1. 2015
Oleh :
Wahyu Widayat
Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT
Abstrak
Kota-kota besar di Indonesia menggunakan air sungai sebagai air baku PAM (Perusahaan Air
Minum). Konsentrasi senyawa organik dan amoniak di dalam air baku PAM terus meningkat
akibat pencemaran limbah industri dan domestik. Kombinasi proses biofiltrasi dengan ultrafiltrasi
merupakan salah satu alternatif untuk mereduksi konsentrasi senyawa organik, amoniak, besi,
mangan dan kekeruhan di dalam air baku. Pengolahan menggunakan reaktor biofilter dengan
media tipe sarang tawon dikombinasikan dengan ultrafiltrasi. Kondisi operasional pengolaan
dengan variasi HRT (Hydraulyc Rentention Time) antara 1-4 jam dengan suplai udara 0-30
l/menit. Kondisi operasional terpilih adalah pada HRT 2 jam dan suplai udara 20 l/menit yaitu
dengan efisiensi konsentrasi organik, amoniak, besi, mangan, dan kekeruhan secara berturut-
turut adalah 68 %, 65 %, 68 %, 67 %, dan 72 %.
Kata Kunci: Biofiltrasi, ultrafiltrasi, media tipe sarang tawon, efisiensi reduksi, air minum.
Abstract
In big cities of Indonesia using river water as raw water PAM (drinking water company). The
concentration of organic matter and ammonia in the raw water PAM is increasing due to
industrial and domestic waste pollution. Biofiltration combination with ultrafiltration process is
use as one alternative to reduce concentration of organic matter, ammonia, iron, manganese
and turbidity in raw water. In this treatment, biofilter reactor is use with plastic of Honeycomb
tube type as media combined with ultrafiltration. Operational condition of treatment is variation
of HRT (Hydraulyc Retention Time) between 1–4 hours and air supply between 0–30 l/min. The
selected operational condition of treatment found at HRT of 2 hours and air supply of 20 l/min,
with removal efficiency of concentration of organic, ammonia,iron, manganese, and turbidity are
68 %,65 %, 68 %, 67 %, and 72 % respectively.
1. PENDAHULUAN air (air sumber) 12,7%, air sungai 4,8%, air hujan 2,5%
daur ulang dan lainnya 1,1 %. [1].
1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas air sungai yang dipakai sebagai
sumber air baku perusahaan air minum (PAM)
Pelayanan air bersih di Indonesia dalam skala semakin menurun seiring dengan peningkatan jumlah
yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan penduduk, sebagai akibatnya biaya produksi semakin
dikelola oleh Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) mahal dan pada kondisi tertentu menyebabkan PAM
kota yang bersangkutan. Pelayanan 300 PDAM secara tidak dapat lagi memberikan pelayanan yang baik
nasional belum mencukupi, yaitu dibawah 17 % kepada masyarakat karena kualitas air olahan buruk.
(2014). Daerah yang belum mendapatkan pelayanan Masalahnya adalah dengan semakin buruknya
air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan kualitas air baku untuk air minum, maka disamping
air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber biaya produksinya membesar, hasil pengolahan
(mata air) dan lainnya. Prosentase banyaknya rumah berupa air bersih juga kurang baik bahkan tidak layak
tangga dan sumber air minum yang digunakan di digunakan sebagai air minum. Salah satu masalah
berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi yang sering dijumpai pada air minum di dunia akhir-
tergantung dari kondisi geografisnya. Secara nasional akhir ini yakni timbulnya senyawa yang dinamakan
adalah sebagai berikut: pengguna air PAM 16,8 %, air Trihalomethanes atau disingkat THM, sebagai hasil
tanah (pompa) 11,7%, air sumur (perigi) 49,6%, mata samping dari proses disinfeksi dengan gas klor atau
47
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
senyawa hipoklorit. Konsentrasi THM tertinggi di air baku untuk PAM khususnya di kota-kota besar,
dalam air minum ditemukan setelah proses klorinasi misalnya Jakarta termasuk di dalamnya Tangerang
berlangsung. THM terbentuk akibat reaksi antara dan Bekasi, Surabaya, Semarang serta kota-kota
klorine dengan senyawa natural seperti "humic lainnya yang mengambil air bakunya dari sungai
substance" yang ada dalam air baku.[16] dengan kualitas yang sangat buruk, maka seharusnya
THM adalah senyawa organik yang merupakan masalah THM ini juga menjadi prioritas untuk dicari
turunan dari methana (CH4). Tiga buah atom pemecahannya, karena THM ini adalah senyawa yang
Hidrogen (H)-nya diganti oleh atom halogen yaitu klor secara potensial dapat menyebabkan kanker
(Cl), Brom (Br), Iodium (I). Beberapa senyawa THM (carcinogen).[19]
yang sering dijumpai adalah dibromokloromethan PDAM Tirta Kerta Raharja kabupaten
(CHBr2Cl), bromodikholomethan (CHBrCl 2), kloroform Tangerang melakukan pemantauan kualitas air baku
(CHCl3), dan bromoform (CHBr3). Senyawa kloroform pada instalasi pangolahan air (IPA) wilayah Bojong
adalah merupakan salah satu senyawa THM yang Renged, Tangerang pada bulan September 2000.
paling umum dan sangat berpotensi sebagai Kualitas air baku (sungai Cisadane) sudah tidak layak
penyebab kanker. Jumlah total ke empat senyawa lagi digunakan sebagai sumber air baku PAM, karena
tersebut sering disebut total trihalomethan (TTHM). salah satu parameter yaitu amoniak tidak memenuhi
Selain ke empat senyawa tersebut di atas masih ada kriteria mutu air Golongan I.[12] Konsentrasi amoniak
beberapa senyawa trihalomenthan lainnya tetapi antara 0.06-1.09 mg/l, kondisi tersebut menjadi dua
biasanya kurang stabil.[20] kali lipat bahkan lebih pada musim kemarau. Bulan
Senyawa prekusor THM adalah Senyawa- agustus 2009 konsentrasi amoniak (NH4-N) mencapai
senyawa yang secara potensial dapat menyebabkan 3.8 mg/l sehingga IPA Bojong Renged menghentikan
terjadinya THM. Salah satu precursor THM adalah proses pengolahan untuk sementara waktu, karena
senyawa humus (Humic and Fulvic Substances) yang instalasi pengolahan yang ada sudah tidak mampu
secara alami terbentuk akibat proses pelapukan daun lagi mengolah dengan kondisi air baku seperti
daun yang gugur atau sisa tumbuh-tumbuan yang tersebut diatas.
telah mati oleh aktifitas mikroorganisme. Air PAM di Indonesia umumnya menggunakan
limpasan hujan (Run Off) membawa senyawa humus senyawa klor (gas klor atau kalsium hipoklorit) untuk
dari daerah hutan atau pertanian, kemudian masuk mereduksi mikroorganisma (desinfeksi). Selama
ke aliran sungai pada. Air limbah baik domestik proses desinfeksi gas klor juga bereaksi dengan
maupun industri juga mengandung zat organik yang senyawa organik, amoniak, logam besi dan mangan.
besar, apabila tidak dikelola dengan baik akan masuk Meningkatnya konsentrasi zat pencemar tersebut
ke badan air sungai akan menjadi prekusor THM.[17] mengakibatkan kebutuhan klor semakin banyak,
Air sungai yang mengandung prekursor THM sebagai akibatnya muncul hasil samping dari proses
ini digunakan sebagai sumber air baku PAM. Senyawa klorinasi, yaitu terbentuknya senyawa trihalometan
precursor THM tersebut bereaksi dengan senyawa (THM) dan diikuti kenaikan konsentrasi senyawa
klor dalam proses desinfeksi sehingga terbentuklah halogen organik lainnya. Amoniak dalam air baku
senyawa THM dan senyawa halogen organik lainnya. bereaksi dengan klor membentuk kloramin dengan
Kandungan amoniak dalan air baku juga akan daya desinfeksi lebih lemah, sehingga konsumsi khlor
bereaksi dengan klor membentuk senyawa kloramine menjadi lebih besar, sebagai akibatnya biaya
yang mempunyai daya disinfeksi lebih rendah, operasional meningkat.
sebagai akibatnya konsumsi senyawa klor yang Upaya PAM meningkatkan kualitas air olahan
meningkat, sehingga terbentuknya THM juga semakin adalah dengan menerapkan pengolahan lanjutan
besar. [8] (advanced treatment), yaitu menggunakan karbon
Beberapa negara maju seperti Amerika, aktif bubuk di bak pengendap akhir atau granular
Canada, Eropa dan Jepang, konsentrasi total THMs pada filter karbon aktif. Cara ini mampu
dalam air minum maksimum yang dibolehkan yakni meningkatkan kualitas air olahan, namun
0.1 mg/l. Jepang menetapkan, jika konsentrasi COD membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan karbon
(permanganate number) air permukaan yang dipakai aktif yang telah dipakai tidak dapat digunakan lagi
sebagai air baku PAM lebih besar 12 mg/l atau warna (limbah padat). PAM sampai saat ini belum
lebih besar skala 20 atau lebih dibanding dengan air memungkinkan membuat instalasi baru yang
tanah, maka perusahaan air minum harus mulai menyesuaikan kualitas air baku, salah satu cara yang
melakukan pemantauan terhadap THM dalam air perlu dipertimbangkan saat ini adalah dengan
minum.[19] melakukan pengolahan awal (pretreatment)
Masalah THM di Indonesia sampai saat ini menggunakan proses biologis (biological process)
belum menjadi perhatian. Perusahaan air minum atau untuk meningkatkan kualitas air baku dengan
dalam hal ini PAM, hanya berkonsentrasi mengenai penerapan proses biofiltrasi menggunakan media
kwantitas dibanding dengan kualitas. Melihat kondisi plastik tipe sarang tawon selanjutnya dilakukan
48
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
2. TINJAUAN PUSTAKA
49
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
menjadi bentuk yang lain berupa gas atau padatan. Ringan, mudah dibentuk dan fleksibel dalam
Hasil dari transformasi tersebut dipengaruhi oleh aplikasi
kondisi lingkungan pada saat proses berlangsung Luas permukaan spesifik besar (luas permukaan
yaitu kondisi aerobik dan anaerobik.[[2] per satuan volume) antara sebesar 85-226
2 3
Proses pengolahan biologis secara aerobik m /m .
merupakan suatu proses yang membutuhkan oksigen Volume rongga lebih besar dibanding media
untuk menunjang berlangsungnya proses lainnya (sampai 95%) sehingga resiko kebuntuan
metabolisme biokimia oleh mikroorganisma dalam kecil.
peruraian bahan-bahan organik menjadi bentuk yang Di dalam reaktor biofilter ini, mikroorganisma
lebih sederhana yaitu CO2, H2O, senyawa-senyawa menempel, tumbuh dan melapisi keseluruh
oksida seperti nitrat, sulfat, phosphat dan permukaan media. Pada saat beroperasi air mengalir
terbentuknya massa sel yang baru.[6] melalui celah-celah media dan berhubungan langsung
Pada pengolahan secara biologis, dengan lapisan massa mikroba (biofilm). Mekanisme
pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan perpindahan massa yang terjadi pada permukaan
secara melekat pada permukaan media penyangga suatu media dinyatakan sebagai berikut :
(attached growth), yakni suatu proses pengolahan Diffusi substansi air buangan dari cairan induk ke
dimana senyawa-senyawa organik atau senyawa– dalam masa mikroba yang melapisi media.
senyawa lainnya yang terdapat dalam air diuraikan Reaksi peruraian bahan organik maupun
oleh mikro-organisme yang melekat pada permukaan anorganik oleh mikroba.
media penyangga menjadi senyawa yang lebih Diffusi produk peruraian ke luar menuju cairan
sederhana serta membentuk biomasa atau sel-sel induk limbah.
baru. [22] Permukaan media yang kontak dengan air
yang mengandung polutan atau nutrisi yang terdapat
2.3 Biofilter Unggun Tetap (Fixed bed Biofilter) dalam air buangan ini mengandung mikroorganisma
yang membentuk lapisan aktif biologis. Disamping itu
Struktur reaktor biofilter menyerupai saringan oksigen terlarut juga merupakan fator penting di
(filter) yang terdiri dari susunan atau tumpukan dalam pembentukan lapisan film. Proses awal
bahan penyangga yang disebut dengan media pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan film
penyangga dengan susunan secara teratur maupun pada media membutuhkan waktu antara 15 sampai
acak di dalam suatu bejana. Fungsi media penyangga 60 hari, tergantung dari komposisi air yang akan
adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya diolah dan dikenal dengan “proses pematangan”.
mikroorganisma yang akan melapisi permukaan Pada awalnya tingkat efisiensi penyisihan polutan
media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm) sangat rendah, selanjutnya mengalami peningkatan
dan menguraikan bahan organik dan polutan lainnya dengan terbentuknya lapisan film yang setabil.[9]
yang ada dalam air. Media penyangga merupakan
salah satu kunci keberhasilan proses biofilter. 2.4 Lapisan Biomassa
Efektifitas media tergantung pada :[2]
Luas permukaan, yaitu semakin luas permukaan Lapisan biomassa atau biofilm didefinisikan
media maka semakin besar jumlah biomassa per sebagai lapisan sel mikroba yang berkaitan dengan
unit volume. penguraian zat organik yang melekat pada suatu
Volume rongga, yaitu semakin besar volume permukaan media. Proses penempelan,
rongga atau ruang kosong maka semakin besar pembentukan koloni dan pertumbuhan lapisan sel
kontak antara substrat dalam air buangan mikroba dapat dilihat pada Gambar 2. [2]
dengan biomassa yang menempel Kecepatan pertumbuhan lapisan biofilm pada
permukaan media akan bertambah seiring dengan
Faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangbiakan dan adsorpsi yang terus berjalan
pertumbuhan bakteri pada media penyangga adalah sampai terjadi proses akumulasi lapisan biomassa
kecepatan aliran, bentuk dan jenis konfigurasi media. dalam bentuk lapisan lendir (slime). Pertumbuhan
Media yang digunakan dapat berupa kerikil, batu mikroorganisma terus berlangsung pada slime yang
pecah (split), media plastik (polivinil chlorida), dan sudah terbentuk sampai ketebalan slime mencapai
partikel karbon aktif dan lainnya. Media yang sering maksimum. Difusi makanan dan oksigen juga terus
digunakan pada proses biologis khususnya biofiter berlangsung sehingga tercapai ketebalan maksimum
adalah media plastik yang terbuat dari PVC. dan pada kondisi ini difusi makanan maupun oksigen
Keuntungan penggunaan penggunaan media plastik tidak mampu lagi mencapai permukaan padatan,
ini antara lain : [2] akibatnya lapisan biomassa terbagi menjadi dua
zona yaitu zona aerob dan zona anaerob. Pada
kondisi ini mulai terjadi proses pengelupasan lapisan
50
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
biomassa yang selanjutnya segera terbentuk koloni Semakin lama, lapisan biofilm yang tumbuh
mikroorganisme baru, dengan demikian pada media penyangga tersebut semakin tebal
pembentukan biofilm terus berlangsung selama sehingga menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke
polutan atau nutrisi mencukupi. Proses pengelupasan dalam lapisan biofilm yang mengakibatkan
ini juga disebabkan oleh pengikisan cairan yang terbentuknya zona anaerobik. Pada zona anaerobik
berlebih yang mengalir melalui biofilm.[22] ini, senyawa nitrat yang terbentuk diubah ke dalam
bentuk nitrit yang kemudian dilepaskan menjadi gas
nitrogen (N2). Proses demikian tersebut dinamakan
proses denitrifikasi.[11]
51
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
terbentuknya lapisan lendir (biofilm) pada permukaan mengakibatkan efisiensi menurun. Setelah reaktor
media, mulai dilakukan analisa laboratorium. Lapisan lima hari beroparasi dengan WTH 6 jam efisiensi
biofilm ini mengandung mikroorganisma pengurai sudah mulai menunjukkan kesetabilan. Fase ini
senyawa organik dalam air baku. Pertumbuhan disebut pematangan dan setelah mencapai kondisi
mikroorganisme diamati dengan mengukur stabil disimpulkan mikroorganisme pengurai telah
penyisihan senyawa organik di dalam bioreaktor tumbuh dan bekerja dengan baik.[9]
setelah 7 hari proses sampai penyisihan senyawa Efisiensi rata-rata penyisihan organik dengan WTH 6
organik stabil (steady state). jam sebesar 77% dan untuk mendapatkan WTH serta
efisiensi penyisihan terbaik dilanjutkan dengan
penurunan WTH menjadi 4 jam. Penyisihan organik
pada saat seeding dapat dilihat pada Gambar6.
Tabel 1 : Spesifikasi Reaktor Biofilter.
52
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
53
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
Penurunan WTH mengakibatkan debit air baku Tabel 3 : Rata-Rata Efisiensi Penyisihan Amoniak Pada
meningkat sehingga beban hidrolis juga meningkat, WTH 1-4 Jam.
sebagai akibatnya efisiensi penyisihan amoniak
mengalami penurunan. Laju pembebanan amoniak WTH (jam) Rata-rata efisiensi penyisihan
dalam reaktor biofilter bermedia plastik tipe sarang Amoniak [NH4-N](%)
2 3 1 44
tawon dengan luas permukaan 226 m /m pada WTH
2
1-4 jam adalah 0.4, 0.2, 0.1, dan 0.1 g/m media.hari, 2 65
3 68
sedangkan efisiensi penyisihan adalah 47%, 65%,
4 71
68%, dan 71%.
Gambar 10 berikut ini menunjukkan hubungan
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
linear antara laju pembebanan dengan efisiensi
di dalam teknis perencanaan dan aplikasi reaktor
penyisihan amoniak, dengan persamaan sebagai
biofilter, antara lain:
berikut:
Waktu tinggal hidrolis dalam reaktor singkat
Efisiensi penyisihan polutan tinggi
ya = -91.19xa + 77.12 (3) Ukuran lahan yang dipakai kecil
dengan R = 0.92
2 Bentuk rancangan fleksibel
Biaya investasi dan operasional rendah
dimana, Air hasil olahan memenuhi kriteria mutu air
ya = Efisiensi penyisihan amoniak, NH4-N (%) Golongan I.[12]
xa = Laju pembebanan amoniak, NH4-N (g/m2 media/hari)
Ukuran, bobot reaktor, efisiensi penyisihan dan
kebutuhan energi merupakan faktor penting dalam
perencanaan pembangunan instalasi pengolahan air.
80
Ukuran reaktor menjadi acuan dalam penyediaan
Efisiensi penyisihan NH4-N (%)
70
lahan sedangkan bobot reaktor menjadi
60
pertimbangan konstruksi, dimana semakin kecil WTH,
50
ukuran reaktor semakin hemat dalam penggunaan
40
y = -91.19x + 77.12
2
lahan dan dengan bobot reaktor yang lebih kecil
30 R = 0.92
memerlukan konstruksi yang lebih ringan. Reaktor
20
10
dengan efisiensi tinggi mempunyai kemampuan yang
0
lebih besar dalam mengolah air sehingga lebih efisien
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 dalam pemakaian energi untuk peralatan pendukung
Laju pembebanan NH4-N (g/m2 media.hari) seperti pompa dan blower. Kualitas air hasil
Efisiensi Linear (Efisiensi) pengolahan juga merupakan faktor yang penting di
dalam penentuan pemilihan waktu tinggal hidrolis.
Gambar 10 : Laju Pembebanan Dengan Efisiensi Kualitas air baku dan hasil pengolahan proses
Penyisihan Amoniak. biofiltrasi pada WTH 1-4 jam dapat dilihat pada Tabel
4.
Laju Pembebanan amoniak diikuti dengan
penurunan efisiensi amoniak. Tabel 4 : Kualitas Air Baku Dan Hasil Pengolahan Pada
WTH 1-4 Jam.
3.3.3 Penentuan WTH Tepilih
WTH Konsentrasi rata-rata amoniak (mg/liter)
(jam) Masuk Keluar
WTH terpilih ditentukan melalui seleksi nilai 1 1.11 X 0.60 V
efisiensi penyisihan senyawa amoniak, dengan 2 1.03 X 0.39 V
mempertimbangkan penyisihan amoniak lebih sulit 3 1.10 X 0.37 V
dibandingkan dengan parameter lainnnya sehingga 4 1.08 X 0.33 V
dapat mewakili data untuk keperluan teknis Keterangan:
perencanaan, kelayakan dan aplikasi teknologi x = Tidak memenuhi mutu air golongan I PPRI No. 82/2001 (0,5 mg/l)
v = Memenuhi kriteria mutu air golongan I PPRI No. 82/2001
biofilter. Waktu tinggal hidrolis yang dipilih adalah (0,5 mg/l)
WTH tersingkat namun efisiensi penyisihan optimal
atau tertinggi dan setabil. Efisiensi penyisihan Waktu tinggal hidrolis 2 jam diambil sebagai
amoniak rata-rata pada WTH 4 jam sebesar 71%. WTH terpilih, dimana WTH 2 jam adalah WTH
Efisiensi penyisihan rata-rata amoniak dapat dilihat terpendek dengan efisiensi penyisihan amoniak relatif
pada Tabel 3. tinggi. Pertimbangan lain adalah air hasil pengolahan
54
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
memenuhi kriteria mutu golongan I, yaitu air yang keberadaan oksigen sangat penting dalam proses ini.
dapat digunakan sebagai air baku air minum.[11] Konsentrasi oksigen terlarut yang diperlukan agar
proses nitrifikasi dapat berjalan dengan baik yaitu jika
3.3.4 Pengaruh Suplai Udara Terhadap DO minimumnya 1 mg/l tetapi bila konsentrasi DO
Penyisihan Amoniak (NH4-N) dibawah 1 mg/l maka proses nitrifikasi menjadi
lambat.
Efisiensi penyisihan amoniak dengan WTH 2
Fungsi suplai udara pada reaktor biofilter
jam dan variasi suplai udara 0-30 liter/menit
adalah mensuplai oksigen untuk mendukung
ditunjukkan pada Gambar 11. Penurunan konsentrasi
mikroorganisma melakukan penguraian polutan
amoniak diikuti dengan peningkatan konsentrasi
dalam air baku dan digunakan untuk menjaga
nitrat, hal ini menunjukkan bahwa di dalam reaktor
kestabilan biofilm dari gangguan material yang
biofilter telah terjadi proses nitrifikasi. Mikroba yang
menghalangi lapisan biomasa dan merontokkan
terlibat dalam proses ini adalah bakteri autotrof yang
biofilm yang telah mati. Perubahan suplai udara dari
berperan dalam proses nitrifikasi, sedangkan bakteri
20 menjadi 10 dan 0 liter/menit mengakibatkan
heterotrof berperan dalam penguraian beban
efisiensi penyisihan senyawa organik turun dengan
organik. Walaupun bakteri autotrof berperan dalam
efisiensi rata-rata penyisihan 43% dan 37%. DO yang
proses nitrifikasi, proses ini dapat juga terjadi dengan
terukur pada titik masuk sekitar 5.5 mg/l dan pada
adanya bakteri heterotrof.
titik keluar sekitar 3 mg/l. Syarat DO yang diperlukan
dalam proses biofiltrasi mencukupi mikroorganisma
untuk melakukan penguraian senyawa amoniak,
walaupun mendekati syarat minimal. Suhu operasi
reaktor biofilter antara 28.2-28.7 dan pH antara 7.1-
7.5 adalah kondisi yang baik untuk mikroorganisma
melakukan penguraian.
Inhibitor maupun toksik tidak teridentifikasi di
dalam sistem, faktor penghambat yang menghalangi
lapisan biofilm kontak dengan air baku kemungkinan
bisa terjadi dari pengendapan tanah, lempung dan
pasir halus yang menutupi sebagian lapisan biomasa.
Lempung dan tanah halus yang tersuspensi di dalam
air baku. Penurunan efisiensi penyisihan senyawa
Gambar 11 : Penyisihan Amoniak Pada WTH 2 Jam
amoniak di dalam reaktor biofilter pada variasi suplai
Dan Suplai Udara 0-30 Liter/Menit.
udara 0-10 liter/menit dapat dikatakan akibat
tertutupnya biofilm oleh tanah halus dan lempung
Pengolahan dengan pengkondisian WTH dari 2
sehingga luas kontak antara biofilm dengan air baku
jam dan suplai udara 0-30 liter/menit menghasilkan
berkurang dan mikrooganisma tidak mendapatkan
efisiensi penyisihan rata-rata berturut-turut sebesar
suplai oksigen dan makanan yang mencukupi.
37%, 43%, 65% dan 65%. Penurunan konsentrasi
amoniak pada air olahan menunjukkan terjadinya
proses penguraian amoniak pada saat nitrifikasi di
dalam reaktor biofilter. Penguraian amoniak pada
proses nitrifikasi dilakukan oleh mikroorganisme
autotrof maupum heterotrof dalam mensintesa sel.
Identifikasi mikroorganisma yang terdapat
dalam biofilm, terdapat bakteri nitrosomonas dan
nitrobacter (Laboratorium FKH IPB, 2010). Nitrifikasi
merupakan proses pengubahan NH4-N menjadi NO2-N
yang kemudian menjadi NO3-N yang dilakukan oleh
bakteri autotropik dan heterotropik. Pengubahan
NH4-N menjadi NO2-N dilakukan oleh bakteri
nitrosomonas dan selanjutnya NO2-N yang terbentuk
diubah menjadi NO3-N oleh bakteri nitrobacter. Gambar 12 : Penyisihan NO2-N Pada WTH 2 Jam Dan
Kedua jenis bakteri diatas berlangsung dalam Suplai Udara 0-30 Liter/Menit.
keadaan aerob sehingga memerlukan konsentrasi
oksigen yang cukup untuk sumber energi dalam Penurunan konsentrasi amoniak (NH4-N)
menunjang proses metabolisme, dan juga proses diikuti dengan penurunan nitrit (NO 2-N) dan
nitrifikasi merupakan suatu proses aerob sehingga peningkatan konsentrasi nitrat (NO3-N). Perubahan
55
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
konsentrasi (NO2-N) (NO3-N) pada saat penurunan proses nitrifikasi sejalan dengan poses penyisihan
konsentrai NH4-N dapat dilihat pada Gambar 12 di organik.
atas dan Gambar 13. Senyawa nitrit merupakan
senyawa peralihan dalam siklus biologi. Senyawa ini 3.3.5 Penentuan Suplai Udara Terpilih
dihasilkan dari proses oksidasi NH4-N, tetapi sifatnya
tidak stabil karena pada kondisi aerobik selama nitrit Seperti telah dijelaskan di atas beberapa hal
terbentuk, dengan cepat nitrit dioksidasi menjadi penting yang perlu diperhatikan di dalam teknis
nitrat oleh bakteri nitrobacter, oleh karena itu perencanaan dan kelayakan aplikasi reaktor biofilter,
senyawa nitrit ditemukan dalam jumlah yang kecil. antara lain:
Peningkatan konsentrasi NO3-N dapat disebabkan Waktu tinggal hidrolis dalam reaktor singkat
adanya oksigen yang dialiri secara terus menerus ke Efisiensi penyisihan polutan tinggi
dalam reaktor, sehingga dapat menyebabkan Ukuran lahan yang dipakai kecil
pembentukan nitrat, seperti pada persamaan 1 dan Bentuk rancangan fleksibel
2[2]. Biaya investasi dan operasional rendah
Air hasil olahan memenuhi kriteria mutu
Golongan I.[12]
56
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
WTH 2 jam dan suplai udara 20 liter/menit penguraian organik dapat dilihat pada persamaan di
diambil sebagai suplai udara terpilih, dimana pada bawah ini:[2]
suplai udara 20 liter/menit adalah merupakan suplai Oksidasi
udara terbaik dengan efisiensi penyisihan tergolong COHNS + O2 + bakteri CO2 + NH3 + produk +
tinggi untuk mereduksi amoniak dan air hasil energi akhir (Materi organik) (4)
pengolahan memenuhi kriteria mutu golongan I.[12]
Sintesa
3.4 Penghilangan Senyawa Organik COHNS + O2 + bakteri + energi C5H7NO2
(Materi Organik)( Sel Bakteri Baru)
(5)
3.4.1 Efisiensi Penyisihan Organik dengan WTH 2
jam dan Suplai Udara 20 liter/menit Respirasi
C5H7NO2 + 5 O2 5 CO2 + NH3 + 2H2O +
Pengamatan perubahan konsentrasi zat Energi(6)
organik sebelum dan sesudah pengolahan serta
efisiensi penyisihan zat organik di dalam reaktor Pada proses suplai udara diubah dari 20
biofilter pada WTH 2 jam dengan suplai udara 0-30 menjadi 10 dan 0 liter/menit efisiensi penyisihan
liter/menit secara lengkap ditunjukkan seperti senyawa organik semakin turun dengan efisiensi rata-
ditunjukkan pada Gambar 12. rata penyisihan 38%. Oksigen terlarut yang terukur
pada titik masuk sekitar 5.5 mg/l dan pada titik keluar
sekitar 3 mg/l. Bitton (1994) proses biofiltrasi dalam
reaktor pertumbuhan melekat (attached growth
reactor) supaya dapat bekerja dengan baik oksigen
terlarut harus dijaga antara 2-5 mg/l.
Syarat oksigen terlarut yang diperlukan dalam
proses biofiltrasi mencukupi mikroorganisma untuk
melakukan penguraian senyawa organik, walaupun
mendekati syarat minimal. Suhu operasi reaktor
biofilter antara 28.2-28.7 dan pH antara 7.1-7.5
adalah kondisi yang baik untuk aktifitas
mikroorganisma pengurai.[3] Inhibitor tidak
teridentifikasi di dalam sistem, faktor penghambat
Gambar 12 : Penyisihan Organik Dengan WTH 2 Jam yang menghalangi lapisan biofilm kontak dengan air
Dan Suplai Udara 0-30 Liter/Menit. baku kemungkinan bisa terjadi dari pengendapan
tanah halus, lempung dan pasir halus yang menutupi
Pada pengolahan dengan WTH 2 jam dengan sebagian lapisan biomasa (biofilm). Lempung dan
suplai udara 0 sampai 30 liter/menit berturut-turut tanah halus yang tersuspensi di dalam air baku kira-
-2
sebesar 38%, 38%, 68% dan 70%. Dari hasil penelitian kira berukuran 10 mm dapat mengendap sedalam 1
tersebut terlihat bahwa setelah suplai udara dirubah m dalam waktu 2 jam.[5]
dari 30 menjadi 20 liter/menit terjadi penurunan Penurunan efisiensi penyisihan senyawa
efisiensi penyisihan senyawa organik dari 70% organik di dalam reaktor biofilter pada variasi suplai
menjadi 68% dan penurunan suplai udara dari 20 udara 0-10 liter/menit dapat dikatakan akibat
menjadi 0 liter/menit terjadi penurunan efisiensi tertutupnya biofilm yang menempel pada media oleh
penyisihan senyawa organik dari 68% menjadi 38%. tanah halus dan lempung sehingga luas kontak antara
Efisiensi penyisihan senyawa organik pada biofilm dengan air baku berkurang, sehingga
WTH 2 jam dan suplai udara 20 liter/menit masih mikrooganisma tidak dapat bekerja dengan baik.
tinggi, yaitu sekitar 68%, hal ini disebabkan waktu Fungsi suplai udara pada reaktor biologis
kontak kontak mencukupi, tidak ada senyawa melekat sebagai suplai oksigen untuk mendukung
penggangu (inhibitor), jenis dan jumlah mikroorganisma melakukan penguraian substrat juga
mikroorganisme pengurai mencukupi untuk digunakan untuk menjaga kestabilan biofilm dari
melakukan penguraian. Adanya oksigen terlarut yang gangguan material yang menghalangi lapisan
mencukupi (± 4 ppm) menyebabkan proses oksidasi biomasa, merontokkan biofilm yang telah mati.
aerob di dalam reaktor biofilter dapat berlangsung
dengan baik, bahan–bahan organik akan dirubah 3.4.2 Pengaruh Beban Organik Terhadap
menjadi NH3, CO2, H2O, produk – produk akhir yang Efisiensi Penyisihan Zat Organik
relatif stabil dan energi serta sisanya akan disintesis
menjadi mikroba baru. Secara umum mekanisme Beban organik adalah jumlah senyawa organik
yang dapat diolah dalam reaktor biofilter per satuan
57
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
luas permukaan media per satuan waktu, yang 3.5 Penghilangan Fe, Mn dan Kekeruhan
dinyatakan sebagai berat organik persatuan volume
media perhari. Laju pembebanan senyawa organik Berdasarkan hasil percobaan tersebut di atas
pada waktu tinggal hidrolis 1-4 jam adalah 5.7, 2.7, dengan menggunakan proses biofilter dengan media
2
1.8 dan 1.5 g/m media.hari, dengan efisiensi plastik tipe sarang tawon dapat juga menghilangkan
penyisihan adalah 49%, 70%, 73%, dan 75%. zat besi (Fe), mangan (Mn), dan kekeruhan yang ada
Penurunan waktu tinggal hirolis diikuti oleh di ada air dengan cukup baik. Konsentrasi zat besi,
penurunan efisiensi penyisihan, peningkatan debit air mangan dan kekeruhan yang ada di dalam air sungai
baku dan laju pembebanan senyawa organik. selama percobaan rata-rata 0.94, 0.53, dan 0.6 mg
Penurunan waktu tinggal hidrolis mengakibatkan per liter. Setelah pengolahan menggunakan biofilter
debit air baku meningkat sehingga beban hidrolis juga dengan WTH 2 jam dan suplai udara 20 liter per
meningkat, sebagai akibatnya efisiensi penyisihan menit terjadi penurunan konsentrasi besi, mangan
senyawa organik mengalami penurunan. Hubungan dan kekeruhan sebesar 0.31, 0.16 dan 16.5 mg per
antara laju pembebanan dengan efisiensi penyisihan liter dengan demikian efisiensinya adalah 67, 69 dan
senyawa organik dalam reaktor biofilter bermedia 73%. Penyisihan besi, mangan dan kekeruhan secra
plastik tipe srang tawon dengan luas permukaan 226 lengkap dapat dilihat pada gambar 14 sampai 16
2 3
m /m dapat dilihat pada Gambar 13. Zat besi dan mangan adalah salah satu
senyawa yang dapat bereaksi dengan senyawa khlor,
oleh karena itu di dalam proses pengolahan air
80
minum jika konsentrasi zat besi cukup tinggi maka
Efisiensi penyisihan organik (%)
70
konsumsi senyawa klor menjadi besar pula, dan
60
akibatnya selain biaya pengolahan bertambah besar
50
karena konsumsi klor bertambah maka kemungkinan
40
30
y = -5.97x + 81.16 terbentuknya senyawa trihalomethan juga semakin
20
2
R = 0.91 besar pula.
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
2
dengan R = 0.91
dimana:
yo = Efisiensi penyisihan senyawa organik (%)
2
xo = Laju pembebanan senyawa organik (g/m
media/hari)
58
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
59
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
60
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
61
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
Perusahaan Daerah Air Minum.Fakultas Ilmu 19. Stevens A, Moore LA, Slocum CJ et al. 1989.
Administrasi Unbraw. By-product of chlorination at ten operating
15. Rosa, M.F., A.A.L. Furtado, R.T. Albuquerque, utilities. In Water Chlorination: Chemistry,
S.G.F. Leite, and R.A. Medronho.1998. Environmental Impact and Health Effects,
Biofilm development and ammonia removal Ann Arbor Science 6, 579-604
in nitrification a saline wastewater. 20. Wang W, Ye B, Yang L et al. 2007. Risk
Bioresource Technology 65: 135-138. assessment on disinfection by-products of
16. Rook JJ. (1974). Formation of haloforms drinking water of different water sources
during chlorination of natural waters. Water and disinfection processes. Environment
Treatment Examination 23, 234-243. International 33, 219–225.
17. Singer PC and Chang SD. 1989. Correlation 21. Watten, B.J., and P.L.,Sibrell. 2006.
between trihalomethanes and total organic Comparative performance of fixed-film
halides formed during water treatment. J. biological filters: Application of reactor
Am. Wat. Wks Assoc., 81, 8-17 theory. Aquacultural Engineering 34: 198–
18. Said, N.I. 2000. Pengolahan Air Limbah 213
dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob. 22. Winkler, M.A. 1981. Biological Treatment of
Jurnal Teknologi Lingkungan Volume 1 No.1. Wastewater. John Willey and Sons. New
Jakarta York.
62
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
LAMPIRAN
Hasil pengolahan
Baku mutu Baku mutu
No Parameter Satuan Air baku
[12] [13]
Biofilter Ultrafiltrasi Keterangan
63
Wahyu Widayat : Pilot Plant Kombinasi Biofiltrasi Dengan Ultrafiltrasi Untuk Penyediaan Air Minum JAI Vol.8 No.1. 2015
Gambar 19 : Rancangan Proses Pengolahan Air Dengan Kombinasi Biofilttrasi Dan Ultrafiltrasi.
64