Anda di halaman 1dari 12

Dosen Pengampu: Kelompok I

ERDANI MURDANI NUR, S.E., M.E.

PENGELOLAAN ZAKAT PADA MASA RASULULLAH SAW

(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada


Matakuliah “Lembaga Keuangan Non-Bank:lembaga ZISWAF
Syariah”)

Disusun Oleh:

Fitri Rahmah :NIRM 1209.16.07938


Reni Karlina :NIRM 1209.16.07950
Sridevi :NIRM 1209.16.07957

Ekonomi Syariah / Semester VI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2019 / 2020
1

A. Zakat Pada Masa Rasulullah SAW

Sebagaimana disyari’atkan kepada Rasul-Rasul


terdahulu, zakat juga disyaria’atkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Pensyari’atan zakat telah terjadi sejak
Nabi berada di Makkah, bersamaan dengan perintah
mendirikan shalat. Di dalam Al-Qur’an terdapat tidak
kurang dari 82 ayat yang berisi perintah menunaikan zakat
bersamaan dengan perintah mendirikan shalat, baik
perintah tersebut ada yang menggunakan lafal shadaqah
maupun zakat. Dari sekian ayat itu diantaranya adalah
ayat-ayat makiyyah. Perhatian Islam yang besar terhadap
penanggulangan problem kemiskinan dan orang-orang miskin
dapat dilihat dari kenyataan bahwa Islam semenjak
fajarnya baru menyingsing di Kota Mekkah saat umat Islam
masih beberapa orang dan hidup tertekan sudah mempunyai
kitab suci yang memberikan perhatian penuh dan terus
menerus pada masalah sosial penanggulangan kemiskinan
tersebut.

Ayat – ayat tentang zakat yang diturunkan pada


periode Mekkah tidak secara tegas menyatakan kewajiban
zakat, umumnya lebih bersifat informatif. Misalnya
bercerita tentang hak-hak fakir miskin atau ketentraman
dan kebahagiaan orang-orang yang menunaikan zakat. Ayat-
ayat yang diturukan pada periode Mekah hanya bersifat
anjuran mengenai bershadaqah, lafal yang digunakan pun
lebih banyak menggunakan lafal shadaqah daripada zakat.
Beberapa ayat bahkan disandingkan dengan himbauan untuk
tidak mengambil riba, meskipun larangan tersebut masih
2

belum bersifat larangan. Bahwasanya pada periode Mekkah


syariat zakat belum menjadi syari’at yang bersifat wajib
dan masih bersifat himbauan dan anjuran.1

B. Manajemen zakat pada masa Rasulullah SAW

Pada dasarnya manajemen zakat sama dengan manajemen


pada umumnya yaitu bagaimana cara mengatur dan
mengelolah zakat .

1. Zakat Pada Periode Makkah

Ayat-ayat Alqur'an yang mengingatkan orang mukmin agar


mengeluarkan sebagian harta kekayaannya untuk orang-orang
miskin diwahyukan kepada Rasulullah SAW ketika beliau
masih tinggal di Makkah. Perintah tersebut pada awalnya
masih sekedar sebagai anjuran, sebagaimana wahyu Allah
SWT dalam surat Ar-Rum ayat : 39

''Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia


bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan

1
Yusuf Qardlawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Pustaka Litera Internusa, 1997), hlm. 98
3

berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan


Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya)''.

2. Zakat pada periode Madinah

Pada zaman Rasulullah SAW, tepatnya di tahap awal


hijrah di Madinah, zakat belum dijalankan. Pada waktu
itu, Nabi SAW, para sahabatnya, dan segenap kaum
muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah dari
Makkah ke Madinah) masih disibukkan dengan cara
menjalankan usaha untuk menghidupi diri dan keluarganya
di tempat baru tersebut. Selain itu, tidak semua orang
mempunyai perekonomian yang cukup kecuali Utsman bin
Affan karena semua harta benda dan kekayaan yang mereka
miliki ditinggal di Makkah. Kalangan anshar (orang-orang
Madinah yang menyambut dan membantu Nabi dan para
sahabatnya yang hijrah dari Makkah) memang telah
menyambut dengan bantuan dan keramah-tamahan yang luar
biasa. Meskipun demikian, mereka tidak mau membebani
orang lain. Itulah sebabnya mereka bekerja keras demi
kehidupan yang baik. Mereka beranggapan pula bahwa tangan
di atas lebih utama daripada tangan di bawah. Pada saat
itu keahlian orang-orang muhajirin adalah berdagang.
Tidak semua orang muhajirin mencari nafkah dengan
berdagang. Sebagian dari mereka ada yang menggarap tanah
milik orang-orang anshar. Tidak sedikit pula yang
mengalami kesulitan dan kesukaran dalam hidupnya. Akan
tetapi, mereka tetap berusaha mencari nafkah sendiri
karena tidak ingin menjadi beban orang lain. Misalnya,
4

Abu Hurairah. Kemudian Rasulullah SAW menyediakan bagi


mereka yang kesulitan hidupnya sebuah shuffa (bagian
masjid yang beratap) sebagai tempat tinggal mereka. Oleh
karena itu, mereka disebut Ahlush Shuffa (penghuni
shuffa). Belanja (gaji) para Ahlush Shuffa ini berasal
dari harta kaum Muslimin, baik dari kalangan muhajirin
maupun anshar yang berkecukupan. Setelah keadaan
perekonomian kaum Muslimin mulai mapan dan pelaksanaan
tugas-tugas agama dijalankan secara berkesinambungan,
pelaksanaan zakat sesuai dengan hukumnya pun mulai
dijalankan. Di Yatsrib (Madinah) inilah Islam mulai
menemukan kekuatannya.

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW menerima wahyu


berikut ini:

''Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat. Dan


apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu
kerjakan'' (QS Al-Baqarah: 110).
5

Berbeda dengan ayat sebelumnya, kewajiban zakat


dalam ayat ini diungkapkan sebagai sebuah perintah, dan
bukan sekedar anjuran.

Rasullah SAW Mulai Mengutus para sahabat untuk


dijadikan utusan sebagai duta guna mendakwakan agama
islam dan mengambil zakat. Rasullulah telah menelegasikan
Muad bin Yaman seraya bersabda “engkau akan aku utus
untuk datang ke ahli kitab. Persoalan utama yang harus
engkau dakwahkan kepada mereka adalah mengajak untuk
beribadah kepada allah. Jika ia telah mengetahui allah
lalu beritahunkanlah kepada mereka tentang allah
mewajibkan zakat. Zakat ditarik dari orang-orang yang
kaya dan selanjutnya di bagikan kepada kaum fakir.”

Menjelang tahun ke-2 Hijriah, Rasulullah SAW telah


memberi batasan mengenai aturan-aturan dasar, bentuk-
bentuk harta yang wajib dizakati, siapa yang harus
membayar zakat, dan siapa yang berhak menerima zakat Dan,
sejak saat itu zakat telah berkembang dari sebuah praktik
sukarela menjadi kewajiban sosial keagamaan yang
dilembagakan yang diharapkan dipenuhi oleh setiap Muslim
yang hartanya telah mencapai nisab, jumlah minimum
kekayaan yang wajib dizakati. Selain itu zakat pada masa
rasulullah SAW juga di gunakan sebagai sumber pendapatan
negara. Walaupun sudah di undangkan sebagai pendapatan
negara sejak tahun kedua hijriah, namun baru bisa di
pungut sebatas zakat fitrah, kewajiban atas zakat mal
masih bersifat sukarela. Efektif pelaksanaan zakat mal
baru terwujud pada tahun kesembilan hijriah. Ketika Islam
6

telah kokoh, wilayah negara meluas dengan cepat orang-


orang berbondong-bondong masuk Islam. Dapat diartikan
bahwa manajemen zakat pada masa rasulullah SAW di gunakan
untuk mensejahterakan rakyatnya dengan mengunakan azas
berimbang artinya semua pemasukan habis di gunakan untuk
dibelanjakan sesuai kebutuhan negara. Karena zakat
merupakan ibadah wajib untuk umat islam, maka menghitung
berapa besar zakat yang harus di keluarkan dapat di
lakukan sendiri dengan penuh kesadaran iman dan takwa.
Begitulah rasulullah SAW meletakan zakat yang
berlandaskan keadilan sejak masa awal pemerintahan
islam. Karena zakat ini sangat penting dalam menyusun
kehidupan yang humanis dan harmonis. Harta benda yang
dizakati di zaman Rasulullah SAW yakni, binatang ternak
seperti kambing, sapi, unta, kemudian barang berharga
seperti emas dan perak, selanjutnya tumbuh-tumbuhan
seperti syair (jelai), gandum, anggur kering (kismis),
serta kurma. Prinsip zakat yang diajarkan Rasulullah SAW
adalah mengajarkan berbagi dan kepedulian, oleh sebab itu
zakat harus mampu menumbuhkan rasa empati serta saling
mendukung terhadap sesama muslim. Dengan kata lain, zakat
harus mampu mengubah kehidupan masyarakat, khususnya umat
muslim.2

C. Pengelolaan zakat pada masa Rasulullah SAW.

Pada zaman Rasulullah, zakat merupakan suatu lembaga


negara, sehingga negara mempunyai kewajiban untuk
menghitung zakat para warga negara serta mengumpulkannya.

2
pada 11 Februari 2019, pukul 10.45).
7

Nabi dan para khalifah Al-Rasyidun membentuk badan


pengumpul zakat, untuk kemudian mengirim para petugasnya
mengumpulkan zakat dari mereka yang ditetapkan sebagai
wajib zakat. Zakat yang sudah terkumpul tersebut
dimasukkan ke baitul mal dan penggunaan zakat itu
ditentukan oleh Pemerintah berdasarkan ketentuan-
ketentuan Al-qur'an dan hadist.

Rasulullah SAW mengangkat dan menginstruksikan


kepada beberapa sahabat (Umar Bin Khattab, Ibnu Qais
'Ubadah Ibn Shamit dan Mu'az Ibn Jabal) sebagai amil
zakat di tingkat daerah. Para sahabat bertanggung jawab
membina beberapa negeri guna mengingatkan para
penduduknya tentang kewajiban zakat. Zakat diperuntukkan
untuk mengurangi kemiskinan dengan menolong bagi yang
membutuhkan. Sedangkan untuk pengelolaannya, Mustafa
Edwin Nasution berpendapat dalam bukunya yang berjudul
Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, dalam bidang
pengelolaan zakat Rasulullah memberikan contoh dan
petunjuk operasionalnya.

Manajemen operasional yang bersifat teknis tersebut


dapat dilihat pada pembagian struktur amil zakat, yang
terdiri dari Katabah yaitu petugas yang mencatat para
wajib zakat, Hasabah yaitu petugas yang menaksir dan
menghitung zakat, Jubah, petugas yang menarik, mengambil
zakat dari para muzakki, Khazanah yaitu petugas yang
menghimpun dan memelihara harta, dan Qasamah yaitu
petugas yang menyalurkan zakat pada mustahiq atau orang
yang berhak menerima zakat.
8

Pengumpulan dan pendistribusian zakat memegang


prinsip lokalisasi, artinya pengumpulan dana zakatyang
dikumpulkan di suatu wilayah didistribusikan juga ke
wilayah yang sama. Terdapat dana zakat yang dibawa
kepusat tetapi tidak terdapat laporan bahwa terdapat dana
zakat yang berlebih dan di transferkan dari satu wilayah
lain pada saat kepemimpinan Rasulullah SAW.

Penilaian terhadap jumlah pembayaran pada umumnya


diserahkan kepada Muzakki atas persetujuan petugas zakat,
walaupun ada beberapa penilaian harta terkena zakat
dilakukan oleh petugas zakat langsung. Masyarakat umum
diinformasikan mengenai pekerjaan pembayaran zakat dan
berlaku baik terhadap para petugasnya. Selain itu,
terkait pendistribusian zakat produktif, dikemukakan
dalam sebuah hadis Imam Muslim dari Salim bin Abdillah
bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW telah
memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk
dikembangkan atau untuk disedekahkan lagi.3

3
https://www.dompetdhuafa.org/post/detail/1869/yuk-simak-pengelolaan-zakat-di-zaman-
rasulullah-saw(diakses pada 11 Februari 2019, pukul 12.25)
9

KESIMPULAN

Perintah zakat turun bersama surat-surat Al-qur’an


di makkah (makiyah), namun pelaksanaan zakat secara
efektif dan komperhensif baru dilakukan setelah 18 bulan
atau tahun kedua setelah hijrah. Zakat baru di
implementasikan di Madinah.

Pada tahun ke-2 Allah SWT mewajibkan kaum muslim


menunaikan zakat fitrah pada setiap bulan ramadhan.
Setelah kondisi perekonomian kaum muslimin stabil, tahap
selanjutnya Allah SWT mewajibkan zakat mal (harta pada
tahun ke-9 hijriah). Sebelum diwajibkan, zakat bersifat
sukarela yakni hanya berupa komitmen perorangan tanpa ada
aturan atau batasan-batasan hukum.

Rasulullah SAW mengumpulkan zakat perorangan dengan


membentuk panitia pengumpulan zakat dari umat muslim.
Manajemen zakat pada masa rasulullah SAW yaitu
pemerintahan Rasulullah SAW bertanggung jawab terhadap
implementasi zakat, yang tanggung jawabnya meliputi
pengumpulan dan pendistribusian dan untuk mengeluarkan
instruksi dan regulasi yang peristiwa penting. Dana zakat
yang khusus terpisah dari dana dan penerimaan pemerintah
lainnya.

Pengumpulan dan pendistribusian zakat memegang


prinsip lokalisasi, artinya pengumpulan dana zakatyang
dikumpulkan di suatu wilayah didistribusikan juga ke
10

wilayah yang sama. Terdapat dana zakat yang dibawa


kepusat tetapi tidak terdapat laporan bahwa terdapat dana
zakat yang berlebih dan di transferkan dari satu wilayah
lain pada saat kepemimpinan Rasulullah SAW.
11

DAFTAR PUSTAKA

Qardlawi, Yusuf. 1997. Hukum Zakat. Jakarta : Pustaka Litera


Internusa.

https://arsippkuliah.blogspot.com/2017/03/manajemen-zakat-pada-masa-
rasulullah.html?m=1 diakses pada tanggal (11 Februari 2019)

https://www.dompetdhuafa.org/post/detail/1869/yuk-simak-pengelolaan-zakat-di-zaman-
rasulullah-saw(diakses pada 11 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai