BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
1. Platforming Unit
2. Naphtha Rerun Unit
3. Hydrobon Unit
4. Mogas Component Blending Plant
LSWR diekspor ke Jepang dan AS. Sejalan dengan itu pula kebutuhan
BBM di dalam negeri semakin meningkat untuk itulah Pertamina memutuskan
untuk mendirikan dan merancang pengembangan kilang dengan membangun
Hydrocracker yang bertujuan untuk mengolah LSWR.
Tanggal 12 November 1979 dibentuk tim study pengembangan kilang
yang terjadi dari unsur-unsur Dirjen Migas dan Pertamina. Setelah mengkaji dan
berpedoman pada SK Menteri Pertambangan dan energi
No.55/KPTS/Pertamina/1980 tim pengkaji merekomendasikan perluasan kilang
dumai dan kilang-kilang lainnya.
Pada 02 April 1980 ditanda tangani perjanjian pemakaian lisensi dan
proses desain untuk kilang Dumai antara Pertamina dengan Universal Oil Product
(UOP), Amerika Serikat sebagai pemegang hak paten. Selanjutnya pada tanggal
27 April 1981 kontrak Proyek Perluasan Kilang Dumai (PPKD) ditanda tangani
antara pertamina dengan Technicas Reunidas Centunion (TRC) Spanyol sebagai
kontraktor utama proyek dan sub-sub kontraknya adalah Daelim dan Hyundai
(Korea Selatan) serta beberapa perusahaan dalam negeri (Arsip Pertamina, 2017).
Proses peluasan kilang Dumai RU II Dumai selesai pembangunannya
tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses dengan teknologi
tinggi yang terdiri dari beberapa unit proses produksi diantaranya (Arsip
Pertamina, 2017):
a. Hight Vacum Destilation Unit/Unit 110
b. Delayed Coker Unit/Unit 140
c. Coke Calcining Unit/Unit 170
d. Destilated Hydrotreater Unit/Unit 220
e. Naptha Hydrotreater Unit/Unit 200
f. Platforming Unit/Unit 300
g. CCR Platforming/Unit 310
6
h. Hydrocracker Unibon/Unit 211/Unit 212
i. Hydrogen Plant Unit/Unit 701/Unit 702
j. Amine Gas LPG Recovery Unit/Unit 410
k. Sour Water Stripper Unit/Unit 840
l. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilities)
m. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga
Dengan beroperasinya kilang Pertamina RU II Dumai saat ini dapat
menghasilkan BBM sebanyak 120.000 barrel/hari dan memproduksi jenis BBM
dan NBBM diantaranya:
a. Premium.
b. Jet-Petrolium Grade.
c. Aviation Turbin.
d. Kerosene.
e. LPG.
f. Green Coke.
g. Solar
h. Lube Base Oil.
1. Visi: Menjadi kilang minyak dan petrokimia nasional yang kompetitif dan
berwawasan lingkungan di asia pasifik tahun 2025.
2. Misi: Melakukan usaha dibidang pengolahan minyak dan petrokimia yang
dikelola secara professional dan berwawasan lingkungan berdasarkan tata
nilai Pertamina untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
Pada Hari Ulang Tahun Ke-48 PT Pertamina yang jatuh pada hari Sabtu
tanggal 10 Desember 2005, PT Pertamina yang selama ini dikenal dengan
identitas kuda laut, kini mengganti penampilannya dengan identitas huruf “P”
dengan kombinasi tiga warna yang identik dengan bentuk anak panah yang
melesat.
8
Maksud filosofi tiap warna pada logo baru adalah:
Biru: Melambangkan andal dan dapat dipercaya.
Hijau: Melambangkan daya energi yang berwawasan lingkungan.
Merah: Mencerminkan keuletan, ketegasan, dan keberanian dalam menghadapi
berbagai macam kesulitan, jiwa yang dulu dilayani kini harus melayani, customer
oriented dan customer satisfaction.
Dumai merupakan sebuah kota di Propinsi Riau yang terletak di tepi pantai
timur Pulau Sumatera yang berjarak 188,8 km dari ibu kota Provinsi Riau,
Pekanbaru.
PT Pertamina Refinery Unit II Dumai terletak di Jalan Raya Kilang Putri
Tujuh Kelurahan Jaya Mukti Kecamatan Dumai Timur kota Dumai Provinsi Riau.
Batas administrasi kilang PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai adalah
sebagai berikut (PT Pertamina, 2017):
1. Sebelah utara berbatasan dengan selat rupat dan area konsensi PT Chevon
Pasific Indonesia (CPI).
2. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk, Kelurahan Jaya
Mukti.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk, Kelurahan Buluh
Kasap.
4. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk, Kelurahan Tanjung
Palas.
Pemilihan Dumai sebagai lokasi kilang yaitu berdasarkan atas beberapa
pertimbangan teknis yaitu:
1. Riau daratan merupakan ladang minyak yang terbesar di Indonesia yang di
operasikan oleh PT CPI (Chevron Pacific Indonesia). Produksi PT CPI
mencapai 850.000 barrel/hari, yang sebagian besar diekspor keluar negri
melalui pelauhan khusus minyak Dumai. Keberadaan kilang PT Pertamina
RU II Dumai lebih memudahkan transportasi minyak mentah yang diolah di
9
kilang, karena tinggal mengambil pipa produksi PT CPI yang dialirkan ke
pelabuhan khusus minyak.
2. Dumai di pinggir pantai Selat Rupat menuju perairan bebas Selat Malaka
yang meruapakan salah satu selat paling sibuk di dunia, sehingga produk-
produk PT Pertamina RU II Dumai akan mudah didistribusikan melalui
transfortasi laut.
3. Lokasi kilang yang berada dipantai timur Sumatra merupakan daerah yang
cukup jauh dari pusat gempa di Sumatra yang berpusat di bukit barisan,
sehingga keberadaan kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumai akan lebih
aman dari bencana alam/gempa bumi.
10
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Divisi Refinery Planning and Optimization
Sumber: Arsip PT Pertamina (Persero) RU II Dumai, 2017
Gambar 2.3 merupakan struktur organisasi yang ada pada divisi RPO yang
terdiri dari beberapa bagian yaitu section head refinery, section head supplay
chain and optimization, section head budget and performance. Setiap bagian
memiliki tugas masing-masing, antara lain (PT Pertamina, 2017):
1. Bagian Refinery Planning Section
Bagian Refinery Planning memiliki fungsi untuk melakukan rencana kerja
arus minyak sebagai basis penetapan anggaran dari masing-masing fungsi,
melakukan optimasi kilang untuk mendapatkan pola operasi yang paling optimum
dan evaluasi crude dan produk baru.
11
Tugas dari bagian Refinery Planning ini adalah sebagai berikut:
a. Mencari, menganalisa dan mengevaluasi pengadaan crude (minyak mentah),
mencari crude yang bernilai ekonomis yang memiliki mutu dan karakteristik
yang sesuai.
b. Membuat Rencana Kerja (RK) tahunan dan Short Term Survey (STS)
bulanan/rencana arus minyak bulanan.
c. Melakukan perhitungan dan perencanaan mengenai produk yang sebaiknya
diproduksi sebanyak-banyaknya.
d. Menghitung untung dan rugi penjualan setiap produk.
e. Melakukan evaluasi dan analisa produk yang dapat dicampur sehingga
produk bernilai ekonomis dan lebih tinggi sesuai kebutuhan.
f. Merencanakan waktu Turn Arround kilang berdasarkan pengolahan dan
kondisi operasi unit proses.
2. Bagian Supply Chain and Optimization Section
Bagian Supply Chain and Optimization memiliki fungsi untuk melakukan
distribusi produksi minyak ke lokasi-lokasi tertentu dan mengatur penjadwalan
pengapalan barang jadi maupun setengah jadi kilang ketempat-tempat tertentu.
Untuk membantu Section Head melaksanakan tugas tersebut maka Seksi ini
dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:
a. Seksi Supply Fuel Operation
Bagian ini memilki tugas-tugas sebagai berikut:
1. Pengadaan Umpan (feed).
2. Pengadaan produk.
3. Penyaluran Produksi.
4. Pengangkutan melalui kapal, pipa dan tank car.
b. Seksi Crude and Intermedia Procces
Bagian ini memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
1. Merencanakan Blending produk (seperti blending kerosene menjadi solar).
2. Pengaturan dermaga.
3. Pengatura Slop Oil atau produk buangan.
c. Bagian Budget and performance Section
12
Bagian Budget and Performance mempunyai tugas:
1. Pembuatan laporan hasil dari Rencana Kerja PT Pertamina RU II Dumai.
2. Pembuatan laporan dari seluruh bagian di PT Pertamina RU II Dumai
disampaikan kepusat.
13
dihasilkan CDU Sei. Pakning ini dikirim ke kilang Putri Tujuh untuk diolah lebih
lanjut.
Kilang Putri Tujuh memiliki fasilitas pengolahan yang lebih banyak dan
kompleks. Kilang ini selain memiliki unit destilasi minyak mentah juga
dilengkapi dengan unit proses Hydrocracking dan Thermalcracking. Proses
pengolahan di kilang PT Pertamina RU II Dumai meliputi unit operasi fraksinasi
yaitu memisahkan fraksi-fraksi minyak mentah berdasarkan titk didihnya,
Pemurnian (Tanning), proses Konversi (Catalic dan Thermalcracking) serta unit
pencampuran sesui spesifikasi produk yang diinginkan. Hasil produk BBM dan
NBBM dari Pertamina RU II Dumai seperti di bawah ini (PT Pertamina, 2017):
1. Fuel yang dipakai sebagai bahan bakar gas (fuel gas) di kilang
2. Kerosene/minyak tanah untuk keperluan bahan bakar rumah tangga.
3. Premium untuk keperluan bahan bakar kendaraan bermotor.
4. Mogas komponen premium 98 untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
5. Avtur (Aviation Turbine) untuk bahan bakar pesawat terbang.
6. JP 5/JP 1 (Jet Petroleum) untuk bahan bakar Jet.
7. ADO (Automotive Diesel Oil) untuk bahan bakar kendaraan bermotor dan
industri.
8. LPG (Liquid Petroleum Gas) untuk keperluan bahan bakar rumah tangga.
9. Green Coke untuk bahan campuran pembuatan baja.
10. LSWR (long sulphur waxy residue).
14
2.8.2. Unit Produksi PT Pertamina (Persero) RU II Dumai
GAS GAS
FUEL GAS /
LPG FLARES
GAS
L. NAPHTA H2
LPG
701
NHDT CCR
H. NAPHTA
NRU PL-I AMINE H2
PL-II
LPG PLANT PERTAMAX
REC
L. NAPHTA
KERO COMPONENTS
TOPPING H. NAPHTA PREMIUM
UNIT GAS
DIESEL COMPONENTS
211
100 KERO NAPHTA KEROSENE
212
LGO H. NAPHTA
L. KERO
HCU H. KERO
HGO
AVTUR
GASOIL
LONG RESIDUE
LVGO
GAS
HVGO
L. KERO
110 ADO
H. KERO
CRACKED
HVU NAPHTA 170 - CALCINER
140 220
GREEN
CRACKED
DISTILLATE
COKE
SHORT RESIDUE
DCU DHDT CALCINED
HCGO
SHORT RESIDUE COKE
REFINERY BLOCK DIAGRAM
MINAS & DURI IMPORTED RESIDUE GREEN COKE
PERTAMINA UP II DUMAI
CRUDES FROM SPK
rs/pe-enj.bang
Refinery Unit II Dumai merupakan salah satu dari tujuh kilang yang
dioperasikan PT Pertamina. Dengan pengolahan minyak mentah minas 85% yang
disuplai oleh PT CPI. Pengolahan kilang RU II Dumai terdiri dari unit-unit proses
utama yang mengsilkan produk-produk: premium, kerosene, JP-5, avtur, ADO,
LSWR, green coke, Naptha dan LNG. Untuk dapat memudahkan koordinasi dan
operasi pengilangan maka Pertamina RU II Dumai membagi menjadi tiga
komplek yaitu:
a. Hydro Skming Complex (HSC).
b. Hydro Cracking Complex (HCC).
c. Heavy Oil Complex (HOC).
15
2.8.2.1. Hydro Skiming Complex (HSC)
16
b. Naptha Rerun Unit (NRU)/Unit 102.
Fungsi utama dari Naptha Rerun Unit (NRU) adalah untuk memisahkan
fraksi ringan dari Straight Run Naptha berdasarkan titik didih menjadi Light
Naptha Dan Heavy Naptha, mempunyai kapasitas 9,3 MBSD.
Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah:
1. Light Naptha/LOMC (Low Octane Mogas Component) yang tidak
mengandung olefin atau bayak mengandung paraffin. Light Naptha
digunakan sebagai komponen blending premium.
2. Heavy Naptha digunakan sebagai umpan HBN PL-1.
3. Gas sebagai bahan bakar kilang.
c. Hydrobon and Platforming (PL-1)/Unit 301.
Heavy Naptha yang dihasilkan Naptha Rerun Unit masuk sebagai umpan
dalam Unit Hydrobon, produk yang dihasilkan adalah:
1. Gas sebagai umpan hydrogen plant dan fuel system.
2. LPG (Liquefied Petroleum Gases).
3. Reformat sebagai High Octane Mogas Component (HOMC), sebagai
komponen mogas untuk blending sebagai premium. Unit ini terdiri dari dua
bagian platforming (PL-1).
d. Naptha Hydrotreating Unit (NHDT)/Unit 200.
Fungsi utama dari proses ini adalah untuk menurunkan kadar Sulfur dan
Nitrogen dalam Naptha yang dipakai sebagai umpan dalam unit platforming pada
masing-masing maksimum 0,5 ppm, agar tidak meracuni katalis. Umpan Naptha
dari Unit ini berasal dari Straight Run Naptha (SRN) dari CDU, Heavy Naptha
dari HC Unibon serta Crack Naptha dari CDU dan menghasilkan Naptha berat
yang sudah di treat artinya sudah bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak
atau meracuni katalis.
Setelah melewati Feeds Surge Drum dicampur dengan gas hydrogen dan
dipanaskan dengan serangkaian alat penukar panas kemudian dipanaskan dalam
heater. Didalam reactor di dalam pemanas yang cukup Naptha akan dibersihkan
dari racun/impurities sehingga memenuhi persyaratan feed platformer. Hasil
reaksi setelah dikeluarkan dari reaktor dikondisikan dan didinginkan kemudian
17
dimasukkan kedalam drum pemisah untuk memisahkan cairan dengan gas.
Adapun produk yang dihasilkan pada unit ini adalah:
1. Gas dimanfaatkan sebagai fuel gas.
2. Heavy Naptha bebas dari impurities, sebagai umpan CCR-Platforming unit.
e. Platforming Unit II/(Unit 300).
Berfungsi untuk mengolah Treated Naptha dengan bantuan katalis, agar
menghasilkan High Grade Motor Fuel dengan nilai oktan tinggi berkapasitas 8,8
MBSD. Terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Platforming, berguna untuk mengolah Heavy Naptha dari NHDT agar
menghasilkan mogas komponen denga nilai oktan tinggi dengan bantuan
katalis.
2. CCR unit ini berguna meregenerasikan katalis yang digunakan pada
platforming secara terus-menerus (karena katalis mengalami deaktivasi akibat
keracunan dan pembentukan coke) untuk mengembalikan aktifasi katalis
tanpa harus menghentikan operasi. Produk akhir yang dihasilkan pada proses
ini adalah:
a. Gas sebagai umpan H2 Plant.
b. LPG yang akan dimurnukan di Amine dan LPG recovery.
c. Reformate/HOMC.
19
2.8.2.3. Heavy Oil Complex (HOC)
HOC mengolah Long Residu dari CDU untuk menghasilkan Bahan Bakar
Minyak (BBM) dan Coke, terdapat 4 Unit operasi yaitu:
a. High Vacum Destilation Unit/HVU (Unit 110).
Berfungsi untuk memisahkan Long Residu dari CDU/Topping unit
menjadi tiga fraksi berdasarkan perbedaan titik didih.mempunyai kapasitas 92,6
MBSD.
Produk yang dihasilkan pada unit ini adalah:
1. LVGO sebagai komponen ADO.
2. AVGO sebagai umpan HCU.
3. Short Residu (Vacum Bottom) sebagai umpan DCU.
b. DCU/Delayed Cooking Unit.
Berfungsi untuk mengolah Long Residu menjadi fraksi-fraksi minyak yang
lebih ringan dengan cara Thermal Cracking, berkapasitas 35,2 MBSD, dengan
peoduk yang dihasilkan yaitu:
1. Gas sebagai refinery fuel gas
2. LPG
3. Cracked Naptha sebagai umpan NHDT
4. LCGO sebagai umpan DHDT
5. HCGO sebagai umpan HCU
6. Green Coke yang langsung dipasarkan.
c. Destilation Hydrotreating Unit (DHDT) Unit 220.
Berfungsi untuk mengolah LCGO dari DCU dengan menjenuhkan
material yang tidak stabil dan membuang kontaminan (sulfur dan nitrogen).
Kapasitas unit ini 12,7 MBSD.
Produk yang dihasilkan unit ini yaitu:
1. Light kerosene sebagai komponen kerosene.
2. Heavy kerosene sebagai komponen ADO.
3. Naptha digabung dengan produk Naptha dari HCU menjadi feed NHDT.
4. Gas untuk feed Amine dan LPG recovery dan sebagai fuel gas.
20
2.8.3. Unit Penunjang di PT Pertamina RU II Dumai
2.8.3.1. Laboratorium
21
Bagian-bagian laboratorium yang ada di kilang antara lain:
1. Laboratorium Control/inspeksi
Tugas bagian ini adalah melakukan pemeriksaan terhadap umpan, hasil
produksi, bahan-bahan yang digunakan untuk pengolahan minyak, serta contoh-
contoh minyak yang di muat ke kapal atau di bongkar dari kapal.
2. Laboratorium Gas dan Analisa
Laboratorium ini memeriksa contoh-contoh minyak yang berasal dari
kilang beserta unit pembantunya, air dari boiler water treatment plant, serta gas-
gas dari proses kilang.
3. Laboratorium Penelitian
Laboratorium ini di bentuk untuk masa-masa mendatang sesuai dengan
perluasan kilang dan perkembangan teknologi. Dari hasil penelitian akan didapat
hal-hal yang membantu jalannya proses penelitian serta mencari jalan keluarnya
terhadap masalah-masalah yang selama ini belum terpecahkan.
4. Laboratorium Motor dan maintenance
Tugas bagian ini adalah untuk memeriksa angka oktan dari mogas,
premium, mogas super dan komponen-komponen lainnya dan melakukan
pemeriksaan/reparasi ringan.
5. Administrasi dan Material
Tugas bagian ini adalah untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi dan penyediaan bahan-bahan kimia yang di perlukan.
23
2.8.3.3. Utilities
Energi adalah daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan, termasuk bahan bakar, listrik, energi mekanik dan panas. Sumber energi
adalah sebagian sumber daya alam antara lain berupa minyak dan gas bumi,
batubara, air, panas bumi, gambut, biomasa dan sebagainya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi (PT Pertamina, 2017):
a. Engineering & Development melakukan audit energy dan loss untuk
mendapatkan potret di lingkungan RU II, audit bisa dilakukan oleh pihak
internal RU II ataupun pihak independent.
24
b. Dari hasil potret audit energy dan loss yang dilakukan, ECLC melakukan
perencanaan dan penyusunan initiatives energy dan loss.
c. ECLC melakukan penyusunan Rencana Kerja (RK) energy dan loss untuk
satu tahun ke depan berdasarkan Memo RK Arus Minyak dari fungsi RPO
dan didistribusikan ke unit produksi (HSC, HCC, HOC dan UTL).
d. ECLC mengumpulkan data dan informasi dari bagian produksi (HSC, HCC,
HOC dan UTL) yang akan digunakan untuk melakukan tracking dan
monitoring pengendalian energy dan loss .
e. ECLC mengeluarkan laporan harian, mingguan dan bulanan energy dan loss
dari hasil monitoring dan tracking ke bagian produksi (HSC, HCC, HOC dan
UTL) dengan mengacu pada TKI ECLC.
f. ECLC melakukan evaluasi jika hasil tracking dan monitoring yang diperoleh
belum memenuhi atau tidak sesuai seperti yang diharapkan (melebihi RK),
jika sudah menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (sesuai
RK) maka kegiatan selesai.
g. ECLC mengeluarkan memo hasil study/evaluasi berupa rekomendasi dan
mendistribusikannya ke bagian terkait (MPS, MA, TA, HSC, HCC, HOC dan
UTL) untuk segera dilaksanakan.
h. ECLC melakukan tracking dan monitoring secara kontinu atas pelaksanaan
rekomendasi yang dapat langsung dikerjakan tanpa biaya investasi ke bagian
terkait (MPS, MA, TA, HSC, HCC, HOC dan UTL).
i. ECLC mengirimkan usulan Anggaran Biaya Investasi (ABI) terhadap
rekomendasi yang memerlukan biaya investasi ke bagian Project Engineering
untuk segera ditindak lanjuti.
25