Anda di halaman 1dari 22

4

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT Pertamina (Persero)

PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan yang bergerak dibidang energi


meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan
bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga
dapat berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi. Pada tahun 1950-an,
Pemerintah Republik Indonesia mulai menginventarisasi sumber-sumber
pendapatan negara, diantaranya dari minyak dan gas. Pada tahun 1960, PT
Permina direstrukturisasi menjadi PN Permina sebagai tindak lanjut dari
kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak
dan gas di Indonesia adalah Negara. Pada tahun 1968 PN Permina bergabung
dengan PN Pertamin sehingga berubah nama menjadi PN Pertamina (PT
Pertamina, 2017)
Untuk memperkokoh perusahaan tersebut maka pemerintah menerbitkan
Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran
pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan
melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas
dari ladang-ladang minyak di seluruh Wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi
berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak
dan gas di seluruh Indonesia. Nama Pertamina tetap digunakan sehingga status
hukumnya berubah menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September
2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2001
tentang minyak dan gas bumi (PT Pertamina, 2017).
Dalam bidang pengolahan minyak mentah, saat ini PT Pertamina memiliki
6 Refinery Unit yang aktif dan tersebar dibeberapa daerah di Indonesia, yaitu:
1. Refinery Unit II Dumai-Sei Pakning, Riau.
2. Refinery Unit III di Plaju, Gerong, Sumatra Selatan.
3. Refinery Unit IV di Cilacap, Jawa Tengah.
4. Refinery Unit V di Balikpapan, Kalimantan Timur..
5. Refinery Unit VI di Balongan, Jawa barat.
6. Refinery Unit VII di Sorong, Papua.

2.2. Sejarah PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Saat ini, Pertamina RU II Dumai mengoperasikan 2 buah kilang, dengan


kapasitas total sekitar 170 MBSD, yaitu:
1. Kilang Minyak Purti Tujuh Dumai, dengan kapasitas 120 MBSD.
2. Kilang Minyak Sungai Pakning dengan kapasitas 50 MBSD.
Pembangunan kilang pertamina RU II Dumai dilaksanakan mulai bulan
April 1969 dan merupakan hasil kerja sama dengan Fast East Sumitomo Japan.
Pembangunan kilang dikukuhkan dalam SK Direktur Utama Pertamina No
334/Ktts/DM/1967. Pelaksanaan teknis pembangunan dilaksanakan oleh
kontraktor asing, yaitu:
1. IHHI (Ishikawajima Harima Heavy Industries) untuk pembangunan mesin
dan instalansi.
2. TAESEI Constraction, Co untuk pembangunan kontraksi kilang.
Unit yang pertama didirikan adalah Crude Destillation Unit (CDU/100)
yang selesai bulan juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah
jenis Sumatra Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100 MBSD dengan SLC 85%
dan dari Duri Crude Oil 15%. Peresmian kilang ini dilakukan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 08 September 1971 dengan nama Kilang Putri Tujuh
dengan produk yang di hasilkan antara lain:
a. Naphtha.
b. Kerosene/Minyak Tanah
c. Solar/Automotive Diesel Oil (ADO)
d. Bottom product berupa 55% volume Low Sulphur Wax Residu (LSWR)
Pada tahun 1972, Kilang Putri Tujuh mengalami perluasan untuk
mengelola top product menjadi Bensin (Premium 88), Solar dan komponen mogas
dengan mendirikan unit baru seperti:

5
1. Platforming Unit
2. Naphtha Rerun Unit
3. Hydrobon Unit
4. Mogas Component Blending Plant
LSWR diekspor ke Jepang dan AS. Sejalan dengan itu pula kebutuhan
BBM di dalam negeri semakin meningkat untuk itulah Pertamina memutuskan
untuk mendirikan dan merancang pengembangan kilang dengan membangun
Hydrocracker yang bertujuan untuk mengolah LSWR.
Tanggal 12 November 1979 dibentuk tim study pengembangan kilang
yang terjadi dari unsur-unsur Dirjen Migas dan Pertamina. Setelah mengkaji dan
berpedoman pada SK Menteri Pertambangan dan energi
No.55/KPTS/Pertamina/1980 tim pengkaji merekomendasikan perluasan kilang
dumai dan kilang-kilang lainnya.
Pada 02 April 1980 ditanda tangani perjanjian pemakaian lisensi dan
proses desain untuk kilang Dumai antara Pertamina dengan Universal Oil Product
(UOP), Amerika Serikat sebagai pemegang hak paten. Selanjutnya pada tanggal
27 April 1981 kontrak Proyek Perluasan Kilang Dumai (PPKD) ditanda tangani
antara pertamina dengan Technicas Reunidas Centunion (TRC) Spanyol sebagai
kontraktor utama proyek dan sub-sub kontraknya adalah Daelim dan Hyundai
(Korea Selatan) serta beberapa perusahaan dalam negeri (Arsip Pertamina, 2017).
Proses peluasan kilang Dumai RU II Dumai selesai pembangunannya
tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses dengan teknologi
tinggi yang terdiri dari beberapa unit proses produksi diantaranya (Arsip
Pertamina, 2017):
a. Hight Vacum Destilation Unit/Unit 110
b. Delayed Coker Unit/Unit 140
c. Coke Calcining Unit/Unit 170
d. Destilated Hydrotreater Unit/Unit 220
e. Naptha Hydrotreater Unit/Unit 200
f. Platforming Unit/Unit 300
g. CCR Platforming/Unit 310

6
h. Hydrocracker Unibon/Unit 211/Unit 212
i. Hydrogen Plant Unit/Unit 701/Unit 702
j. Amine Gas LPG Recovery Unit/Unit 410
k. Sour Water Stripper Unit/Unit 840
l. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilities)
m. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga
Dengan beroperasinya kilang Pertamina RU II Dumai saat ini dapat
menghasilkan BBM sebanyak 120.000 barrel/hari dan memproduksi jenis BBM
dan NBBM diantaranya:
a. Premium.
b. Jet-Petrolium Grade.
c. Aviation Turbin.
d. Kerosene.
e. LPG.
f. Green Coke.
g. Solar
h. Lube Base Oil.

2.3. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

1. Visi: Menjadi kilang minyak dan petrokimia nasional yang kompetitif dan
berwawasan lingkungan di asia pasifik tahun 2025.
2. Misi: Melakukan usaha dibidang pengolahan minyak dan petrokimia yang
dikelola secara professional dan berwawasan lingkungan berdasarkan tata
nilai Pertamina untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholder.

2.4. Tata Nilai 6 C di PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

Berikut merupakan tata nilai 6C di PT Pertamina (Persero) RU II Dumai:


1. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
7
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebangsaan.
4. Customer Focused (Fokus pada pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.

2.5. Logo Pertamina

Pada Hari Ulang Tahun Ke-48 PT Pertamina yang jatuh pada hari Sabtu
tanggal 10 Desember 2005, PT Pertamina yang selama ini dikenal dengan
identitas kuda laut, kini mengganti penampilannya dengan identitas huruf “P”
dengan kombinasi tiga warna yang identik dengan bentuk anak panah yang
melesat.

Gambar 2.1. Logo Pertamina


Sumber: Arsip PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

8
Maksud filosofi tiap warna pada logo baru adalah:
Biru: Melambangkan andal dan dapat dipercaya.
Hijau: Melambangkan daya energi yang berwawasan lingkungan.
Merah: Mencerminkan keuletan, ketegasan, dan keberanian dalam menghadapi
berbagai macam kesulitan, jiwa yang dulu dilayani kini harus melayani, customer
oriented dan customer satisfaction.

2.6. Lokasi Kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

Dumai merupakan sebuah kota di Propinsi Riau yang terletak di tepi pantai
timur Pulau Sumatera yang berjarak 188,8 km dari ibu kota Provinsi Riau,
Pekanbaru.
PT Pertamina Refinery Unit II Dumai terletak di Jalan Raya Kilang Putri
Tujuh Kelurahan Jaya Mukti Kecamatan Dumai Timur kota Dumai Provinsi Riau.
Batas administrasi kilang PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai adalah
sebagai berikut (PT Pertamina, 2017):
1. Sebelah utara berbatasan dengan selat rupat dan area konsensi PT Chevon
Pasific Indonesia (CPI).
2. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk, Kelurahan Jaya
Mukti.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk, Kelurahan Buluh
Kasap.
4. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk, Kelurahan Tanjung
Palas.
Pemilihan Dumai sebagai lokasi kilang yaitu berdasarkan atas beberapa
pertimbangan teknis yaitu:
1. Riau daratan merupakan ladang minyak yang terbesar di Indonesia yang di
operasikan oleh PT CPI (Chevron Pacific Indonesia). Produksi PT CPI
mencapai 850.000 barrel/hari, yang sebagian besar diekspor keluar negri
melalui pelauhan khusus minyak Dumai. Keberadaan kilang PT Pertamina
RU II Dumai lebih memudahkan transportasi minyak mentah yang diolah di

9
kilang, karena tinggal mengambil pipa produksi PT CPI yang dialirkan ke
pelabuhan khusus minyak.
2. Dumai di pinggir pantai Selat Rupat menuju perairan bebas Selat Malaka
yang meruapakan salah satu selat paling sibuk di dunia, sehingga produk-
produk PT Pertamina RU II Dumai akan mudah didistribusikan melalui
transfortasi laut.
3. Lokasi kilang yang berada dipantai timur Sumatra merupakan daerah yang
cukup jauh dari pusat gempa di Sumatra yang berpusat di bukit barisan,
sehingga keberadaan kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumai akan lebih
aman dari bencana alam/gempa bumi.

Gambar 2.2. Lokasi PT Pertamina (Persero) RU II Dumai


Sumber: Arsip PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

2.7. Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

Struktur organisasi di PT Pertamina RU II Dumai berbentuk staf yang


dipimpin oleh General Manager yang beranggung jawab langsung kepada
Direktur Pengolahan Pertamina Pusat di Jakarta. Jumlah tenaga kerja PT
Pertamina RU II ialah ± 1200 orang yang tersebear di unit produksi, perencanaan
dan perekonomian, engineering, pengembangan, reliabilitas, keuangan, HR Area,
umum, jasa dan sarana umum, sistem informasi dan komunikasi, jasa
pemeliharaan kilang, dan RSPD (PT Pertamina, 2017).
General Manager ini membawahi fungsi-fungsi kegiatan seperti terlihat
pada bagan organisasi Pertamina RU II Dumai:

10
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Divisi Refinery Planning and Optimization
Sumber: Arsip PT Pertamina (Persero) RU II Dumai, 2017

Gambar 2.3 merupakan struktur organisasi yang ada pada divisi RPO yang
terdiri dari beberapa bagian yaitu section head refinery, section head supplay
chain and optimization, section head budget and performance. Setiap bagian
memiliki tugas masing-masing, antara lain (PT Pertamina, 2017):
1. Bagian Refinery Planning Section
Bagian Refinery Planning memiliki fungsi untuk melakukan rencana kerja
arus minyak sebagai basis penetapan anggaran dari masing-masing fungsi,
melakukan optimasi kilang untuk mendapatkan pola operasi yang paling optimum
dan evaluasi crude dan produk baru.

11
Tugas dari bagian Refinery Planning ini adalah sebagai berikut:
a. Mencari, menganalisa dan mengevaluasi pengadaan crude (minyak mentah),
mencari crude yang bernilai ekonomis yang memiliki mutu dan karakteristik
yang sesuai.
b. Membuat Rencana Kerja (RK) tahunan dan Short Term Survey (STS)
bulanan/rencana arus minyak bulanan.
c. Melakukan perhitungan dan perencanaan mengenai produk yang sebaiknya
diproduksi sebanyak-banyaknya.
d. Menghitung untung dan rugi penjualan setiap produk.
e. Melakukan evaluasi dan analisa produk yang dapat dicampur sehingga
produk bernilai ekonomis dan lebih tinggi sesuai kebutuhan.
f. Merencanakan waktu Turn Arround kilang berdasarkan pengolahan dan
kondisi operasi unit proses.
2. Bagian Supply Chain and Optimization Section
Bagian Supply Chain and Optimization memiliki fungsi untuk melakukan
distribusi produksi minyak ke lokasi-lokasi tertentu dan mengatur penjadwalan
pengapalan barang jadi maupun setengah jadi kilang ketempat-tempat tertentu.
Untuk membantu Section Head melaksanakan tugas tersebut maka Seksi ini
dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:
a. Seksi Supply Fuel Operation
Bagian ini memilki tugas-tugas sebagai berikut:
1. Pengadaan Umpan (feed).
2. Pengadaan produk.
3. Penyaluran Produksi.
4. Pengangkutan melalui kapal, pipa dan tank car.
b. Seksi Crude and Intermedia Procces
Bagian ini memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
1. Merencanakan Blending produk (seperti blending kerosene menjadi solar).
2. Pengaturan dermaga.
3. Pengatura Slop Oil atau produk buangan.
c. Bagian Budget and performance Section

12
Bagian Budget and Performance mempunyai tugas:
1. Pembuatan laporan hasil dari Rencana Kerja PT Pertamina RU II Dumai.
2. Pembuatan laporan dari seluruh bagian di PT Pertamina RU II Dumai
disampaikan kepusat.

2.8. Proses Pengolahan Minyak PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

Proses Pengolahan minyak di PT Pertamina (Persero) RU II Dumai


merupakan proses yang sangat kompleks dan membutuhkan tahapan-tahapan
proses yang sangat banyak. Berikut meruapak proses pengoalahan minyak di PT
Pertamina (Persero) RU II Dumai (PT Pertamina, 2017).

2.8.1. Bahan Baku

Bahan baku yang diolah di kilang PT Pertamina RU II Dumai merupakan


minyak mentah produksi PT Chevron dari ladang minyak di daerah Duri Crude
dan Minas Crude dengan perbadingan 15% volume Duri Crude dan 85% Minas
Crude (PT Pertamina, 2017).
Minas Crude adalah jenis minyak mentah dengan berat jenis yang ringat
menurut standar API (American Petrolium Institude) sedangkan Duri Crude
dengan berat jenis sedikit lebih berat dan banyak mengandung garam (sulfur)
yang dapat menyebabkan problem korosi terhadap peralatan-peralatan proses
pengolahan sehigga angkaperbandingan ideal dengan nilai-nilai ekonomis serta
resiko kerusakan peralatan proses yang masih terkendali. Pada saat ini kilang
minyak RU II Dumai beroperasi dengan kapasitas 120.000 barrel/hari atau 120%
kapasitas desain (PT Pertamina, 2017).
Kilang minyak Sei. Pakning menjadi satu sistem yang berhubungan
dengan kilang minyak RU II Dumai, mengolah jenis minyak Minas Handil dan
Lirik Crude yang kapasitas pengolahannya 50.000 barrel/hari.
Kilang Sei. Pakning hanya memiliki satu unit destilasi minyak mentah
yaitu CDU (Crude Destilation Unit) yang menghasilka, produk Gas, Naptha,
Kerosene, Automative Diesel Oil, dan Long Residue. Long Residue yang

13
dihasilkan CDU Sei. Pakning ini dikirim ke kilang Putri Tujuh untuk diolah lebih
lanjut.
Kilang Putri Tujuh memiliki fasilitas pengolahan yang lebih banyak dan
kompleks. Kilang ini selain memiliki unit destilasi minyak mentah juga
dilengkapi dengan unit proses Hydrocracking dan Thermalcracking. Proses
pengolahan di kilang PT Pertamina RU II Dumai meliputi unit operasi fraksinasi
yaitu memisahkan fraksi-fraksi minyak mentah berdasarkan titk didihnya,
Pemurnian (Tanning), proses Konversi (Catalic dan Thermalcracking) serta unit
pencampuran sesui spesifikasi produk yang diinginkan. Hasil produk BBM dan
NBBM dari Pertamina RU II Dumai seperti di bawah ini (PT Pertamina, 2017):
1. Fuel yang dipakai sebagai bahan bakar gas (fuel gas) di kilang
2. Kerosene/minyak tanah untuk keperluan bahan bakar rumah tangga.
3. Premium untuk keperluan bahan bakar kendaraan bermotor.
4. Mogas komponen premium 98 untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
5. Avtur (Aviation Turbine) untuk bahan bakar pesawat terbang.
6. JP 5/JP 1 (Jet Petroleum) untuk bahan bakar Jet.
7. ADO (Automotive Diesel Oil) untuk bahan bakar kendaraan bermotor dan
industri.
8. LPG (Liquid Petroleum Gas) untuk keperluan bahan bakar rumah tangga.
9. Green Coke untuk bahan campuran pembuatan baja.
10. LSWR (long sulphur waxy residue).

14
2.8.2. Unit Produksi PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

GAS GAS
FUEL GAS /
LPG FLARES
GAS

L. NAPHTA H2

LPG
701

AMINE FEED GAS


102 301 200 300 410
LPG 702 TO HCU
High purity H2

NHDT CCR

H. NAPHTA
NRU PL-I AMINE H2
PL-II
LPG PLANT PERTAMAX
REC
L. NAPHTA

PLATFORMATE MOGAS COMPONENTS


H. NAPHTA
SR NAPHTA

KERO COMPONENTS
TOPPING H. NAPHTA PREMIUM
UNIT GAS

DIESEL COMPONENTS
211
100 KERO NAPHTA KEROSENE
212
LGO H. NAPHTA
L. KERO

HCU H. KERO
HGO
AVTUR
GASOIL
LONG RESIDUE

LVGO
GAS
HVGO
L. KERO
110 ADO
H. KERO

CRACKED
HVU NAPHTA 170 - CALCINER
140 220
GREEN
CRACKED
DISTILLATE
COKE
SHORT RESIDUE
DCU DHDT CALCINED
HCGO
SHORT RESIDUE COKE
REFINERY BLOCK DIAGRAM
MINAS & DURI IMPORTED RESIDUE GREEN COKE
PERTAMINA UP II DUMAI
CRUDES FROM SPK
rs/pe-enj.bang

Gambar 2.4. Diagram Alir Proses Produksi di Pertamina RU II Dumai


Sumber: Arsip Pertamina (Persero) RU II Dumai, 2017

Refinery Unit II Dumai merupakan salah satu dari tujuh kilang yang
dioperasikan PT Pertamina. Dengan pengolahan minyak mentah minas 85% yang
disuplai oleh PT CPI. Pengolahan kilang RU II Dumai terdiri dari unit-unit proses
utama yang mengsilkan produk-produk: premium, kerosene, JP-5, avtur, ADO,
LSWR, green coke, Naptha dan LNG. Untuk dapat memudahkan koordinasi dan
operasi pengilangan maka Pertamina RU II Dumai membagi menjadi tiga
komplek yaitu:
a. Hydro Skming Complex (HSC).
b. Hydro Cracking Complex (HCC).
c. Heavy Oil Complex (HOC).

15
2.8.2.1. Hydro Skiming Complex (HSC)

HSC dikepalai oleh seorang kepala bagian yang mempunyai tanggung


jawab melaporkan jalannya operasi HSC, sedangkan untuk mengatur unit-unit
dalam HSC selama 24 jam kepala bagian dibantu oleh pengawas utama, dibawah
pengawas utama dibentuk empat team yang masing-masing dipimpin oleh
pengawas jaga. Tim-tim inilah yang bertugas mengontrol jalannya operasi dengan
sift work.
HSC terdiri dari kilang lama (existing plant) dan kilang baru (new plant).
Ada dua tingkat proses ini yang terdiri dari:
1. Pengolahan tingkat pertama (primary process) yaitu proses fraksi-fraksi
minyak bumi dipisahkan secara fisik.
2. Pengolahan tingkat kedua (secondary Process) yaitu proses penyempurnaan
hasil keluaran Pertamina untuk memperbaiki kualitas.
Pada lokasi HSC terdiri dari lima unit proses operasi yaitu:
a. Crude Destilation Unit (CDU)/Unit 100.
Fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan fraksi-fraksi yang terkandung
dalam minyak mentah dengan cara destilation atmospheric, yaitu fraksi
berdasarkan titik didih masing-masing. Fraksi-fraksi sebagian merupakan produk
akhir dan sebagian lagi harus diproses kembali pada unit-unit berikutnya.
Crude Destilation Unit pada kilang Pertamina RU II Dumai dari Minas dan Duri
disalurkan oleh PT Chevron Pacifik Indonesia melalui sistem pemipaan. Pada saat
ini unit destilasi beoperasi dengan kapasitas 120.000-130.000 barrel/hari.
Produk yang dihasilkan unit ini adalah:
1. Gas yang di alirkan ke fuel gas system.
2. Straight Run Naptha.
3. Naptha, diolah lebih lanjut di NRU.
4. Kerosene sebagai produk jadi.
5. Light Gas Oil sebagai komponen blending kerosene atau ADO.
6. Long Residu sebagian besar menjadi umpan destilasi vacum dan sebagian lagi
sebagai Refinery Fuel Oil (RFO).

16
b. Naptha Rerun Unit (NRU)/Unit 102.
Fungsi utama dari Naptha Rerun Unit (NRU) adalah untuk memisahkan
fraksi ringan dari Straight Run Naptha berdasarkan titik didih menjadi Light
Naptha Dan Heavy Naptha, mempunyai kapasitas 9,3 MBSD.
Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah:
1. Light Naptha/LOMC (Low Octane Mogas Component) yang tidak
mengandung olefin atau bayak mengandung paraffin. Light Naptha
digunakan sebagai komponen blending premium.
2. Heavy Naptha digunakan sebagai umpan HBN PL-1.
3. Gas sebagai bahan bakar kilang.
c. Hydrobon and Platforming (PL-1)/Unit 301.
Heavy Naptha yang dihasilkan Naptha Rerun Unit masuk sebagai umpan
dalam Unit Hydrobon, produk yang dihasilkan adalah:
1. Gas sebagai umpan hydrogen plant dan fuel system.
2. LPG (Liquefied Petroleum Gases).
3. Reformat sebagai High Octane Mogas Component (HOMC), sebagai
komponen mogas untuk blending sebagai premium. Unit ini terdiri dari dua
bagian platforming (PL-1).
d. Naptha Hydrotreating Unit (NHDT)/Unit 200.
Fungsi utama dari proses ini adalah untuk menurunkan kadar Sulfur dan
Nitrogen dalam Naptha yang dipakai sebagai umpan dalam unit platforming pada
masing-masing maksimum 0,5 ppm, agar tidak meracuni katalis. Umpan Naptha
dari Unit ini berasal dari Straight Run Naptha (SRN) dari CDU, Heavy Naptha
dari HC Unibon serta Crack Naptha dari CDU dan menghasilkan Naptha berat
yang sudah di treat artinya sudah bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak
atau meracuni katalis.
Setelah melewati Feeds Surge Drum dicampur dengan gas hydrogen dan
dipanaskan dengan serangkaian alat penukar panas kemudian dipanaskan dalam
heater. Didalam reactor di dalam pemanas yang cukup Naptha akan dibersihkan
dari racun/impurities sehingga memenuhi persyaratan feed platformer. Hasil
reaksi setelah dikeluarkan dari reaktor dikondisikan dan didinginkan kemudian

17
dimasukkan kedalam drum pemisah untuk memisahkan cairan dengan gas.
Adapun produk yang dihasilkan pada unit ini adalah:
1. Gas dimanfaatkan sebagai fuel gas.
2. Heavy Naptha bebas dari impurities, sebagai umpan CCR-Platforming unit.
e. Platforming Unit II/(Unit 300).
Berfungsi untuk mengolah Treated Naptha dengan bantuan katalis, agar
menghasilkan High Grade Motor Fuel dengan nilai oktan tinggi berkapasitas 8,8
MBSD. Terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Platforming, berguna untuk mengolah Heavy Naptha dari NHDT agar
menghasilkan mogas komponen denga nilai oktan tinggi dengan bantuan
katalis.
2. CCR unit ini berguna meregenerasikan katalis yang digunakan pada
platforming secara terus-menerus (karena katalis mengalami deaktivasi akibat
keracunan dan pembentukan coke) untuk mengembalikan aktifasi katalis
tanpa harus menghentikan operasi. Produk akhir yang dihasilkan pada proses
ini adalah:
a. Gas sebagai umpan H2 Plant.
b. LPG yang akan dimurnukan di Amine dan LPG recovery.
c. Reformate/HOMC.

2.8.2.2. Hydro Cracking Complex (HCC)

HCC merupakan salah satu proyek perluasan kilang Pertamina RU II


Dumai yang didesain oleh Universal Oil Product (UOP), terdapat lima unit
produksi yaitu (PT Pertamina, 2017):
a. Hydrogen Plant/H2 Plant (Unit 701/702).
Berfungsi untuk menghasilkan H2 (kemurnian 97% dengan CO2 dan
CO<30 ppm) yang akan digunakan pada HCU. Terdiri dari 2 train kembar dengan
kapasitas total 2 juta Nm3/hari, dengan pasokan umpan:
1. Gas dari PL-1 dan CCR PL-2 (70-80% H2 dan sedikit metan).
2. Gas dari Amine dan LPG.
Produk akhir dari proses ini adalah Gas Hidrogen 97%.
18
b. Amine dan LPG Recovery (Unit 410).
Berfungsi untuk menghilangkan senyawa sulfur dari Gas dan LPG yang
dihasilkan Unit lain untuk mencegah tercampur racun katalis H2 plant serta
terjadinya korosi pada tangki LPG.
c. Hydrocracker Unibon/HCU (Unit 211/212).
Berfungsi untuk mencegah senyawa Hydrocarbon yang mempunyai rantai
molekul panjang menjadi rantai molekul pendek yang memiliki berat molekul
lebih ringan dengan bantuan katalis, dengan umpan yang diolah dalam suasana
gas yaitu:
1. HVGO dari HVU
2. HCGO dari DCU
Produk yang dihasilkan dari proses ini adalah:
1) Light Naptha sebagai pencampur mogas
2) Heavy Naptha sebagai umpan NHDT
3) Light Kerosene
4) Avtur (Aviaton Turbine)
5) JP-5 (Jet Petrolium)
6) ADO (Automotive Diesel Oil)
d. SWS/Sour Water Stripper (Unit 840).
Berfungsi sebagai menurunkan kadar H2S dan NH3 yang terkontaminasi
dalam air refinery sour water sehingga dapat digunakan kembali. Unit ini mampu
menghilangkan 97% volume H2S dan 90% volume NH3 dari feed. Umpan yang
diolah adalah air yang berasal dari HCU, DCU, HVU, DHDT, dan NHDT.
e. Nitrogen Plant/N2 Plant (Unit 300)
Berfungsi untuk menghasilkan nitrogen yang diperlukan untuk star up dan
shut-down unit-unit proses, regenerasi katalis dan blanketing. Kapasitas
pengolahan Nitrogen Plant adalah 12.000 /d, prinsip operasinya adalah
pemisahan Nitrogen dan Oksigen dari udara berdasarkan titik embunnya pada
temperatur operasi - 180ºC, dimana Nitrogen mempunyai titik embun lebih rendah
dari Oksigen sehingga mengalir kebagian atas kolom sebagai cairan. Proses ini
menggunakan Molecurer Sieve Absorber untuk menyerap uap air dalam udara.

19
2.8.2.3. Heavy Oil Complex (HOC)

HOC mengolah Long Residu dari CDU untuk menghasilkan Bahan Bakar
Minyak (BBM) dan Coke, terdapat 4 Unit operasi yaitu:
a. High Vacum Destilation Unit/HVU (Unit 110).
Berfungsi untuk memisahkan Long Residu dari CDU/Topping unit
menjadi tiga fraksi berdasarkan perbedaan titik didih.mempunyai kapasitas 92,6
MBSD.
Produk yang dihasilkan pada unit ini adalah:
1. LVGO sebagai komponen ADO.
2. AVGO sebagai umpan HCU.
3. Short Residu (Vacum Bottom) sebagai umpan DCU.
b. DCU/Delayed Cooking Unit.
Berfungsi untuk mengolah Long Residu menjadi fraksi-fraksi minyak yang
lebih ringan dengan cara Thermal Cracking, berkapasitas 35,2 MBSD, dengan
peoduk yang dihasilkan yaitu:
1. Gas sebagai refinery fuel gas
2. LPG
3. Cracked Naptha sebagai umpan NHDT
4. LCGO sebagai umpan DHDT
5. HCGO sebagai umpan HCU
6. Green Coke yang langsung dipasarkan.
c. Destilation Hydrotreating Unit (DHDT) Unit 220.
Berfungsi untuk mengolah LCGO dari DCU dengan menjenuhkan
material yang tidak stabil dan membuang kontaminan (sulfur dan nitrogen).
Kapasitas unit ini 12,7 MBSD.
Produk yang dihasilkan unit ini yaitu:
1. Light kerosene sebagai komponen kerosene.
2. Heavy kerosene sebagai komponen ADO.
3. Naptha digabung dengan produk Naptha dari HCU menjadi feed NHDT.
4. Gas untuk feed Amine dan LPG recovery dan sebagai fuel gas.

20
2.8.3. Unit Penunjang di PT Pertamina RU II Dumai

Selain memiliki unit pengolahan, PT Pertamina Refinery Unit II Dumai


juga mempunyai unit penunjang dalam rangka mendukung proses produksi di PT
Pertamina Refinery Unit II Dumai. Berikut merupakan unit penunjang di PT
Pertamina Refinery Unit II Dumai (PT Pertamina, 2017).

2.8.3.1. Laboratorium

Laboratorium bertugas menganalisa minyak yang di olah, dihasilkan dan di


kapalkan, menganalisa kualitas air proses, air bersih, air umpan boiler, serta
bahan-bahan kimia, katalis dan limbah, pengrndalian bukan hanya ditujukan
untuk menghilangkan minyak dan gas, tetapi juga menyangkut
spesifikasinya.laboratorium ini juga berfungsi melayani kilang guna mengontrol
proses produksi yang selanjutnya disupply.
Seksi yang ada dilaboratorium adalah:
a. Analitikal gas, molekul analisa kimia terhadap hydrocarbon gas, liquid, solid
serta chemical.
b. Control pengamatan, melakukan pengamatan terhadap hydrocarbon cair yang
berupa tes fisik seperti warna, titik didih, titik nyala, dan lain-lain
c. Penelitian dan pengembangan, pengambilan sampel dari produk akhir bahan
baku dari intermedia dilakukan dengan cara:
1) Produk liquid: pengambilan dilakukan oleh operator jaga dan tempat
pengambilan langsung dari tangki/aliran
2) Produk solid: pengambilan menggunakan automatic sampling, sifat dari
produk ini heterogen.
3) Produk gas: pengambilan langsung dilakukan oleh petugas/operator
laboratorium.

21
Bagian-bagian laboratorium yang ada di kilang antara lain:
1. Laboratorium Control/inspeksi
Tugas bagian ini adalah melakukan pemeriksaan terhadap umpan, hasil
produksi, bahan-bahan yang digunakan untuk pengolahan minyak, serta contoh-
contoh minyak yang di muat ke kapal atau di bongkar dari kapal.
2. Laboratorium Gas dan Analisa
Laboratorium ini memeriksa contoh-contoh minyak yang berasal dari
kilang beserta unit pembantunya, air dari boiler water treatment plant, serta gas-
gas dari proses kilang.
3. Laboratorium Penelitian
Laboratorium ini di bentuk untuk masa-masa mendatang sesuai dengan
perluasan kilang dan perkembangan teknologi. Dari hasil penelitian akan didapat
hal-hal yang membantu jalannya proses penelitian serta mencari jalan keluarnya
terhadap masalah-masalah yang selama ini belum terpecahkan.
4. Laboratorium Motor dan maintenance
Tugas bagian ini adalah untuk memeriksa angka oktan dari mogas,
premium, mogas super dan komponen-komponen lainnya dan melakukan
pemeriksaan/reparasi ringan.
5. Administrasi dan Material
Tugas bagian ini adalah untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi dan penyediaan bahan-bahan kimia yang di perlukan.

2.8.3.2. Oil Movement (OM)

Oil movement berfungsi sebagai penunjang operasi kilang dengan tugas


pokok antara lain:
a. Menyiapkan umpan untuk seluruh unit proses.
b. Menerima crude oil dari PT Chevron yang dipersipkan sebagai feed unit
CDU.
c. Menerima/menampung produk dari seluruh unityang kemudian ditampung
ke tangki produk.
d. Melaksanakan loading dan unloading produk kilang RU II.
22
Oil Movement bertanggung jawab atas pergerakan minyak didalam kilang
yang meliputi:
1. Mengatur pergerakan minyak dan produk-produk unit proses untuk
ditampung dalam tangki produk maupun tangki lain yang berupa pasilitas
produksi (intermediate tank).
2. Mengatur BBM dan non BBM untuk pengapalan ke tanker.
3. Melaksanakan pecampuran (Blending) produk-produk setengah jadi menjadi
bahan bakar yang memenuhi spesipikasi pasaran.
Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Tank yard I
Kegiatan operasinya adalah sebagai berikut:
1) Menerima dan mempersiapkan Crude Oil dari PT Chevron untuk bahan baku.
2) Menyediakan Flushing oil untuk keperluan start uap.
3) Menerima dan mengirim intermediate dan produk akhir.
4) Mengatur pergerakan minyak.
5) Menyediakan fuel oil untuk keperluan operasi.
6) Menerima dan mengolah kembali ballast dari kapal.
7) Pemompaan untuk loading.
b. Tank yard II
Merupakan fasilitas pencampuran beberapa komponen minyak mentah
untuk mendapatkan produk jadi, diantaranya:
1) Premium (Naptha dan komponen Mogas)
2) Diesel (LVGO, HCGO, dan ADO)
3) Kerosene (ADO dan komponen Kerosene)
c. Jetty
Kegiatan operasinya adalah sebagai berikut:
1) Pengiriman dan pengapalan minyak dari tangki ke kapal.
2) Menerima pengiriman minyak dari kapal ke tangki.
3) Pengiriman fuel oil ke kilang dan utilities.
4) Menerima slop oil dan ballast dari kapal.

23
2.8.3.3. Utilities

Utilities merupakan bagian penting untuk menunjang operasi kilang


fasilitas yang terdapat pada PT Pertamina (Persero) RU II Dumai adalah:
a. Air tawar yang berfungsi sebagai air pendingin, air umpan bailer, air hydrant,
air pemadam kebakaran dan air bersih untuk perumahan.
b. Steam yang berfungsi sebagai penggerak turbin, dan pemanas
c. Udara bertekanan (pressed air) yang berfungsi sebagai udara instrument
(untuk menjalankan instrument pengontrol dan pengering alat-alat
laboratorium).
d. Air laut, yang berfungsi sebagai air pendingin pada cooler dan condensor,
Pendingin mesin-mesin di power plant dan air pemadam kebakaran.
Unit-unit proses yang merupakan bagian dari unit utilities adalah:
a. Unit pengolahan air (Water Treatment Plant).
b. Demineralizer (boiler feed water).
c. Unit penyediaan steam.
d. Unit air pendingin (coling water unit).
e. Sistem air laut.
f. Unit penyedia udara bertekanan.
g. Unit penyediaan fuel.
h. Unit penyediaan power (Power Plant).

2.8.3.4. EC & LC (Energy Conservation & Loss Control)

Energi adalah daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan, termasuk bahan bakar, listrik, energi mekanik dan panas. Sumber energi
adalah sebagian sumber daya alam antara lain berupa minyak dan gas bumi,
batubara, air, panas bumi, gambut, biomasa dan sebagainya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi (PT Pertamina, 2017):
a. Engineering & Development melakukan audit energy dan loss untuk
mendapatkan potret di lingkungan RU II, audit bisa dilakukan oleh pihak
internal RU II ataupun pihak independent.

24
b. Dari hasil potret audit energy dan loss yang dilakukan, ECLC melakukan
perencanaan dan penyusunan initiatives energy dan loss.
c. ECLC melakukan penyusunan Rencana Kerja (RK) energy dan loss untuk
satu tahun ke depan berdasarkan Memo RK Arus Minyak dari fungsi RPO
dan didistribusikan ke unit produksi (HSC, HCC, HOC dan UTL).
d. ECLC mengumpulkan data dan informasi dari bagian produksi (HSC, HCC,
HOC dan UTL) yang akan digunakan untuk melakukan tracking dan
monitoring pengendalian energy dan loss .
e. ECLC mengeluarkan laporan harian, mingguan dan bulanan energy dan loss
dari hasil monitoring dan tracking ke bagian produksi (HSC, HCC, HOC dan
UTL) dengan mengacu pada TKI ECLC.
f. ECLC melakukan evaluasi jika hasil tracking dan monitoring yang diperoleh
belum memenuhi atau tidak sesuai seperti yang diharapkan (melebihi RK),
jika sudah menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (sesuai
RK) maka kegiatan selesai.
g. ECLC mengeluarkan memo hasil study/evaluasi berupa rekomendasi dan
mendistribusikannya ke bagian terkait (MPS, MA, TA, HSC, HCC, HOC dan
UTL) untuk segera dilaksanakan.
h. ECLC melakukan tracking dan monitoring secara kontinu atas pelaksanaan
rekomendasi yang dapat langsung dikerjakan tanpa biaya investasi ke bagian
terkait (MPS, MA, TA, HSC, HCC, HOC dan UTL).
i. ECLC mengirimkan usulan Anggaran Biaya Investasi (ABI) terhadap
rekomendasi yang memerlukan biaya investasi ke bagian Project Engineering
untuk segera ditindak lanjuti.

25

Anda mungkin juga menyukai