Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KE-1

Kode/Nama Matakuliah : PENGANTAR EKONOMI MAKRO/ESPA4110


Masa Tutorial : 2019.1
Nomor Soal :2

Berikut pertanyaan untuk Tugas Ke-1 :

1. Ilmu ekonomi digolongkan dalam kelompok ilmu sosial. Bagaimana


menurut anda?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi, tabungan
dan investasi
3. Bagaimana menurut pendapat Anda, apakah nilai kecenderungan
mengkonsumsi marginal (MPC) di negara maju dan di negara
berkembang nilainya sama atau berbeda, kemukakan analisis Anda jika
bernilai sama atau berbeda.

NAMA : Awang Darmawan


NIM : 041287479
Jurusan : S1 Manajemen

Soal 1
Ilmu ekonomi digolongkan dalam kelompok ilmu sosial. Bagaimana menurut
anda

Jawaban
ilmu ekonomi memang bagian dari ilmu social, adapun hal tersebut sesuai
dengan pendapat T. Gilarso dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu
Ekonomi, ilmu ekonomi disebut sebagai ilmu sosial karena elmu ekonomi mempelajari
dan mencoba menjelaskam hal-hal yang yang menyangkut kita semua sebagai
masyarakat, sebagai bangsa dan negara (segi makro). Sedangkan menurut Gerarder P.
Sicat dan H.W Arndt, ilmu ekonomi disebut sebagai ilmu sosial karena ilmu sosial
tidak bertumpu pada eksperimen (percobaan) seperti ilmu eksakta (misalnya fisika,
kimia, dan biologi), dan ilmu ekonomi tidak dapat menyelidiki sasaran kajiannya (yakni
manusia) dalam suatu laboratorium yang teliti, sehingga hasil-hasilnya tidak dapat
dibandingkan dengan hasil-hasil ilmu eksakta.

Sumber:
Gilarso, T. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Jakarta: Kanisius
Sicat, Gerarder P, H.W Arndt. 1991. Ilmu Ekonomi. Jakarta: LP3ES

Soal 2
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi, tabungan dan investasi

Jawaban

Konsumsi adalah kegiatan manusia untuk menggunakan sebagian atau seluruh


pendapatannya untuk dibelanjakan dan dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa.
Dengan demikian, maka kegiatan konsumsi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi, yaitu:
Faktor intern, terdiri dari besarnya pendapatan, selera, komposisi keluarga (jumlah
dan usia anggota keluarga), gaya hidup, dan kebiasaan.

Faktor ekstern, yaitu lingkungan masyarakat, kebijakan pemerintah, budaya


masyarakat, harga-harga barang, dan perkembangan IPTEK.

Bagian dari pendapatan individu atau lembaga yang tidak dikeluarkan untuk kegiatan
konsumsi pada saat ini, tetapi kemungkinan akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang memengaruhi tabungan,
yaitu:

 besarnya pendapatan;
 hasrat menabung;
 tingkat suku bunga bank; dan
 tingkat inflasi.

Investasi adalah bagian dari tabungan yang tidak digunakan untuk konsumsi secara langsung,
tetapi digunakan untuk membantu dalam proses produksi sehingga bisa menambah penghasilan
individu atau lembaga. Faktor-faktor yang memengaruhi Investasi, yaitu:

 besarnya permintaan potensial;


 tingkat suku bunga bank;
 stabilitas keamanan;
 MEC (Marginal Efficiency of Capital = kemampuan modal untuk menghasilkan)

Audit SDM adalah pemeriksaan kualitas kegiatan SDM secara menyeluruh dalam
suatu departemen, divisi atau perusahaan, dalam arti mengevaluasi kegiatan-kegiatan
SDM dalam suatu perusahaan dengan menitikberatkan pada peningkatan atau
perbaikan (Rivai, 2004).

Sumber http://www.ensikloblogia.com/2017/12/faktor-yang-mempengaruhi-
konsumsi.html

Soal 3
Bagaimana menurut pendapat Anda, apakah nilai kecenderungan mengkonsumsi
marginal (MPC) di negara maju dan di negara berkembang nilainya sama atau berbeda,
kemukakan analisis Anda jika bernilai sama atau berbeda.

Jawaban

Negara berkembang atau sedang berkembang konsumsi tinggi namun pendapatan


rendah atau bisa dikatakan (MPC>MPS), sedang di Negara maju, mereka memilki
pendapatan yang tinggi namun konsumsinya rendah (MPS>MPC)

Pada negara maju yang terjadi adalah di mana masyarakatnya dapat dikatakan
workaholic atau dalam bahasa sehari-harinya adalah pecinta kerja. Mereka
menghabiskan waktu yang mereka punya untuk bekerja, atau misalkan liburan mereka
gunakan untuk ke luar negeri. Selain itu mereka gunakan untuk bersantai dan istirahat
di rumah. Selain itu penghasilan yang mereka dapatkan, lebih dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan hanya sebagian kecil penghasilan yang
mereka dapat, sudah mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Jika dibandingkan
dengan keadaan negara berkembang, penghasilan yang mereka peroleh semuanya
mereka alokasikan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan penghasilan yang
mereka peroleh masih belum mampu mencukupi semua kebutuhan.
Selain itu di negara maju pemerataan penghasilan penduduk cenderung lebih baik. Di
sana tidak ada orang yang sangat miskin dan terlantar, karena mereka menjadi
tanggungan negara dan pemerintah. Untuk mereka yang kaya masih ada yang lebih
kaya lagi dan seterusnya. Jadi tidak ada kesenjangan yang begitu kentara.

Tidak hanya itu, pola hidup dan pola fikir masyarakat di negara maju cenderung
berbeda dengan negara berkembang. Mereka cenderung mengalokasikan pendapatan
atau penghasilan yang mereka dapatkan selain untuk konsumsi, juga dialokasikan ke
tabungan, investasi atau yang lainnya. Berbeda dengan masyarakat di negara
berkembang yang mindset-nya masih berkutat pada konsumsi semata.

Ini terjadi di Indonesia. Salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang
memiliki problem di keuangan. Banyak isu beredar akan ada perubahan nominal pada
mata uang rupiah. Namun hingga kini ternyata masih sulit dilakukan. Di negara maju,
maksimal nominal mata uang mereka hanya ribuan. Namun di Indonesia, bahkan ratus
ribuan. Sangat jauh sekali. Ini yang membuat terkesan konsumsi kita begitu besar.

Setelah membicarakan mengenai negara maju, kini saatnya kita beralih membicarakan
negara berkembang. Padahal dengan tingkat konsumsi yang tinggi, menandakan negara
tersebut makmur, karena dengan keadaaan sedemikian rupa, orang atau masyarakat
akan berusaha mencukupi kebutuhannya. Otomatis mereka akan membutuhkan
investasi yang tinggi. Selanjutnya pendapatan akan meningkat. Namun kenyataannya di
negara berkembang justru tidak demikian. Dengan konsumsi yang tinggi, namun tidak
dibarengi dengan pendapatan yang tinggi pula.

Sesuai dengan hal di atas, semua itu terjadi karena banyak pendapatan yang seharusnya
dihitung malah tidak dihitung. Misal saja saat kita menyapu, mencuci baju, atau
memasak. Misal semua itu dihitung, maka akan masuk pada pendapatan orang
tersebut. apalagi jika dibandingkan dengan pemakaian jasa laundry atau beli di warung,
maka akan banyak sekali pendapatan yang selama ini tidak dihitung. Misal orang punya
tanaman, atau hewan peliharaan, jelas ini apabila dihitung akan masuk pada
pendapatan orang tersebut. Akhirnya masing-masing orang atau masyarakat memiliki
pendapatan yang cukup tinggi, setelah dihitung pada pendapatan perkapita, jelas
pendapatan perkapita tinggi pula.

Selain itu underground economy. Selama ini bila dihitung besarnya uang negara yang
dikorupsi maka akan menjadi sebuah pendapatan bagi negara. Apalagi pengkorupsi
diminta mengembalikan seluruhnya uang yang dikorupsinya dan membayar biaya
dendanya juga. Maka itu akan masuk menjadi pendapatan negara. Inilah yang terjadi
pada negara berkembang. Jadi tidak heran bila yang terjadi adalah konsumsi yang
tinggi dengan tingkat pendapatan yang rendah. Karena yang semestinya dihitung
sebagai pendapatan, malah tidak dihitung

Sumber http://ikrimatulhusna1.blogspot.com/2013/11/konsumsi-dan-pendapatan-di-
negara.html

Anda mungkin juga menyukai