di dalam konstitusi atau
diberi pembenaran dengan pembuatan UU undang-undang dasar yang dipergunakan,
melalui penggunaan atribusi kewenangan, untuk kemudian diukur lagi implementasinya

"Moh. Mahfud MD. Hukum dan... Loc. Cit. Lihat juga dalam John Henry Marrymann 1969. The Civil
Law Tradition. Califomia: Stanford University Press.
"Lihat dalam Mutiah Alagappa. 1995. PoHticai Legitimacy inSoutheast Asia, the Quest formorai
Authority.California: Stanford University Press.

19
didalam praktik pemerintahan. Pemerintahan konstitusional, tetapi karena UUD ini tidak
Konstitusional adalah pemerintahan di suatu mengelaborasi konstitusionalisme secara
negara yang memiliki konstltusi yang balk dan ketat dan mudah dimanipuiasi melalui
pemerintahnya melaksanakan konstltusi yang formalitas-formalitas. maka yang akan muncul
balk itu di dalam praktik pemerlntahannya. bukanlah pemerintahan konstitusional.
Suatu pemerintahan yang berdasarkan pada
konstitusi tetapi konstitusinya tidak memuat Penggarisan Politik Hukum Indonesia
esensi konstitusionalisme, dalam arti tidak
memberi jaminan yang sungguh-sungguh Gerakan reformasi yang berhasil
atas perlindungan HAM melalui distribusi menjatuhkan rezim Orde Baru sebenarnya
kekuasaan yang seimbang dan demokratis didorong oleh keinginan pengalaman dimana
bukanlah pemerintahan konstitusional.®® pemerintahan kita tidak demokratis dan penuh
Suatu negara yang memiliki undang undang dengan kompsi, kolusi, dan nepotisdme (KKN)
dasar tetapi undang undang dasar tersebut serta penuh dengan pelanggaran HAM.
membuka peluang bagi terjadinya sistem politik Pelanggaran itu biasanya dilakukan dengan
yang tidak demokratis melalui penafsiran- memberi baju hukum lebih dulu sehingga
penafsiran sepihak oleh penguasa bukanlah secara formal tidak dapat disalahkan, sebab
pemerintahan yang konstitusional. Jadi pemberian baju hukum itu sendiri dilakukan
meskipun pemerintahan itutelah dilaksanakan dengan menggunakan kewenangan yang
sesuai dengan konstitusi yang ada, tetapi jika diberikan oleh UUD 1945. Yang dilakukan
konstitusi yang ada itu tidak sejalan dengan dalam konteks in! adalah memanipulasi
konstitusionalisme, maka pemerintahan itu kewenangan yang diberikan UUD. Itulah
bukanlah pemerintahan konstitusional. sebabnya reformasi konstitusi yang dalam
Dengan demikian, negara yang secara resmi bahasa populernya disebut sebagai
memiliki konstitusi belum tentu melahirkan amandemen atas UUD 1945 dijadikan
pemerintahan yang konstitusional." sebagai salah satu dari agenda reformasi
Dalam konteks inilah dilihat bahwa di menuju Indonesia baru di samping agenda-
bawah UUD 1945 pemerintah konstitusional agenda lainnya seperti pengadilan atas KKN,
tidak muncul dengan balk sebab selama perubahan UU bidang politik, pencabutan
berlakunya UUD 1945 pemerintahan yang dwifungsi militer, otonomi daerah yang seluas-
demokratis tidak muncul dan pelanggaran luasnya, dan Iain-lain yang dari sudut formal
HAM terjadi secara massif. Memang benar sebagian di antaranya telah mulai direalisasikan.
bahwa dengan adanya UUD 1945 berarti Berkaitan dengan pelanggaran HAM
Indonesia secara formal adalah negara maka amandemen UUD 1945 yang kini terus

®®Adnan Buyung Nasution. 1992. The Aspiration for Constitusional Government in Indonesia, a
Socio-Legal Study of(he Indonesian Konstituante 1956-1959. Jakarta: Puslaka Sinar Harapan. Him. 118.
"Demokrasi yang seperti ini juga disebut sebagai demokrasi formal atau demokrasi normtif yang biasanya
tidak selalu sama dengan demokrasi empirisnya. Lihatjuga dalam Afan Gaffar. Op. Cit. Him. 3.

20 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

berproses untuk tahap berikutnya®® sangat Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka


penting karena seperti terlihat dari uraian penggarisan politik hukum HAM di Indonesia
diatas penyebabterjadinya pelanggaran HAM perlu dibedakan kedalam agenda kerja jangka
itu adalah sistem politik yang tidak demokratis panjang dan jangka pendek.
sedangkan sistem yang tidak demokratis itu
dibangun oleh penguasa dengan menggunakan
Politik Jangka Panjang
aiasan-aiasan yang diambil dari DUD 1945
sendiri bahkan sering dikatakan justru untuk Seperti telah dikemukakan di atas, oleh
meiaksanakan pesan UUD 1945. karena pelanggaran HAM berat leblh banyak
Meskipun demikian pembicaraan tentang disebabkan oleh sistem politik yang tidak
politik hukum dalam penegakan HAM pada demokratis yang dibangun dengan
saat ini tidak dapat mencukupkan diri pada menggunakan alasan-alasan UUD 1945
politik hukum dalam kaltan dengan maka untuk jangka panjang politik hukum HAM
amandemen UUD 1945 semata karena di harus memberi landasan konstitusional bagi
depan ada masalah kongkrit yang harus keharusan munculnya sistem politik yang
diselesaikan juga dalam waktu pendek. Di demokratis melalul perubahan atau
depan kita ada tumpukan kasus yang harus amandemen atas UUD 1945. Amandemen
segera diselesaikanseperti kasus pelanggaran disini diartikan sebagai perubahan dalam arti
HAM diTanjung priok yang masih memancing yang umum, bukan dalam arti khusus seperti
timbulnya aksi kekerasan, kasus pelanggaran di Amerika Serikat yang mengartikan
HAM di Aceh. dan sebagalnya. pelaksanaan amandemen sebagai perubahan untuk satu
agenda reformasi dalam politik hukum HAM pasal, sehingga setiap perubahan atas pasal
dan bidang. lainnya ke depan akan sangat tertentu dibuatkan amandemen (lamplran)
dipengaruhi oleh penyelesaian atas kasus konstitusi sendiri. Pengertian umum in! perlu
pelanggaran HAM dan dalam bidang lainnya dikemukakan agar tidak selalu terjebak pada
ke depan akan sangat dipengaruhi oleh perubahan tentang istilah yang ada di dalam
penyelesaian atas kasus pelanggaran HAM teori atau ada di negara tertentu, sebab kita
beratdan berbagai KKN di masa lalu yang kini pun berhak mengikuti atau tidak mengikuti arti
sedang ditangani oleh pemerintah melaiui tertentu yang berlaku di dalam teori atau di
pergulatan yang sangat sengit. . suatu negara atau memberi arti tersendiri bagi
isitilah-istilah yang memiliki banyak arti.®®

®®Tahap yang pertama telah diiakukan pada Sidang Umum tahun 1999 sedangkan tahap berikutnya
dilakukan pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000. Perbaikan secarabertahap tampaknya akan dan terus
diiakukan.
®®Di dalam wacana adakalanya masih dipersoalkan penggunaan amandemen dengan merujuk pada apa
yang berlaku di Amerika Serikat. Sebenarnya suatu program hukum Itu tidak harus mengikuti arti di dalam teori
atau di negara tertentu, sebabsetiap produk hukum yang disahkan oleh lembaga yang berwenang itu sudah
berlaku sebagai hukum tanpa harus dipersoalkan apa dasar teorinya dan sesuai dengan yang berlaku di
negaralain.

21
Dalam pengertian yang seperti ini kita residu kekuasaan seperti yang terjadi selama
bersyukurbahwasakralisasi, bahkan (meminjam ini. Ini berarti atribusi dan delegasi kewenangan
istilah Syafi'i Ma'arif pemberhalaan, atas DUD kepada pemerintah untuk membuat lagi UU
1945 telah dapat di hilangkan oleh gejolak atau peraturan perundang-undangan lainnya
gerakan reformasi sehingga Sidang Umum yang berkaitan dengan HAM harus sangat
MPR tahun 1999 telah berhasii membuat dibatasi. UUD yang diamandemen nanti
perubahan pertama DUD 1945 yang sedapat mungkin mengakomodasi sikap
menyangkut sembilan pasaP° dan Sidang resmi tentang penerimaan atas konvensi-
Tahunan MPR 2000 telah berhasii membuat konvensi internasional tentang HAM atau
perubahan kedua. memberi dorongan yang tegas bagi upaya
Secara substansial, jika dikaltkan dengan untuk meratifikasi berbagai konvensi
konstitusionallsme, maka perubahan pertama tersebut.®^ Hanya saja agak disayangkan
UUD 1945 dapat diartikan belum berarti bahwa momentum untuk melakukan
banyak bahkan untuk hal-hal yang sebenamya perubahan secara baik melalui Sidang
penting leblh merupakan perubahan sematik. Tahunan MPR 2000 telah dilewatkan oleh
Tetapl yang sangat penting dari perubahan MPR, terbukti selain menawarkan rancangan
pertama itu bukan isinya melainkan terjadinya amandemen (perubahan kedua) yang
perubahan itu sendiri, sebab dengan konstruksinya agak kacau, Sidang Tahunan
runtuhnya sakralisasi dan pemberhalaan juga tidak mampu menyelesaikan masalah-
maka perubahan-perubahan berikutnya yang masalah mendasar yang sebenamya telah
lebih bermakna substansial dapat leblh mudah diagendakan untuk dibahas seperti tentang
dilakukan. MPR, pemilihan Presiden, Mahkamah
Seharusnya untuk tahap-tahap perubahan Konstltusi, dan sebagainya. Ini terjadi karena
berikutnya perubahan UUD kita mengarah banyak anggota MPR yang tidak mampu
pada elaborasi konstitusionallsme secara ketat mensteriikan dirinya dari kepentingan politik
dengan membuat distribusi dan pembatasan sesaat padahal setiap pembaruan konstitusi
kekuasaan secara seimbang utuk setiap haruslah diproyeksikan untuk jangka panjang
lembaga negara yang disertal mekanisme bagi kepentingan negara dan bangsa secara
checks and baiances. Pembatasan kekuasan keseluruhan.
harus tegas mencakup lingkup urusan dan Dalam kaitan dengan proses perubahan
batas waktu, sedangkan formulasi tentang yang sungguh-sungguh serta masih
perlindungan HAM harus menutup pintu bagi terbukanya peiuang bagi amandemen untuk
dilakukannya pembalikan dari kekuasaan dua tahun mendatang maka ada baiknya
sebagal residu HAM menjadi HAM sebagai dipertimbangkan keputusan Forum Rembuk

®°Pasal-pasal yangtelahdiamandemen adalah Pasal5,7,9,13,14,15.17,20, dan21.


®^Salah satu persoalan yang juga muncul dalam politik hukum tentang HAM adalah lambatnya negara kita
meratifikasi berbagai konvensi Internasional tentang HAM. Kontroversi tentang HAM universal dan HAM
parfkularistik atau konsepsi HAM generasi pertama dan generasi kedua tampaknya masih persoalan.

22 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000:1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

Nasional (FRN) yang berakhir awal Juli 2000 tentang prosedurai ini tetap bisa dipenuhi
di Denpasar yang mengusulkan dibentuknya asaikan ada tahap akhir pengesahan hasil
Dewan Perancang Konstitusi. Usul in! kerja komisi itu tetap dilakukan MPR. JadI
menghendaki agar perubahan UUD tidak komisi ini hanya menyiapkan rancangan
dlmonopoli oleh MPR melainkan diberikan perubahan agar prosesnya strii dari
pada satu komite yang netral dan steril dari kepentingan-kepentingan poitik yang sempit
kepentingan-kepentingan politik sesaat serta dan hasiinya sesuai dengan kebutuhan
terdiri dari para ahii yang memllikl integrltas objektif negara dan bangsa Indonesia yang
daiam bidangnya. Gagasan tentang sebuah inging menyongsong masa depannya secara
komisi yang netrai ini sangat penting karena lebih baik."
ada tengarai, sedikitnya kekhawatiran. bahwa Oieh karena MPR teiah menetapkan untuk
MPR tidak sungguh-sungguh memperhatikan meianjutkan dan menyeiesaikan masalah-
aspirasi masyarakat tentang arah dan materi masalah mendasar yang masih tersisa dari
perubahan itu.Tengarai atau kekhawatiran proses amandemen maka ada balknya Badan
seperti ini wajar karena pendapat para ahli Pekerja MPR segera membentuk sebuah
yang diundang ke MPR maupun yang digaii komisi negara yang diserahi tugas untuk
oleh Panitia Ad Hoc MPR meiaiui kunjungan menyiapkan rancangan amandemen yang
kerja dan seminar-seminar tampaknya harus komprehensif, objektif, dan steril dari
berhadapan dengan kepentingan-kepetingan kepentingan-kepentingan politik sesaat. Hasii
politik jangka pendekdidalam MPR. sehingga kerja komisi tersebut nantinya diserahkan
banyak di antaranya yang tidak diserap atau kepada MPR untuk dibahas dan disahkan
diserap berdasarkan kompromi-kompromi." sesuai dengan ketentuan Pasai 37 UUD 1945.
Forum Rembuk Nasinai di Bail menyimpulkan
bahwa sangat berbahaya jika amandemen
Politik Hukum Jangka Panjang
UUD hanya dipercayakan pada MPR.
Memang menurut UUD yang beriaku Untuk kasus-kasus peianggaraan HAM
sekarang ini wewenang untuk mengubah berat yang terjadi di masa lalu dan sekarang.
UUD ada di tangan MPR sehingga adanya sedang membawa kita ke daiam sebuah
sebuah Dewan Perancang Konstitusi akan perguiatan berat untuk menyeiesaikannya
tidak sesuai dengan proseduryang ditentukan harusiah segera diselesaikan dengan piiihan
oleh konstitusi itu sendiri. Tetapl ketentuan politik hukum yang tegas apakah akan

®2Keputusan Forum Rembuk Nasional yang dikeluarkan tanggal 1 Juli2000 cukup menarik perhatian.
Tetap! sebenamya gagasanini bukan hal baru sebab sebelum itu beberapa pakartelah melontarkannya lebih
dulu seperti dapat dilihat pada Harian Jawa Posedisi, lldan 12 Mei 2000 Him. 2dan berita utama Harian
Kompas tanggal21 Juni2000.
®®Lihat jugadalam Moh. Mahfud MD. "Amandemen 'Kompromi' Setengah Hati" Majalah Forum No. 22,3
September 2000.Him. 62:Juga dalamBagir Manan. "Kabinet Gus Durdan PembaruanUUD". majalah Forum
No. 23.10 September 2000. Him. 63.

23
sungguh diselesaikan secara hukum sampai ketersediaan aturan hukum; kedua, kendala
di pengadilan ataukah akan memberi baju politis yang ditandai oleh adanya kekuatan
hukum bag!proses pemutihan dan rekonsiliasi yang besar untuk menghambat upaya
secara elegan. Pilihan atas kedua altematif penyelesaian melaiui pengadilan.
ini sama-sama mempunyai alasannya baik
secara hukum maupun politik.
1) Kendala Teknis Prosedural
Salah satu aspirasi yang sangat kuat
disuarakan di dalam proses reformasi adalah Secara teknis-prosedural dengan operasi
peradilan atau penyelesaian hukum untuk inteiijen ketika peianggaran HAM berat
kasus-kasuss peianggaran HAM dan KKN dilakukan dengan berlalunya waktu yang
yang terjadi diera Orde Baru. Bahkan aspirasi cukup lama tidak mudah untuk menemukan
ini berhasii didesakkan oleh gerakan bukti-bukti yang kuat untuk membawa kasus-
mahasiswa untuk menjadi bagian penting dari kasus tersebut ke pengadilan. Juga belum
ketetapan-ketetapan Sidang Istimewa MPR dimilikinya perangkap hukum yang cukup
bulan November 1998 meskipun harus tegas bag! upaya penyelesaian kasus
melaiui kekerasan poiitik yang kemudian peianggaran HAM berat sehingga tampak
.dikenal sebagai Peristiwa Semanggi II. Pada agakanehbahwa diprosesnya kasusitu sambil
waktu itu kuat disuarakan agar peianggaran (secara bersamaan) berusaha membuat dan
HAM dan dugaan KKN yang dilakukan oleh menyiapkan aturan hukum yang akan
mantan Presiden Soeharto dan kroni-kroninya digunakan. seperti membuat UU No. 39Tahun
dibawa kepengadilan untuk diselesaikan 1999 tentang Hak Asasi Manusia, membuat
secara hukum. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Namun, sampaisaatini upayapenyelesaian Undang No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan
hukum atas kasus peianggaran HAM dan KKN Hak Asasi Manusia yarig kemudian ditoiak'oleh
di masa iaiu itu dapat dikatakan belum DPR yang sudah mulai dibahas di DPR.
menghasilkan apa-apa, bahkan beium Penyiapan RUU Pengadiian HAM itu sendiri
memiliki konsep tentang arah penyelesaian kemudian menimbuikan masalah hukum
yang jeias dan iebih bersifat sporadis." Dari tersendiri ketika dihadapkan pada pertanyaan
pergulatan yang terjadi selama ini terdapatdua tentang bisa atau tidaknya UU itu nantlnya
kendala utama daiam upaya untuk diberlakukan (secara surut) terhadap kasus
menyelesaikan secara hukum atas yang terjadi sebelum adanya Undang-Undang
peianggaran HAM dan dugaan KKN dimasa itu. Pertanyaan itu muncul berkaitan dengan
lalu: pertama, kendala teknis-prosedural yang azas legaiitas yang menjadi salah satu prinsip
menyangkut pembuktian secara hukum dan dl dalam hukum pidana kita; apalagi perubahan

""Belum ada, Konsep Penyelesaian Kasus HAM." dalam Kompas Cyber Media. Edisi 28 Juni 2000.
Sejauh menyangkut perlunya kepastian konsep dan arah dalam Kasus Orang Hilang dapat dilihat misalnya
pandangan Herman Sulistyo di dalam "Kasus Orang Hilang: Fengungkapan dan Penyelesaian Masalah". Serf
PublikasI No. 1/April 2000. Kantor Negara Urusan HAM Rl. Him. 47-50.

24 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL. 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

kedua UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR kasus-kasus itu segera dibawa ke pengadilan.
2000 memuat Pasal 281 yang dapat saja Prinsip demi kepastian hukum dan demi
ditafsirkan menolak azas retroaktif Azas tegaknya keadilan yang seharusnya djadlkan
retroaktif ayang menawarkan formulasi prinsip yang saling melengkapl kemudian
pembedakukan oleh UU atas kasus masa lalu dijadlkan alat tolak tarIk untuk mencari
kemudian muncul dalam perdebatan publik kemenangan dalam menanganl perkara."
tentang pembedakukan UU Pengadilan HAM Itulah kendala teknis prosedural hukum yang
itu®® yang seumpama pun pdnsipnya dapat dihadapl pada saat Ini dalam upaya
disetujui masih menimbulkan pertanyaan juga penyelesaian kasus pelanggaran HAM dan
tentang bataswaktu jangkauan ke belakang dad KKN yang tefjadi dl masa lalu.
azas retroaktif.
Dalam pada itu terlihat juga bahwa telah 2) Kendala Politis
terjadi tolak tarik dalam proses penyeiidikan Adapun kendalapolitis yangterkalt dengan
dan penyidikan atas kasus-kasus masa lalu upaya tangan-tangan kuatuntuk menghalangi
itu antara prinsip kepastlan hukum dan prinsip proses hukum atas pelanggaran HAM dan
penegakan keadllan. Sulltnya menemukan KKN menjadi jauh leblh serius darlpada
biiktl-buktl formal atas pelanggaran atau persoaian-persoalan teknis prosedural hukum
bahkan adanya buktl formal bahwa sesuatu seperti yang dikemukakan di atas. Kendala
yang dipersoalkan itu telah ada aturan resmi politis Inl pertama-tama dapat dikaitkan
yang membenarkannya telah dijadlkan alasan dengan masih banyaknya pejabat peritihg dl
oleh para penasehat hukum (calon) tersangka birokrasi pemerintahan yang secara langsung
untuk menyatakan tidak adanya pelanggaran maupun tIdak langsung. terkait dengan banyak
hukum dan karenannya, "deml kepastlan pelanggaran yang dilakukan oleh rezim Orde
hukum", kliennnya harus dibebaskan; Baru. Seperti diketahui sistem yang dibangun
sementara tindakan nyata atau akibat darl oleh Orde Baru telah memaksa banyak
berbagal pelanggaraan Itu telah nyata-nyata pejabat masuk dalam jebakan sistem yang,
ada dan dirasakan oleh masyarakat sehlngga mau tIdak mau, meyeretnya terllbat dalam
para pihak yang berseberangan muncul KKN dan pelanggaran atas KKN dan
gumpalan asprasi agar, "demi keadllan", pelanggaran atas HAM. Mereka yang masih

"Pasal 281 Inl menyebutkan bahwa setlap orang berhak untuk tidak dltuntut dengan hukuman yang
diberlakukan secara surut. Perbuatan yang dilakukan sebelum adanya UU yang melarang dan mengancam
dengan hukuman tertentu tidak dapatdihukum dengan UU yang kemudian adaataudiadakan.
"Sebenarnya bisa saja azas retroaktifdiberlakukan asalkan pemberiakuannya ditetapkan dalam satu UU,
sebab asaslegalitas itu merupakan muatan UU (Pasal 1KUH PIdana). Prinslpnya kalau adaIsl UU baru yang
mengubah isl UU lama maka Is! UU baruiah yang berlaku. Selain itu azas retroaktif bisa diberlakukan untuk
melaksanakan perlntah konstitusi dalam menegakkan keadilan.
"Lihat dalam "Ambiguitas OrlentasI Negara Hukum." Dalam Moh. Mahfud MD. Hukum dan Pllar-pilar
Demokrasi. Gama Media dan Ford Foundation. 1999.

25
tersebar di berbagai instansi atau lembaga Upaya blokade atau penghambatan
negara dari tingkat- Pusat sampai Daerah- terhadap upaya penyelesaian hukum atas
daerah ini sangat mungkin tidak suka, bahkan kasus-kasus masa laiu ini bahkan banyak
takut terhadap akibat, setiap upaya proses dipercaya telah muncul dalam bentuknya yang
hukum atas pelanggaran-pelanggaran HAM sangat mengerikan yakni pemicuan
dan KKN di masa laiukarena mereka pun akan kerusuhan dan tindak kekerasan politik yang
terkenagiliran manakala proses hukum benar- sambung menyambung di berbagai tempat di
benar dilaksanakan sebab mereka pun, tanah airsehingga peianggaran HAM secara
mungkin semula tanpa dikehendaki oleh massif dan berat kembali teijadi tanpa dapat
dirinya sendiri dan terpaksa terlibat menjadi dikendali oleh pemerintah atau aparat
bagian dari pelaku peianggaran HAM dan KKN keamanan. Jaksa Agung Marzuki Darusman
di masa laiu. Masih banyaknya aparat dan Mantan Menteri Pertahanan Juwono
penegak hukum dn pejabat lain korup sebagai Sudarsono memberikan konfirmasi atas
warisan Orde Baru diberbagai lembaga pandangan seperti ini. Pada sidang kabinet
negara dan lembaga pemerintahan yang tanggal 3 Juii 2000 laiu, Jaksa Agung
sebenarnya gamang pada upaya mengadili mengatakan bahwa ada korelasi antara
peianggaran HAM dan KKN itu diperkuat oleh berbagai gejoiak dan tindak kekerasan dengan
barisan kroni mantan pejabat korup yang kini pemeriksaan di Kejaksaan Agung.®® terbukti
masih banyak berkeliaran di luar lembaga- selaiu muncul gejoiak di tengah-tengah
lembaga resmi (termasuk mungkin menyusup masyarakat ketika pemeriksaan kasus masa
ke parpol-parpol) tetapi memiliki kekayaan laiu di KejaksaaanAgung semakin intensif dan
yang besar untuk melakukan upaya-upaya mengarah pada figur Soeharto atau kroninya.
penghambatan.Mereka ini dapat menempuh Ketika masih menjabat sebagai Menteri
berbagai carauntuk memblokade setiap upaya Pertahanan Juwono Sudarsono bahkan
penuntasan seara hukum ke pengadilan menyatakan dengan tegas bahwa keiuarga
terutama yang menyangkut mantan Presiden Cendana dan kroni-kroninya terlibat di dalam
Soeharto.®® berbagai kerusuhan karena mereka takut
kalau kasus-kasus peianggaran mereka
diajukan ke pengadilan."

®®Moh. Mahfud Md. "Sidang Tahunan MPR untuk Rekonsiliasi". Dalam harian Pikiran Rakyat. Edlsi 10
Juli2000.
""Ada Korelasi Antara Peningkatan Gejoiak dengan Pemeriksaan di Kejaksaan Agung." Dalam Kompas
Cyber Media. 3Ml2000. . .-nnnn
^^-Soal Kroni Cendana, Bermain Sejak Zaman Habibie". Dalam Tempo Interaktif. Edisi 6Juli 2000.
Pemyataan Menhan Juwono Sudarsono juga banyak dikutip media masse Indonesia tanggal 4dan 5Juli 2000.
26 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30
Moh. Mahfud MD. PoHtik Hukum HakAsasi Manusia di Indonesia

Oleh sebab itu politik hukum terhadap menghadapkan pada pillhan-pllihan pahit
kasus pelanggaran HAM dan KKN di masa yakni kerusuhan dan kekerasan politik proses
lalu untukjangka pendekin! periu mengalkulasi pengadilan itu diteruskan/^ Mesklpun
kemungkinan pemutihan melalui pencarlan pengambilan keputusan ini bertentangan
kebenaran dan rekonsiliasi di luar pengadilan. dengan semangat awal reformasi yang
Gagasan pemutihan berarti menganggap meneriakkan supremasi hukum dan
selesai semua masalah yang. terjadi di masa menghendaki kasus-kasus ini diselesaikan
lalu dan melakukan rekonsiliasi nasional untuk secara hukum di pengadilan, namun solusi
bersama-sama membangun Indonesia ini penting untuk dipertimbangkan.
menyongsong masa depan. Siapa pun yang Penekanannya adalah pemblcaraan tentang
kemudian melakukan pelanggaran lag! kemungkinan pemutihan atau rekonsiiasi ini
setelah dilakukan pemutihan dan rekonsiliasi bukan menjadi wewenang pelaku kejahatan
diancam dengan hukuman yang sangat berat. dan rezim penguasa baru, melainkan menjadi
Tentu saja fakta-fakta dan kebenaran hak pemerintah (dalam arti luas) dari para
terjadinya kasus pelanggaran itu harus korban." bahkan menjadi hak pemerintah
dianggap diungkap lebih dulu berdasar baru, korban pelanggaran, dan elemen-
pengakuan bersalah, penyesalan, dan elemen masyarakat yang nyata-nyata
permintaan maaf tapi dengan jaminan tidak memperjuangkan reformasi. Apabila hal itu
akan diadili. Bersama dengan itu ada disepakati maka sebagai pilihan yang
kesediaan dari pelaku untuk mengembalikan dianggap lebih realistis reallsaslnya harus
kekayaan yang didapatsecara tidak sah serta didahului dengan pemberian baju hukum,
membantu pemerintah dalam memberikan misalnya dengan ketetapan MPR atau dengan
kompensasi, restitusi. dan rehabllitasi atas UU yang menandakan bahwa itu merupakan
korban atau keluarga korban. keputusan rakyat. Karena setiap tindakan
Asumsi yang mendasari politik hukum bentuk menyelamatkan rakyat dan keutuhan
pemutihan yang berintikan rekonsiliasi ini bangsa harus dilakukan oleh negara, maka
adalah kepercayaan bahwa kendala teknis tindakan penyelamatan itu sendiri merupakan
prosedural dan kendala politis akan sangat hukum yang lebih tinggi darihukum yang telah
menyulltkan penyelesaian kasus ini secara ada, asalkan alasan-alasannya bisa diterima
balk. Kendala teknisprosedural hukum seperti oleh rakyat dan bukan merupakan tindakan
yang digambarakan di atas akan menyulitkan sepihak oleh penguasa.
pembuktian dan penerapan perangkat hukum Tetapi apabila pilihan kebijakan seperti
sedangkan kendala politis akan itu ditolak maka pemerintah harus melakukan

^^Mengomentari hiruk pikuk atas pengadilan mantan Presiden Soeharto padaakhir Agustus lalu seorang
pejabat tinggi menggambarkan kospirasi sifat masyarakat atasperadllan tersebut dengan mengatakan bahwa
kira-kira 10% menginginkan Pak Harto diadili dengan tegas, 10% menginginkan agarPakHarto tidak diadili dan
diampuni tanpa syarat, sedangkan yang 80% sisanya lebih sukapenyelesaian secara rekonsiliasi.
"Lihat juga daiam Munir. "Komisi 'kompromi' kebenaran". Dalam majalah Forum. Edisi 25Juni 2000.

27
langkah-langkah radikal dengan melakukan luas) dari para korban. Bahkan menjadi hak
pembersihan atau amputasi terhadap pejabat- pemerintah baru. korban pelanggaran, dan
pejabatwarisan Orde Bam yangdiduga terlibat elemen-elemen masyarakat yang nyata-nyata
KKN dan pelanggaran HAM serta melakukan memperjuangkan reformasi. Apabila hai itu
tindakan tegas terhadap terhadap setiap disepakati maka sebagai pilihan yang
gejala timbulnya kekerasan politik dan dianggap Iebih realistis realisasinya harus
kerusuhan-kerusuhan. Apabila pemerintah didahulul dengan pemberian baju hukum,
masih bersikap setengah-setengah, atau misalnya dengan ketetapan MPR atau dengan
mengatakan akan menyeiesaikan secara UU yang menandakan bahwa itu mempakan
hukum tetapi tidak disertai dengan tindakan keputusan rakyat. Karena dalam adagium yang
yang benar-benar tegas maka kita hanya akan diterima sebagai prinsip hukum yakni sales
berjalan di tempat dan dan tidak bisa populi suprema lex yang berarti keselamatan
melaksanakan agenda reformasi yang lain, rakyat adaiah keselamatan hukum yang
bahkan mungkin akan menerima resiko yang tertinggi, maka setiap tindakan bentuk
jauh iebih pahit yakni timbulnya berbagai penyelamatan rakyat dan keutuhan bangsa
kemsuhan yang terns menems dan ancaman harus dilakukan oleh negara. Sedangkan
disintegrasi yang mengerikan. untuk kebijaksanaan jangka panjang, politik
hukum HAM harus memberi landasan
konstituslonal bagi keharusan munculnya
Simpulan
sistem politik yang demokratis meialui
Peiiknya penanganan bagi penyelesaian pembahan atau amandemen atas UUD 1945
kasus-kasus pelanggaran HAM dan KKN di (dalam arti yang luas). •
masa lalu, baikpada kendalateknisprosedural
hukum yang menyangkut pembuktian dan
Daftar Pustaka
penerapan perangkat hukum maupun
kendala politis yakni pilihan-pilihan pahit Alagappa, Mutiah. 1995. Political Legitimacy
seperti kerusuhan dan kekerasan politik yang In Southeast Asia, the Quest for
terjadi ketika proses pengadilan itu digelar, moral Authority. California: Stanford
maka kebijaksanaan untuk jangka pendek ini University Press.
perlu mengkalkulasi kemungkinan pemutihan Alkostar, Artidjo. "Hak Asasi manusia dalam
melalui pencarian kebenaran dan rekonsiliasi prospek Penegakan Hukum Dewasa
di luar pengadilan. upaya ini melibatkan ini." Disampaikan sebagai Dies Rede
berbagai lapisan masyarakat, terutama pada SIdang Terbuka Senat
elemen-elemen kekuatan reformasi untuk
Universitas Islam Indonesia Panitia
mengalkulasi secara mendaiam dan sampai Dies natalis UII ke-51 tanggal 29
pada kesimpulan bersama. Pembicaraan Desember 1994.
tentang kemungkinan .pemutihan atau
rekonsiliasi ini bukan menjadi wewenang Buyung Nasution.Adnan. 1992, TheAspiration
pelaku kejahatan dan rezim penguasa baru, for Constltuslonal Government In
melainkan menjadi hakpemerintah (dalam art! Indonesia, a Soclo-Legal Study of the

28 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30


Moh. Mahfud MD. Politik Hukum Hak Asasi Manusia diIndonesia

Indonesian Konstituante 1956-1959. . Pergulatan Politik dan Hukum.


Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Gama Media dan Ford Foundation.
Gaffar, Afan. 1999. PolitikIndonesia, Translsl 1999.
Menuju Demokrasl. Yogyakarta; . "Berbagai Produk Hukum tentang HAM
Pustaka Pelajar. yang Tampak Tumpang Tindih."
Haris, Syamsuddin dkk. 1997. Pemllihan Makalah untuk Seminar tentang
umum di Indonesia, Telaah atas Implementasi UU HAM.
Struktur, Proses dan Fungsi. Diselenggarakan oleh ATMA-IKADIN,
Jakarta: PPW-LIPI. Kantor Sospoi Pemda Solo, Solo Pos,
dan Bakom PKB Kodya Solo. Surakarta
Henry. Marrymann John. 1969. The Civil Law tanggal 29 Nopember 1999.
Tradition. California; Stanford Univer
sityPress. . "Amandemen 'Kompromi' Setengah
Hati" Majalah Forum No. 22, 3
Kobayashi, Naoki. "Different Concepts of September 2000.
Modern Constitution." Dalam Sensftt/
Hongaku Ronshu. 39 (Bassatsu). . Hukum dan Pilar-pilar Demokrasl.
1984. Gama Media dan Ford Foundation.
1999..
Mahfud MD, Moh. "UU Politik, Keormasandan
Instrumentasi Hak Azasi Manusia." . "Sidang Tahunan MPR untuk
Jurnal Hukum No. lOA/ol. 5/1998. Rekonsiliasi". Dalam harian Pikiran
Rakyat. Edisi 10 Juli 2000.
. 1998. Politik Hukum dl Indonesia.
Jakarta: LP3ES. Mc Truman Kahir>, Gerge. 1952.
Nationaiisme Revolution in Indonesia.
"Mengantisipasi Kekerasan Politik New York: Cornell University Press,
pada Pemilu 1999". Makalah untuk Ithaca. 1952.
diskusi tentang Kekerasan dalam
Pemilu 1999. Diselenggarakan oleh Noer, Deliar. 1998. Pemikiran Politik di
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta 2 NegarlBaratXel 111. Bandung: Mizan.
Maret 1999. Wignyosoebroto, Soetandyo. "Hak-hak Azasi
-. "Kekuasaan sebagai Sumber Manusia, Demokrasl dan
Kekerasan Politik." Makalah pada Pelaksanaannya di Indonesia, Sebuah
seminar tentang Negara, Masyarakat Tinjauan Sosio-kultural dari Prespektif
dan Kekerasan. Diselenggarakan Sejarah." Makalah pada Diskusi
oleh Fakultas Hukurrr Ulf. Yogyakarta llmiah. Di Pusat AntarUniversitas, Studi
20 Juli 1999. Sosial, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 18 Oktober 1994.
-. 1999. Amandemen UUD 1945 untuk
Reformasi Tata Negara. Ull Press,

29
. "Konstitusi dan Konstitualisme." Yamin, Muhammad. Naskah Persiapan
Makalah untuk lokakarya Undang Undang Dasar 1945. Get. I
" Konstitusionalisme untuk kedaulatan Jilid 1. Yayasan Penerbit Siguntang.
Rakyat. Diselenggarakan oleh 1959. "
Korisorsium Reformasi Hukum
Makalah untuk'lokakarya Konstitusionalisme
• . Nasional KRHN) di Surabaya. Tanggal
untuk Kedaulatan Rakyat yang
15-160ktober 1998.
diselenggarakan oleh Konsorsium
Where, KC. 1951. Modern Constitutions. Reformasi Hukum Nasional (KRHN).
London: Oxford University Press. 1951. Surabayatanggal 15-16 Oktober1998.
Sanit, Arbi. "Memahami Kekerasan Politik". Detak. 9 Oktpber 1998.
Daiam fakultas Hukum Ull LKBH.
Forum. Edisi 25 Juni 2000.
Kekerasan daiam Politik yang Over
Acting (sic). Yogyakarta. 1998. Forum No. 23.10 September 2000.
3 Corwin, Edward dan JW Peltason. 1967. Jawa Pos. Edisi, 11dan 12 Mel 2000
Understanding the Constitution. Kompas Cyber Media. 3 Juli 2000.
New York, Chicaago, San Fransisco,
Toronto, London: Rinehart and Wilson Kompas CyberMedia. Edisi 28 Juni 2000.
Inc. Kompas tanggal 21 Juni 2000.
Strong, CP. 1952. "Modem Political Constitu Kompas CyberMedia. Edisi 28 Juni 2000.
tions." An Introduction to the Com
Seri Pubiikasi No.l/April 2000.Diterbitkan oleh
parative Study of Their History and
Kantor Menteri Negara Urusan HAM
•Existing Form. London: Sidgwick &
republik Indonesia.
Jackson Ltd. 1952.
SeriPubiikasi^o. 1/April2000. Kantor Negara
Thoolen. Hans. 1987. Indonesia and the
Urusan HAM Rl.
Rule of Law, Twenty Years of New
Order Government. London: Frances Tempo. Edisi 12-18 Juli 1999.
Printer (Publiser).
Tempo Interaktif. Edisi 6 Juli 2000.

^ ^

30 JURNAL HUKUM. NO. 14 VOL. 7. AGUSTUS 2000: 1 - 30

Anda mungkin juga menyukai