Anda di halaman 1dari 6

Jurnal

JurnalIlmiah
IlmiahPermas:
Permas:Jurnal
JurnalIlmiah
IlmiahSTIKES
STIKESKendal
KendalVolume 3 No 1,
Volume 6 2, Hal 22
36 - 27
44,,Oktober 2013
April 2016
Sekolah
SekolahTinggi
TinggiIlmuKesehatan
Ilmu KesehatanKendal
Kendal
ISSN : Print 2089-0834

KARAKTERISTIK PERAWAT IGD PUSKESMAS

Lestari Eko Darwati 1 ,Siti Kurnia Desi 1 , Madya Sulisno 2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro

Email: lestariekodarwati@ymail.com, sitikurniadesi23@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Pelayanan pasien gawat darurat di puskesmas belum sesuai harapan masyarakat. Kasus
pasien gawat di puskesmas kurang mendapatkan penanganan dengan baik.Diantara faktornya adalah
kurangnya kualitas SDM perawat IGD.Kondisi pasien semakin memburuk sesampainya di RS rujukan
dan tidak distabilisasi dengan baik.Perawat IGD puskesmas merasa tidak berdaya saat menangani
pasien dengan kondisi gawat, perawat mengakui pula merasa kurang percaya diri dan takut salah
memberi tindakan untuk pasien gawat. Metode: Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik
perawat IGD Puskesmas yang meliputi pelatihan, pengalaman, pengetahuan BHD, dan kesiapan
melakukan BHD. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif survey dengan membagi
kuesioner kepada 40 perawat IGD Puskesmas. Hasil: Perawat IGD Puskesmas masih cukup banyak
yang belum pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan (15%), sebagian besar (77,3%) pernah
menangani pasien gawat, berpengetahuan kurang tentag BHD (40%), dan mayoritas (75%) memiliki
kesiapan yang baik untuk melakukan BHD. Diskusi: disarankan kepada pimpinan puskesmas untuk
meningkatkan kualifikasi perawat IGD dengan memberi pelatihan kegawatdaruratan, dan bagi perawat
untuk lebih meningkatkan pengetahuan perawat tentang BHD agar pelayanan kegawatan untuk
masyarakat semakin meningkat.

Kata kunci: Karekteristik perawat IGD, Puskesmas

THE CHARACTERISTICS OF EMERGENCY NURSES OF PUBLIC HEALTH


CENTER

ABSTRACT
Introduction: The emergency patient services at the Public Healt Center have not met the
expectations of the community. Patient cases in Public Healt Center are poorly managed. Among the
factor is the lack of emergency nurses’s human resources quality. The patients's condition worsened
when they arrived at the referral hospital and was not stabilized properly. Emergency nurses inPublic
Healt Center feel helpless when dealing with patients in serious condition, nurses also admitted to feel
less confident and afraid of misbehavior for the patients. Methods: The purpose of research To know
the characteristics of emergency nurses of Public Health Center covering training, experience,
knowledge of BHD, and readiness to do BHD. The research design that used was descriptive survey
by dividing questionnaires to 40 emergency nurses of Public Healt Center. Results: There are still a
lot of nurses who have never undergo emergency training (15%), most (77.3%) have had an
emergency patient, less knowledgeable about BHD (40%), and the majority (75%) have good
preparedness to do BHD. Discussion: It is suggested to the leaders of Public Healt Center to improve
the qualification of emergency nurses by providing emergency training, and the nurses should improve
their knowledge about BHD so the emergency services for the community will increase.

Keywords: Characteristics of emergency nurse ,Public Healt Center.

PENDAHULUAN
Indonesia tercatat memiliki 1.319 rumah sakit (12,0%) merupakan pasien rujukan (Depkes RI,
dengan rata-rata jumlah kunjungan IGD pada 2007). Pelayanan IGD dituntut berkualitas baik
tahun 2007 adalah 4 ribu (13,3%) di antaranya sesuai standar mulai dari pelayanan tingkat I

22
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 6 No 1, Hal 22 - 27, April 2016
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

sampai tingkat IV. Keberhasilan pertolongan Kenyataannya masih didapatkan bahwa


pasien di IGD bergantung pada beberapa faktor pelayanan pasien gawat di Puskesmas belum
diantaranya adalah SDM (Sumber Daya sesuai harapan masyarakat.Penelitian
Manusia). menunjukkan bahwa diantara faktor yang
mempengaruhi tingginya angka kematian di
Departemen Kesehatan (2004) menjelaskan IGD rumah sakit adalah faktor pre-hospitaldan
bahwa salah satu indikator Standar Pelayanan SDM yang kurang baik (Limantara dkk, 2015).
Minimal (SPM) kegiatan pokok puskesmas Fakta menunjukkan bahwa kasus pasien gawat
yang dilaksanakan perawat puskesmas kurang mendapatkan penanganan dengan baik,
berdasarkan upaya kesehatan wajib puskesmas cedera kepala yang dirujuk dari pelayanan
adalah 90% sarkes dengan kemampuan tingkat I mengalami perburukan kondisi
pelayanan gawat darurat BLS (Basic Life penurunan nilai kesadaran (GCS) ketika sampai
Support) atau BHD/P3 pada kasuskasus yang di RS (Sasmito dkk, 2017). Perawat IGD
memerlukan pelayanan. Keputusan menteri Puskesmas sendiri juga mengungkapkan bahwa
kesehatan RI nomor 1239 tahun 2001 pasal 17 mereka merasa tidak berdaya saat menangani
menjelaskan bahwa perawat dalam melakukan pasien trauma dengan kondisi gawat
praktik keperawatan harus sesuai dengan (Kusumaningrum dkk, 2013).Selain itu,
kewenangan yang diberikan, berdasarkan perawat mengakui pula bahwa kurang percaya
pendidikan dan pengalaman serta dalam diri dalam menentukan status kegawatan pasien,
memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi takut salah memberi tindakan untuk pasien
standar profesi. gawat (Lia & Basuni, 2014). Studi pendahuluan
dengan metoda wawancara kepada kepala IGD
Masalah dalam pelayanan kegawatdaruratan, rumah sakit umum daerah Kendal dan observasi
kegagalan mengenal risiko, keterlambatan selama 1 bulan didapatkan banyak pasien
rujukan, kurangnya sarana yang memadai rujukan puskesmas yang tiba di IGD Rumah
maupun pengetahuan dan keterampilan tenaga sakit dengan kondisi gawat tidak distabilisasi
medis, paramedis dalam mengenal keadaan dengan baik.
risiko tinggi secara dini merupakan penyebab
umum kegagalan dalam penanganan kasus METODE
kegawatdaruratan (Ritonga, 2007). Untuk dapat Desain penelitian yang digunakan adalah
memberikan pelayanan kasus kegawatdaruratan deskriptif survey dengan membagi kuesioner
dibutuhkan kesiapan dari seorang perawat kepada 40 perawat yang bertugas di IGD
puskesmas. Puskesmas.Penelitian dilakukan didua
Puskesmas. Tujuan penelitian untuk
Perawat sebagai salah satu SDM di IGD harus mengetahui karakteristik perawat IGD
memenuhi kualifikasi diantaranya bersertifikat Puskesmas yang meliputi pelatihan,
kegawatdaruratan, berpendidikan minimal DIII, pengalaman, pengetahuan BHD, dan kesiapan
dan berpengalaman (Kepmenkes No.856, melakukan BHD. Karakteristik perawat IGD
2009).Kualifikasi tersebut distandarkan dengan Puskesmas yang diteliti antara lain pelatihan,
tujuan mampu memberi pertolongan kepada pengalaman, pengetahuan BHD, dan kesiapan
pasienyang nyawanya terancam/gawat darurat. melakukan BHD.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pelatihan Perawat tentang Kegawatdaruratan (n=40)


DitemukanbahwaPerawat IGD puskesmas pelatihan kegawatdaruratan.Perawat yang sudah
masih banyak yang belum pernah mengikuti pernah mengikuti pelatihan sebesar 62,5%.

Pelatihan Frekuensi (f) Persentase (%)


Pernah mengikuti 25 62,5
Tidak pernah mengikuti 15 37,5
Total 40 100,0

23
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 6 No 1, Hal 22 - 27, April 2016
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengalaman Perawat tentang pemberian BHD (n=40)


Pengalaman Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak pernah 9 22,5
Pernah 31 77,5
Total 40 100
Perawat IGD puskesmas sebagian besar telah perawat (77,5%). Pengalaman yang dimaksud
berpengalaman dalam bekerjayaitu sebanyak 31 adalah pernah menangani pasien gawat.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat tentang BHD (n=40)


Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
Kurang 16 40,0
Baik 24 60,0
Total 40 100,0
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pula perawat yang masih berpengetahuan
perawat tentang BHD sebagian besar dalam kurang.
kategori baik (60,0%), namun masih banyak

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kesiapan Perawat Melakukan Pemberian BHD (n=40)


Kesiapan Frekuensi (F) Persentase (%)
Kurang 10 25,0
Baik 30 75,0
Total 40 100,0
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas kegawatdaruratan belum pernah mengikuti
perawat puskesmas memiliki kesiapan yang pelatihan ulang atau pun upgrading walaupun
baik dalam menghadapi pasien gawat darurat di sertifikat sudah tidak berlaku.
IGD.Meskipun demikian, perawat yang kurang
siap juga masih ditemukan yaitu sebesar 25%. Penelitian membuktikan bahwa retensi
pengetahuan dan skill pelatihanAdvanced
PEMBAHASAN Cardiovacular Life Support (ACLS) pada
Pengetahuan setting klinik terjadi dalam waktu 6 bulan
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan hingga 1 tahun saja untuk pengetahuan.
perawat sebagian besar baik (60,0%). Hal ini Sedangkan untuk skill masa retensinya jauh
dimungkinkan berkaitan dengan sebagian lebih cepat (Yang dkk, 2012). Itu artinya
besar perawat telah mengikuti pelatihan bahwa, perawat yang sudah berpengalaman
kegawatdaruratan.Dari hasil penelitian bahwa menangani pasien gawat pun, dengan
sebagian besar responden mempunyai mengikuti pelatihan kegawatdaruratan maka
pengalaman yang baik. Pengalaman berupa pengetahuan mereka tentang penanganan
masa kerja dapat mempengaruhi pengetahuan pasien gawat darurat hanya akan bertahan
karena seseorang yang memiliki masa kerja maksimal 1 tahun setelah pelatihan. Hal itulah
yang lama secara otomatis akan terbentuk yang menjadi penyebab masih rendahnya
pengalaman kerja yang memadai serta tercipta pengetahuan sebagian perawat tentang BHD.
pola kerja yang efektif dan dapat Menurut Mubarak & Chayatin (2009)
menyelesaikan berbagai persoalan. Dalam menyatakan bahwa faktor-faktor yang
penelitian yang dilakukan peneliti rata-rata berpengaruh terhadap pengetahuan meliputi
responden sudah bekerja lebih dari 10 tahun. tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan usia.
Namun demikian, jumlah perawat yang
berpengetahuan rendah juga masih banyak Pelatihan
(40%).Rendahnya pengetahuan perawat Meskipun sebagian besar telah mengikuti
tentang BHD ini diakui oleh perawat bahwa pelatihan (62,5%) namun hasil penelitian
karena mereka sebagian belum pernah memperlihatkanmasih banyakresponden yang
mengikuti pelatihan kegawatdaruratan.Selain belum pernah mengikuti pelatihan
itu perawat yang memiliki sertifikat kegawatdaruratan. Berjalannya pelayanan

24
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 6 No 1, Hal 22 - 27, April 2016
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

kesehatan masyarakat yang optimal bergantung mengungkapkan bahwapengalaman menjadi hal


pada Tenaga kesehatan yang merupakan yang mempengaruhi pengetahuan.Pengalaman
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berupa masa kerja dapat mempengaruhi
penting.Salah satu faktor utama yang pengetahuan karena seseorang yang memiliki
mempengaruhi kinerja SDM adalah masa kerja yang lama secara otomatis akan
motivasinya dalam bekerja. Perawat adalah terbentuk pengalaman kerja yang memadai
salah satu petugas kesehatan yang memiliki serta tercipta pola kerja yang efektif dan dapat
posisi yang sangat strategis, karena menyelesaikan berbagai persoalan. Penelitian
memberikan pelayanan kepada pasien selama ini menunjukkan rata-rata responden sudah
24 jam secara berkesinambungan. Puskesmas bekerja lebih dari 10 tahun.Selain hal tersebut,
tempat penelitian belum memiliki kebijakan pengalaman perawat didapat dari frekuensi
yang mengharuskan perawat memiliki sertifikat perawat melakukan pemberian BHD.
kegawatdaruratan. Fenomena ini juga terjadi di
puskesmas lain di Indonesia bahwa sebagian Kesiapan
besar perawat tidak pernah mengikuti pelatihan Kesiapan perawat untuk melakukan BHD
BHD, dari 50 perawat hanya 5 yang pernah kepada pasien gawat darurat di IGD puskesmas
mengikuti pelatihan (Dahlan, 2014). Hal ini dapat dikatakan mayoritas mempunyai kesiapan
yang menyebabkan perawat kurang termotivasi yang baik.Hasil ini sejalan dengan penelitian
untuk mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Nugroho (2011) bahwa sebagian besar
responden siap dalam menangani Cardiac
Hasil penelitian oleh Ridwan (2013) Arrest.Penelitian Wolff, dkk (2010) bahwa
menemukan bawa motivasi intrinsik yang faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
berpengaruh terhadap kinerja perawat adalah perawat terdiri dari pelatihan/training,
tanggung jawab, pengakuan dari orang lain pengalaman, peraturan yang jelas, sarana dan
(penghargaan), prestasi, pekerjaan itu sendiri, suplai yang cukup serta pengetahuan.
dan pengembangan.Motivasi ekstrinsik yang
berpengaruh terhadap kinerja adalah gaji, Kesiapan dapat berguna untuk memperjelas
kebijakan dan administrasi, rekan kerja, standar kerja dan harapan yang ingin dicapai,
keamanan, kondisi/lingkungan kerja, supervisi. namun dalam mengimplementasikan
pengaturan kerja fleksibel diperlukan kebijakan
Pengalaman dari suatu lembaga atau instasi.Kebijakan
Sebagian besar responden mempunyai tersebut dapat berupa SPO ataupun guideline
pengalaman baik.Pengalaman yang dimaksud dari manajemen mengenai peraturan kerja
adalah pernah menangani pasien gawat (Pella & Inayai, 2011).
darurat.Banyaknya perawat yang
berpengalaman menangani pasien gawat dapat Perawat siap melakukan BHD karena mereka
pula dikaitkan dengan masa kerja.Responden merasa sudah biasa menghadapi pasien
menyampaiakan bahwa mereka sebagian besar gawat.Sehingga kesiapan yang ada pada diri
sudah bekerja 10-20 tahun. Perawat perawat didasarkan pada tuntutan profesi yang
mengungkapkan bahwa ada perbedaan rasa mengikat mereka bahwa seperti apapun kondisi
percaya diri perawat saat menghadapi pasien pasien, maka perawat harus
gawat darurat antara perawat yang pernah menghadapinya.Namun, kesiapan yang tidak
mengikuti pelatihan dengan yang tidak pernah. diimbangi dengan pengetahuan dan ketrampilan
Pelatihan dengan standar yang sama untuk yang baik atau sesuai standar maka hasil
semua perawat, akan menimbulkan rasa percaya implementasi tidak dapat berhasil dengan baik.
diri yang lebih dalam penampilan klinik
perawat menangani pasien gawat Kesiapan dipengaruhi pula oleh faktor lain
darurat.Perilaku yang tanggap disertai selain pengalaman. Aminuddin (2013) dalam
pengalaman yang mendalam akan menentukan penelitiannya menemukan bahwa faktor-faktor
keberhasilan dalam menentukan pertolongan yang berkontribusi mempengaruhi kesiapan
pertama pada pasien gawat darurat (Fathoni, perawat melakukan tindakan pertolongan pasien
2014). mengancam nyawa adalah pengetahuan dan
pelatihan (Aminuddin, 2013).
Pengalaman akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Sofyan dan Sahputra (2009)

25
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 6 No 1, Hal 22 - 27, April 2016
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

SIMPULAN DAN SARAN timur dalam melakukan rujukan pasien


Simpulan dengan kasus kegawatan ke rumah sakit:
Perawat IGD Puskesmas masih ada cukup studi fenomenologi. Thesis. Universitas
banyak yang belum pernah mengikuti pelatihan Brawijaya.
kegawatdaruratan (15%), sebagian besar
(77,3%) pernah menangani pasien gawat, Limantara, Rudy., Herjunanto & Roosalina,
berpengetahuan kurang tentag BHD (40%), dan Arma.(2015). Faktor-faktor yang
mayoritas (75%) memiliki kesiapan yang baik mempengaruhi tingginya angka
untuk melakukan BHD. kematian di IGD rumah sakit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. Vol 25, No 2,
Saran pp200-205.
Perlunya meningkatkan kualifikasi perawat
IGD dengan memberi pelatihan Nugroho Santoso Tri. (2011). Faktor-Faktor
kegawatdaruratan, dan bagi perawat untuk lebih Kesiapan Perawat Ruang Rawat Inap
meningkatkan pengetahuan perawat tentang dalam Menangani Cardiac Arrest di RS
BHD agar pelayanan kegawatan untuk Roemani Semarang. Skripsi. Semarang:
masyarakat semakin meningkat.kesiapan Universitas Muhammdiyah Semarang.
perawat melakukan pemberian BHD. http://digilib.unimus.ac.id

Ridwan, L.F.(2013). Pengaruh motivasi


DAFTAR PUSTAKA intrinsik dan motivasi ekstrinsik
Aminuddin. (2013). Analisis faktor yang terhadap kinerja perawat suatu kajian
berhubungna dengan kesiapan perawat literatur. Unpad open repository. URL.
dalam menangani cardiac arrest di http://repository.unpad.ac.id/id/eprint/16
ruangan ICCU dan ICU RSU Anutapura 339
Palu. Jurnal Keperawatan Soedirman.
Vol 8, No 3, pp193-204 Ritonga. (2007). Manajemen Unit Gawat
Darurat pada Penanganan Kasus
Dahlan, S., Kumaat, L& Onibala, F. (2014). Kegawatdaruratan Obstetric.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap
Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan Sofyan & Sahputra. (2009). Gambaran Tingkat
di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Pengetahuan Perawat tentang Teknik
Kabupaten Minahasa Utara. Manado: Steril di Kamar Bedah Rumah Sakit PT.
Ejournal Keperawatan (E-Kp). Vol 2, Pelni Depok. Skripsi. Universitas
No 1. Indonesia.
Fathoni A. N., Wahyu,R.A& Ariyani. (2014). Sasmito, N.B., Wihastuti, T.A & Kristianto,
Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Heri.(2017). Analisis faktor yang
tentang Basic Life Support (BLS) berhubungan dengan outcome pasien
dengan Perilaku Perawat dalam cedera kepala yang dirujuk di IGD
Pelaksanaan Primary Survey di RSUD RSUD dr. Iskak tulungagung melalui
DR. Soedirman Mangun Sumarso pendekatan model interpersonal nursing
Kabupaten Wonogiri. E jounal heldegrad E. Peplau. MesencePhalon
Keperawatan. Vol 1, No 1 Jurnal Kesehatan. Vol 3, No 2, 2017.
Kusumaningrum, B.R., Winarni, I., Setyoadi., Yang, C.W., Yen, Z.S., McGowan, J.E.,Chen,
Kumboyono & Ratnawati., R. (2013). H.C., Chiang, W.C., Mancini, M.E.,
Pengalaman perawat unit gawat darurat Soar, J., Lai, M.S & Ma, M.H.M.
(UGD) puskesmas dalam merawat (2012). A systematic review of retention
korban kecelakaan lalu lintas. Journal of of adult advanced life support
Nursing Science. Vol 1, No 2, 2013. knowlwdge and skills in healthcare
providers. Resuscitation.Vol 83, Issue 9,
Lia, Hikmah & Basuni.(2014). Pengalaman pp1055-1060.
perawat unit gawat darurat (UGD)
puskesmas sukaraja kabupaten lombok
26
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 6 No 1, Hal 22 - 27, April 2016
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

Wolff, Angela C., Regan, Sandra., pesut, http//www.bepress.com/ijnes/vol7/iss1/a


Barbara., & Black, Joyce. (2010). Ready rt7. Diunduh 20 September 2015
for what? An Exploration of the
Meaning of New Graduate Nurses Pella, D. A., & Inayai, A. (2011). Talent
Readiness for Practice. International management: mengembangkan SDM
Journal of Nursing Education untuk mencapai pertumbuhan dan
Scholarship. Article. kinerja. Jakarta: PT Gramedia
.

27

Anda mungkin juga menyukai