Anda di halaman 1dari 68

SPESIFIKASI TEKNIK

PENGADAAN PIPA DAN PERLENGKAPANNYA

1. UMUM

1.1 Referensi Standard

Referensi pada standard dalam dokumen lelang ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
mengenai jenis dan kualitas material yang diminta. Semua material ditawarkan harus produksi
dalam negeri dengan standard SII. Bila ternyata belum ada SII untuk produk tertentu atau belum
dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan dapat menggunakan standard lain, dengan syarat
bahwa kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan dalam
dokumen lelang ini.

Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material bekas) dalam keadaan
baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan.

Standard yang dapat diterima adalah :

 SII : Standard Industri Indonesia


 ISO : International Standardization Organization
 JIS : Japanes Industrial Standard
 BS : British Standard
 DIN : Deutsche Industrie Norm
 AWWA : American Water Works Association
 ASTM : America Society for Testing and Materials
 ANSI : American National Standard Institue

1.2 Bahan Pipa dan Fitting

Untuk pipa dan fitting yang telah dapat dibuat di dalam negeri maka rekanan harus melampirkan
surat dari pabrik untuk izin penggunaan SII yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan
dapat menunjukkan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun.

Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang tercantum dalam dokumen
lelang ini, dengan syarat bahwa bahan pipa yang ditawarkan mempunyai kualitas keseluruhan yang
sekurang-kurangnya sama dengan apa yang tercantum dalam dokumen lelang ini.

Dalam hal bahan pipa yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum dalam dokumen
lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambar-gambar detail junction (gambar detail
penyambungan pipa) disertai dengan jumlah dan spesifikasi dari tiap material yang ditawarkan.

Seluruh pipa dan fitting yaug ditawarkan harus dapat digunakan di daerah tropis dengan temperatur
air yang mengalir antara 15 - 35 derajat Celcius dan pH antara 6 sampai dengan 8. Seluruh pipa
dan fitting pipa akan ditanam di dalam tanah kecuali untuk hal-hal khusus yang membutuhkan lain.

1.3 Tekanan Kerja

Tekanan kerja dari pipa min. 80 m kolom air atau 8 kg/cm", tekanan penguiian minimal 2 (dua) kali
tekanan kerja pipa. Rekanan harus menyertakan tanda bukti hasil pemeiiksaan tekanan kerja dari
pipa/fitting pipa yang ditawarkan. Bila dianggap perlu, atas permintaan Direksi Pengawas Rekanan
harus melakukan pengujian kekuatan tekanan kerja pipa/fitting pipa di lapangan pada pipa/fitting
pipa yang dikirim ke lapangan atas biaya Rekanan. Jumlah pipa/'fitting yang akan diuji di lapangan
akan ditentukan kemudian oleh Direksi Pengawas. Bila temyata hasil pengujian tersebut tidak
sesuai dengan spesifikasi ini, maka Rekanan harus menggantinya dengan yang baru sampai
memenuhi persayaratan spesifikasi yang telah ditentukan.

2. PIPA PVC DAN FITTING

2.1 Standard

Material yang digunakan adalah yang memenuhi Standard ISO 4065 atau SII 0344 – 82 dengan
panjang etektif tidak lebih dari 6 meter. Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik yang telah
mendapat izin untuk penggunaan SII yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian. Setiap pipa
harus mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang menunjukkan diameter nominal, kelas, nama
pabrik pembuat dan trade mark.

Standard lain yang digunakan adalah :


 SII 0950-84 : Unplasticed Polyvinyl Chloride Fittings for Water Works
 ISO 3474 : Unplasticed Polyvinyl Chloride (PVC) Pipe
 ISO 2035 : Unplasticed Polyviiiyl Chloride (PVC) models fittings for elastics
sealing ring type joints under pressure.
2.2 Kelas

Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), yang digunakan adalah jenis pipa
PVC – RRJ dengan kelas S-12,5 menurut standard SII yang berlaku dan mempunyai panjang
efektif 6 meter.

Ketebalan rmnimum dinding pipa dan out side diameter mengikuti tabel berikut ini

Diameter Luar Dan Ketebalan Dinding


Pipa Polyvinyl Choride (PVC)

Nominal Diameter Rata-Rata Diameter Ketebalan Minimum


(inch) (mm) Dinding (mm)
4” 110 5.3
6” 160 7.7
8” 200 9.6
10” 250 11.9
12” 315 15.0
14” 355 16.9
16” 400 19.1

2.3 Sambungan

2.3.1. Push-on Rubber Ring Joint

Kecuali ditentukan lain, sambungan harus dari jenis push-on rubber ring.

Pipa tersebut harus mempunyai bell pada satu ujungnya dan polos pada yang lain dan dibevel
dengan sudut kurang lebih 15 derajat. Pipa harus diberi tanda garis petunjuk pemasangan pada
permukaan luarnya.

Fitting harus dari jenis yang dispesifikasikan dan mempunyai ujung jenis bell.

2.3.2. Sleeve Couplings

Sleeve coupling dan adaptor harus didesain khusus untuk penyambungan pipa PVC dan cocok
dengan diameter luar pipa PVC.

2.3.3. Ring Karet dan Gasket

Ring karet yang digunakan untuk sambungan push-on dan gasket untuk penyambungan mekanikal
fitting dari ductile iron atau besi tuang dan untuk sambungan flange harus dan styrene butadine
rubber atau karet sintetis lain yang tepat untuk pipa air limbah

2.3.4. Sambungan Solvent Cement

Kecuali ditentukan lain, pipa PVC dengan diameter nominal 63 mm dan lebih kecil dapat
disambung dengan menggunakan pelarut sebagai perekat sesuai dengan standard pabrik. Bila
digunakan sambungan solvent cement ini, rekanan harus menyediakan solvent cement sesuai
dengan rekomendasi pabrik ditambah dengan imbuhan 10%.

Sambungan tersebut harus mampu menahan resultante pergerakan memanjang akibat dari
perubahan suhu pipa sebesar 50 derajat Celcius tanpa mengganggu kekedapan terhadap air.

2.3.5. Adaptor

Adaptor harus terbuat dari ductile iron atau dari besi tuang dan terdiri atas flange pada satu
ujungnya dan socket (atau bell) pada sambungan fleksibel baik dengan mekanikal maupun push-
on.

2.4 Fitting

Fitting sambungan harus sesuai dengan standard SII 0950-84 dan bila tidak disebutkan dalam
Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka sistem sambungan menggunakan sistem Rubber Ring
Joint.
Semua fitting direncanakan mempunyai tekanan kerja 1.23 mpa (12.5 kg/cm2). Kecuali ditentukan
lain, semua fitting harus dari jenis infection molded atau heat process (pencetakan atau proses
panas) dan didesain dengan karakteristik dan kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.

Bila fitting yang dispesifikasikan bukan terbuat dari PVC maka harus dari besi tuang ductile (Ductile
Cast Iron). Bell and flange yang dispesifikasikan harus mempunyai flange pada satu ujungnya dan
push-on atau sambungan jenis mekanikal pada ujung yang lain. Tee dengan cabang flange, jika
dispesifikasikan, harus berupa ujung-ujung dengan push-on dan ujung pipa cabang dengan flange.

Permukaan luar fitting tersebut harus dilapisi pelindung dari bahan bitumen, yaitu caol tar atau
aspheltic base, yang mempunyai ketebalan kering tidak kurang dari 0,3 mm. Permukaan dalam dari
fitting tersebut harus dilapisi epoxy atau coal tar epoxy yang ketebalan keringnya tidak kurang dari
300 mikron. Epoxy atau coal tar epoxy yang dipakai untuk linning harus dari bahan yang tepat
untuk pipa air minum dan dilengkapi sertifikat dari instansi yang berwenang (public health
authorities) Baut dan mur yang akan dipakai untuk flange dan sambungan mekanikal harus dari
baja yang digalvanis.

2.5 Pengujian dan Pencucian Pipa

Pengujian dan pencucian pipa dilakukan dengan mengalirkan air melalui jaringan pipa. Apabila ada
kebocoran baik pada sambungan maupun pada pipa harus segera diperbaiki. Apabila ada kotoran
di dalam jaringan pipa dilakukan proses pencucian pipa sampai bersih.

3. PEMBAYARAN PEKERJAAN

3.1 Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan menurut detail yang diberikan dalam gambar kontrak,
dan menurut petunjuk Direksi Teknik. Sebagian besar menurut sistem harga satuan, pembayaran
kepada Kontraktor harus dibuat berdasarkan kwantitas. Sesungguhnya yang diukur dari mata
pembayaran kontrak, yang telah dilaksanakan menurut seksi yang bersangkutan dari spesifikasi ini
mengenai pengukuran dan pembayaran. Pembayaran juga dibuat berdasarkan pengukuran dan
pembayaran Lumpsum untuk mobilisasi pekerjaan. Pemeliharaan Rutin maupun pekerjaan yang
diperintahkan atas dasar pekerjaan Harian.

3.2 Pembayaran yang diberikan kepada Kontraktor harus mencakup kompensasi penuh untuk seluruh
biaya yang dikeluarkan buruh, material, peralatan konstruksi, pengorganisasian pekerjaan, biaya
administrasi, keuntungan, royalti, pajak, pengamanan pekerjaan yang telah selesai. Pembayaran
kepada pihak ketiga untuk tanah dan penggunaan atas tanah, atau terhadap kerusakan harta milik,
maupun untuk biaya pekerjaan tambahan yang tidak dibayar secara terpisah. Seperti pembuatan
drainase sementara untuk melindungi pekerjaan selama konstruksi, pengangkutan perkakas,
bahan yang digunakan, penurapan penyangga, puncak penopang dan lain-lain biaya yang
diperlukan atau lazim dipakai untuk pelaksanaan dan penyelesaian suatu pekerjaan.

4. PENGADAAN PIPA

4.1 Bahan pipa yang ditawarkan hendaknya mempunyai kualitas baik dan memenuhi syarat teknis
sesuai yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Rekanan diwajibkan untuk mengajukan contoh
material pipa dan acessoriesnya, mur baut/semua bahan yang dipakai dilengkapi sertifikat dan
brosur-brosur yang menjelaskan Spesifikasi teknis untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA

1. UMUM

1.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pemasangan pipa, dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut:


1. Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan
2. Pekerjaan Pemasangan pipa Induk

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanan pemasangan pipa :

a. Sebelum pemasangan pipa dilaksanakan, Kontraktor harus menentukan jalur peletakan


pipa dengan cara mengidentifikasi lokasi pipa eksisting yang terdapat di jalan tersebut dan
juga utilitas lain seperti kabel PLN, kabel Telkom, pipa gas, saluran drainase dan lain-lain.
Adapun jalur perletakan pipa harus disetujui oleh Pemda setempat dan disarankan
dilakukan sebelum ijin pelaksanaan pekerjaan dikeluarkan.

b. Dalam identifikasi pipa eksisting dilakukan dengan dua cara yaitu :


 Pencarian informasi ke PDAM, PLN, PN Gas, Telkom setempat.
 Menggunakan peralatan khusus seperti pipe detector, sub sonic flow meter,
accoustic detector, dan correlator yang dapat dipinjam dari pemilik proyek. Kontraktor
harus mempunyai tenaga ahli yang dapat mengoperasikan peralatan tersebut.

1.2 Gambar

Gambar-gambar yang merupakan bagian dari dokumen kontrak ini, secara umum berisi:
a. Peta Situasi dan Profil Memanjang Jalur Pipa Induk.
b. Profil Melintang Jalur Pipa Induk.

1.3 Spesifikasi Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pemasangan dengan baik dan benar sesuai spesifikasi
teknik yang merupakan bagian dari dokumen kontrak ini yang terdiri dari :
a. Persyaratan Umum Kontrak
b. Peralatan Konstruksi dan Pekerjaan Sementara
c. Pekerjaan Tanah
d. Pekerjaan Pemasangan Pipa, Fittings dan Accessories

1.4 Satuan Ukuran dan Standard yang Umum

Satuan International (SI) dipergunakan dalam proyek ini sebagai dasar perhitungan,
perencanaan, dan pelaksanaan proyek. Semua ukuran dalam metrik. Di dalam seluruh dokumen,
seperti surat-menyurat, tabel-tabel teknis dan gambar-gambar harus diperhatikan dan
dipergunakan satuan ukuran menurut SI. Dalam gambar- gambar atau brosur-brosur yang dicetak
dan satuan ukurannya berlainan, maka satuan yang setara dengan SI harus dicantumkan sebagai
tambahan.

Bila terdapat pemakaian singkatan-singkatan seperti berikut ini, maka artinya adalah sebagai
berikut:

ASTM - American Society for Testing Materials


AWWA - American Water Works Association
BS - British Standards
DIN - Deutsche Industrie Norm
SN - Schweizerische Norm
ISO - International Standards Organization
INS - Indonesian National Standards
PBI - Peraturan Beton Indonesia
SII - Standard Industri Indonesia

2. PERSIAPAN DAN PERSYARATAN KERJA

2.1 Rencana Kerja dan Gambar Kerja


a. Dalam waktu 2 (dua) Minggu sejak adanya Perintah Direksi untuk memulai melaksanakan
pekerjaan, Kontraktor juga harus menyerahkan detail-detail berikut ini Program yang sesuai
dengan Syarat-syarat Kontrak
b. Peralatan/mesin-mesin yang akan digunakan termasuk merk, jenis dan kapasitasnya
c. Tenaga kerja/buruh yang akan dipekerjakan
d. Staf senior, Pemasok, Para ahli yang akan terlibat
e. Rencana detail dari metode yang diusulkan untuk pekerjaan-pekerjaan sementara dan
pekerjaan-pekerjaan galian termasuk papan-papan penahan dan rangka penguatnya untuk
lubang-lubang galian, parit-parit dan lain-lain
f. Rencana detail dari Cofferdam yang diusulkan untuk penyeberangan sungai
g. Rencana pengeluaran dalam bentuk grafik akumulasi pengeluaran terhadap waktu
h. Kantor lapangan dan gudang di wilayah pelaksanaan pekerja.

Kontraktor tidak akan diperbolehkan mulai kegiatan penggalian jika persyaratan di atas tidak
dipenuhi.

Dua Minggu sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus :


a. Melakukan koordinasi dengan Lurah/Camat setempat untuk menjelaskan keberadaan
proyek yang bersangkutan di wilayah tersebut.
b. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi sebulan sebelum memulai pekerjaannya
di jalan-jalan umum.

Selama pelaksanaan pemasangan pipa, Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan


sepanjang jalan yang sedang dikerjakan setahap demi setahap, sebelum melanjutkan ke bagian
selanjutnya.

Pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut adalah :


a. Konstruksi jalur pipa
b. Penyelesaian pemasangan katup-katup, fitting, air valve, dan peralatan accesoris lainnya.
c. Pembuatan Konstruksi penahan (thrust block) dan bak kontrol (chamber)
d. Penggalian pipa lama dan penyimpanan ke pipa yang ada
e. Pekerjaan perbaikan-perbaikan
f. Pembersihan dan sterilisasi

Kontraktor tidak diperkenankan memulai galian pipa sebelum permukaan tanah diperiksa oleh
Direksi. Kontraktor harus menyerahkan gambar hasil pengukuran kepada Direksi untuk
penyesuaian terhadap elevasi desain bilamana diperlukan. Gambar pengukuran bersama
tersebut harus diserahkan kepada Direksi selambat-lambatnya 2 (dua) Minggu sebelum jadwal
penggalian dimulai.

2.2 Perijinan

2.2.1 Ijin Galian

Kontraktor harus mendapat ijin pejabat dari instansi yang berwenang mengatur penggalian di
wilayah setempat sebelum memulai menggali di jalan-jalan umum dan harus mematuhi syarat-
syarat ijin tersebut. Biaya dalam mengurus perijinan tersebut sudah termasuk dalam harga satuan
pekerjaan penggalian.

Bilamana Kontraktor bekerja tanpa ijin yang sah, maka hal-hal yang mungkin timbul akan menjadi
tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan. Tanpa membatasi kewajibannya terhadap
Kontrak, Kontraktor harus mengikuti rekomendasi dari DPU setempat dan Instasi terkait.

Dalam membatasi pembangunan di dekat jalan-jalan umum atau right of way, Kontraktor harus
mengatur pelaksanaan sedemikian rupa sehingga dapat disediakan jalan yang aman dan
memadai dan terbuka sepanjang waktu untuk kendaraan, pejalan kaki maupun binatang.

2.2.2 Penutupan Jalan

Sebelum memulai pekerjaan di jalan-jalan umum, Kontraktor terlebih dahulu harus mendapat izin
dan persetujuan dari instansi terkait. Kadang-kadang tidak diperbolehkan menutup jalan. Oleh
karena itu Kontraktor harus mengatur cara kerjanya sedemikian rupa untuk mengatur arus lalu
lintas yang ada. Untuk dapat melakukan penutupan jalan, jika perlu Kontraktor harus mengatumya
melalui pejabat jalan yang berwenang. Pejabat tersebut yang akan melakukan penutupan jalan
dan memberi izin yang diperlukan bagi Kontraktor.

Selama jalan ditutup, Kontraktor harus menjaga keselamatan dan keamanan jalan masuk ke
rumah-rumah penduduk yang ada di sepanjang jalan tersebut dari salah satu arah dan
berhubungan langsung dengan mereka supaya penduduk setempat tahu perkembangan yang
ada dan keadaan jalan masuknya.

Kontraktor harus memberitahu pejabat jalan yang berwenang 6 (enam) Minggu di muka untuk
melaksanakan setiap rencana penutupan jalan.
2.2.3 Rapat-Rapat Lapangan

Kontraktor harus membuat program, melakukan koordinasi dan mengatur tahapan pembangunan
termasuk pekerjaan Sub Kontraktor agar tanggal selesainya Kontrak dapat tercapai sepenuhnya.

Rapat untuk membicarakan kemajuan pelaksanaan harus diadakan dengan teratur sekurang-
kurangnya sebulan sekali dan dihadiri oleh Direksi untuk melakukan koordinasi kegiatan
Kontraktor dan Sub Kontraktomya. Risalah rapat lapangan ini harus disimpan dan salinannya
dibagikan kepada semua pihak yang terlibat dan semua hasil keputusan yang ada harus dipatuhi.

2.2.4 Buku Harian Lapangan

Kontraktor harus membuat buku harian lapangan, dengan usulan format yang telah disetujui oleh
Direksi, sebagai sarana lain untuk berkomunikasi antara pengawas dan instansi terkait, serta
Kontraktor yang bersangkutan.

2.2.5 Laporan kemajuan

Laporan kemajuan bulanan atas bobot pekerjaan yang telah dilaksanakan harus disiapkan oleh
Kontraktor di tiap akhir bulan dari bulan yang bersangkutan dalambentuk yang disetujui oleh
Direksi dan diajukan oleh Kontraktor bersama-samadengan permohonan untnk mendapatkan
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan sementara.

Laporan tersebut harus menunjukkan volume pekerjaan yang telah diselesaikan, material yang
sebenamya terpakai, material yang masih ada di tempat penyimpanan, jumlah karyawan dan
buruh yang bekerja di lapangan dan hasil akhir dari semua kegiatan yang telah diselesaikan atau
yang masih dalarn pelaksanaan harus diringkas dalam bentuk prosentase penyelesaian dalam
laporan ini juga rencana kerja untuk bulan berikutnya. Semua laporan harus diajukan kepada
Direksi.

2.2.6 Laporan Bulanan

Kontraktor diharuskan membuat laporan bulanan yang telah disyaratkan oleh Direksi dan
diserahkan pada setiap Minggu pertama setelali akhir bulan tersebut.

2.2.7 Papan Nama Proyek

Kontraktor harus membuat Papan Nama Proyek, dengan ukuran standard yang memuat
keterangan tentang nama proyek, pemberi tugas, nomor dan tanggal kontrak, nomor dan tanggal
ijin, nama dan alamat Kontraktor, biaya proyek serta jadwal waktu pelaksanaan, atau sesuai
dengan permintaan Direksi.

2.2.8 Tanah Tambahan untuk Kantor, Gudang, Bengkel dan Sebagainya

Kontraktor harus mengusahakan sendiri tanah tambahan yang dibutuhkan untuk kantor, gudang
dan tempat penimbunan material, bengkel dan kegunaan-kegunaan lain termasuk tanah untuk
Direksi Keet. Lokasinya harus disetujui Direksi.

2.2.9 Perlindungan Terhadap Pekerjaan/Barang Proyek

Kontraktor dengan biaya sendiri, harus membungkus dan membuat perlindungan yang sesuai
terhadap seluruh pekerjaan yang mudah rusak, baik akibat cuaca maupun oleh kerja yang dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan. Tidak boleh ada meterial yang terjemur di bawah terik matahari
yang boleh dipakai kecuali jika menurut pendapat Direksi sudah cukup waktu bagi material
tersebut berada dalam kondisi tertentu sehingga temperaturnya sudah sesuai untuk dikerjakan.

2.2.10 Foto-foto Lapangan

Kontraktor diharuskan membuat dokumen foto berwama untuk tiga tahap selama pekerjaan
berlangsung, yaitu :
a. Tahap persiapan
b. Tahap pelaksanaan
c. Finishing.

Kontraktor harus membuat foto-foto jalan, trotoar dan lain-lain bangunan yang berdekatan dengan
proyek sebelum pelaksanaan dimulai untuk mendapatkan rekaman dari keadaan yang sudah
ada. Biaya-biaya foto-foto ini harus sudah diperhitungkan oleh Kontraktor. Foto kemajuan di
lapangan bulanan harus diserahkan dengan kelengkapan yang memuaskan sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi. Untuk menghindari kehilangan atau hal-hal yang tidak diinginkan,
Kontraktor harus melaporkan foto-foto pelaksanaan bulanan pada setiap awal bulan.

2.2.11 Laporan Kepada Direksi


Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi untuk setiap keadaan takterduga atau
gangguan yang ditemukan dalam pelaksanaan yang tidak dapatdiketahui sebelumnya yang
mungkin dapat mempengaruhi perencanaan. Kontraktor harus menyediakan bagi Direksi semua
catatan dan sketsa-sketsa perubahan-perubahan yang dilakukan di lapangan selama
pelaksanaan, yang mungkin sangat perlu untuk pembuatan gambar-gambar pelaksanaan (shop
drawings). Gambar terbangun/terlaksana (As Built Drawings) harus diasistensikan pada Direksi
setiap awal bulan, agar memudahkan data proses serah terima di kemudian hari.

2.2.12 Gambar-Gambar dan Spesifikasi di Lapangan

Kontraktor berkewajiban meneliti kembali gambar rencana untuk disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan membuat gambar kerja secara terinci, memperlihatkan cara pelaksanaan
pengawas.

Kontraktor harus memiliki dan menyimpan di lapangan satu set salinan dari semua gambar-
gambar, spesifikasi, tambahan gambar kerja pelaksanaan yang telah disetujui, perintah
perubahan dan penyesuaian-penyesuian lain dengan baik dan diberi tanda untuk merekam
semua perubahan yang telah terjadi selama pelaksanaan. Gambar dan dokumen-dokumen
tersebut juga harus disediakan untuk Direksi.

Semua informasi yang diterima dari Direksi seperti peta-peta, sketsa-sketsa, titik-titik ketinggian
patok-patok dan lain-lain harus ditunjukkan dan diperiksa di lapangan. Semua biaya untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh harus di tanggung Kontraktor dan dimasukkan dalam
butir-butir yang sesuai di dalam Bill of Quantity (BOQ)

2.2.13 Keselamatan, Kesehatan dan Kesejahteraan

Kontraktor harus mematuhi semua persyaratan yang telah ditentukan dalam Undang-Undang
ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia selama masa kontrak yang mempengaruhi kondisi
kerja, keselamatan, kesehatan atau kesejahteraan karyawan baik karyawan Kontraktor, Direksi
maupun pemilik proyek. Kontraktor harus mematuhi prosedur yang berlaku untuk keselamatan
pekerjanya, orang-orang yang berdekatan dan lalu lintas. Usulan keselamatan cara kerja harus
diajukan jauh hari sebelum pekerjaan itu dimulai.

Syarat-syarat berikut ini harus diperhatikan :


a. Semua galian harus dijaga dari kemungkinan runtuh/longsor dan dilengkapi dengan pagar
pengaman maupun papan-papan tanda peringatan-peringatan lain.
b. Sebelum pekerjaan dapat dimulai di jalan-jalan raya umum, tanda-tanda peringatan yang
memadai, jelas menunjukkan arah lalu lintas yang ada maupun bagi pejalan kaki dan
rambu-rambu lalu lintasnya harus mendapat persetujuan dari Direksi dan polisi Lalu lintas.
c. Semua pekerja di jalan-jalan umum dan tempat pejalan kaki harus dilengkapi dengan
lampu-lampu penerangan di malam hari yang harus dijaga oleh petugas patroli malam dan /
atau penjaga-penjaga.
d. Setiap orang yang bekerja, mengunjungi atau melakukan inspeksi dibagian manapun dari
proyek harus dilengkapi dan diharuskan memakai pakaian pelindung atau perlengkapan
lainnya. Perlengkapan ini termasuk helm pengaman, jas, sarung tangan, alas kaki,
pelindung mata, dan perlengkapan pelindung lainnya atau peralatan lain yang dipandang
perlu oleh Direksi.
e. Semua instruksi dan rekomendasi dari pabrik dalam penggunaan produk-produknya,
pemakaian, prosedur pelaksanaan setiap material atau bagian dari perlengkapan atau
peralatan, harus diikuti dengan tepat Perlindungan khusus harus ada orang-orang yang
bekerja dengan memakai peralatan listrik atau material-matenal yang akan menimbulkan
debu-debu halus dan khususnya semua produk-produk dengan asbes. Operator harus
berdiri menentang arah angin ketika bekerja dan memakai kedok gas dan kaca mata
penahan cahaya dan debu. Dimana memungkinkan, jaket harus dipakai dan harus terbuat
dari 60% bahan polyester dan 40% katun.
f. Semua alat kerek, pengangkat barang, kabel baja, rantai, tali, blok katrol dan alat-alat
pengangkat lainnya yang digunakan dalam Proyek harus diperiksa dengan teliti oleh orang
yang ahli minimal setiap enam bulan dan harus ditest dengan beban hingga 150% dari
beban kerja yang aman dan kemudian ditentukan masa pakainya berdasarkan tanggal uji
coba yang berhasil tersebut

Catatan tentang semua peralatan tersebut dan hasil pengujian yang dilakukan harus dijaga
kebenarannya oleh Kontraktor dan selalu siap untuk diperiksa oleh Direksi.

3. URAIAN KERJA

3.1. Galian Percobaan

Kontraktor bertanggung jawab atas pembuatan galian percobaan yang diperlukan untuk mencari
posisi pipa dan diameter eksisting sehingga dapat diketahui fitting yang sesuai untuk pipa
tersebut.
Biaya yang timbul harus dimasukkan dalam harga satuan galian. Galian percobaan harus
dilakukan secara manual. Pekerjaan tambahan galian percobaan sebagaimana diminta oleh
Direksi sudah termasuk dalam BOQ.

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, Laporan tertulis, Sketsa dan Foto-foto
dari data-data yang diperoleh dari uji coba penggalian tersebut dan galian tersebut tidak boleh
diurug kembali sampai laporan tentang galian tersebut disampaikan dan disetujui oleh Direksi.

Direksi dapat memerintahkan menggali lubang-lubang percobaan di depan galian parit pada
kedalaman sedemikian rupa sehingga Direksi dapat menyesuaikan parit selanjutnya. Biaya
lubang percobaan adalah menjadi tanggungan Kontraktor.

3.2. Pekerjaan Pembongkaran

Bangunan-bangunan yang sudah ada, pondasi beserta batu-batuan, batang-batang pohon, akar
atau benda lain yang tak terduga kehadirannya yang dijumpai dalam penggalian harus
disingkiikan oleh Kontraktor. Biaya menyingkirkan benda-benda tersebut adalah menjadi
tanggungan Kontraktor.

Pekerjaan pembongkaran (dinding-dinding, pondasi-pondasi, saluran-saluran air, rel, pagar-


pagar, tebing jalan dan lain-lam) harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Semua material
sisa bongkaran tetap menjadi milik Direksi dan harus disimpan di lapangan untuk digunakan
kembali di kemudian hari.

Material yang tidak terpakai lagi seperti puing-puing, sampah-sampah dan sebagainya harus
dibuang langsung ke tempat pembuangan yang dipilih oleh Kontraktor dengan sepengetahuan
Direksi, semua bangunan kebun dan pohon-pohon harus dijaga sedemikian rupa supaya tidak
rusak.

3.3. Sarana yang Sudah Ada di Bawah Tanah

Kontraktor bekerja sama dengan Direksi, harus menghubungi pejabat instansi setempat yang
berwenang atas sarana-sarana di bawah tanah tersebut dan mengadakan hubungan yang erat
dengan mereka selama pelaksanaan pekerjaan.

Di bawah koordinasi Direksi, Ietak semua jaringan sarana utama yang akan mengganggu
pekerjaan harus dipastikan lebih dahulu. Galian percobaan dilakukan di tempat di mana
keterangan tidak dapat diperoleh dari catatan ataupun petunjuk-petunjuk di atas tanah.
Penggalian percobaan yang diperlukan guna menentukan semua jaringan sarana, tidak akan
dibayar dan biayanya dianggap telah termasuk di dalam harga satuan galian umum Kontraktor.

Dimana terjadi pertentangan kepentingan antara sarana yang ada dengan pelaksanaan
pekerjaan, Direksi akan memerintahkan penyimpangan atau perubahan perencanaan. Guna
memungkinkan penyimpangan dibuat sebelum pekerjaan dilaksanakan harus dilakukan
penggalian percobaan minimum seminggu sebelum pekerjaan dimulai.

Dimana sambungan jaringan sarana bertentangan kepentingan dengan pekerjaan yang pemanen,
pengalihannya akan disetujui oleh Direksi secara terperinci bila ada sambungan ditemukan di
tempat tersebut.

Penyimpangan saluran akan dllakukan oleh Kontraktor dan penyimpangan-penyimpangan lainnya


oleh instansi yang berwenang atas sarana yang bersangkutan. Direksi akan mengkoordinir
pekerjaan ini dan akan memberi petunjuk setiap pengalihan secara terperinci. Kontraktor harus
mengambil tindakan seperlunya untuk menghindari kerusakan pada jaringan sarana tertanam
yang ada beserta sambungan-sambungan ke bangunan-bangunan.

Kerusakan yang menurut pendapat Direksi seharusnya dapat dihindari secara wajar, harus
diperbaiki dengan tanggungan biaya Kontraktor. Kontraktor harus membuat penunjang darurat
secukupmya pada jaringan sarana dan sambungan yang ada atau hanya sebagian saja atau yang
ada yang terpaksa menjadi lemah akibat galian. Para penawar harus memasukkan di dalam
harga, semua biaya akibat perubahan jaringan sarana.

3.4. Kabel-Kabel yang Tergantung di Atas

Kontraktor harus berusaha mengambil langkah-langkah yang perlu seperti membuat tiang-tiang
penyangga sebagai usaha pengaman jika pembangunan berlangsung di bawah kabel-kabel dan
harus memenuhi semua ketentuan-ketentuan pengamanan dari PLN dan Telkom untuk
mencegah adanya kecelakaan yang timbul akibat penggunaan crane-crane dan sebagainya.

3.5. Pembersihan Lokasi

Penebangan semak dan pepohonan dengan lingkaran batang pohon lebih kecil dari 50 cm harus
termasuk dalam harga galian yang ditawarkan. Kayu pohon-pohon yang ditebang tetap menjadi
milik Pemberi Tugas. Pembersihan tanah dari rumput atau tanaman lain tidak dibayar terpisah
dan harus termasuk satuan harga galian tanah yang bersangkutan.

3.6. Pekerjaan Pengukuran Lapangan

Semua informasi yang diterima dari Direksi seperti peta-peta, sketsa-sketsa, titik-titik ketinggian
patok-patok dan lain-lain harus dirahasiakan dan diperiksa dilapangan. Semua biaya untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh harus ditanggung Kontraktor dan dimasukkan dalam
butir-butir yang sesuai di dalam Daftar Volume Pekerjaan.

3.7. Pembongkaran, Kerusakan yang terjadi Akibat Kecelakaan dan Perbaikan

Kontraktor harus bertanggung jawab demi keamanan bangunan, dinding dan pagar-pagar yang
berdekatan dengan galian. Kontraktor harus menyerahkan hasil perhitungan-perhitungan dan
gambar-gambar untuk menunjukkan bahwa semua pekerjaan-pekerjaan sementara seperti
rangka-rangka penopang parit dan lubang galian cukup kuat dan hal ini harus disetujui oleh
Direksi sebelum dilaksanakan di lapangan.

Jika ada pekerjaan atau struktur-struktur lain yang berdekatan menjadi rusak akibat kerja
Kontraktor, maka Kontraktor harus memperbaiki kembali ke kondisi yang semula atas biayanya
sendiri.

3.8. Jalan Masuk Lapangan

Kontraktor harus mengusahakan sendiri untuk mendapatkan tanah-tanah tambahanyang


diperlukan untuk dipergunakan sebagai sarana konstruksi. Pihak Kontraktor harus mengusahakan
sendiri juga jalan masuk menuju lapangan apabila jalan masuk lapangan belum tersedia.

3.9. Peralatan galian

Pekerjaan penggalian harus dilaksanakan dengan penggunaan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan di lapangan dengan petunjuk pengawas, antara lain untuk permukaan jalan harus
dengan pisau pengupas aspal.

4. KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

4.1. Contoh-Contoh Material

Apabila disebutkan dalam tugas atau bila memang diperlukan oleh Direksi, Kontraktor harus
menyerahkan contoh-contoh material kepada Direksi dan kualitas contoh harus menunjukkan
kualitas material yang diusulkannya dalam proyek.
4.2. Kontraktor-Kontraktor Lain

Jika Kontraktor lain perlu bekerja di tapak yang sama selama periode Kontrak, Kontraktor harus
memberi kerjasama dengan Kontraktor lain tersebut agar semua kegiatan Kontraktor terus
berlangsung dan selesai pada waktu yang telah ditetapkan.

4.3. Peil dan Tanda-Tanda batas

Tanda-tanda/patok-patok batas dan peil telah ditentukan oleh juru ukur Direksi dan tanda-tanda
ini harus ditunjukkan kepada Kontraktor untuk dipergunakan sebagai dasar ketinggian dan garis-
garis lainnya. Gambar peletakan patok-patok tersebut harus diberikan kepada Kontraktor. Letak-
letak patok juga harus dicantumkan di semua gambar-gambar.

4.4. Perlengkapan untuk Memeriksa dan Memasang Patok dan untuk Melakukan Pengukuran
Volume Maupun Test dalam Proyek

Kontraktor harus menyediakan dan menjaga kelangsungan pemakaian alat sipat datar, mistar
panjang empat meter, teodolit, spirit Iwel ukuran satu meter, patok jarak, tambang dan meteran
gulung, alat-alat test agregat, pasir dan pasir urug menurut BS 812 : part 2 : 1975 dan alat-alat
lain yang mungkin diperlukan oleh Direksi untuk memeriksa hasil pemasangan patok-patok dan
test serta pengukuran volume pekerjaan. Semua peralatan tetap menjadi milik Kontraktor.

4.5. Material secara Umum

Material yang dipakai sebagai bagian proyek yang permanen dan pekerjaan-pekerjaan sementara
yang direncanakan oleh Direksi harus memenuhi standard spesifikasi yang berlaku, kecuali
dimana terdapat syarat-syarat umum atau khusus dalam Kontrak yang menyebutkan lain. Bila
diperlukan oleh Direksi, pemasok harus dapat menyediakan Surat Keterangan dari Pabrik yang
menyatakan bahwa bahan-bahannya sesuai standard spesifikasi yang ada.

4.6. Perubahan atas Pekerjaan Sejenis


Bilamana ada perubahan pekerjaan sejenis dalam pelaksanaan dilapangan, misalnya pekerjaan
Boring Horizontal dikerjakan secara Jacking, maka biaya diperhitungkan Boring Horizontal, dan
bila pekerjaan Jacking dikerjakan secara Boring Horizontal maka biaya akan diperhitungkan
sccara Boring Horizontal. Prinsipnya akan dipeihitungkan dengan biaya terendah.

5. PERALATAN KONSTRUKSI DAN PEKERJAAN SEMENTARA

5.1. Syarat-Syarat Peralatan

Kontraktor setiap saat harus bertanggung jawab dalam hal mengadakan jenis, jumlah dan
efesiensi peralatan, perlengkapan dan alat kerja sementara yang dibutuhkan oleh Kontraktor itu
sendiri maupun Sub-Kontraktor sehingga jenis maupun kapasitasnya dapat digunakan
sedemikian rupa seperti yang dikehendaki oleh Direksi atau sesuai dengan Spesifikasi.

Detail peralatan yang diusulkan harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan Direksi, dan jika
disetujui tidak berarti membebaskan Kontraktor yang bersangkutan dari tanggung jawabnya, juga
jika ditolak karena alasan yang wajar tidak berarti memberi hak kepada Kontraktor untuk
mendapatkan bayaran tambahan.

Jika dalam keadaan tertentu dimana menurut pendapat Direksi diperlukan penggantian
peralatan atau perlengkapan, maka Kontraktor harus berbuat demikian dengan biaya mereka
sendiri.

Dalam hubungannya dengan Pasal ini, dianggap wajar bagi Direksi untuk menahan atau menarik
kembali izin penggunaan peralatan tersebut jika dianggap terlalu bising ditempat lingkungan
dimana peralatan tersebut berada atau dianggap membahayakan bagi karyawan atau
khalayak ramai, kendaraan lain yang melintas di dekatnya, jalan yang berdekatan, jaringan utilitas
dan bangunan lain, atau yang mengeluarkan asap terlalu banyak.

5.2. Lokasi Pekerjaan

Tempat kerja bagi Kontraktor yaitu tempat untuk bangunan-bangunan di lapangan, kantor,
bengkel, gudang, tempat penimbunan pipa yang beratap dan fasilitas lainnya yang diperlukan
untuk melakukan admmistrasi, pengendalian dan pelaksanaan pekerjaan harus diajukan
bersama-sama penawarannya.
Penawaran pada saat mengajukan penawarannya harus mengenal kondisi-kondisi yang terdapat
di tempat kerja sepenuhnya termasuk jalan masuk yang menuju ke lapangan, mempunyai
informasi yang cukup mengenai keadaan geologi dan situasi metereologisnya, juga karakteristik-
karakteristik lain yang berkaitan dengan tempat dimana pekerjaan dan tugas tersebut harus
dilaksanakan.

Oleh sebab itu Kontraktor tidak berhak menuntut ganti rugi apapun atau mengadukan ke
pengadilan dengan alasan kurang mengerti.

Setelah pekerjaan selesai, seluruh tempat kerja termasuk bangunan-bangunan sementara dan
instalasi yang ada di masing-masing tampak, seperti pondasi-pondasi crane, harus dibersihkan
dari lapangan. Ini tidak berlaku untuk material dan instalasi yang dapat digunakan kembali oleh
Kontraktor, tapi juga termasuk puing, sisa-sisa bahan, sampah-sampah, dan sebagainya.

Kontraktor harus menyerahkan kembali kepada pemilik Proyek seluruh tempat yangdipakai
selama pelaksanaan tugas dalam keadaan bersih dan rapi dan dapat diterima dengan
memuaskan oleh Direksi dan Pemilik Proyek.

5.3. Pemeliharaan dan Penawaran

Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk memelihara dan merawat seluruh hasil kerjanya,
untuk itu Kontraktor harus menempatkan staf teknis yang perlu dan mampu mengatasa pekerjaan
reparasi.

Oleh karena itu, Kontraktor harus mengadakan semua peralatan dan perlengkapannya termasuk
suku cadang yang jumlahnya memadai, alat-alat khusus untuk pekerjaan perbaikan dan
cadangan komponen-komponen vital yang lengkap dan memadai jumlahnya untuk menjamin
kelangsungan operasi tanpa tambahan apapun.

Kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap keterlambatan yang disebabkan oleh kelalaiannya
atas kebutuhan dasar tersebut di atas. Jika ada peralatan yang tidak cocok atau kapasitasnya
kurang memadai kebutuhan, jika diminta oleh Direksi, harus diganti tanpa bayaran tambahan bagi
Kontraktor.

6. PEKERJAAN TANAH

6.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan galian dan urugan pemasangan pipa beserta
bangunan pelengkapnya.

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pembersihan, penggalian, peralatan, pengurugan,


pemadatan, pemasukan atau pengeluaran bahan-bahan dari dalam tanah dan pekerjaan tanah
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan pipa dan accessoriesnya serta
peralatan seperti yang ditentukan dan ditunjuk dalam gambar.

Pekerjaan tersebut juga harus mencakup perbaikan kembali jalan-jalan raya, jalan untuk pejalan
kaki dan memasang perlindungan tebing serta saluran-saluran pengeringan.

6.2. Klasifikasi Bahan

Batu cadas didefinisikan sebagai bahan padat berbentuk bulat, gepeng, runcing dan lain-lain atau
lapisan padat yang menurut pendapat Direksi hanya dapat dipindahkan dengan peledakan,
pengeboran, penjepitan atau pemecahan.

Definisi cadas tidak termasuk batu atau batu besar atau pecahan cadas yang berukuran kurang
3
dari 10 m , batu cadas hancur serta material yang digali dengan Pneumatic Breaker.
Bahan-bahan tanah yang lain hendaknya diklasifikasikan sebagai tanah (atau tanah lunak).
Keputusan Direksi sehubungan dengan jenis tanah galian akan berlaku final danmengikat.

Bila Kontraktor menjumpai bahan yang dianggap dapat diklasifikasikan sebagai Batuan harus
segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi. Kelalaian untuk memberitahukan secara
tertulis mengenai bahan galian akan dibayar berdasarkan klasifikasi "tanah".
6.3. Drainase dan Pengurasan

Kontraktor harus melaksanakan pengeringan dan pengurasan sebagaimana diperlukan untuk


melaksanakan semua pekerjaan dalam keadaan kering. Kontraktor bertanggung jawab untuk
menentukan kapasitas air tanah yang akan dipompa yang dijumpai selama pekerjaan
berlangsung.

Kontraktor harus mempersiapkan, mengoperasikan, memelihara serta memindahkan, bila


diperlukan, semua peralatan pompa dan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan pekerjaan
pengurasan tersebut termasuk perpipaan yang dipergunakan untuk mengalirkan air ke lokasi
pembuangan.

Bila diperlukan, Kontraktor harus memasang saluran-saluran pengeringan untuk mengaliikan air
dari galian. Setelah pekerjaan selesai, saluran-saluran tersebut harus ditutup kembali.

Dalam situasi apapun, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap erosi
tanah dalam hal membahayakan personil, pekerjaan dan stabilitas bangunan yang terdapat
disekitar pekerjaan.

6.4. Bahan Peledak dan Peledakan

Pemecahan/pembongkaran batuan dengan bahan peledak (peledakan) tidak diperbolehkan.

6.5. Overbreak

Overbreak berarti suatu galian yang berada di luar jalur yang ditentukan. Kontraktor tidak akan
menerima pembayaran atas penggalian atau pengurugan overbreak, atau tindakan-tindakan yang
diperlukan sebagai suatu konsekuensi dari Overbreak tersebut. Overbreak yang terlanjur
dilakukan harus ditutup kembali dengan biaya sendiri.

Penutupan overbreak harus menggunakan bahan galian yang disetujui Direksi. Terutama bagian-
bagian yang akan memikul beban (pipa) penutupan harus dengan beton.

7. PEMBERSlHAN LAPANGAN

7.1. Umum

a. Jalur pemasangan pipa, sebelum digali harus dibersihkan dari segala tumbuh-
tumbuhan/tanaman, tunggul batang, sisa akar tanaman, jalan bekas, jalan dan semua
benda yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan penggalian dan
pemasangan pipa.
b. Penebangan dan atau pemotongan pohon harus dilakukan setelah diperoleh persetujuan
Direksi.
c. Kecuali untuk bahan atau struktur/konstruksi yang untuk sementara harus
dipindah/dibongkar dan kemudian ditempatkan/dibangun kembali sesuai dengan kondisi
semula, semua hasil bongkaran harus disingkirkan dari lapangan sesuai dengan ketentuan
dan petunjuk Direksi.
d. Bahan atau struktur/konstruksi yang akan ditempatkan/dibangun kembali, hasil
pembongkarannya harus disimpan dan dijaga agar kondisinya tetap baik.

7.2. Penyelamatan Bangunan / Struktur

a. Penggalian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar


bangunan/struktur yang ada di permukaan dan atau di dalam tanah tidak terganggu atau
rusak, terutama terhadap bangunan/struktur yang ada di dalam tanah (yang harus
diselamatkan) yang tidak diketahui lokasi dan posisinya dengan tepat. Kontraktor
bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat kelalaiannya biaya
dibebankan pada Kontraktor
b. Semua bangunan/struktur yang ada di peimukaan yang untuk sementara harus
dipmdahkan/dibongkar, seperti tamaiL, jalan, saluran dan lain-lain harus dibangun kembali
sesuai dengan kondisi semula atas beban biaya Kontraktor.
c. Pohon-pohon besar yang tidak mungkin dapat ditanam kembali harus dihindarkan dari
penggalian. Bila terpaksa, penebangan dilakukan setelah disetujui Direksi dan biaya yang
mungkin timbul menjadi beban biaya Kontraktor.
d. Apabila jalur pemasangan pipa harus memotong jalur minyak, gas atau bangunan/struktur
yang memerlukan pengaman secara khusus dan ketat, Kontraktor harus mengambil
langkah-langkah nyata yang dianggap perlu untuk mencegah terjadinya kerusakan,
gangguan atau akibat lain yang menyebabkan kerusakan jalur atau bangunan/struktur
tersebut. Kontraktor kemudian harus mengambil langkah-langkah nyata pula yang
dianggap perlu, apabila terjadi pencemaran oleh minyak dan gas atau apabila penggalian
mengalami gangguan.
8. PENGGALIAN

8.1. Umum
Kecuali bila ditentukan lain, penggalian meliputi semua pemindahan bahan-bahan apapun yang
dijumpai, termasuk semua rintangan alam yang terdapat dalam pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan tersebut.

Pemindahan bahan-bahan tersebut di atas harus sesuai dengan jalur dan kemiringan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus mempersiapkan,
memasang dan menjaga semua penopang dan memasang penyangga bila diperlukan untuk
menopang sisi galian tersebut, serta semua pemompaan, memperbaiki saluran, atau tindakan-
tindakan lainnya yang diperbolehkan untuk memindahkan atau mengeluarkan air, termasuk
pencegahan masuknya air hujan dan air limbah yang terdapat di lapangan dengan maksud untuk
mencegah kerusakan pada pekeijaan atau barang-barang lainnya. Penggalian harus miring atau
dengan cara lain yang aman seperti yang ditentukan oleh Direksi. Sebelum melaksanakan
penggalian Kontraktor harus menyediakan rambu-rambu lalau lintas, pengaman galian, dan lain-
lain yang diperlukan siang dan malam selama pekerjaan belum tuntas.

8.2. Penggalian dengan Peralatan Mekanis

Sepanjang kemungkinan penggalian jalur pipa harus dilakukan dengan menggunakan


peralatan mekanis (excavator dan sebagainya), penggalian dengan cara tersebut dilakukan
sampai pada elevasi 20 - 30 cm di atas elevasi rencana. Penggalian sisa setebal 20 - 30 cm
tersebut dilakukan dengan tenaga manusia.

8.3. Penggalian di Bawah Bangunan

Kecuali apabila ditentukan atau diperintahkan lain oleh Direksi, penggalian tanah harus sampai
pada dasar pondasi atau lapisan batuan drainase atau seperti ditunjukkan dalam gambar.

Apabila diperlukan, penggalian di bawah bangunan atau di bawah batas yang ditentukan dalam
gambar harus dilakukan oleh Kontraktor atas perintah Direksi. Penggalian (yang berlebihan)
demikian termasuk pengurugan kembali (backfill) akan dibayar sebagai pekerjaan tambahan
berdasaikan harga satuan yangbersangkutan. Setelah penggalian demikian selesai, pengurugan
dilakukan sampai pada elevasi seperti ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi
pengurugannya harus sesuai dengan gambar atau ditentukan oleh Direksi. Pengurugan harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan pekerjaan pengurugan seperti diuraikan
Pasal 8 dan kepadatannya harus mencapai nilai 100% Proctor.

8.4. Penggalian pada Tanah Berbatu (Batuan)

Apabila pada saat penggalian berlangsung di dalam atau di dasar jalur ditemnkan batu-batuan
besar atau batuan, batu-batu/batuan tersebut harus segera dismgkirkan.

Pengambilan/peiigangkatan harus dilakukan dengan peralatan mekanis sedemikian rupa


sehingga diperoleh ruang tanpa gangguan sampai pada kedalaman tidak kurang dari 20 cm di
bawah elevasi dasar pipa.

Bagian-bagian yang dismgkirkan sampai pada elevasi yang diperlukan diisi kembali dengan pasir
atau bahan lam yang disetujui Direksi, dan dipadatkan, atau dipasang pondasi khusus atau
perintah Direksi.

Penggalian dan pengurugan kembali yang demikian, apabila tidak tercantum dalam penawaran
(RAB) akan dibayar sebagai pekerjaan tambahan berdasarkan harga satuan tanah yang
bersangkutan.

8.5. Penggalian Pada Tanah JeIek/Lembek

Apabila dasar atau sebagian dasar jalur (penggalian) pipa berupa tanah yang kondisinya lebih
rendah dari yang dipersyaratkan, atau tanah yang tidak stabil atau mengandung komponen-
komponen yang tidak stabil, dan menurut pendapat Direksi harus disingkirkan, Kontraktor harus
menggali sampai pada kedalaman yang disyaratkan.

Bagian-bagian yang disingkirkan sampai pada elevasi yang diperlukan,diisi kembali dengan pasir
atau bahan lain yang disetujui Direksi, dan dipadatkan, atau dipasang pondasi khusus atas
perintah Direksi.
Penggalian dan pengurugan kembali yang demikian, apabila tidak tercantum dalam penawaran
(RAB) akan dibayar sebagai pekerjaan tambahan berdasarkan harga satuan pekerjaan tanah
yang bersangkutan.

8.6. Penggalian untuk Jalur Pipa

Kecuali apabila ditentukan lain, penggalian jalur pipa harus galian terbuka. Dasar galian tersebut
harus digali sesuai yang ditentukan pada gambar. Kedalaman galian harus selalu diukur dari
ketinggian permukaan akhir atau seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Ukuran profil galian
(lebar dan dalam) harus dibuat sesuai dengan standard profil parit galian yang berlaku untuk pipa
air minum, sesuai dengan ketentuan sebagaimana terdapat dalam gambar standard atau gambar
perijinan yang berlaku. Atau jika diperlukan, untuk memperoleh jalur trace dan kedalaman pipa
yang baik dan tepat, digunakan ukur jarak (theodolit, dll) yang memadai yang harus disediakan
oleh Kontraktor.
Galian dalam keadaan terbuka tidak boleh dibuat lebih panjang dari 50 m terhadap pipa yang
telah terpasang dan pengurugan kembali harus segera dilakukan setelah pipa-pipa dipasang dan
disambung. Jika lereng-lereng/tepi galian di atas tanah yang menurut pendapat Direksi terlalu
lunak-lunak untuk mendukung pipa-pipa, maka galian harus diperlebar untuk mendapatkan jarak
yang memadai dari tepi diameter luar pipa. Khusus pada tempat-tempat sambungan, koneksi,
atau singgeman, lebar parit galian dibuat sedikit lebih besar untuk memudahkan pelaksanaan
kerja.

Bila pada waktu penggalian timbul genangan air akibat hujan atau mata air/rembesan, maka air
tersebut harus dipompa keluar dari parit galian. Untuk itu maka Kontraktor harus menyediakan
pompa air yang dapat bekerja dengan baik serta dengan kapasitas yang mencukupi, dan sudah
diperhitungkan/dimasukkan dalam harga penawaran lelang.

Penggalian harus dilaksanakan dengan hati-hati. Kerusakan-kerusakan utilitas lain (Telpon, PLN,
gas, dll) menjadi tanggung jawab Kontraktor. Jika ditemukan adanya utilitas yang harus
dirusak/dipindahkan, maka Kontraktor sebelumnya diwajibkan memberitahu pengawas untuk
meminta petunjuk/penyelesaian.

Jika karena sesuatu hal terjadi pada instalasi lain, maka dalam kesempatan pertama Kontraktor
harus segera menghentikan pekerjaan di lokasi tersebut dan segera memberitahu pengawas
untuk memperoleh petunjuk penyelesaiannya. Sejauh kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh
kesalahan/kelalaian Kontraktor, Kontraktor tidak diwajibkan menanggung resiko sepenuhnya.

Parit galian harus bersih dan dapat dijamin bahwa bagian dalam pipa tidak kotor oleh tanah serta
bahan organik lainnya. Jika diperlukan dapat disediakan pompa air dan lain-lain, dan Kontraktor
sudah harus dapat memperkirakannya serta telah diperhitungkan/dimasukkan dalam harga
penawaran.

Jika pipa ditanam dalam jalur dan ketinggian yang seragam harus dijaga dengan bantuan Boning
Rod dan Sight Rail yang dipasang dengan baik dan tepat Penggalian dengan peralatan mekanis
hendaknya dihentikan pada elevasi 20 – 30 cm di atas elevasi dasar yang direncanakan.
Penggalian seterusnya sampai elevasi yang diperlukan dilakukan dengan tenaga manusia,
sehingga memungkinkan pipa tersebut diletakkan pada landasan tanah yang kuat. Bila terjadi
penggalian yang berlebihan yang tidak diperintahkan oleh Direksi, semua tanah galian harus
dikeluarkan dan dasar galian harus diurug kembali sampai pada elevasi yang diperiukan dengan
menggunakan pasir atau bahan kerikil halus, yang berukuran tidak lebih dari 3 mm dan harus
dipadatkan sampai ketebalan yang diperlukan. Kepadatannya harus mencapai nilai 95% modified
Proctor. Pekerjaan demikian harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas biayanya sendiri.

Panjang maksimum jalur penggalian yang diijinkan pada satu lokasi adalah 100 meter, atau
panjang galian yang diperlukan untuk menempatkan sejumlah pipa yang dapat dipasang dalam
satu hari. Semua galian harus diurug penuh kecuali pada ujungnya pada setiap hari atau bila
disetujui oleh Direksi.

Apabila dinilai tidak praktis, pengurugan tidak perlu dilakukan setiap hari dan selanjutnya atas
petunjuk Direksi Kontraktor harus memasang plat baja yang cukup untuk menopang lalu-lintas
kendaraan yang melalui lokasi tersebut. Ketentuan ini berlaku pula bila pemasangan pipa
dilakukan pada jarak kurang dari 10 meter terhadap bangunan atau pada tempat-tempat lain yang
menurut pertimbangan Direksi pemasangan plat baja tersebut diperlukan. Pada penggalian yang
berjarak 10 m dari lalu lintas atau bangunan yang ditempati, lampu-lampu peringatan dan
barikade harus dipersiapkan dan dijaga sesuai dengan persetujuan dari Direksi. Direksi berhak
untuk mengubah kedalaman dan ketinggian tanah yang menyimpang dari yang ditentukan dalam
gambar, bila perlu.

8.7. Penggalian pada Sambungan Pipa

Pada setiap sambungan, jalur penggalian harus diperlebar atau diperdalam dengan ukuran sesuai
dengan gambar atau petunjuk Direksi. Pelebaran penggalian diperlukan untuk mempermudah
pekerjaan pemasangan sambungan pipa.

8.8. Penggalian untuk Struktur

Penggalian untuk semua struktur seperti ruang katup, trust block, pondasi bangunan dan lain-lain
harus dilakukan sedalam 100 mm di bawah elevasi dasar pondasi dan selanjutnya diselesaikan
dengan menggunakan tangan dan diratakan. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari galian yang berlebihan {over-excavation). Bila ada bagian yang tergali lebih besar,
maka galian tersebut harus diisi kembali sampai pada elevasi yang diperlukan dengan pasir.
Kontraktor harus menanggung semua biaya pekerjaan demikian tanpa dapat menuntut ganti rugi
kepada Direksi.
9. PENGURUGAN

9.1. Umum

a. Pekerjaan pengurugan harus mencakup penyediaan, pengangkutan, pemasangan


dan pemadatan semua bahan pengurugan untuk mengisi jalur pipa sampai pada elevasi
yang diperlukan.
b. Pengurugan tidak boleh diisikan langsung begitu saja di atas pipa.
c. Kecuali apabila ditentukan lain, bahan pengurugan harus dari bahan yang sudah dipilih dan
disetujui oleh Direksi.
d. Apabila pasir atau kerikil disebutkan sebagai bahan pengurugan seperti ditunjukkan dalam
gambar, tapi apabila Direksi menghendaki, maka sebagian atau seluruh pengurugan
dilakukan dengan pasir atau kerildl seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.

Bahan-bahan yang tidak sesuai untuk pengurugan adalah :

a. Bahan dari rawa-rawa, atau genangan-genangan, tanah berlumpur.


b. Mengandung tumbuh-tumbuhan, kayu, atau sejenisnya yang dapat berakibat dekomposisi.
c. Bahan-bahan yang dapat/mudah terbakar.
d. Tanah lempung atau tanah hasil curian.

9.2. Bahan Pengurugan

Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi atau ditunjukkan dalam gambar, bahan untuk
pengurugan ditentukan sebagai berikut:

a. Bahan Pilihan

Bahan pilihan merupakan tanah hasil penggalian yang memenuhi persyaratan sebagai
tanah urug dan tidak mengandung batuan atau bahan padat lain yang berukuran lebih
besar dari 5 mm, mempunyai gradasi yang baik dan tidak mengandung bahan organik
seperti rumput, akar tanaman atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya dan tidak bersifat
mengembang.

Jika material galian tidak sesuai untuk dipakai sebagai bahan pilihan untuk urugan kembali
maka Direksi akan meminta Kontraktor untuk mengambil tanah sisa galian dari tempat lain
di sepanjang jalur pipa atau mendapatkan dari luar. Pengangkutan material dengan jarak
kurang dari 200 m tidak dibayar terpisah, harus termasuk dalam harga satuan untuk urugan
kembali.

b. Pasir

Semua pasir alam yang tersusun dari butiran halus sampai kasar, tidak menggumpal,
bebas dari kotoran, sampah, abu dan bahan-bahan lain yang menurut pendapat Direksi
akan sangat merugikan. Pasir tidak boleh mengandung tanah liat dan lempung lebih dari
5% berat seluruhnya, serta tidak boleh ada butir-butir yang lebih besar dari 2 mm.

c. Kerikil

Kerikil untuk bahan pengurugan harus terdiri dari kerikil alam mulai dari butir halus sampai
berbutir kasar dengan ukuran tidak lebih dari 3 cm, mempunyai kekerasan yang cukup dan
bergradasi kompak untuk memperoleh kepadatan yang cukup.

9.3. Pengurugan Jalur Pipa

9.3.1. Pengurugan di Bawah Pipa (Bedding)

Pipa harus dipasang pada kedalaman seperti ditunjukkan dalam gambar, dan diletakkan diatas
lapisan pasir. tebal lapisan untuk berbagai macam jenis tanah sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar. Lapisan pasir dipadatkan lapis demi lapis dengan ketebalan masing-masing tidak kurang
dari 10 cm (lihat gambar standard). Pemadatan dilakukan dengan menggunakan stamper
mekanis atau manual sesuai dengan ketentuan Direksi, sampai pada kepadatan minimal 95%
standard Proctor. Pada tempat-tempat yang dianggap perlu oleh atau sesuai dengan ketentuan
Direksi, lapisan pasir akan diganti dengan kerikil atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi.

9.3.2. Pengurugan Awal di Sekitar Pipa

Di atas lapisan pasir/kerikil (bedding) pengurugan dilakukan dengan tanah urug atau bahan
terpilih lainnya yang disetujui/ditentukan oleh Direksi, pengurugan dilakukan sampai pada elevasi
di atas pipa sesuai gambar standard
Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidaklebih dari 150 mm dan
dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan stamper mekanis sesuai dengan ketentuan Direksi
sampai pada kepadatan mmimum 95% dari standard proctor.

9.3.3. Pengurugan Akhir di Atas Pipa

Pengurugan di atas pipa sampai ke permukaan tanah asli dilakukan dengan bahan galian yang
mempunyai nilai index plastisitas sebesar 6 - 50 dan dengan cara yang sama seperti pada
pengurugan di sekitar pipa serta dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% standard proctor.
Pekerjaan pengurugan dinyatakan selesai bila galian telah diisi sampai 100 mm di atas ketinggian
asli dari tanah untuk menjamin adanya penurunan.

9.4. Pengujian Kepadatan

Pengujian kepadatan dilakukan dengan cara-cara seperti ditunjukkan dalam SNI - 1972 - 1989 -
untuk pengujian kepadatan ringan untuk tanah (Standard Proctor), dan SNI - 1743 - 1989 - untuk
pengujian kepadatan berat untuk tanah (Modified Proctor)

Pengujian dilakukan pada setiap lapis yang telah dipadatkan pada jarak/selang dan lokasi
pengujian setiap 50 meter panjang.

Bila hasil pengujian menunjukkan tidak terpenuhinya persyaratan yang diperlukan, maka atas
perintah Direksi, Kontraktor harus membongkar lapisan yang bersangkutan dan mengerjakan
kembali sampai memenuhi persyaratan yang diperlukan atas beban biaya Kontraktor.

Semua lubang uji harus segera diperbaiki oleh dan atas beban biaya Kontraktor. Pembayaran
pekerjaan pengujian termasuk bahan dan peralatan yang diperlukan sudah termasuk dalam
pekerjaan tanah yang bersangkutan seperti diuraikan dalam penawaran (RAB).

9.5. Pemadatan dan Pengurugan di Sekeliling Dinding Bak

Pengisian bagian belakang dinding bak harus dengan tanah material sisa galian yang disetujui
sesuai pasal 8.2 dan diurug lapis demi lapis dengan ketebalan 150 mm. Setiap lapis dipadatkan
dengan baik sampai mencapai permukaan tanah yang telah dikupas, dengan kepadatan
mencapai 95% standard proctor. Pengurugan bagian belakang dinding tidak boleh dilakukan
sebelum dinding- dinding tersebut cukup kuat untuk menahan tekanan dari belakang.

10. PARIT PEMBUANGAN AIR HUJAN

Kontraktor harus mengusahakan dan menjaga adanya parit-parit untuk mengumpulkan air
yang mengalir di permukaan tanah yang kondisinya sekarang mengalir menuju dan atau
mendekati tempat pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai, parit-parit harus dikembalikan ke kondisi
semula. Butir-butir yang ada pada galian dan pengurugan harus memperhitungkan hal ini.

11. PERBAIKAN KEMBALI SALURAN DRAINASE/BUANGAN

Kontraktor harus memperbaiki kembali semua saluran, saluran-saluran dari batu atau saluran
lainnya yang menghalangi untuk pelaksanaan pekerjaan sampai Direksi merasa puas. Bila ada
saluran yang terbuka akibat adanya pelaksanaan pemotongan, Kontraktor harus segera
memasang pipa sementara yang diberi perlindungan secukupnya dengan rangka-rangka kayu
yang melintang di atas galian imtuk menjamin kelancaran aliran air dan untuk mencegah
masuknya air ke dalam galian.

Selama pengurugan kembali, Kontraktor harus membongkar kembali pipa sementara tersebut
dan penyangganya, memberi tanda mulut saluran pembuangan dan menyelesaikan pekeiraan
pembangunan kembali.

Segera setelah perbaikan selesai, saluran-saluran pembuangan tadi harus digali kembali dan
dibangun sesuai keadaannya semula dengan saluran-saluran baru yang berada di atas rangka-
rangka kayu, dengan mempertahankan diameternya, jalur, kedalaman dan kemiringan sesuai
saluran aslinya. Bila jalur galian yang lama memotong jalur pipa baru, maka hal ini harus segera
ditunjukkan kepada Direksi dan Kontraktor harus mengerjakan sesuai dengan petuniuk Direksi.

Tanpa membatasi tanggung jawab Kontraktor, Kontraktor harus segera memberitahu Direksi
mengenai saluran yang alirannya terganggu atau yang jelas menjadi rusak pada saat saluran itu
pertama kali terlihat

Pekerjaan-pekerjaan tambahan sehubungan dengan saluran di luar jalur (unlined drainages)


harus sudah diperhitungkan dalam butir-butir untuk galian dan pengurugan kembali kecuali
persilangan-persilangan utama seperti yang disebutkan dalam Daftar Volume Pekerjaan.

12. PAGAR YANG TERPOTONG GALIAN PIPA


Apabila jalur galian memotong garis jalur pagar, maka harus dipasang 2 tiang baru (sementara)
yang panjangnya 2 m, ditanam ke dalam tanah sedalam 0,85 m dan beton jika perlu pada lokasi
jalur pagar, dibatas lokasi kerja sebelum pemotongan kawat pagar yang ada.

Kawat pagar kemudian harus diamankan sendiri-sendiri ke tiang-tiang sementara tersebut tanpa
mengganggu tegangan kawat pagar yang ada, kemudian kawat pagar diantara dua tiang baru
tersebut dipotong dan disingkirkan. Apabila perbaikan-perbaikan pipa telah selesai, maka kawat
pagar harus diperbaiki kembali menggunakan tiang-tiang baru dan kawat pagar dari ukuran yang
sama dan dengan jarak yang sama seperti sebelumnya. Semua kawat pagar harus dikaitkan
dengan kuat ke masing-masing tiang kemudian tiang-tiang sementara harus disingkirkan.

13. GALIAN YANG MEMOTONG JARINGAN UMUM

Bila jalur galian memotong saluran telepon atau kabel-kabel listrik, {pipa-pipa air bersih, pipa air
buangan, lain-lain utilitas atau saluran buangan air hujan, maka Kontraktor harus membuat
penguatan secukupnya dan melindungi pipa-pipa tersebut atau kabel-kabel melintas galian
hingga memuaskan Direksi

Kontraktor harus mencari saluran-saluran ini dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang timbul
hingga memuaskan Direksi. Kontraktor harus mengkoordinasikan dengan instansi terkait, dan
biaya yang timbul akibat hal tersebut akan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

14. PEKERJAAN SINGGEM, PENYUNTIKAN, DAN PEMOTONGAN PIPA

Pelaksanaan pekerjaan singgem (koneksi) pipa baru kepada pipa lama (pipa eksisiting) hanya
dapat dikerjakan setelah ada izin dari pengawas umum/harian dan sepengetahuan pihak
cabang/rayon yang bersangkutan. Jaringan pipa baru terpasang hanya dapat disinggem (koneksi)
kepada pipa lama (eksisiting) setelah seluruh jaringan pipa baru yang dimakasudkan lulus dalam
tes hidrolis tahap II dan telah digelontor/diflushing.

Pengaturan ijin tersebut dikeluarkan sehubungan dengan kemungkinan harus dilakukannya


penutupan/penghentian aliran air untuk beberapa waktu pada pipa induk atau sekunder yang
dikenakan atau terpengaruh oleh pekerjaan singgem dimaksud.

Untuk menetapkan letak titik singgem/koneksi yang tepat dan pasti, Kontraktor agar berkonsultasi
dahulu dengan pihak pengawas umum/pengawas harian.

Fitting dan accessories yang akan dipasang dalam singgeman, koneksi dan lainnya, harus
menggunakan bahan yang sama sebagaimana bahan utama pipanya dengan pemasangan yang
sesuai gambar bestek. Bila terjadi perubahan, segala sesuatunya harus ditentukan secara
bersama dengan pihak pengawas dan dibuatkan Berita Acaranya.

Untuk pekerjaan pemutusan pipa lama/tidak akan digunakan lagi, harus dibuatkan Berita Acara
dan segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan pemutusan pipa tersebut
adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor, dan sudah merupakan bagian dari penawaran
Kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaan pemutusan pipa lama tersebut, Kontraktor harus
berkonsultasi dan memperoleh persetujuan dari pengawas umum/harian.

15. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA, FITTING DAN ACCESSORIES

15.1. Lingkup

Kontraktor harus mengangkut dan memasang pipa beserta accessoriesnya secara lengkap
sesuai dengan spesifikasi ini seperti yang ditunjukkan dalam gambar, sedemikian rupa hingga
dapat diterima secara memuaskan oleh Direksi

15.2. Peralatan yang Diperlukan

Sebelum melaksanakan pckerjaan, Kontraktor harus mengajukan persetujuan kepada Direksi


untuk menggunakan alat-alat yang akan dipakai seperti :

 Alat pengangkatan (lifting equipment)


 Alat pengangkutan (transportasi equeipment)
 Alat pengujian (testing equipment)
 Peralatan pelengkap lainnya.

15.3. Pengangkutan Pipa

Kontraktor harus mengangkut dan memindahkan pipa dan accessoriesnya dari gudang ke
sepanjang jalur lokasi pemasangan pipa. Semua resiko yang timbul akibat pengangkutan menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

Dalam hal pengangkutan pipa dari gudang ke lokasi pemasangan, Kontraktor harus
memperhatikan syarat-syarat pengangkutan yang ditentukan oleh Pabrik atau Direksi.
a. Peralatan pengangkat

Kontraktor harus menyediakan peralatan pengangkat (crane) di gudang dan di lokasi


rencana pemasangan pipa. Peralatan pengangkat ini harus mempunyai kemampuan
minimal satu ton atau berat batang pipa dengan diameter terbesar yang akan dipasang.
Peralatan ini dimaksudkan untuk mengangkat pipa steel dari tempat penimbunan ke atas
alat pengangkut (trailer) dan menurunkan pipa dari alat pengangkut ke sepanjang jalur
pemasangan pipa dan untuk menurunkan pipa galian, bila diperlukan.

b. Peralatan Pengangkutan

Peralatan pengangkutan yang dimaksud adalah untuk mengangkut pipa dari gudang ke
lokasi sepanjang jalur pipa dengan memperhitungkan kondisi pipa dan jalan yang akan di
lewati. Peralatan ini akan berupa trailer atau alat berat lainnya yang sesuai dengan kondisi
yang diperlukan.

15.4. Pemeliharaan / Penjagaan Pipa dan Accessories

Kontraktor harus mengadakan pemeliharaan dan penjagaan atas pipa-pipa dan accessoriesnya
untuk mencegah timbulnya kerusakan atas pipa-pipa dan accessories tersebut selama
berlangsungnya pekerjaan pengangkutan dan pemindahan, penurunan ke posisi yang benar
dan pemasangannya serta penyambungan sampai pekerjaan selesai. Pipa tidak boleh diletakkan
langsung (kontak) dengan tanah, harus diberi penopang dari kayu atau bahan lain.

Kontraktor juga harus menggunakan, memelihara dan menjaga peralatan (tools dan equipment)
yang diperlukan dalam pemasangan pipa sedemikian rupa, hingga kemungkinan terjadinya
kerusakan dapat dihindari. Semua peralatan harus selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara
baik, serta siap pakai setiap saat diperlukan.

Kerusakan yang terjadi atas pipa dan accessoriesnya beserta peralatan yang diperlukan harus
segera diperbaiki sesuai dengan ketentuan/petunjuk Direksi. Apabila kerusakan yang terjadi
sedemikian rupa hingga tidak dapat diperbaiki, atau karena hilang, Kontraktor bertanggung jawab
untuk menggantinya. Biaya yang timbul akibat kerusakan dan/atau kehilangan tersebut di atas
harus ditanggung oleh Kontraktor.
16. PEMASANGAN PIPA

16.1. Umum

Di samping peralatan baku yang disediakan oleh Direksi, Kontraktor harus mengadakan dan
menyediakan peralatan (tools and Equipment) yang cukup baik, serta jumlah dan jenisnya sesuai
dengan yang diperlukan untuk pekerjaan pemasangan pipa beserta accessoriesnya. Peralatan
tersebut harus selalu dalam keadaan terpelihara baik dan siap pakai saat diperlukan. Cara-cara
yang digunakan untuk pemasangan pipa dan penggunaan peralatan tersebut harus sesuai
dengan rekomendasi pabrik. Penyangga pipa harus dipasang untuk pemasangan pipa di atas
tanah (exposed), baik hal itu ditunjukkan dalam gambar ataupun tidak.

Bagian dalam pipa dan accessories harus selalu dijaga kebersihannya dan dijauhkan dari benda-
benda asing dan kotoran setiap saat sejak sebelum pekerjaan pemasangan pipa
dilaksanakan. Tindakan pencegahan untuk menghindarimasuknya benda-benda asing dan
kotoran harus dilakukan selama pekerjaan pemasangan pipa berlangsung, dengan cara
menyumbat ujung-ujung pipa dengan kain pembersih atau sejenisnya. Pada akhir pekerjaan yang
dilaksanakan setiap hari, setiap lubang dan ujung pipa yang terbuka dipasang sumbat yang rapat
air.

Pipa harus dipasang sesuai dengan arah dan kemiringan yang ditunjukkan dalamganbar.
Sebelum dipasang pada posisinya, arah dan kemiringan landasannya harus diperiksa dengan alat
ukur. Pada saat pemasangan, pipa dan accessoriesnya harus diperiksa terhadap kemungkinan
adanya kerusakan/cacat. Pipa dan accessories yang cacat, yang ditemukan sebelum atau pada
saat dan sesudah terpasang, harus diberi tanda, dan disingkirkan dari tempat pekerjaan dan
kemudian diganti dengan bahan yang setara dan utuh. Pemasangan pipa harus dilakukan dengan
cermat sehingga dapat dijamin tidak mengalami kebocoran.

Kontraktor harus menggunakan saran-saran teknis yang diajukan oleh pabrik pembuat tentang
cara pemasangan sambungan-sambungan. Minyak pelumas (lubricant) yang disarankan dari
pabrik pembuat atau yang disetujui Direksi harus digunakan Kontraktor. Dimana pabrik pembuat
menyerahkan pemakaian alat penyambung yang khusus, Kontraktor harus menggunakan alat-alat
tersebut untuk pemasangan semua sambungan dengan pipa dari tipe yang dipersyaratkan.
Semua sambungan harus kedap air. Direksi berhak menghentikan pekerjaan pemasangan pipa
apabila menurut pendapatnya alur pipa dan elevasinya tidak benar serta cara-cara
pemasangannya tidak mengikuti petunjuk pabrik atau Direksi.

16.2. Penurunan Pipa ke Dalam Alur Pipa


Semua peralatan dan fasilitas yang diperlukan harus disiapkan sebelumnya agar pekerjaan ini
dapat dilaksanakan dengan mudah, aman dan sempuma.

Pipa dan accessoriesnya harus diturunkan ke dalam alur pipa secara hati-hati dan cermat, supaya
terhindar dari kerusakan. Untuk penurunan pipa steel harus digunakan mesin pengangkat (crane)
berkapasitas minimum dapat mengangkat pipa yang berdiameter terbesar yang akan dipasang
dalam paket pekerjaan ini. Derek dan tali atau peralatan lain yang digunakan harus sesuai
sedemikian rupa sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya kerusakan. Dalam hal apapun
penurunan pipa ke dalam galian tidak boleh dijatuhkan.
Apabila terjadi kerusakan, dalam waktu selambat-lambatnya 24 jam Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi untuk memperoleh petunjuk atas perbaikannya atau sama sekali harus diganti
dengan yang baru.

16.3. Meletakkan Pipa

Tindakan pencegahan harus diberikan terhadap adanya benda-benda asing yang termasuk ke
dalam pipa dipasang pada jalumya. Selama pelaksanaan pemasangan tidak boleh ada kotoran-
kotorao, alat-alat, kain-kain atau bahan-bahan lainnya yang dimasukkan ke dalam pipa.

Untuk setiap panjang pipa yang dipasang dalam galian, ujung spigot harus diletakkan tepat pada
socket. Untuk memasang dua pipa, ujung spigot harus ditekan cukup kuat ke dalam socket yang
telah dipasang gasket Takal yang sesuai harus digunakan untuk pekerjaan tersebut.

Semua pipa, sambungan, dan benda-benda khusus harus diberi dasar dengan material yang
padat diseluruh jaringan pipa yang dipasang. Jika ditunjukkan dalam gambar atau diperintah
khusus hams diberi alas dengan kerikil atau dikelilingi oleh beton seperti dijelaskan dalam
spesifikasi ini.

16.4. Ujung Socket Menghadap Arah Pemasaogan

Pipa-pipa harus dipasang dengan socket menghadap ke arah pemasangan, kecuali ditentukkan
lain oleh Direksi. Dalam hal pipa dipasang pada kemiringan 10% atau lebih, pemasangan harus
dimulai dari bawah dan terus ke atas dengan ujung socket dari pipa ke arah naik.

16.5. Pemeriksaan sebelum Pemasangan

Semua pipa dan accessoriesnya harus diperiksa secara normal dan teliti dari kemungkinan
adanya retak-retak dan kerusakan lain, segera sebelum dipasang pada posisi yang benar. Ujung
spigot harus diperiksa secara khusus karena bagian ini paling mudah rusak. Pipa atau
accessories yang rusak agar dipisahkan untuk diperiksa Direksi, yang akan memberikan petunjuk
atas perbaikannya atau sama sekali menolaknya uatuk diganti dengan yang baru.

16.6. Pembersihan Pipa dan Accessoriesnya

Semua kotoran dan benda-benda asing yang menempel pada dinding bagian dalam, ujung pipa
serta accessories harus dibuang dan dibersihkan. Ujung spigot bagian luar dan ujung socket
bagian dalam harus dibersihkan dan dikeringkan dari kemungkinan adanya minyak dan gemuk
(vet) sebelum pipa dipasang.

16.7. Pemasangan Pipa PVC (Potyvinyl Chhride)

Semua pipa PVC dan fitting harus disambung dengan baik sesuai dengan instruksi dari pabrik.
Pelumas yang diusulkan dari pabrik atau disetujui Direksi harus digunakan Kontraktor.

Potongan pipa dan pembuatan ujung-ujung miring (bevel) harus menggunakan alat sesuai
rekomendasi pabrik dan dengan cara-cara sesuai instruksi pabrik dandisetujui oleh Direksi. Pipa
PVC tidak boleh dipanaskan, dan juga pipa PVC tidak boleh melewati atau dicor dalam dinding
beton.

16.8. Pemasangan Pipa Steel

Pipa steel dipanaskan sesuai instruksi pabrik dengan cara pengelasan. Pemotongan pipa dan
penyambungan dengan pengelasan harus di bawah pengawasan Direksi (termasuk di dalamnya
pemasangan wapping). Penggunaan coating pada sambungan harus dilakukan untuk mencegah
karat yang mungkin timbul.

16.9. Pemasangan Pipa yang Menembos Beton atau Pasangan batu

Semua pipa-pipa yang lewat melalui beton di dalam bangunan kedap air atau pipa-pipa yang
meneruskan beban (thrust load) ke beton harus dipasang pada posisinya sebelum beton dicor,
dan ditahan kuat pada posisinya selama pengecoran.
Permukaan luar pipa yang akan dipasang menembus beton atau pasangan batu harus diberi
perlindungan tambahan dengan penghubung logam yang diperkuat atau penghalang lain yang
tidak terisolasi.

Bagian luar permukaan pipa PVC harus dicat dengan semen PVC dan dilapisi dengan pasir,
sementara semen masih basah untuk memperoleh ikatan yang baik. Untuk pipa yang dipasang
menembus tembok-tembok, sambungan antara pipa dan dinding harus dibuat kedap air.

Memukul keluar pipa dalam kedua hal diatas tidak diizinkan kecuali dengan persetujuan Direksi.
Apabila permukaan keluar tidak dapat dihindarkan maka waterstop supaya dipasang dalam
bangunan kedap air tersebut.

16.10. CeIah-Celah Sementara di Jalur Pipa

Jika pekerjaan pipa terpaksa dihentikan, maka panjang celah sementara untuk daerah-daerah
tertentu harus ditentukan terlebih dahulu setelah dibicarakan dengan Direksi.

Kontraktor harus menyerahkan sketsa-sketsa yang menunjukkan ukuran yang ada kepada Direksi
untuk disetujui. Sketsa tersebut harus menunjukkan detail pipa dan cara penyambungannya yang
akan dipakai untuk menjamin bahwa penyambungan kembali tersebut tidak bocor. Perlu
diperhatikan untuk tetap menjaga ketepatan 'alignment' (jalur) pipa di celah-celah sementara
tersebut.

17.1. Sambungan Pipa

17.1.1. Umum

Penyambungan pipa seperti yang akan diuraikan dalam spesifikasi ini bersifat umum. Uraian
terinci tentang sambungan tersebut, harus mengikuti instruksi dan petunjuk pabrik atau sesuai
dengan petunjuk Direksi. Penyambungan pipa seperti yang akan diuraikan dalam butir ini sudah
termasuk semua Accesories yang diperlukan.

17.1.2. Sambungan Tekan ( Push-On Joint)

Pipa-pipa yang digunakan masing-masing mempunyai ujung berbentuk spigot dan socket

Setelah pipa-pipa dibersihkan, gelang karet dimasukkan ke dalam socket tepat pada
kedudukannya. Tandai ujung spigot dengan garis melingkar sesuai panjang lekukan ujung socket
dan oleskan pelumas pada ujung spigot serta gelang karet dalam socket.

Masukkan ujung socket spigot ke dalam socket dengan posisi kedua pipa dalam keadaan sejajar
dan rapatkan sambungan spigot dengan socket sampai batas yang dikehendaki. Pasang karet
sesuai jenis pipa yang disediakan oleh Direksi.

17.1.3. Sambungan Mekanikal (Mechanical Joint)

Pipa-pipa yang digunakan masing-masing mempunyai ujung berbentuk spigot dan socket.

Sambungan pipa menggunakan gelang karet penekan yang dikunci dengan baut. Setelah
dibersihkan dan ditaburi dengan bahan sabun, gelang penekan dipasang pada ujung spigot, lalu
ujung spigot dimasukkan ke dalam ujung socket yang dipasangi gasket; serta baut dipasang dan
dikencangkan.

Mur-mur yang letaknya bersebelahan dengan sudut 180° harus dikencangkanbergantian sedikit
demi sedikit bagian per bagian mur, agar diperoleh tegangan yang merata pada seluruh bagian
gelang penekan. Semua mur dikencangkan dengan kunci ( kunci moment yang memiliki alat
pengukur kekuatan putar) dan semuanya dikencangkan sesuai dengan kekuatan putar yang
ditentukan sesuai standard yang dibuat oleh pabrik.

Pembelokan (Deflections) yang Diijinkan

Pipa-pipa dengan fitting dan accesoriesnya harus dipasang dan disambung dengan cermat dan
teliti sesuai dengan aligment seperti ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan Direksi. Apabila
diperlukan, sambungan (tanpa angkur) dapat dibelokkan agar diperoleh alur pipa dalam bentuk
kurva dengan jari-jari yang panjang. Pada sambungan dengan angkur (anchored joint), tidak
dibolehkan adanya pembelokkan.

Besarnya sudut pembelokan harus sesuai ketentuan tersebut di bawah ini dan disetujui oleh
Direksi.

Diameter 100 - 150 200 - 300 400 - 500


Nominal
(DN)
Pembelokkan 5° 4° 3°
Maksimum

17.1.4. Sambungan Type Flens

Setelah dibersihkan, flens pada kedua ujung pipa yang akan disambung saling diletakkan.
Diantara kedua permukaan flens dipasang packing (gasket) dari karet atau elastomer untuk
mencegah kebocoran dan agar sambungan lebih fleksibel. Kemudian baut dan mur dipasang dan
dikencangkan.

Mur-mur yang diletakkan bersebelahan dengan sudut 180° harus dikencangkan bergantian
sedemikian rupa agar diperoleh tegangan yang merata pada seluruh permukaan flens. Semua
baut dan mur sebelum dipasang harus diolesi gemuk lebih dulu. Semua mur harus dikencangkan
sesuai dengan kekuatan putar yang ditentukan dengan menggunakan kunci dinamometris.
Kekuatan putar yang ditentukan berdasarkan standard yang dibuat oleh pabrik.

17.1.5. Sambungan fleksibel

a. Umum

Sambungan fleksibel dan sambungan-sambungan tipe yang lain harus dikerjakan dan
dipasang dengan cara dan posisi yang benar seperti yang ditunjukan dalam gambar atau
atas petunjuk Direksi atau sesuai dengan instruksi dan petunjuk pabrik. Semua
ujung/bagian yang akan disambung harus dibersihkan lebih dahulu sebelum dikerjakan.

b. Sambungan Tied Dismantling

Berlaku untuk penyambungan dua buah flens. Sambungan ini dipasang pada pipa-pipa
yang tertanam di dalam dua komponen struktur yang berbeda, atau pada tempat tempat
tertentu yang ditunjukkan dalam gambar dan atau sesuai dengan petunjuk Direksi..

Penyimpangan arah, kontraksi, ekspansi dan perubahan posisi sambungan harus dicegah
sebelum pemasangan selesai.

Untuk mencegah terjadinya perubahan posisi tersebut, Kontraktor harus mengambil


langkah - langkah yang dianggap perlu pada saat komponen-komponen sambungan
tersebut sedang diangkut, diturunkan ke dalam alur pipa dan selama pemasangannya
Kontraktor tidak boleh membongkar/menyingkirkan struktur penguat/pelindung yang
dipasang selama pekerjaan pemasangan sambungan berlangsung, sebelum pekerjaan
tersebut selesai.

c. Sambungan Giboult ( Collar)

Berlaku untuk untuk penyambungan dua buah spigot. Setelah dibersihkan dan diolesi
bahan sabun, pada ujung spigot yang satu dipasang berturut-turut gelang penekan , gasket
elastomer dan selongsong (stradding ring), dan satunya lagi dipasangi gelang penekan dan
gasket. Setelah kedua ujung spigot dipertemukan pada posisi yang benar, semua fitting
distel dan dikunci dengan baut.

d. Flange Adaptor

Berlaku untuk penyambungan flens dan spigot. Setelah dibersihkan, pada ujung spigot
dipasang berturut - turut gelang penekan, gasket dan slongsong. Ujung spigot dan flens
ditemukan pada posisi yang tepat kemudian semua fitting distel dan dikunci dengan baut.

17.1.6. Sambungan Las

a. Umum

Pengelasan pada sambungan untuk pipa baja harus sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam PUBI-1982 pasal 80 atau SII 0192 –78 atau BS 5135. Kerusakan pada
lapisan pelindung dan lapisan dalam harus diperbaiki sampai mendapat persetujuan dari
Direksi. Bila pengelasan dikenakan di dalam galian, galian tersebut perlu diperlebar
secukupnya untuk memberikan ruang kerja yang cukup selama pengelasan dikerjakan.

Banyaknya pipa yang disambung dengan las sesuai dengan cara yang dilaksanakan untuk
meletakkan pipa dalam galian dan harus mengikuti petunjuk Direksi. Penyambungan
dengan las harus dengan tipe butt welding.

Pengelasan yang telah selesai harus diuji dengan menggunakan graphic atau cara lain
yang disetujui oleh Direksi. Terutama untuk pipa baja yang dipasang pada jembatan pipa
harus diuji pada sekeliling pengelasan untuk setiap sambungan dengan menggunakan
radiographic kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

b. Syarat dan Kualifikasi Tukang Las

Kontraktor harus menyerahkan pengalaman terakhir dan kualifikasi dari tukang las yang
diusulkan untuk disetujui Direksi. Tukang las tersebut harus mempunyai pengalaman dan
kualifikasi yang cukup untuk pekerjaan tersebut dan harus mempunyai sertifikat yang
dikeluarkan oleh "Program Kursus Pertamina-Bechtel" atau sertifikat yang sesuai dengan
BS 4872 : Part I.
c. Batang Las dan Mesin Las

Batang las harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam BS 639 atau yang setara
yang mempunyai daya tarik besar dari bahan dasar pipa yang akan di las. Batang las yang
menyerap air tidak boleh digunakan dan rata-rata kelembaban tidak boleh lebih dari 2,5%
untuk illuminated work dan 0,5 % untuk low hydrogenious. Mesin las harus dari jenis AC arc
welding machine atau DC arc welding machine dan disetujui oleh Direksi.

d. Penyiapan Ujung Pipa

Pipa baja yang disediakan oleh pemilik proyek untuk jembatan pipa sudah mempunyai
ujung-ujung yang miring yang disiapkan di pabrik. Oleh karenanya, pembuatan ujung-ujung
yang miring dilapangan diperlukan dalam hal pipa dipotong. Pembuatan kemiringan pada
ujung-ujung yang dipotong harus dilaksanakan sesuai dengan AWWA C 200-86.

e. Pengelasan

Sebelum pekerjaan pengelasan dimulai, permukaan yang miring tersebut diatas harus
dibersihkan dari semua kotoran, minyak, dan karat-karat dengan gerinda dan sikat kawat.
Selama pekerjaan pengelasan berlangsung secara terus menerus dari bawah sampai atas
pipa, arus dan kecepatan putar dari mesin las harus dijaga selalu tetap.

f. Test Radiographic terhadap Sambungan Las

Sambungan-sambungan las pipa baja harus dites dengan cara radiographic. Semua tes
harus dikerjakan oleh pemeriksa uji radiographic yang independen dan disetujui oleh
Direksi. Kontraktor harus menyerahkan nama perusahaan pemeriksa tersebut yang
dilengkapi pengalaman terakhir dan informasi lainnya yang diperlukan oleh Direksi.

Tes terhadap sambungan harus dikerjakan sesuai dengan cara tes radiographic untuk baja
las atau standard lain yang dapat diterima oleh Direksi.

Apabila hasil tes menunjukkan mutu las dibawah standard, Kontraktor harus mengulang
pengelasan dan pengetesan kembali atas biaya sendiri sampai hasil yang diperoleh dapat
diterima oleh Direksi.

17.1.7. Perlindungan terhadap Bagian Luar Flens dan Coupling Sambungan

Sambungan flens, coupling, dan flens adaptor diluar bak kontrol harus dilindungi terhadap karat
dengan bantuan pembungkus pita (tape), mastic dan pasta yang disetujui Direksi dengan cara
tanpa dipanaskan (dingin). Sebelum dililit, semua bagian sambungan harus dibersihkan dengan
seksama dan dilapisi dengan pasta. Kemudian lekukan sambungan diisi dengan mastic sebelum
pita diikatkan dengan jarak tumpang tindih (overlap) sebesar 1/2 x lebar pita yang dipakai. Pita
harus dilebihkan sejarak 150 mm searah panjang pipa disetiap sisi sambungan.

17.2. Pemasangan Katup Acessories dan Fitting

17.2.1. Umum

Katup, fitting, dan blind flange harus dipasang dan disambung pada pipa dengan cara yang
disebutkan pada pasal 5 untuk pembersihan, peletakan, dan penyambungan pipa. Kontraktor
harus melengkapi semua komponen yang diperlukan untuk konstruksi bak katup, termasuk tutup
(cover).

Kontraktor harus menyediakan semua keperluan akan tenaga kerja, bahan dan peralatan serta
lain-lain yang diperlukan sesuai keadaan lapangan kecuali apa yang disediakan Direksi, untuk
pelaksanaan pemasangan katup-katup beserta acessoriesnya seperti yang ditunjukkan dalam
gambar dan disebutkan dalam spesifikasi ini.

Katup-katup harus dipasang pada lokasi yang ditunjukkan dalam gambar kecuali apabila situasi
dan kondisi lapangan memerlukan pemindahan lokasi. Pemilihan lokasi baru ditentukan oleh
Direksi, ditentukan berdasarkan hasil survei dan pengukuran Kontraktor. Atas perubahan tersebut
diatas Kontraktor harus membuat gambar kerja lengkap dengan program dan jadwalnya untuk
diserahkan dan untuk mendapatkan persetujuan Direksi.

Semua katup harus diperiksa dengan teliti dan yang rusak harus ditolak. Semua katup harus
dipasang hati-hati sehingga terhindar dari segala kerusakan.

Kerusakan atau cacat yang timbul pada katup-katup beserta acessoriesnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor, dan pembiayaan yang diperlukan untuk perbaikan atau penggantian yang baru
dibebankan atas beban biaya Kontraktor.

17.2.2. Katup Udara (Air Valve)


Katub udara harus dipasang pada semua titik yang tinggi sesuai dengan gambar dan atau yang
ditentukan oleh Direksi. Bagian dalam dari katup udara harus dicek sebelum dipasang dan bahan-
bahan yang terdapat di dalamnya harus dilindungi dengan dilepas terlebih dahulu bila ada dan
kedua permukaan bagian dalam dan pengapung harus dibersihkan.

17.2.3. Katup (Gate Vatve and Butterfly Valve)

Cara-cara pemasangan katup harus mengikuti petunjuk pabrik dan atas nama persetujuan
Direksi. Pemasangan pipa, katup dan acessoriesnya dilakukan setelah pengecoran beton lantai
bak kontrol, kecuali apabila Direksi berpendapat lain. Sebagian pipa tertanam dalam dinding
bak kontrol.

Untuk menurunkan katup ke posisinya di dalam bak kontrol harus digunakan katrol atau alat lain
yang sesuai dan disetujui oleh direksi. Pemasangan pada posisi yang benar harus dilakukan
dengan cermat dan hati-hati, sedang katup masih tetap menggantung pada katrol.
Penyambungan katup ke pipa harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi dan gambar atau
instruksi serta petunjuk pabrik.

Semua katup harus dipasang sedemikian rupa sehingga batang kemudi katup benar-benar tegak
kecuali memang diperlihatkan lain dalam gambar atau menunrt perintah Direksi. Pada ulir as
katup harus diberi minyak pelumas secukupnya dan lubang-lubangnya dicocokkan satu dengan
yang lain untuk memudahkan cara operasinya dikemudian hari.

17.2.4. Pipa Penguras (Washout)

Pipa penguras harus dipasang lengkap pada semua titik atau ujung yang rendah sesuai gambar
dan atau seperti yang ditunjukkan oleh Direksi. Pipa penguras tidak boleh dihubungkan ke suatu
riol, saluran benam atau dipasang dengan cara lain yang dapat menyebabkan aliran kembali ke
sistem distribusi. Penguras harus dilengkapi gate valve dan straatpot

17.2.5. Bend dan Fitting

Sejauh memungkinkan, pipa harus dipasang lurus atau dengan lengkungan radius yang besar.
Tikungan/belokan (vertikal/horisontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
sudul sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar dari yang diijinkan olch pabrik pipa yang
bersangkutan. Untuk itu akan diberikan petunjuk oleh pengawas. Bilamana perubahan arah yang
mendadak tidak dapat dihindari, maka harus digunakan bend. Pemasangan bend dan fitting
sepanjang rute pipa sudah termasuk ke dalam harga satuan untuk biaya pemasangan pipa.
Sambungan, bend dan accesories lainnya yang berada di jalur pipa GI harus memakai
sambungan flens

17.2.6. Penutupan Ujung Pipa

Semua ujung pipa yang terakhir yang tidak dilanjutkan lagi, harus ditutup dengan ketentuan :

a. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam kerja atau
dihentikan sementara, pada ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat untuk
mencegah masuknya tanah, batu, kotoran, benda-benda asing atau air kotor ke dalam
pipa.
b. Jika tidak ditentukan lain maka penutupan sementara ujung pipa yang terakhir harus
menggunakan fitting sesuai dengan jenis pipa yang digunakan, antara lain:
 Pipa DCI: menggunakan blank flange (untuk.flange joint), cap (untuk mechanical
atau push-on joint), dengan konstruksi penguat sementara,
 Pipa PVC : menggunakan cap, flange socket (untuk rubber ring joint) atau blind
flange, lengkap dengan konstruksi penguat sementara.
c. Jika pekerjaan dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi, maka dengan fitting yang sama
sebagai penutup, konstruksi penguat harus dibuat permanen dengan thrust block adukan
1:2:3.
d. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih.dari minyak/oli,
ter/aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya, dengan sistem atau bahan penutup
yang sesuai dengan ketentuan dan atau petunjuk pengawas.
e. Jika ada sumbat yang terbuka, pipa yang berdekatan harus diperiksa dan apabila didapati
kotor atau ada gangguan lainnya harus dibersihkan seperlunya. Jika ada kerusakan atau
penyumbatan dalam pipa yang disebabkan oleh masuknya lumpur, tanah, batu, atau
benda-benda lain, maka harus diperbaiki kembali sehingga memuaskan Direksi.
f. Jika air masuk ke dalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan kembali,
maka tutup rapat air pada kedua ujung pipa tersebut jangan dibuka dulu sebelum air di parit
galian dipompa sampai kering dan bersih.

17.2.7. Bak

Bak katup harus dikonstruksi dari beton bertulang dengan dimensi dan jenis beton yang
ditentukan dalam gambar. Dinding luar katup dicat dengan aspal cair ( bitumen) sehingga
memberikan konstruksi yang kedap air. Flange-spigot yang mclewati dinding bak harus
dibersihkan dan disikat dengan sikat kawat sebelum dipasang.

Konstruksi bak katup harus termasuk pengadaan dan pemasangan tangga masuk dari galvanized
yaag harus dipasang pada setiap manhole sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.

Tutup manhole terbuat dari beton bertulang (pracetak) untuk dibawah trotoir. Tutup manhole
tersebut harus dipasang sesuai dengan gambar, dan rangka tutup harus diletakkan dengan
adukan semen sesuai dengan gambar atau petunjuk Direksi. Pemutar katup harus dapat
dioperasikan melalui start pot yang dicor dalam beton.

Untuk lokasi di bawah jalan digunakan tutup manhole dari Ductile Iron sesuai IS01083-1976.
Tutup manhole harus kedap udara dan kedap air pada tekanan 1 bar terhadap tekanan dari
dalam maupun dari luar. Tutup manhole ini harus dapat menahan beban diatas 40 ton. Dipasang
sesuai dengan gambar dan kokoh serta aman dengan menggunakan baut dan mur stainless
steel.

Jika tidak digunakan tutup manhole dari Ductile Cast Iron maka dengan persetujuan Direksi untuk
lokasi dibawah jalan dapat digunakan tutup manhole dari beton bertulang pracetak dengan mutu
beton K-500.

17.2.8. Start Pot (Surface Box)

Body dari start pot (surface box) harus dari cast iron dan dapat menahan beban test 40 ton.
Ukuran tutup manhole kurang lebih 200 mm atau yang disetujui Direksi, dengan kata tertentu
yang akan ditentukan kemudian oleh Direksi, tercetak diatas tutupnya.

Pada lokasi yang ditentukan Direksi, harus digunakan start pot dengan tipe PAVA box, dimana
start pot dapat dinaikkan ke atas untuk menghindari tertutup aspal jika dilakukan pelapisan ulang
oleh instansi yang berwenang di wilayah tersebut.

5.2. Standar Teknis Pelaksanaan

5.2.1 Standar Teknis Pelaksanaan Pembangunan Instalasi Air Bersih


a) Umum
Hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan pembangunan Instalasi Air Bersih yang
dimaksud adalah pembangunan unit-unit instalasi pengolahan air bersih dengan bermacam-
macam ukuran dan tipe pada bagian yang telah ditentukan dalam perencanaan, termasuk
didalamnya pembangunan intake, bak koagulasi flokulasi, bak sedimentasi, bak filtrasi
maupun bangunan reservoar dan bangunan pelengkap lainnya.

b) Peraturan.
Peraturan Teknis yang dipergunakan dalam pelaksanaan Pembangunan intalasi pengolahan
air bersih dan perlengkapannya yaitu :
1) Peraturan Beton untuk Idonesia (PBI) tahun 1971.
2) PUBB (Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan) NI3/56.
3) Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970) NI 18 tahun 1970.
4) PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) NI 5 tahun 1961.
5) Peraturan Peburuhan Indonesia (tentang pengarahan tenaga kerja) a.l tentang
larangan mengerjakan anak dibawah umur.
6) Surat Keputusan Bersama Mentri Tenaga Kerja dan Mentri Pekerjaan Umum Nomor
KEP.174/MEN/86.104/KPTS/1986, taggal 04 Maret 1986 tentang : Kesalamatan dan
Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
7) Peraturan Pemerintah Daerah setempat mengenai bangunan.

c) Pekerjaan Persiapan
 Penyiapan Gambar Kerja ( Shop Drawing )
Gambar kerja merupakan pedoman awal untuk melaksanakan pekerjaan lapangan, yang
didalamnya berisikan rencana kon-truksi, bentuk bangunan serta tata letak dan piel yang
harus dikerjakan.
 Pengukuran
Dalam awal pelaksanaan pembangunan intalasi pengolahan air bersih, proses
pengukuran sangat penting karena hal ini sangat menentukan tata letak dan piel
bangunan instalasi yang menyangkut sistem oparasi yang direncanakan.
 Pemasangan Bouwplank
Setelah dilakukan pengukuran kemudian diberikan tanda dengan pemasangan bouwplank
yang dicantumkan juga elevasi tanah yang akan dikerjakan.

d) Pekerjaan Tanah
 Setelah dilakukan pengukuran dan pemasangan bouwplang kemudian dilakukan
pekerjaan tanah untuk pembuatan bak air (ground reservoir) harus dilaksanakan seperti
yang tertera dalam gambar baik mengenai lebar, panjang, dalam dan kemiringan.
 Untuk mendapatkan kestabilan tanah pada dasar galian, maka disekeliling galian harus
dibuatkan parit yang cukup, sehingga dapat mengalirkan air tanah, air hujan atau air
genangan jika memungkinkan harus disediakan pompa air, dimana lubang galian harus
selalu dalam keadaan kering.
 Untuk tanah yang lembek, maka penggalian tanah harus secara trap-trap atau
mempunyai kemiringan tertentu dan setiap trapnya diberi sistim pengaman sehingga
dapat menghindari kelongsoran yang akan timbul.
 Sebelum pelaksanaan urugan pasir, dasar galian harus mempunyai kepadatan yang
cukup, bilamana keadaan tanah amat jelek sehingga tidak dapat dicapai kepadatan
tersebut, maka dalam hal ini perlu diadakan perbaikan tanah.
 Urugan pasir untuk pekerjaan dasat bangunan pondasi dilaksanakan lapis demi lapis
dengan menggunakan alat pemadat tanah mekanis (stemper) untuk mendapatkan
kepadatan yang diharapkan.

e) Waterstop
 Untuk lokasi pembangunan yang kadar air tanah dangkalnya cukup tinggi harus
disediakan waterstop, hal ini untuk menahan air guna pelaksanaan pengecoran kontruksi
bangunan.
 Waterstop yang dipasang paa bagian-bagian yang banyak mengandung air, waterstop ini
terbuat dari bahan karet atau PVC misalnya Expandite, Meynadier, Grace.
 Waterstop harus dengan hati-hati diletakkan pada posisinya sesuai dengan gambar dan
dilindungi dari kerusakan akibat panas selama masa pelaksanaan konstruksi. Bidang
waterstop pada setiap sisinya harus benar-benar pada posisinya sehingga dapat
berfungsi dengan baik.
 Beton harus secara hati-hati dipadatkan dibawah dan disekeliling waterstop sehingga
tidak terjadi celah-celah yang menyebabkan beton keropos atau tidak padat.

f) Bekisting
 Pemasangan Bekesting untuk pelaksanaan kontruksi beton harus diperhatikan. Untuk
mencegah terjadinya kebocoran dari pekerjaan bekesting ini sangat penting, misalnya
untuk bangunan yang seperti reservoir dinding bagian dalam memakai bekesting dari
bahan multiplex tebal minimum 12 mm dengan perkuatan rangka kayu, sedangkan
bekisting bagian dinding sebelah luar yang tertutup timbunan tanah dapat dipakai papan
merarti biasa asal memenuhi syarat-syarat pembuatan bekesting yang baik (rata, tidak
bocor, tidak melendut dan lain-lain) juga dengan perkuatan rangka kayu.
 Untuk bahan bekisting (multiplex) yang dipergunakan berulang, maka permukaan
bekisting tersebut harus disaput dengan Formcrete.
 Semua pipa yang menembus dinding beton harus dilapisi dilengkapi dengan trust
(flange), dimana pemasangannya harus bersamaan dengan pemasangan
tulangan/bekisting, dan dicor bersama pada waktu pengecoran beton dinding/ kontruksi
tersebut.
 Pembukaan beldsting dapat dilaksanakan setelah tegangan tekan beton mencapai mutu
yang telah ditentukan.

g) Pekerjaan Pengecoran
 Setelah pekerjaan pembesketingan telah dilaksanakan dan sudah siap maka pekerjaan
pengecoran dapat dilakukan apabila semua persiapan telah dilakukan sesuai dengan
rencana kerja yang disusun, rencana kerja yang perlu disusn meliputi :
- Rencana pelaksanaan tahap-tahap pengecoran.
- Rencana persiapan bahan.
- Rencana pemakaian peralatan (jenis dan jumlahnya).
- Rencana pengerahan tenaga kerja.
- Rencana pengamanan terhadap kemungkinan hujan sewaktu pengecoran, dll.
 Penghentian tahap pengecoran harus pada posisi yang telah ditetapkan sesuai rencana.
 Mutu beton untuk kontruksi instalasi pengolahan air bersih harus menggunakan beton
dengan mutu sesuai ketentuan, dimana pengetesan pendahuluan terhadap mutu beton,
melalui benda uji ataupun sampel lapangan pada laboratorium yang layak (mengikuti
ketetuan PBI 1971).
 Pemilihan bahan baku beton juga harus memalui pengawasan yang cermat agar
mendapatkan mutu beton sesuai rencana.
 Semen yang dipakai adalah semen Portland Klas I atau minimal merk standard (OPC)
dan memenuhi Standard Industri Indonesia yaitu BS 12 atau SU 0013-81 atau ASTM C-
150 atau merk lain yang setingkat mutunya yaitu portland biasa. Untuk daerah beriklim
tropis menggnakan semen jenis SU 0013-81 yang dilengkapi dengan sertifikat uji untuk
tiap-tiap pengiriman yang diterima di lapangan sebagai kelengkapan dari Sll 0013-81.
Sedangkan apabila ditentukan lain, bisa digunakan semen tahan sulfat (SRC) sesuai
dengan BS 4027 atau ASTM C-452 sebagai pengganti dari OPC.
 Agregat untuk beton hendaknya sesuai dengan PBI - 1971 atau SII 0052-80 pada saat
digunakan. Agregat harus terdiri dari pasir alam. Apabila dipandang perlu dapat
dilakukan penambahan pasir batu ke dalam pasir, karena tanpa ini tidak mungkin tercapai
gradasi yang ditentukan. Jumlah maksimum tanah liat, lumpur dan debu halus
hendaknya tidak lebih dari 3% berat bila digunakan uji sesuai dengan Sll 0077-75.
Agregat kasar hendaknya sesuai dengan persyaratan data PBI-1971 atau SU 0052-80
untuk agregat tunggal hingga ukuran maksimum nominal yang ditentukan bagi kelas
beton yang tersedia dan yang hendaknya terdiri dari tingkat-tingkat ('grading") sebagai
berikut :
- 40 mm ukuran tunggal
- 20 mm ukuran tunggal
- 10 mm ukuran tunggal
 Air yang digunakan untuk bahan campuran dan pengerjaan beton hendaknya berasal dari
sumber sumur gali yang bebas dari pencemaran. Dimana kualitas air tersebut adalah
harus bebas dari hidrokarbon dan zat organik yang merusak. Kadar zat anorganis dalam
air tidak boleh lebih dari 500 mg/l perbandingan berat dan dalarn suspense tidak lebih dari
50 mg/l perbandingan berat. Apabila air yang digunakan tidak memenuhi syarat maka
akan dapat menimbullkan antara lain :
- Akan mempengaruhi proses pengeringan beton lebih dari 30 menit atau mengurangi
daya tekan dari kubus uji dengan lebih dari 20% bila diuji sesuai dengan PBI-1971.
- Dapat mempengaruhi keberhasilan kekuatan uji kubus yang ditentukan pada 28 hari
untuk mutu yang sesuai dari beton.
- Dapat menimbulkan perubahan wama atau pemucatan pada permukaan beton yang
mengeras.

 Besi beton yang digunakan adalah tipe U. 32 berulir (deform). Sebelum digunakan besi
beton tersebut harus dilakukan test mutu pada laboratorium yang komprehensif dan akan
lebih baik apabila uji tes besi beton tersebut dilakukan secara random (1 sample untuk
setiap 5 ton). Korset besi (cakar ayam) dipasang minimum 1 buah setiap 1 m2.
Sambungan besi beton mengikuti ketentuan PBI 1971; sedangkan penyambungan
memakai las tidak diperkenankan. Beton tahu (decking) untuk selimut beton dipasang
merata.
 Pengecoran beton diharuskan memakai beton mixer dengan jumlah yang cukup, beton
mix design diperlukan untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan atau ketentuan.
 Pemadatan beton diharuskan memakai beton vibrator dengan jumlah yang cukup.
 Pemakaian additive didalam campuran beton untuk maksud-maksud tertentu tidak
diperkenankan kecuali dengan pertimbangan tertentu, misalkan tahan terhadap air asin
dll.
 Curing harus dilaksanakan segera setelah proses pengerasan berlangsung (setelah 24
jam dari saat selesai pengecoran).
 Selama pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinyu. Harus dibuat 1 benda
uji setiap 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji tiap hari, sesuai dengan mutu beton
yang disyaratkan.

h) Water Proofing
Untuk menghindari terjadinya keretakan bangunan instalasi yang berakibat terjadi
perembesan atau kebocoran maka diperlukan suatu lapisan. Barralastic adalah sejenis
campuran semen dengan karet sintetis yang mempunyaj sifat tahan air dan elastis.
Carnpuran/ adukan dari Barralasfic tersebut dikuaskan kepermukaan dinding kontruksi, dua
sampai tiga kali pelapisan.
Pelapisan berikutnya dapat dilakukan segera setelah lapisan pertama kering. Untuk
permukaan yang rata dapat digunakan trowel atau juga roller. Penggunaan sebaiknya
dilakukan dibawa terik matahari. Pengerjaan Barralastic harus dilakukan dalam waktu tidak
lebih dari 1/2 jam. Barralastic mengering dalam beberapa jam dan mencapai kekuatan akhir
setelah 7 hari.

i) Test Kedap Air


Test ini untuk mengetahui kualitas konstruksi, yaitu Test Kedap Air untuk Lantai dan Dinding
bangunan instalasi. Test ini dilakukan pada tahap akhir pekerjaan kontruksi dan harus sudah
keadaan bersih sehingga siap untuk dilakukan test kebocoran yaitu dengan cara mengisi air
pada bangunan instalasi sampai dengan ketinggian tertentu dan setelah dianggap cukup air
terserap oleh beton selama kurang lebih 3 hari, kemudian ketinggian permukaan air akan
diamati selama 7 hati berikutnya. Penurunan maksimum yang masih diperbolehkan dengan
memperhitungkan kemungkinan penguapan air adalah 1/500 dari rata-rata ketinggian air
atau 10 mm dipilih mana yang terendah. Meskipun telah dipenuhi persyaratan tersebut
diatas, setiap adanya tanda-tanda kebocoran pada sisi luar bangunan konstruksi harus
secepatnya diperbaiki.
Cara perbaikan apabila terjadi kebocoran atau rembesan terhadap bangunan kontruksi yang
baru dibangun adalah dengan menginjeksikan dan memakai bahan obat khusus, sedangkan
bila terjadi kebocoran, dapat diperbaiki dari dalam dengan dikeringkan terlebih dahulu
dengan memakai bahan grout biasa. Sedangkan untuk uji test kekedapan beton kontruksi
plat (seperti penutup reservoir dapat dilakukan dengan cara memberi air setinggi 25 cm pada
bagian sebelah atas plat selama 24 jam. Dari hasil test tersebut harus memenuhi ketentuan
bahwa tidak adanya tanda-tanda kebocoran dibagian dalam plate tersebut.

5.2.2 Standar Teknis Pelaksanaan Pembangunan Jaringan Distribusi Air Bersih

a) Umum
Hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan dalam sistem jaringan distribusi air bersih yang
dimaksud adalah pemasangan pipa dengan bermacam-macam ukuran dan bahan pada jalur
yang telah ditentukan dalam perencanaan, termasuk didalamnya pemasangan accecories
pipa, berupa katup, fitting, meter air dan bangunan pelengkap lainnya. Beberapa jenis
material yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
- Pipa dan kelengkapannya
- Katup-katup, fire hydrant.
- Gasket mur baut dari flens-flens.
- Material penyambungan termasuk lubrikan.
- Stop cock.
- Katup pelepas udara, floating valve, katup kupu-kupu dan gate valve.
- Clamp saddle, coupling, meter, dan lain-lain yang diperlukan untuk paket sambungan
pelayanan.
- Dan material lain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan perpipaan, seperti pasir,
koral, semen, batu bata, dan lain-lain yang ditentukan didalam RAB.

b) Penanganan material perpipaan


 Cara pengangkutan dan penanganan material perpipaan dari lokasi sebagai gudang
penyimpan ke lokasi pekerjaan hendaknya memperhatikan saran dari pabrik pembuatan
pipa tersebut, hal ini untuk menghindari kerusakan.
 Perhatian khusus diberikan terhadap penanganan dan penggudangan pipa-pipa dan
kelengkapan-kelengkapannya sehubungan dengan coating atau cement lining. Kait atau
alat lain yang mungkin mengakibatkan kerusakan terhadap ujung-ujung pipa tidak akan
digunakan.
 Pipa-pipa dan kelengkapan-kelengkapannya tidak akan digelundungkan, kecuali di atas
balok kayu yang layak dan tidak akan diangkat dengan menggunakan rantai.
 Apabila terjadi kerusakan dalam pemasangan perpipaan atau peralatan-peralatan yang
karena kelalaian, maka kewajiban Pelaksana pekerjaan untuk mengadakan kembali
perpipaan/ peralatan-peralatan yang lain yang sesuai dengan kualitas yang diperlukan.
 Sebelum meletakkan pipa-pipa atau kelengkapan-kelengkapannya pada posisi yang telah
ditentukan, harus dibersihkan terlebih dahulu dan diperiksa jika ada kerusakan-kerusa-
kan.
 Didalam penanganan katup, perhatian khusus akan diberikan dan diuji terhadap dudukan
katup dan bagian-bagian yang bergerak. Katup-katup akan terpasang sehingga berfungsi
dengan baik, bebas dari pengotoran dan gangguan terhadap mekanismenya. Pelaksana
pekerjaan akan memperbaiki dengan biaya sendiri apabila terjadi kerusakan sewaktu
pemasangan. Setiap katup yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya setelah
pemasangan akan diperbaiki atas biaya Pelaksana pekerjaan. Pelaksana pekerjaan akan
memasang pipa-pipa serta kelengkapan-kelengkapannya sesuai dengan gambar-gambar
dan petunjuk pemilik pekerjaan.

c) Pekerjaan Persiapan
 Mobilisasi merupakan langkah pertaman yang harus dilakukan, yang menyangkut
mobilisasi buruh/staff dan peralatan-peralatan ke dan dari lapangan pekerjaan serta
seluruh bangunan-bangunan yang akan dibangun.
 Pembongkaran dan Pembuangan bangunan-bangunan yang lama. Bangunan-bangunan
lama yang mengganggu pekerjaan harus dibongkar sesuai petunjuk pemilik pekerjaan
dan kerusakan yang timbul akibat pembongkaran ini terhadap bagian-bagian struktur
yang lain akan diperbaiki oleh pelaksana pekerjaan.

D C D

Detail Galian Pipa

TABEL GALIAN PIPA


UKURAN ( Cm )
DIAMETER ( Ø ) Lebar Galian Dalam Galian
PIPA ( mm ) ( Cm ) ( Cm )
A B C D

160 ( 6" ) 30 65 16 7 30 81

110 ( 4" ) 25 60 11 7 25 71

90 ( 3" ) 25 50 9 8 25 59
 Pekerjaan Galian dan Urugan. merupakan tata cara penggalian, perataan tanah, pembua-
tan parit untuk pemasangan pipa, pembersihan, pengurugan, pembongkaran struktur-
struktur yang ada dijalur pipa, pemindahan dan pekerjaan lain yang ada hubungannya
dengan pekerjaan tanah yang harus mengikuti garis ketinggian yang tertera dalam
gambar perencanaan. Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan penggalian dari seluruh
jalur pipa sesuai dengan lebar dan tinggi galian yang disyaratkan dalam gambar kerja.
 Untuk kondisi tanah dan galian tertentu diperlukan turap penahan yang bersifat
sementara demi keamanan pelaksanaan pekerjaan.
 Selama penggalian berlangsung, material yang layak untuk pengurugan akan ditumpuk
diletakkan sedemikian pada jarak yang layak dari tepi parit untuk menjaga agar tidak
terjadi over-loading dan longsor. Material yang tidak layak untuk pengurugan akan
dibuang dan pengurugan hanya dilaksanakan dengan material yang layak. Tanah galian
yang berlebih akan diangkut dan dibuang ketempat yang lebih rendah tidak jauh dari
tempat tersebut. Material urugan akan diambil dari bekas galian atau dari galian lain yang
ditentukan oleh pemilik pekerjaan.

d) Galian parit untuk perletakan pipa.


Parit akan digali sesuai jalur yang ada pada gambar dengan pilihan prioritas lokasi sebagai
urutan berikut :
- Antara bahu jalan/jalan aspal dengan tanah milik penduduk.
- Dibawah bahu jalan/jalan aspal.
- Dibawah pinggiran jalan yang tidak dikeraskan.
- Dibawah jalan/jalan aspal.
Penggalian parit hanya dilakukan bila akan disusuli segera dengan pemasangan pipa dan
khusus di daerah dimana lalu lintas akan terganggu, maka sistem gali dan pasang langsung
akan diterapkan. Pelaksana pekerjaan harus terlebih dahulu mengadakan pengecekan
kepada instansi yang berwenang tentang kabel-kabel dan pipa-pipa lain dibawah tanah,
sehingga tidak terjadi pengrusakan terhadapnya dan ini menjadi tanggung jawab pelaksana
pekerjaan. Bila pelaksana pekerjaan mendapatkan informasi bahwa di jalur parit ada pipa-
pipa dan kabel dibawah tanah, agar segera melaporkannya kepada pemilik pekerjaan dan
meminta petunjuk-petunjuk pelaksanaannya.

e) Pemasangan Pipa.
 Pipa dan kelengkapannya setelah diambil dari gudang diletakkan dekat jalur pipa. Dalam
hal pemasangan pipa pelaksana pekerjaan harus mengikuti prosedur dari pabrik pembuat
pipa dan harus dipasang pada jalur yang dimaksud sesuai gambar.
 Penanganan pipa-pipa dan kelengkapannya yang telah diterimakan kepada pelaksana
pekerjaan harus dilakukan dengan hati- hati sekali karena jika terjadi kerusakan dan
kehilangan adalah menjadi beban pelaksana pekerjaan.
 Setiap pipa akan diperiksa secara teliti sebelum dan sesudah pemasangan dan pipa yang
mengalami kerusakan akan diperbaiki atau diganti.
 Setiap selesai pemasangan pada setiap hari, maka ujung pipa yang terbuka akan ditutup
dengan potongan kayu atau tutup lain yang disetujui oleh pemilik pekerjaan.
 Pemotongan pipa akan dilakukan dengan alat pemotong pipa yang sesuai untuk setiap
jenis pipa dan disetujui pemilik pekerjaan dan ujung pipa bekas potongan akan dihaluskan
dengan alat yang sesuai untuk jenis pipa yang dimaksud.
 Semua sambungan dan kelengkapan-kelengkapan pipa untuk sistem tersebut akan
dipasang selayaknya dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk pabrik pembuatnya. Blok-
blok penahan dari beton akan ditempatkan pada tempat yang benar. Katup-katup dan
kelengkapan-kelengkapan lainnya supaya dipasang dan ditempatkan pada lokasi yang
benar dan dalam hal pemasangannya agar menurut petunjuk-petunjuk/ instruksi-instruksi
pabrik pembuatnya.
 Khusus mengenai pipa transmisi, maka sebelum pemasangan, pelaksana pekerjaan
harus memeriksa, meneliti dan jika perlu mengukur kembali seluruh ketinggian-ketinggian,
sehingga pemasangan dapat dilakukan sesuai ketinggian-ketinggian yang ada pada
gambar.
 Jika harus ada perubahan-perubahan dari gambar yang telah ada maka harus
melaporkannya kepada pemilik pekerjaan. Perhatian khusus harus juga diberikan
terhadap pemasangan pipa diperlintasan sungai.

f) Pengurugan.
Pengurugan akan dilakukan lapis per lapis sebagai berikut :
 Lapisan pasir pasang (±15 cm) akan ditempatkan pertama sekali, sebagai bantalan pipa
yang akan dipasang. Lapisan ini harus dipadatkan benar-benar dan permukaannya
harus rata.
 Pada ujung-ujung pipa dimana akan ada sambungan, maka bantalan harus lebih rendah
±5 cm, untuk menjamin bahwa pipa tidak didukung pada sambungan, melainkan
sepanjang badan pipa.
 Setelah pipa terpasang, maka samping-samping pipa juga akan diurug dengan pasir
pasang yang dipadatkan dan mengarahkan pipa pada jalur yang dimaksud dan diatas
pipa diurug lagi dengan lapisan pasir pasang setebal ±15 cm yang dipadatkan dengan
hati-hati.
 Urugan selanjutnya dilakukan lapis per lapis tidak lebih dari ±15 cm dengan tanah bekas
galian yang sebelumnya telah dibersihkan dari benda-benda tajam, batu dan kotoran
organik dan dipadatkan.
 Pemadatan dapat dilakukan dengan 'alat tangan' yang beratnya ±15 kg dengan alat
pemadat 20 x 20 cm. Pengurugan pada sambungan dapat dilakukan setelah pengetesan
pipa.
 Pengembalian kepada keadaan semula dilakukan setelah pengurugan selesai.

Setiap kerusakan struktur-struktur akibat pelaksanaan galian dan urugan harus diperbaiki
seperti keadaan semula, sama halnya dengan permukaan-permukaan jalan/jalan aspal yang
terkena galian, juga harus dikembalikan kepada keadaan semula.
Pekerjaan pengurugan ini dilaksanakan sehingga tidak terdapat lagi penurunan tanah
ataupun permukaan jalan/jalan aspal.

g) Pengujian Tekanan Hydrostatic.


 Pengujian tekanan hanya dilakukan setelah pipa terpasang dengan sempurna beserta
seluruh kelengkapan-kelengkapan dan blok-blok penahan/ penjangkaran beton paling
sedikit telah berumur 14 hari.
 Pengujian tekanan dilakukan bagian per bagian dari panjang pipa tergantung dari letak
dan jarak dari katup-katup. Maximum panjang pipa yang akan diuji adalah 500 m untuk
pipa yang berdiameter sampai dengan 150 mm dan untuk yang berdiameter lebih besar
dari 150 mm adalah 1500 m.
 Apabila terdapat hal-hal khusus sehingga pengujian pipa harus dilakukan lain maka
Pemilik pekerjaan dapat menentukan/ menginstruksikan lain dari tersebut diatas.
 Periode stabilisasi dibutuhkan, tergantung pada tiap- tiap jenis pipa, yaitu setelah pipa
diisi penuh dengan air dengan tekanan rendah dan pada periode ini dicheck segala
kemungkinan kebocoran dan perbaikan-perbaikan yang masih dibutuhkan.
 Setelah periode stabilisasi dari bagian pipa yang akan diuji selesai, maka 'Pengujian
Tekanan' hingga tekanan yang dikehendaki dilakukan dengan bantuan pompa piston kecil
yang disertai sebuah akumulator. Pompa tersebut sebelumnya harus diperiksa untuk
menjamin tidak ada kehilangan tekanan pada pompa itu sendiri dan tekanan hendaknya
dilakukan secara perlahan-lahan dan merata.
 Manometer (min. diameter 15 cm berkapasitas 0-20 atm dan dapat menunjukkan 0,1 bar)
dipasang pada ujung bagian pipa yang diuji dan mempunyai sambungan stop cock 1/2".
Pengujian tekanan akan dilakukan dalam periode minimum 3 (tiga) jam untuk pipa
berdiameter sampai dengan 150 mm dan 6 (enam) jam untuk diameter lebih dari 150 mm.
 Laporan pencatatan manometer harus dibuat oleh Pelaksana pekerjaan dalam setiap
interval 5 menit selama jam pertama dan kemudian setiap jam untuk jam-jam berikutnya.
Pada akhir waktu pengujian, dilakukan pemompaan tambahan untuk mengembali-kan
tekanan kepada tekanan pengujian.
 Ujung dari saluran pipa yang akan diuji harus ditahan dengan penjangkaran/block
penahan sementara untuk menahan gaya yang timbul pada ujung saluran sewaktu
pengujian tekanan dilakukan.

h) Desinfeksi.
 Setelah pengujian kebocoran terhadap 'Hydraulic Structure' yang ada (break pressure
tank, reservoar, dan lain-lain) telah selesai, maka dilakukan pengurasan terhadap pipa-
pipa dan struktur tersebut.
 Untuk kondisi tertentu, dan apabila pipa akan segera dipergunakan maka setelah
pengurasan dan pembersihan selesai, maka dilakukan desinfeksi, yaitu dengan mengalir-
kan air campuran calcium-hypochlorite dengan kadar minimum 2,5 mg/l pada ujung-ujung
pipa dan struktur-struktur. Setelah 24 jam pengisian selesai dan pengisian kembali kadar
calcium hypochlorite menyatakan 1 mg/l, maka pengurasan dapat dilakukan kembali dan
berarti sistem siap untuk dipakai.
 Jika setelah 24 jam ternyata chlorine sangat kecil atau nol sama sekali, maka desinfeksi
akan diulangi lagi dan seterusnya demikian hingga pemilik pekerjaan menyetujuinya.

i) Sambungan-sambungan.
Seluruh sambungan antara pipa dengan pipa demikian juga dengan fitting dan kelengkapan
lainnya dipasang sesuai gambar detail yang ada, dengan menggunakan cincin karet atau
flens. Prosedur pemasangan itu sendiri harus mengikuti petunjuk/instruksi dari pabrik.
Sebelum melakukan penyambungan, ujung-ujung pipa dan fitting-fitting harus dibersihkan
terlebih dahulu.

j) Sambungan ke sistem perpipaan yang ada.


Sambungan yang demikian harus dapat dilakukan sesingkat mungkin, untuk menjaga
gangguan seminimal mungkin terhadap penyaluran/ pengadaan air bersih. Pelaksana
pekerjaan harus sebelumnya memberitahukan akan hal ini kepada pemilik pekerjaan (3 hari
sebelumnya) disertai dengan rencana kerja untuk itu, dimana diterangkan jangka waktu
pemasangan, peralatan yang akan dipakai dan jumlah buruhnya serta material-material yang
dibutuhkan.
Pekerjaan dilakukan setelah mendapat ijin dari pemilik pekerjaan.

k) Accessories (kelengkapan-kelengkapan).
 Pemasangan accessories yaitu katup-katup, katup-katup udara, wash out, fitting-fitting,
dan lain-lain akan menerima perhatian sama seperti pada pemasangan pipa, terutama
mengenai pembersihan, dudukan, cara penyambungan dan instruksi-instruksi pabrik
pembuatnya.
 Katup-katup GI (gate valve) yang terletak di bawah tanah untuk pipa yang letaknya
horizontal, maka 'spindle' ditempatkan vertikal. Kecuali untuk pipa yang tidak horizontal,
maka katup-katup didudukkan beton agar jangan terjadi retak pada pipa akibat berat
katup itu sendiri.
 Katup-katup harus dilengkapi dengan 'spindle', rumah katup dan tutup rumah katup
sesuai dengan tipikal gambar detail. Rumah katup dan tutupnya akan dipasang
sedemikian hingga tidak ada beban yang diakibatkan ke katup itu sendiri.
 Katup-katup akan terpasang hingga dapat berfungsi baik, bebas dari kotoran-kotoran dan
gangguan terhadap mekanismenya.
 Pada waktu Pelaksana pekerjaan menerima accessories pipa tersebut, harus
mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah semua bagian-bagian dalam keadaan
baik, dapat berfungsi dan tidak ada cacat. Penanganan harus dilakukan hati-hati sekali,
tidak boleh dijatuhkan.
 Untuk penyimpanan sementara oleh Pelaksana pekerjaan, maka accessories pipa harus
dalam posisi tertutup untuk mencegah kotoran-kotoran masuk kedalamnya dan harus
pula dijaga agar permukaan dudukan tidak rusak dan sebaiknya disimpan didalam ruang
yang tertutup dan semua baut-baut/mur dijaga jangan sampai berkarat.
 Diperiksa kembali apakah ada kotoran-kotoran yang terdapat pada bagian dalam dari
accessories pipa. Kotoran-kotoran dapat merusak bagian dalam dari accessories pipa,
maka sewaktu pemasangan accessories pipa harus dalam posisi tertutup. Accessories
pipa akan diletakkan pada suatu dudukan yang tepat agar tidak memberikan teka-
nan/tarikan kepada sambungan pipa.
 Untuk accessories pipa yang dipasang di bawah tanah, maka dibuatkan ruang katup dan
pemasangan ruang katup sedemikian, agar tidak memberikan atau mentransfer tekanan
kepada katup.
 Pemasangan ruang katup harus centris terhadap 'operating nut' dari valve tersebut.
Setelah pemasangan dilakukan, maka perlu diperiksa apakah seluruh baut-baut sudah
dalam keadaan kencang atau ketat sehingga tidak terjadi kebocoran-kebocoran, sama
halnya dengan alat pembuka dan penutupnya juga perlu diperiksa tentang kekencangan/
keketatannya.
 Beberapa Asesories pipa yang umum digunakan dalam sistem jaringan distribusi air
bersih antara lain :

1) Air Valve.
Pada daerah yang relatif datar tiap 2 km perlu
pemasangan air valve dan pemasangan tersebut
diusahakan pada jembatan atau daerah yang relatif
lebih tinggi.
Untuk daerah yang berbukit-bukit pemasangan dan penempatan air valve harus
diperhatikan lebih serius. Hendaknya minta petunjuk pengawas karena jika tidak
direncanakan secara seksama akan berakibat mengganggu sistem pengaliran
bahkan alirannya bisa macet.
Single air valve dipergunakan pada daerah yang diantara keduanya (up stream dan
down stream) lebih rendah diantaranya. Sedangkan double air valve dipergunakan
pada daerah gundukan (berbukit) dengan up stream dan down stream relatif
rendah. Air valve perlu dilindungi dengan pelindung seperti straat pot atau box dari
pasangan batu/bata lengkap dengan penutup.

2) Gate Valve.
Gate valve dipasang untuk membagi dan mengatur
aliran atau pembagian air disam-ping itu dapat
berfungsi untuk menutup aliran jika sewaktu-waktu
diadakan perbaikan sistem.
Penempatan gate valve harus diperhatikan benar-
benar sehingga saat diadakan perbaikan
sistemdimana gate valve ditutup tidak akan
mengganggu terhadap sistem atau blok yang lain.
Pemasangan gate valve perlu dilindungi dengan
straat pot atau box pengaman.

3) Check Valve.
Pemasangan check valve biasanya ditem-patkan
didekat pompa sumur bor, ground reservoar atau di
menara, fungsi dari check valve sendiri adalah
hampir sama dengan gate valve yaitu mengatur
besar dan kecilnya aliran air yang satu arah saja
atau sebagai pengaman terhadap tekanan balik.

4) Butterfly Valve.
Butterfly valve dipasang pada pipa-pipa yang berdi-
ameter besar atau berdiameter kecil tetapi
bertekanan tinggi dengan catatan valve sering
dioperasikan. Salah satu tujuan pemasangan
(pemakaian but-terfly valve tersebut adalah
mempermudah pengoperasiannya karena tekanan
hidrostatis akan banyak membantu dalam menutup
atau membuka valve. Pemasangannya juga perlu
dilindungi sebagaimana valve yang di atas.

5) Water Meter.
Water meter berfungsi untuk mencatat besar
kecilnya produksi dan pemakaian air, disamping itu
juga bisa untuk mendeteksi kebocoran air pada
sistem jaringan distribusi atau transmisi.
Penempatan dan pemasangan water meter yang
paling ideal adalah didekat bangunan produksi
yaitupada sistem pengolahan, reservoar atau
menara air. Karena pemasangan meter tidak boleh
sembarangan sebaiknya minta petunjuk pengawas.

6) Hydrant
Hydrant akan ditempatkan dan dipasang pada titik-
titik yang ditentukan pada gambar. Assemblingnya
serta sambungan ke pipa yang ada harus
sedemikian sehingga hydrant dapat berfungsi baik.

7) Wash Out.
Pada sistem jaringan distribusi air minum wash out sangat diperlukan karena
dengan terpasangnya serta pengoperasian yang baik tersebut lumpur atau kotoran
yang masuk ke daerah pelayanan akan dapat dibersihkan. Penempatan wash out
biasanya pada cekungan atau daerah yang relatif rendah dan juga pada jembatan/
perlintasan gorong-gorong. Untuk menjaga dan melindunginya maka wash out
perlu pengaman seperti halnya valve serta yang lainnya yaitu dengan straat pot
dan box pengaman.

8) Sambungan Pelayanan
Semua sambungan pelayanan (domestik dan non-domestik) agar dipasang sesuai
paket yang ada pada gambar detail dan instruksi-instruksi pabrik pembuatnya
terhadap kelengkap- kelengkapan yang dipakai (clamp saddle, meter, dan lain-
lain).

9) Perlintasan.
Perlintasan sungai, selokan, jalan, jalan kereta api supaya dilaksanakan sesuai
typikal gambar detail yang ada. Untuk perlintasan tersebut, terutama perlintasan
sungai dan selokan, harus diadakan perbaikan-perbaikan sesuai lokasi terutama
mengenai dudukan (pondasi) perlintasan dan juga dinding penahan (retaining wall)
dan semua biaya- biaya ini sudah harus diperhitungkan pada waktu peninjauan
lapangan dan dimasukkan ke Rencana Anggaran Biaya (RAB/BOQ).
Pemasangan pipa, accessories dan fitting-fitting pada perlintasan-perlintasan ini
benar-benar harus dilaksanakan dengan baik dan juga seluruh pekerjaan lain yang
dimaksud dalam gambar termasuk coating / painting terhadap pipa yang terletak di
atas tanah dan pengembalian pada keadaan semula untuk perlin-tasan jalan dan
jalan kereta api dan lain-lain pekerjaan yang mungkin diperlukan yang dijumpai
sewaktu peninjauan di lapangan.

l) Test Asesories
 Testing asesories dilakukan bersamaan dengan bagian pipa yang akan diuji coba.
Apabila accessories pipa dibuat sebagai pemisah untuk bagian-bagian yang akan di test,
maka tekanan percobaan tidak melampaui dua kali tekanan kerja pada bagian pipa
tersebut.
 Setelah testing, maka langkah-langkah akan diambil untuk membebaskan tekanan yang
terjebak pada badan katup.
 Accessories pipa tidak akan dioperasikan baik dalam arah terbuka atau tertutup didalam
tekanan-tekanan yang berbeda-beda diatas tekanan kerja. Setelah selesai
pemasangan/testing, perlu diadakan pencatatan mengenai lokasi, arah membuka dan
hal-hal lain yang dianggap perlu, untuk kemudian menjadi suatu catatan yang diserahkan
kepada Pemilik pekerjaan.

m) Ketentuan Khusus Untuk Pipa PVC


 Penanganan dan Penimbunan (handling + Storage).
- Pipa harus mempunyai dudukan yang cukup, tidak boleh ditumpuk dalam tumpukan
yang tinggi, terutama dibawah kondisi udara panas, karena pipa yang terletak pada
bagian bawah akan dapat berubah dan menimbulkan kesukaran dalam pelurusan
pipa-pipa dan penyambungannya.
- Untuk penimbunan sementara di lapangan pekerjaan dimana rak penumpukan tidak
ada, perhatian harus diberikan kepada permukaan tanah, bahwa bebas dari batu-batu
dan benda-benda tajam lainnya. Untuk itu timbunan pipa maksimum 1.5 m tinggi dan
ditumpuk sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bergerak.
- Penutup sementara diperlukan untuk penimbunan sementara, untuk menghindari
perubahan-perubahan sifat pipa PVC, akibat terkena sinar matahari dan panas.

 Pemasangan pipa.
- Bantalan pipa harus terdiri dari pasir pasang halus yang bebas dari batu-batu, benda-
benda tajam lainnya dan akar- akar pohon serta bantalan pasir yang rata sepanjang
panjang pipa.
- Lebar parit minimum adalah diameter pipa ditambah 30 cm, untuk dapat melakukan
penyambungan dengan mudah. Bila terjadi perlintasan jalan raya dan tidak ditentukan
bentuk perlintasan, maka kedalaman parit dari atas pipa adalah minimum 1 meter
(disesuaikan dengan gambar pelaksanaan yang ada).
- Harus dihindari masuknya kotoran-kotoran kedalam pipa. Koeffisien muai panjang dari
pipa PVC kira-kira 0,06 mm/m untuk setiap 1 derajad Celcius, berarti untuk 100 m pipa
yang terpasang akan memuai panjang kira-kira 6 mm untuk perubahan temperatur 1
derajad Celcius.
- Untuk itu perlu dijaga flexibilitas dari sambungan, jangan sampai ikut tertutup oleh
blok-blok beton, yang dibutuhkan pada setiap perubahan arah jalur pipa. Jenis
sambungan yang dipakai antar pipa dengan pipa adalah jenis cincin karet (dilengkapi
dengan pelicinnya) untuk menjamin adanya flexibilitas dan sambungan antara pipa
dengan kelengkapan lainnya (fitting, valve dan lain-lain) adalah sambungan cincin
karet dan flens.
- Semua prosedur dan instruksi-instruksi dari pabrik dalam hal penyambungan harus
diikuti, sama halnya juga petunjuk- petunjuk Pemilik pekerjaan.
 Pengujian tekanan hydrostatic.
- Air diisi dari tempat yang terendah dan periode stabilisasi dibutuhkan paling sedikit 15
jam.
- Setelah periode stabilisasi dan tidak ada lagi perbaikan-perbaikan, maka pengujian
tekanan dilakukan.
- Tekanan pengujian (pressure test) adalah 2 (dua) kali tekanan kerja (working
pressure).
- Pengujian tekanan dinyatakan sukses, jika jumlah air tambahan yang dibutuhkan
untuk pengembalian tekanan pengujian setelah masa pengujian 3 jam tidak melebihi
0,365 liter per kilometer pipa, per cm nominal diameter, per kg/cm2 tekanan pengujian,
per 24 jam atau bahwa selama periode pengujian maka tekanan hanya turun
sebanyak 0,2 bar.
- Pada prinsipnya pengujian tekanan hydrostatic dilakukan secara bagian demi bagian
dari panjang pipa, dengan panjang maksimum 500 m untuk diameter pipa lebih besar
dari 150 mm, dan maksimum 1000 m untuk diameter pipa lebih kecil dari 100 mm. Air
diisi dari tempat yang terendah dengan periode stabilisasi untuk pipa PVC 24 jam.
- Setelah periode stabilisasi dan tidak ada lagi perbaikan- perbaikan, maka pengujian
tekanan dilakukan. Pengujian tekanan hydrostatic harus dilakukan minimal 8 atm
untuk diameter lebih besar dari 100 mm, dan 6 atm untuk diameter 100 mm atau yang
lebih kecil. Apabila selama 2 jam tekanan tidak berubah (turun), berarti pengujian ini
dinyatakan berhasil dan dapat diterima. Pengujian tekanan hydrostatic untuk jenis
PVC dengan sambungan "Solvent Cement" baru boleh dilakukan paling cepat 24 jam
setelah penyambungan pipa yang terakhir (untuk bagian pipa yang akan diuji).

 Peralatan Pipa PVC.

1) Flanged.
Pada penyambungan antara pipa dengan pipa, fitting dengan fitting atau antara
pipa dengan fitting yang menggunakan flanged harus diperhatikan
penyambungannya. Sebelum penyambungan dilakukan harus dibersihkan dahulu
dari kotoran. Setelah diyakinkan bersih baru diantara flanged dipasang packing
yang berupa karet. Pemasangan mur/baut harus benar-benar kuat agar tidak terjadi
kebocoran pada sambungan tersebut.

2) Socket
Seperti halnya sambungan flanged maka setelah bagian yang akan disambung
bersih, gelang karet yang telah dibasahi dengan air ditekan menjadi berbentuk
jantung/hati dan kemudian dimasukkan ke dalam socket dengan bagian yang lebih
besar/tebal dari gelang karet tersebut menghadap kearah dalam dari socket. Yang
perlu diperhatikan disini adalah, apakah gelang karet itu sudah diletakkan dengan
posisi yang benar. Karena jika tidak diletakkan pada posisi yang tepat akan
menyebabkan kebocoran dan pipa tersebut akan sulit dimasukkan karena gelang
karet dimungkinkan akan keluar dari posisi semula dan terlepas dari socket.
Untuk memudahkan memasukkannya maka terlebih dahulu pipa yang akan
dimasukkan dan gelang karet tersebut diberi pelicin/pelumas misalnya : BELL
SOAP, sesegera itu pula pipa ditekan dengan tenaga manusia, pengungkit atau
perkakas khusus lainnya.
Saat penyambungan berlangsung harus diberi bantalan supaya pipa-pipa tersebut
tidak menyentuh tanah.

3) Bend
Pada umumnya pipa-pipa yang ditanam didalam
tanah mendapat tambahan tekanan baik dari tanah
sendiri maupun dari aliran. Untuk menghindari
bend agar tidak lepas,maka diperlukan pelindung
berupa beton cor atau lebih dikenal dengan thrust
block Bend-bend dipasang pada belokan-belokan
atau daerah yang mempunyai perbedaan tinggi
relatif besar.

4) Tee
Pemasangan tee hanya dipakai pada pipa yang
bercabang, seperti halnya bend maka tee juga
memerlukan perlindungan.

5) Clamp Sadle
Clamp sadle hanya diijinkan dipasang pada pipa
tersier dengan diameter  100 mm, biasanya
clamp sadle dipakai pada titik tapping sambungan
rumah atau kran umum.

6) Reducer
Reducer dipasang/dipakai sewaktu terjadi
perubahan diameter, reducer pun perlu pelindung
berupa balok penahan seperti ditunjukkan pada
gambar standar.

n) Ketentuan Khusus Untuk Pipa GI

 Penanganan (Handling).
- Pipa GI adalah material yang mempunyai sifat jauh lebih keras dari pada pipa PVC
maupun asbes semen, namun masih juga memerlukan penanganan yang memadai
- Pada tempat penyimpanan/penggudangan maka alas pada lantai diusahakan lebih
tinggi dan rata, hal tersebut untuk mencegah pipa GI berhubungan langsung dengan
air apabila terjadi hujan dan dapat berakibat korosi.
- Dalam pengangkutan dan penurunan pipa perlu diperhatikan benturan-benturan yang
mungkin terjadi agar tidak mengalami kerusakan (penyok) pada pipa dan ujung pipa.

 Pemasangan pipa.
- Pemasangan dan pemakaian pipa GI untuk sambungan rumah yang berdiameter kecil
disamping itu juga untuk perlintasan yaitu jembatan ataupun gorong-gorong dan
syphon.
- Pemasangan pipa pada umumnya dilakukan setelah galian sesuai gambar dan pipa
diletakkan diatas bantalan yang teratur dan padat dengan penahan yang cukup kuat
dari samping (urugan yang padat).
- Jangan menggali terlalu jauh didepan pipa-pipa
yang dipasang karena galian panjang yang
terbuka seringkali dapat menuntun kearah
banjir, longsor, berbahaya untuk lalu lintas,
pekerja-pekerja dan lain-lainnya.
- Untuk mendapatkan hasil yang baik maka pekerjaan penggalian, pemasangan dan
penimbunan dilakukan bersama-sama sehingga memungkinkan pengawas
melaksanakan kontrol yang lebih ketat terhadap para pekerja.
- Penyambungan pipa dilakukan setelah terlebih dahulu pipa dimasukkan di lubang
galian, hal tersebut untuk menghindari patahan sewaktu pengangkatan pipa ke lubang
galian.
- Di daerah gunung dan daerah berbatu yang tidak memungkinkan pipa ditanam maka
pemasangannya cukup dengan anker atau balok penyangga dan pengaman.

 Pengujian Tekanan Hydrostatic.


- Setelah pemasangan pipa selesai, maka diadakan lagi inspeksi apakah seluruh sistem
telah dipasang dengan baik. Apabila sistem terlalu besar, maka uji coba hydrostatic
dapat dilakukan sebagian-sebagian.
- Pipa-pipa harus secara layak diangker pada semua perubahan arah dan titik tetap
yang telah ditentukan.
- Angker-angker dan blok-blok penahan lainnya harus cukup kuat terhadap uji coba
maximum hydrostatic, maka Pelaksana pekerjaan harus memberi perhatian penuh
didalam mengerjakannya dan selalu berhubungan dengan Pemilik pekerjaan terutama
karena sifat alam dari pipa ini amat flexible.
- Urugan sebagian, hanya dengan sambungan-sambungan yang kelihatan, sangat baik
dan penutup ujung pipa membutuhkan tahanan yang kuat.
- Seluruh katup-katup harus dalam posisi terbuka demikian halnya katup udara.
- Jaringan pipa diisi dengan air dari titik yang terendah untuk dapat membuang udara
dari jaringan pipa. Setelah penuh, maka dibiarkan selama 24 jam. Katup udara
ditutup dan seluruh sambungan diperiksa lagi, apakah dalam keadaan baik.
- Tekanan akan dilakukan secara lambat-lambat dengan bantuan pompa, hingga tingkat
tekanan yang dibutuhkan.
- Apabila sistem terpisah dari pompa penguji tekanan, maka untuk periode 1 jam, uji
coba dapat dikatakan memuaskan, apabila jumlah air yang dibutuhkan untuk
mendapatkan tekanan yang dimaksud tidak melebihi jumlah sebagai berikut : 3 liter
per km pipa, dengan diameter dalam 25 mm per 3 bar tekanan percobaan, per 24
jam.
- Kerusakan yang timbul dari percobaan ini akan diperbaiki dan lanjutan uji coba
hydrostatic dilakukan sampai memberi hasil yang memuaskan.

 Perbaikan-perbaikan
Bermacam-macam metode untuk menanggulangi kebocoran, kerusakan pada bagian
pipa. Secara umum, yang paling baik adalah untuk bagian yang rusak, pipa dipotong dan
diganti dengan bagian pipa yang telah dipersiapkan sebelumnya. Apabila kerusakan
terjadi pada pengelasan sambungan, maka bagian las tersebut akan diganti
keseluruhannya.

 Peralatan Pipa GI.


1) Flanged.
Pada penyambungan antara pipa dengan pipa,
fitting dengan fitting atau antara pipa dengan fitting
yang diameter lebih dari 100 mm menggunakan
flanged harus diperhatikan penyambungannya.
Sebelum penyambungan dilakukan harus dibersih-kan dahulu dari kotoran.
Setelah diyakinkan bersih baru diantara flanged yang akan disambung dipasang
packing berupa karet. Pemasangan mur/baut harus benar-benar kuat dan rapat
agar tidak terjadi kebocoran pada sambungan tersebut.

2) Flanged Adaptor
Sistem penyambungan flanged adaptor sama
dengan flanged biasa, akan tetapi sistem
penyambungan flanged adaptor mempunyai sifat
yang istimewa yaitu lebih flexible.
Flexibilitas tersebut diantaranya kemudahan dan kemampuan dalam
penyambungan jika sekiranya pipa/ accessories yang akan disambung kurang
beberapa centimeter masih bisa dilakukan penyambungan. Disamping itu untuk
penyambungan yang bersifat tidak permanen atau penyambungan yang
memerlukan perbaikan/perawatan khusus maka flanged adaptor merupakan sistem
penyambungan yang paling ideal. Biasanya penyambungan flanged adaptor
terpasang pada tempat-tempat khusus yaitu : di jembatan, ground reservoar,
menara, sumur bor dan tempat-tempat khusus lainnya yang diperlukan.
3) Coupling
Penyambungan memakai coupling jika diantara
keduanya yang akan disambung telah terpasang
screw luar, karena coupling sendiri screwnya
didalam.

4) Nipple
Sistem penyambungan yang memakai nipple pada prinsipnya sama dengan
coupling, hanya perbedaannya kalau nipple tersebut screwnya berada diluar.

5) Water Mur
Prinsip kerja penyambungan yang menggunakan water mur sama dengan coupling,
tetapi water mur lebih flexible karena jika terjadi kekurang-panjangan pipa atau
accessories yang dipasang masih bisa dilakukan penyambungan.
5.3. Standar Teknis Operasi dan Pemeliharaan

5.3.1 Umum

Yang dimaksud dengan pengolahan air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk
merubah sifat-sifat air. Hal ini penting sekali dalam air minum, karena dengan adanya proses
pengolahan ini, maka akan diperoleh mutu air minum yang memenuhi standar yang telah
ditentukan.
Apabila digolongkan menurut kelengkapan dari unit-unit instalasi, maka dapat digolongkan
menjadi 2 macam pengolahan air, yaitu :
a) Pengolahan Lengkap, yaitu air baku diolah dengan unti-unit prngolahan lengkap mulai dari
pengolahan fisik, kimiawi dan bakteriologis. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air
permukaan yang kualitasnya buruk atau pada golongan B.
b) Proses pengolahan tidak lengkap atau sebagian, yaitu untuk menjadikan air baku menjadi
air bersih hanya dilakukan beberapa unit pengolahan, seperti proses pengolahan kimia
dan/ atau pengolahan bakteriologis.

Apabila digambarkan bentuk flow cart dari sistem pengolahan lengkap dan tidak lengkap adalah
sebagai berikut :
KOAGULANT
DESIFEKTANT

STRAINER PRASEDIMENTASI KOAGULAS SEDIMENTASI/ FILTRASI GROUND DISTRIBUSI


SCREEN I CLARIFIER RESERVOIR PELAYANAN
GRIT CAMBER FLOKULASI
PENGUKUR DEBIT

Gambar 5. : diagram skematik pengolahan air permukaan

Unit-unit pengolahan air minum pada umumnya terdiri dari


Unit utama :
- Bak penangkap air
- Bak pengendap I
- Bak pengaduk cepat
- Bak pengaduk lambat
- Bak pengendap ll
- Bak penyaring

Unit tambahan (alat pembubuh bahan kimia)


- Pembubuh desinfektan
- Pembubuh kapur
- Pembubuh tawas

5.3.2 Bangunan Penangkap Air Baku (Intake)


Bangunan ini sangat penting untuk menjaga kontinuitas pengaliran, kelestarian dan pencemaran
air baku.
Cara Kerja dari unit ini adalah dengan pompa pengisap dan/ atau pengaliran secara grafitasi ke
instalasi pengolahan sehingga untuk pengauran debit dapat dikontral melalui valve pengatur
pipa outlet.

Bagian-bagian dan peralatannya antara lain


- Bangunan Penangkap Air
- Alat Ukur
- Pipa penyadap dan saringannya
- Penyaring (screen)
- Pompa
- Sumur/ bak pengumpul (sump well)
- Pintu air
- Man hole
- Pipa Outlet
- Perpipaan dan perlengkapannya (outlet/ inlet/ overflow).

Hal-hal yang perlu diperhatikan


- Kualitas air harus dilakukan pemeriksaan secara periodik pada bangunan penangkap.
- Proses pengolahan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
- Kuantitas air harus di kontrol dengan melakukan pencatatan keadaan air pada sumber yaitu
debit setiap saat, sehingga dapat mengetahul kuantitas/ jumlah air yang masuk ke bangunan
penangkap untuk menjaga kontinuitas aliran air yang masuk ke pipa inlet.
- Mengotrol dan memeriksa secara berkala bangunan dan peralatan tersebut supaya
kelancaran dan kontinuitas debit air yang masuk terjamin.
- Lokasi bangunan harus diperhatikan dari Polusi (sampah, lumpur, kotoran dan lainnya)
ataupun Pasang surut permukaan air.
- Untuk bangunannya sendiri harus diperhatikan
- Proses pembersihan dilakukan secara menyeluruh.
- Gambar-gambar arsip tentang layout sistem serta peralatannya harus disimpan (diarsip)
- Laporan pemeriksaan operasi tiap hari dan perawatan Pengurasan lumpur harus kontinu dan
periodik, misal 2 hari sekali (tergantung kekeruhan sungal/ sumber dan pengotoran yang
terjadi)
- Untuk mengatasi masuknya sampah lembaran plastik, adalah dengan memperkecil jarak
batang-batang penyaring atau menambah saringan baru.

Operasi dan perawatannya, yang harus diperhatikan :


- Pengawasan tinggi muka air, hubungannya dengan kapasitas pompa dan pipa inlet.
- Pembersihan mulut intake dan pelampung (kalau ada) Pembersihan peralatan pintu air (klep
pompa), kalau ada pompa.
- Pembersihan sampali, lumpur lembaran plastik dan lain-lain pada saringan atau bak
pengumpul

5.3.3 Bangunan Prasedimentasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dari unit ini adalah :


- Aliran air, harus dijaga supaya tetap tenang (laminer); tujuannya supaya tidak mengganggu
proses pengendapan secara gravitasi. Langkah yang harus diambil untuk menjaga aliran
supaya tenang adalah dengan mengatur pintu air masuk dan keluar pada unit ini.
- Ruang efektif pengendapan harus dijaga dari lumpur, karena hasil pengendapan dari unit ini
adalah endapan lumpur pada dasar bak, langkah untuk mengatasinya adalah pengeluaran
lumpur secara periodik tergantung kadar lumpur misal telah mencapai 2/3 bak.
- Peralatan untuk pembuangan lumpur dijaga supaya tetap bekerja secara sempurna (kontrol
secara kontinu) misal - katup pipa penguras - pipa penguras dan sambungannya - Pompa
penyedot lumpur dan lain-lain.
- Usahakan proses pembuangan lumpur tidak menggangu jalannya proses pengendapan air
dan pengaliran air.

Peralatan/ bagian-bagian lain pada umumnya adalah sebagai berikut :


- Saluran masuk
- Pintu air
- Dinding berlubang yang berfungsi menyebarkan aliran air yang masuk supaya merata
- Ruangan Pengendap
- Ruangan Lumpur
- Ruang pipa (penyedot lumpur)
- Saluran keluar yang dilengkapi pintu air

Operasi dan Pemeliharaan :


- Pembuangan timbunan lumpur secara periodik dan teratur sesuai dengan perencanaannya
- Tinggi efektif harus dipelihara/ dijaga.
- Monitor secara teratur dan periodik tinggi muka air dalam bak, jadi harus memonitor alat ukur
- Pemeriksaan secara teratur, peralatan seperti pintu air, klep-klep, alat-alat yang bergerak
(misal : scrapper blade). apakah masih berfungsi.
- Secara umum dalam hal perawatan, semua peralatan dalam tiap unit system harus
dilaksanakan secara teratur dan periodik

5.3.4 Bangunan Pengaduk Cepat

Hal-hal yang harus diperhatikan


- Alat pengaduk, mekanis atau hidrolis
- Free board (tinggi bebas) dan ukuran bak
- Perlengkapan lainnya pipa overflow dan penguras
- Titik pembubuhan alum harus ada diujung aliran masuk
- Konstruksi bypass (bila ada kerusakan aliran langsung ke bak selanjutnya).

Operasi dan Pemeliharaan


- Perawatan terhadap bangunan dan peralatan harus secara teratur dan periodik.
- Pemeriksaan terhadap keefektifan pengadukan lihat hasil flokulasi (ada kelainan atau tidak),
hasil lumpur yang akan dikeluarkan (ada kelainan atau tidak), kedalaman air (bila ada
pengerasan lumpur keefektifan bak berkurang)
- Laporan harus dicatat secara periodik apa yang terjadi, disertai dengan gambar-gambar dan
peralatan

5.3.5 Bangunan Pengaduk Lambat (Flokulasi)

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :


- Dalam bak koagulasi harus diperhatikan kecepatan aliran air, kecepatan pengaduk (rpm) dan
lamanya pengadukan dan kadar koagulan yang dibutuhkan.
- Untuk pengaduk lambat yang mempergunakan saluran (saluran baffled channel), besarnya
kecepatan aliran harus selalu tetap.
- Debit air yang diolah harus selalu tetap diamati alat ukur
- Ciri-ciri flok yang baik adalah bentuk flok berdiameter antara 5 - 10 mm (tergantung pada
konsentrasi bahan kimia yang ditambahkan).

Peralatan dan perlengkapan bak.


- Pengaduk Mekanis (saluran masuk, ruang pengaduk, saluran keluar, sumber tenaga &
motor)
- Pengadukan Hydraulic (saluran masuk, saluran berkelok tempat pembentuk flok - saluran
keluar).

Operasi dan pemeliharaan


- Air dari bak pengaduk cepat masuk melalui saluran inlet, kemudian diaduk dengan propeler
dialirkan ke bak pengaduk lambat sehingga terbentuk flok, kemudian dialirkan ke bak
pengendap II. Bila salah satu bak dikuras/dicuci, sebaiknya debit diturunkan atau bak lain
yang bekeria terus sehingga produksi air tidak terganggu.
- Cara lain untuk mengatasi adalah dengan membuat bypass, disini air tidak melalui bak
pengaduk lambat (untuk sementara waktu ada pencucian).

5.3.6 Bangunan Sedimentasi

Hal-hal yang harus diperhatikan


- Pengendapan terjadi sebagai akibat dari gaya berat flok.
- Penanganan unit bak pengendap kedua (secondary sedimentation) sama dengan bak
pengendap pertama (primary sedimentation), pada umumnya bak kedua dilengkapi dengan
Tube settler/ Plate settler
- Hal tersebut supaya kotoran/ flok yang terbentuk lebih efektif untuk dapat mengendap pada
permukaan plate, aliran air harus dijaga supaya tetap tenang (laminer)
- Menjaga tinggi air tetap konstan.
- Jumlah bak minimal 2 (supaya ada cadangan bila salah satu dicuci)

Operasi dan pemeliharaan


- Melakukan monitoring terhadap kapasitas air yang masuk.
- Melakukan pembersihan secara berkala untuk menjaga efisian pengolahan, prose
pengurasan atau pembersihan dilakukan apabila diindikasi volume efektif sudah tidak
seperti semula dan kualitas semakin menurun, bila kadar lumpur yang terakumulasi didasar
bak sudah pekat. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menusuk
pipa trasparan untuk mengetahui ketinggian lumpur pada dasar bak.
- Proses pencucian dapat dilakukan secara bertahap, yaitu terdapat bak lain yang masih
beroperasi. Pengurasan dilakuakn dengan membuka valve penguras dan membiarkan
lumpur dan air yang dibuang pada tempat tertentu, kemudian diulakukan pencusian pada
semua sisi dinding dengan cara menyemprotkan air bersih bertekanan agar supaya lumut
atau kotoran yang menepel pada dinding dapat lepas dengan sendirinya.
- Setelah dirasa cukup bersih, bak dikeringakan beberapa saat kan sebelum pengisian atau
pengoperasian selanjutnya.
- Cara pengisian kembali perlu diperhatikan yaitu proses pengaliran ke bak dilakukan dengan
pelan-pelan agar supaya flok yang terbentuk tidak pecah. Hal ini dapat diatasi dengan cara
membuat syphon (selang karet) yang ujungnya pada dasar bak sehingga tidak menimbulkan
terjunan air.

5.3.7 Bangunan Filtrasi

Untuk pengolahan air secara lengkap biasanya dipergunakan filter cepat karena :
efisiensi lebih tinggi baik dari segi kecepatan menyaring maupun luas dari bak yang
harus dibuat. Filter lambat dipergunakan untuk air baku yang kualitasnya sudah relatif
baik (misal air baku dengan kekeruhan dibawah 50 skala Si02) sehingga air tersebut
hanya dengan penambahan desinfektan saja sudah memenuhi syarat air minum.

Peralatan dan Perlengkapan Filter Cepat :


- Bak dengan ukuran tertentu (minimal 2 buah)
- Media saringan; media penyaring pasir, media penahan kerikil, pipa inlet, pipa outlet, pipa
manifold, pipa lateral, orifice, alat pencucian permukaan.
- Peralatan meter
- Alat ukur headloss

Operasi dan pemeliharaan Filter Cepat :


- Air yang keluar (filtrat) debitnya tidak normal (lebih kecil) misal : hanya 80%, hal itu bisa
dilihat dari alat ukur debit (kalau ada) atau secara visual kecepatan aliran mengecil.
- sudah terdapat lapisan kotoran dibagian teratas dari media penyaring. Hal ini akan
mengurangi efisisensi dan efektifitas proses penyaringan
- bila ada headloss meter : headloss meter menunjukan angka lebih besar dari biasanya.
- Cara pencucian bisa dilakukan dengan cara mengalirkan air bertekanan melalui pipa
mencuci (orifice, lateral dan manifold) sehingg air yang bertekanan tersebut mendorong
kotoran-kotoran yang terdapat diantara media penyaring tersebut keatas, kemudian kotoran
tersebut diluapkan/ dikeluarkan.
- Lama pencucian ini biasanya 10 menit, biasanya dibantu dengan pencucian permukaan filter
yaitu dengan cara menyemprotkan air dengan kecepatan selama 5 menit, volume air yang
dialirkan tergantung dari luas permukaan filter dan jenis pencucian permukaan yang dipakai.
- Pelumasan pompa-pompa dan blower : sesuai dengan jadwal petunjuk operasi
- Pengecekan pompa-pompa dan blower setiap hari
- umur filter : 36 - 48 jam
- Pengontrolan peralatan dilakukan 2 kali sehari

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam filter lambat :


- Level (tingkat) air di atas pasir harus dijaga minimum : 80 cm.
- Filtrat dimonitor kualitasnya (secara visual), apakah kotoran masiti ada yang terbawa aliran
atau tidak
- Bila filtrat masih mengandung kotorari harus diperiksa : media penyaring (apakali masih
efelktif atau tidak) ; debit/kecepatan alfran air yang masuk filter ada kelainan atau tidak, bila
terjadi mudballs (bola-bola lumpur) media penyaring harus dibersihkan
- Kekeruhan air yang akan masuk saringan harus  10 ppm Si02
- Kekeruhan air yang keluar dari saringan harus  0,5 ppm Si02
- Pencatatatan head loss dilakukan 3 kali sehari

Operasi dan Pemeliharaan Filter Lambat :


- Pemeriksaan dan pembersihan lumpur : setiap pencucian saringan
- Bila terjadi mud ball : diangkat dan dicuci tersendiri pada pasir
- Bila ada pasir yang keluar pada waktu pencuc'an biarkan terbuang, berarti kecepatan terialu
tinggi. Lihat alat ukur
- Frekuensi pencucian saringan lambat, sesuai dengan perencanaan, misal sekali seminggu.
- Angkat lapisan pasir teratas setebal ± 10-30 cm.
- Pasir yang telah dikeluarkan disimpan pada tempat tertentu.
- Pembersihan pasir pada tempat tertentu untuk memisahkan butiran pasir dan kotoran yang
melekat pada permukaan pasir.
- Tiriskan pasir-pasir tersebut sampai kering
- Atur kembali di atas saringan lambat seperti semula (tebal pasir sebelum dan sesudah dicuci
tetap sama)

5.3.8 Pembubuh Bahan Kimia

Cara pembubuhan bahan kimia tersebut dapat dilakukan sebagal berikut :


- Secara gravitasi, dimana bahan/ larutan kimia dialirkan dengan sendirinya (gravitasi).
- Memakai pompa kimia (dosing pump), yaitu pembubuhan bahan kimia dengan bantuan
pemompaan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembubuhan bahan kimia


- Perpipaan untuk mengalrkan batiaii kimia supaya tidak tersumbat.
- Peralatan lainnya misal : katup harus diperiksa secara rutin dan teliti (operator harus selalu
memeriksa peralatan secara teratur dan periodik).

5.3.9 Operasi dan pemeliharaan Jaringan Distribusi

Tujuan pemeliharaan sistem distribusi adalah :


- Menjaga agar aliran air tetap kontinyu
- Menjaga agar pipa, katup - katup dan semua perlengkapannya bekerja dengan baik dan
tidak mengalami kerusakan
- Menjaga agar kualitas air yang didistribusikan terjamin

Kegiatan pemeliharaan sistem distribusi meliputi antara lain :


- Membuat dan menyimpan laporan mengenai pemeliharaan.
- Membersihkan dan menguras air yang mengganggu sistem.
- Mencari dan memperbaiki kebocoran pipa
- Memeriksa dan memperbaiki katup udara, meter (dan alat-lat perlengkapan lainnya).
- Melakukan lnventarisasi jaringan distribusi untuk mengetahui dengan pasti lokasi dari setiap
bagian pipa dan perlengkapannya
- Membuat peta letak pipa dan perlengkapannya termasuk letak dan nomor nomor patok
referensi.
- Skala peta ± 500 gambar jaringan distribusi yang dilengkapi dengan nomor patok.
- Operasi menutup atau membuka, katup harus dicatat jelas dalam gambar maupun dalam
kartu-kartu katup.

Membuat dan menyediakan kartu monitoring


 Catatan katup
 Catatan pemeriksaan dan perawatan
 Catatan hidran
 Perawatan hidran
 Pemeriksaan hidran kebakaran
 Catatan riwayat meter
 Pengujian dan perbaikan meter
 Catatan meter

5.3.10 Operasi dan pemeliharaan Sambungan Rumah

Pemeliharaan sambungan rumah meliputi pemeliharaan seluruh bagian sistem perpipaan yang
merupakan bagian dari sistem distribusi. Tanggung jawab konsumen adalah menjaga dari
kerusakan yang disengaja oleh tangan yang tidak bertanggung jawab. Kerusakan sistem
perpipaan sebelum meter pelanggan akan menjadi tanggung jawab dari pengelola air bersih.
Pemeliharaan dari sambungan rumah secara rutin harus dilakukan untuk mencermati meter air
yang ada dipelanggan. Monitoring dan evaluasi kerusakan meter pelanggan setiap bulan dari
jumlah pemakaian air serta laporan-laporan dari pelanggan. Melakukan sesegera mungkin
pergantian meter pelanggan apabila mendapatkan kerusakan meter pelanggan.
PASAL A
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

1. Umum

Bagian ini mencakup sebagai sarana pelengkap untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

(a) Mengadakan pengaman lokasi dari segala gangguan.

(b) Mengadakan atau membangun Kantor sementara, Direksi Keet, Gudang dan Barak kerja.

(c) Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna menjamin
kelancaran pekerjaan.

(d) Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran lainnya
yang berhubungan dengan pekcrjaan bangunan ini serta memasang bouwplang.

(e) Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.

(f) Jalan masuk ke lokasi proyek.

2. Direksi Keet

Kontraktor harus menyediakan ruangan untuk keperluan Direksi Teknik dengan perlengkapannya

(a) Bahan Direksi Keet

(i) Bahan dinding dan pintu dari tripleks tebal 4 mm.

(ii) Rangka bangunan dari kayu meranti 5/7

(iii) Penutup atap seng BJLS 31.

(iv) Kunci pintu

(b) Perlengkapan Direksi Keet

(i) Satu buah kursi untuk meja tulis.

(ii) Satu buah meja ukuran 90 x 120 cm untuk keperluan rapat.

(iii) Enam buah kursi untuk meja rapat.

(c) Syarat-Syarat Pembuatan Direksi Keet

(i) Perletakan direksi keet di dalam pagar lokasi proyek yang dikerjakan

(ii) Letak direksi keet di dekat pintu masuk, guna lebih mudah dijangkau oleh tamu
maupun pengawasan kedatangan bahan.

(iii) Tinggi direksi minimal adalah 3 meter dengan ventilasi dan penerangan yang cukup
pada siang hari. Dan untuk malam hari harus dipasang lampu secukupnya.

(iv) Lantai direksi keet adalah semen, schingga ruang tidak lembab.

(v) Segala biaya pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja menjadi tanggung
jawab dan beban Kontraktor.
(vi) Setiap saat, Kontraktor harus membersihkan dan menjaga keamanan dan kebersihan
dari kantor tersebut beserta peralatannya.

(vii) Semua bangunan sementara pada waktu selesai pekerjaan harus dibongkar dan
dibersihkan sehingga terlihat rapi.

3. Pengukuran dan Pasang Bouwplang

(a) Dasar untuk pengukuran dan lay out bangunan adalah gambar rencana

(b) Alat ukur yang digunakan adalah theodolith atau prisma ukur untuk mencntukan letak sudut-
sudut bangunan dan pita ukur 30 meter untuk mengukur panjang dan as-as bangunan.

(c) Bahan untuk bouwplang :

(i) Papan meranti 2/20 cm

(ii) Kayu meranti 5/7 cm untuk tiang bouwplang

(iii) Paku-paku

(iv) Cat meni untuk tanda perletakan as-as.

(d) Pemasangan bouwplang harus kuat, dengan mempergunakan papan meranti 2/20 cm dan
tiang meranti 5/7 yang di pancang kuat-kuat pada tanah. Semua titik as (sumbu-sumbu)
dinding tembok dan sebagainya harus diberi tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak
mudah berubah-ubah.

(e) Bouwplang merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan dengan permukaan tanah yang
merupakan elevasi + 0.00 m bangunan.

(f) Hasil pengukuran bouwplang harus dibuat Berita Acara Pengukuran yang disetujui oleh
Direksi.

(g) Pada bagian dalam bouwplang, dimana bangunan didirikan, tidak diijinkan untuk menumpuk
tanah, batu kali atau bahan lainnya.

4. Pekerjaan Bongkaran (Bila Diperlukan)

(a) Umum

(i) Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan pembongkaran sebagaimana dituntut oleh
gambar dan Dokumen Kontrak yang berhubungan.

(ii) Sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti


semua Dokumen Kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari kondisi
pekerjaan, meninjau pekerjaan dan kondisi-kondisi yang ada, melakukan pengukuran-
pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan.

(iii) Sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai, Kontraktor harus menyiapkan: lokasi untuk
penimbunan bongkaran, alat-alat bantu dan perangkat alat untuk keselamatan kerja
yang memadai.

(iv) Karena tidak menutup kemungkinan lokasi proyek masih digunakan oleh pihak
pengguna maka kontraktor wajib merencanakan sistem/tahap pelaksanaan pekerjaan
yang aman sehingga tidak mengganggu pihak pengguna. Rencana sistem
pelaksanaan pembongkaran harus disetujui oleh Konsultan dan Direksi Teknik.
(b) Syarat-syarat Pelaksanaan Pembongkaran Lantai dan Dinding

(i) Pembongkaran tegel dan dinding harus dilakukan tanpa menimbulkan polusi udara,
sehingga kontraktor wajib menyiram/membasahi setiap bagian yang akan dibongkar.

(ii) Material hasil bongkaran tegel dan dinding tidak boleh digunakan untuk pelaksanaan
konstruksi baru.

(iii)Pembersihan dan pembuangan material hasil bongkaran tegel dan dinding menjadi
tanggung jawab kontraktor.

(c) Syarat-syarat Pelaksanaan Pembongkaran Kusen dan Atap

(i) Pembongkaran kusen dan atap harus dilakukan dengan hati-hati, dengan menjaga
agar tidak terjadi kerusakan pada material penyusunnya, terutama untuk material kayu
dengan harapan kayu bekas bongkaran yang masih baik kondisinya nantinya dapat
dipergunakan untuk bagian konstruksi yang lain.

(ii) Untuk pembongkaran yang dirasa mempunyai faktor kesulitan tinggi seperti penurunan
kuda-kuda, pembongkaran menara dan lain-lain, maka Kontraktor diharuskan
mengajukan proposal metode pembongkaran yang akan dipakai

(iii) Penentuan kondisi kayu masih layak dipakai lagi atau tidak, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan dan Direksi Teknik.
PASAL B
PEKERJAAN TANAH

1. Umum

(a) Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan tanah sebagaimana dituntut oleh gambar dan
Dokumen Kontrak yang berhubungan.

(b) Sebelum pekerjaan tanah dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua Dokumen
Kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau
pekerjaan dan kondisi-kondisi yang ada, melakukan pengukuran-pengukuran dan
mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan
kelengkapan kegiatan.

Pengukuran harus dilakukan dengan alat ukur Theodolit atau sejenisnya yang sebelum
dipakai harus diperiksa/disetujui DireksiTeknik.

(c) Kontraktor harus mempertimbangkan hambatan yang mungkin terjadi pada kondisi lapisan
bawah tanah, walaupun telah dilakukan penyelidikan tanah oleh Konsultan Perencana
bilamana perlu, berdasarkan pertimbangan dan tanggung jawabnya, Kontraktor
diperkenankan untuk melaksanakan penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri dan
melalui persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.

(d) Tanah atau site diserahkan kepada Kontraktor dalam rangka pelaksanaan pembangunan ini
seperti apa adanya seluruh pekerjaan pembersihan dan penyesuian ketinggian-ketinggian
halaman/lantai, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2. Uraian

(a) Pekerjaan Galian dan Pengeboran

(i) Galian tanah bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi air/listrik, sumur, septictank dan
peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam gamhar.

(ii) Pengeboran untuk strauss pile dengan  30 cm.

(b) Pekerjaan Urugan Pada Bangunan.

(i) Urugan tanah bekas lubang galian dan dibawah lantai untuk peninggian permukaan.

(ii) Urugan pasir di bawah pondasi dan lantai.

(c) Pekerjaan Timbunan Tanah Diluar Bangunan.

Timbunan tanah diluar seluas (P + 10) x (L + 10) m dengan ketinggian peil lantai bangunan
yang ditentukan.

3. Bahan-Bahan

(a) Umum

Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum digunakan
harus seijin Direksi.
(b) Urugan Tanah

(i) Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan organisme
lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu
sendiri.

(ii) Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian.

(c) Pasir Urug

Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.

4. Syarat-Syarat Pelaksanaan

(a) Pekerjaan Galian.

(i) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus membersihkan atau meratakan tanah
tersebut, termasuk sebelumnya juga membersihkan kotoran-kotoran dan segala
macam tanaman sampai keakar-akarnya.

(ii) Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akar, pokok
kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.

(iii) Pekerjaan penggalian untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar
pelaksanaan/bauwplank terpasang

(iv) Galian tanah pondasi harus dibuang diluar bouwplank dan diratakan diluar sedemikian
rupa hingga tidak mudah gugur kembali ke dalam lubang parit pondasi.

(v) Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah mencapai tanah keras.
Yang dimaksud dengan tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung
2
1 kg/cm , hal-hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan lebih atau
kurang

(vi) Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (v) belum mendapatkan tanah keras,
maka Kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan
Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya

(vii) Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih
dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman yang
dimaksud dalam gambar, maka Penyesuaian kedalaman dilakukan dengan
menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.

(viii) Pada galian tanah yang mudah longsor, Kontraktor harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang disetujui Direksi.

(ix) Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam
galian harus dihindarkan dari genangan air. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan
pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan
tersebut.

(b) Pekerjaan urugan/timbunan

(i) Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan
bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.

(ii) Pengurugan dilaksanakan dengan menggunakan sirtu tanah urug, yang sudah
ada/bekas galian atau selapis demi selapis (25 cm) dilaksanakan dengan mesin
pemadat dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang cukup sempurna dan
disetujui Direksi sedangkan untuk ketebalan masing-masing disesuaikan dengan
gambar rencana, demikian juga untuk urugan pasir di bawah lantai.

(iii) Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, Kontraktor harus
memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai
akibat konsolidasi urugan.

(iv) Semua urugan termasuk sirtu dan pasir urug harus bebas dari batu-batuan dan benda
lainnya yang dapat merugikan.

(v) Semua urugan harus diambil samplenya guna mengetahui tingkat kepadatannya. Hasil
kepadatannya (CBR) harus mencapai nilai 100.

3
(vi) Pengukuran volume urugan harus sesuai dengan gambar rencana dalam satuan m .

(vii) Tanah urug yang tidak terpakai termasuk tanah bekas galian harus segera diratakan
pada tempat yang telah ditentukan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi.
PASAL C
PEKERJAAN PONDASI

1. Umum

(a) Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Kali

(i) Pasang aanstamping dibawah pondasi batu kali sebagai landasan pondasi.

(ii) Pasang pondasi dan umpak batu kali dengan campuran perekat 1 PC : 4 Pasir.

2. Bahan-Bahan

(a) Batu kali

(i) Batu kali yang digunakan adalah jenis batu kali dengan kualitas baik dan sesuai
dengan standar

(ii) Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh, tidak porous.

(iii) Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam

(b) Pasir

Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras

(c) Semen Portland

Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

(a) Pasangan pondasi batu kali.

(i) Setelah pasir urugan diatas tanah galian mencapai kepadatan yang disyaratkan, dan
tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat dipasang aanstamping.

(ii) Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali, sehingga merupakan
landasan pondasi yang utuh dan padat.

(iii) Kemudian rongga-rongga antara batu pada aanstamping diisi pasir urug dan diberi air
hingga padat.

(iv) Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan ukuran sesuai
gambar.

(v) Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air secukupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.

(vi) Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-profil dari
bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang lebih besar dari
8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang tidak melendut yang
berakibat pasang tidak rata.

(vii) Pasangan pondasi yang tampak diluar tanah, permukaan pondasi harus diberapen.
PASAL D
PEKERJAAN DINDING

1. Umum

(a) Pekerjaan Pasangan Bata

(i). Pasangan batu merah trassram dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 2 Pasir pada :
 Semua tembok kamar mandi/WC dan Urinoir setinggi 1,50 m dari lantai.

 Pasangan batu merah untuk bak air pada kamar mandi/WC, septictank dan
groundtank.

 Tempat-tempat lain yang senantiasa herhubungan dengan air dan yang


dianggap perlu oleh Direksi.

(ii). Pasangan batu bata rollag, campuran 1 PC : 3 Pasir dilaksanakan pada :

 Alas tempat duduknya jendela.

 Diatas ambang pintu/jendela yang lebar bentang nya sama atau kurang dari
1,20 meter.

 Apabila lebih harus dipasang balok latei 15/20 atau dengan tinggi balok minimal
1/12 panjang bentang dan lebar balok 1/2 tinggi baloknya.

(iii). Pasangan dinding bata dengan campuran 1 PC : 4 Pasir dilaksanakan untuk seluruh
dinding tembok yang tidak disebut dalam butir (i) dan (ii) pasal diatas.

2. Bahan-Bahan

(d) Batu bata

(i) Batu bata liat produksi lokal kualitas baik, pembakaran harus baik/dengan kayu bakar,
ukuran tiap unit harus sama, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat/retak atau
mengadung kotoran dan memenuhi persyaratan PUBB 73NI-3.

(ii) Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat dan tidak
menunjukkan retak-retak

(iii) Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada rusuk yang
panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter, maka panjangnya berkurang
akibat aus maksimum 1 cm.

(e) Batu kali

(i) Batu kali yang digunakan adalah jenis batu kali dengan kualitas baik dan sesuai
dengan standar

(ii) Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh, tidak porous.

(iii) Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam

(f) Pasir

Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras
(g) Semen Portland

Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

(a) Pasangan Batu Bata

a. Sebelum dipasang, bata harus direndam air sampai jenuh sehingga dapat melekat
dengan sempurna dan batu bata yang pecah tidak lebih dari 10 %, kemudiaan
pemasangannya dalam sehari tidak lebih dari 1.00 m tingginya dan pemasangan harus
lurus dengan bubungan (verhand) yang baik tegak lurus siku dan rata, ketebalan sesuai
gambar.

b. Untuk pasangan batu bata dengan luasan lebih dari 12 m2 harus dipasang kolom praktis
dari beton apabila dengan sistem kerangka beton dengan campuran (spesi) 1 Pc : 2 Ps :
3 Kr besi tulangan 4  12 mm dan beugel  8-20 cm, juga pada lubang tembok diatas
kusen yang bentangnya lebih dari 1.20 m diberi balok latei beton bertulang berukuran
15/20 cm (sesuai dengan gambar)

c. Semua adukan yang berserakan pada saat pemasangan harus segera dibersihkan dan
dibuang, pada hari yang sama setelah pasangan selesai semua voeg/siar diantara
pasangan batu bata harus dikeruk sedalam 1 cm pada bagian luar dan dalam.

d. Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang dengan menembus


tembok.

e. Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang profil-profil dari bambu atau
kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang lebih besar dari 8 meter,
sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang tidak melendut yang berakibat
pasang tidak rata.
PASAL E PEKERJAAN
PLESTERAN

1. Umum

(a) Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran trassram dan benangan sudut, dengan campuran 1 PC : 2 Pasir antara lain :

 Dinding kamar mandi/WC bagian luar.

 Dinding-dinding tempat cuci.

 Kaki bangunan, plesteran plint/kol.

 Bak peresapan air hujan dan septictank.

b. Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran 1 PC : 3 Pasir dilaksanakan pada
semua pekerjaan beton yang nampak.

c. Plesteran dinding bata dengan campuran 1 PC: 4 Pasir dilaksanakan pada semua
dinding batu merah yang tidak disebutkan pada ayat a.1 dan a.2. diatas.

d. Benangan sudut, dengan campuran bagian campuran 1 PC : 2 Pasir selebar 5 cm dari


sudut pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan diatas.

e. Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan acian digosok
dengan kertas semen.

2. Bahan-Bahan

(h) Pasir

Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras

(i) Semen Portland

Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

(a) Plesteran Dinding

(i) Plesteran dinding dan sponing sudut/benangan semua dinding yang akan diplesteran
harus dibersihkan dari kotoran dan disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai
rata.

(ii) Plesteran dinding biasa adukan 1 Pc : 3 Ps dan plesteran trassram dan sudut-
sudut/sponing adukan adukan 1 Pc : 3 Ps. Tebal plesteran paling sedikit/tipis 1,50 cm
2
dan paling tebal 2,00 cm dan harus mempunyai kuat tekan minimal 30 kg/cm untuk
benda uji kubus yang berusuk 5 cm, pada umur 28 hari.

(iii) Dinding yang telah diplester harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya dalam 7 (tujuh)
hari. Hal ini dilaksanakan untuk mencegah pengeringan plesteran sebelum waktunya.
(iv) Untuk menghindari terjadinya retak-retak rambut pada plesteran tembok/beton,
pelaksanaan ondrogan/acian semen tidak dilaksanakan sebelum plesteran betul-betul
kering sesuai petunjuk Direksi Teknik.

(v) Pencampuran adukan hanya boleh menggunakan mesin pengaduk, campuran dengan
tangan hanya bisa dilaksanakan atas ijin Direksi Teknik.

(vi) Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian terakhir harus digosok
dengan amplas bekas pakai atau kertas zak semen. Sponing harus rata, siku dan
tajam pada sudutnya
(b) Plesteran Beton

(i) Semua permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar dahulu dengan cara
dibeteli/dibuat kasar (tetapi tidak boleh sampai kelihatan tulangannya) kemudian
dibersihkan dan disaput dengan air semen agar plesteran dapat melekat.

(ii) Tebal plesteran beton maximal rata-rata 10 mm. Untuk beton kolom, digunakan
perbandingan campuran 1 Pc : 3 Ps.

Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran dinding tembok harus
rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus dan siku, pekerjaan plesteran yang telah
selesai harus bebas dari retak-retak/noda-noda dan cacat lainnya.

Pekerjaan plester dilaksanakan setelah pekerjaan struktur/pelat lantai selesai dilaksanakan


dan sebelum pelaksanaan plesteran dilaksanakan, jalur-jalur instalasi air/listrik, dan lain-
lainnya harus dilaksanakan terlebih dahulu termasuk yang masuk dalam beton yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Pekerjaan ondrongan langsung jadi plamuran di dalam rangka mempercepat/proses


pelaksanaan dilapangan, Kontraktor di dalam hal pekerjaan ondrongan dapat melaksanakan
dengan ketentuan-ketentuan/persyaratan sebagai berikut :

(i) Bahan baku yang dipakai :

 PC Putih

 Alkasit

 Meel 5.000 (Calsium carbonat)

 Lem fiber putih

 Air secukupnya

(ii) Ukuran bahan dan cara pemakaian:

 Untuk dinding luar

1 Kg lem : 3 Kalsium + ½ berat lem Pc putih diaduk dan ditambah air


secukupnya

 Untuk dinding dalam:

1 Kg lem : 3 Kalsium diaduk dan ditambah air secukupnya

 Alat yang digunakan:

Trowel (semakin klasut/plat), baik setebal 2 mm. Semakin lentur semakin baik.
Effesiensi dari pelaksanaan plesteran sebagaimana disebutkan tanpa melakukan pekerjaan
plamuran dan sebagainya, relatif dapat menghemat waktu, bahan dan upah kerja.
PASAL F
PEKERJAAN BETON

1. Umum

(a) Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut Dokumen Kontrak.
Kecuali untuk ketentuan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan beton ini dipakai SNI 2002

(b) Beton bertulang (Struktural)

(i) Pekerjaan beton struktural terdiri dari: pondasi, kolom-kolom konstruksi/praktis, balok-
balok anak, balok latei , ring balok, portal, konsol, plat lantai, listplank beton, tutup bak
kontrol, meja beton, sekat urinal dan lain-lain yang tercantum dalam gambar rencana.

2
(ii) Mutu beton struktural adalah K-l 75 dengan tegangan ijin 60 kg/cm untuk pekerjaan
konstruksi yang harus mcngikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam SNI
2002 dengan pengawasan yang ketat terhadap mutu dengan keharusan untuk
memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinue berupa pemeriksaan benda-benda
uji melalui laboratorium yang ditunjuk atas beaya Kontraktor.

(iii) Sebagai pedoman, maka campuran minimal untuk beton struktural adalah 1 Pc :
2 Pasir : 3 Kerikil, apabila dari hasil mix design untuk mutu K-l 75 didapatkan kurang
dari campuran 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil.

(c) Beton tidak bertulang

Beton tidak bertulang seperti dooke kusen pintu, partisi, beton lantai kerja dan rabatan dibuat
dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.

(d) Pengujian pekerjaan beton

Pada prinsip pengujian beton mengikuti persyaratan yang ditentukan dalam SNI 2002 dan
sesuai petunjuk/instruksi dari Direksi.

(e) Dalam hal penggunan beton fabrikasi atau ready mix concrete, diperbolehkan, namun harus
seijin tertulis kepada Direksi dan Konsultan Pengawas dengan menyebutkan dimana dan
kapan serta dengan spesifikasi apa beton tersebut dibuat, untuk memudahkan pengawasan
mutu beton yang dibuat.

2. Bahan-Bahan

Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus dan agregat kasar. Kontraktor harus
mengajukan lebih dulu contoh-contoh yang memenuhi syarat-syarat dari berbagai sumber (tempat
pengambilan).

(a) Semen

(i) Jenis semen Pc yang dipakai memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
telah ditentukan dalam NI. 8 – 1969 dan sebagai pedoman dalam makai semen merk
Pc Type I produksi Gresik/setaraf dan sesuai standard SII.

(ii) Semen yang didatangkan ke tempat pekerjaan harus baik dan baru serta didalam
kantong-kantong semen yang masih utuh tanpa sobekan-sobekan.

(iii) Penyimpanan semen dalam gudang harus dilakukan diatas lantai panggung minimal
20 cm diatas tanah.
(iv) Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya.

(v) Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.

(b) Bahan Agregat Beton

(i) Agregat halus (Pasir).

 Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dengan syarat susunan diameter
butirnya memenuhi SNI 2002

 Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam ,keras, bersih dari kotoran-
kotoran bahan kimia, bahan-bahan organik serta bersifat kekal.

 Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih 5 %
(terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.

 Grafik pembagian butir pasir beton yang dianalisa dengan saringan harus
masuk dalam daerah baik (well graded) menurut grafik-grafik yang ada pada
SNI 2002.

 Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

(ii) Agregat Kasar.

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami maupun
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal memenuhi SNI 2002

 Ukuran butir agregat maximum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari cetakan, sepertiga dari tebal plat
atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau
berkas-berkas tulangan dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan
mempunyai “Bidang pecah” minimum tiga muka.

 Gradasi agregat kasar disyaratkan memenuhi syarat SNI 2002.

 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta
bersifat kekal.

 Agregat harus bersih dengan kandungan lumpur maximum 1 %, bila melebihi


maka agregat kasar harus dicuci dan tak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak mutu beton seperti zat reaktif alkali. dan memenuhi persyaratan SNI
2002.
(c) Air

(i) Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bebas dari asam, garam, bahan
alkalin dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.

(ii) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan dari Direksi dan bila air yang
digunakan meragukan, maka Kontraktor harus mengadakan penelitian laboratorium
atas tanggungan Kontraktor.

(d) Besi Beton

(i) Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu ST 37 dan atau U-32
dengan diameter-diameter seperti yang tertera dalam gambar dengan tegangan ijin
2
1.400 kg/cm
Penggunaan diameter yang lain atau penggantian, diperkenankan apabila ada
persetujuan tertulis dari Direksi.

Apabila baja tulang kwalitasnya diragukan oleh Direksi, maka Kontraktor harus
memeriksakan ke Lembaga Penelitian Bahan yang diakui atas beaya Kontraktor.

(ii) Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut


gambar/rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai
dengan diameter masing-masing.

(iii) Pengukuran dimensi dan mutu baja tulangan harus dilakukan setiap kali kontraktor
mendatangkan baja tulangan tersebut ke lapangan, jumlah sample yang diambil harus
memenuhi kriteria statistik dan tidak boleh ada pengurangan mutu atau dimensi yang
lebih besar dari 5%.

Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh
kurang dari tulangan yang tersebut dalam gambar atau perhitungan.

Segala beaya yang ditambah oleh pcngganti tulangan terhadap yang digambar, sejauh
bukan kesalahan gambar rencana adalah tanggungan Kontraktor.

(iv) Semua baja tulangan harus disimpan yang bebas lembab, dipisahkan sesuai dengan
diameter serta asal pembelian, semua baja tulangan harus dilindungi terhadap segala
macam kotoran dan minyak serta sejauh mungkin dihindarkan terhadap pengaruh
garam kuat

(e) Kayu Untuk Cetakan Beton

(i) Kayu untuk beton dipakai kayu kelas III sesuai dengan syarat SNI 2002, yang cukup
kering dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal minimum
12 mm dan pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali.

(ii) Sebelum pengecoran bidang multiflex dilapisi mud oil sampai rata agar pada waktu
pembongkaran, beton tidak menempel pada papan multiplex, perancah bekesting
dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/Schafolding.

(iii) Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai penyokong,
penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada saat
pengecoran sampai selesai proses pengikatan.

(iv) Penyangga struktur lantai (balok, lantai dll) dapat digunakan kayu dengan ukuran
minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi dengan papan kelas III
antara tanah dan penyangga (perancah).

(v) Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja.

(f) Bahan Pembantu (Bahan Kimia).

(i) Pemakaian bahan kimia pembantu kecuali yang disebut dalam gambar atau syarat
harus izin tertulis dari Direksi.

(ii) Apabila Kontraktor akan menggunakan bahan kimia maka Kontraktor harus
mengajukan permohonan tertulis lebih dulu dengan disertai alasan-alasan dan bukti-
bukti manfaat yang telah dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Laboratorium dengan
hasil-hasil percobaannya

(iii) Penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk teknis dari Pabrik dan selama bahan-
bahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan pengawasan yang cermat.
(iv) Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen
dalam adukan.

(g) Spesi Beton

(i) Pada pengecoran plat, balok dan kolom yang bersifat struktural diwajibkan
mengunakan ready mix sedang untuk pekerjaan pondasi, kolom maupun konstruksi
beton yang bersifat praktis, Kontraktor diijinkan menggunakan campuran yang dibuat
sendiri, dengan tuntutan mutu beton seperti yang disyaratkan

(ii) Penggunaan Ready-mix (beton pabrik) diijinkan dengan campuran sesuai dengan
yang telah ditentukan.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

(a) Lapisan Penutup Beton

(i) Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan Direksi dan ditetapkan
sesuai dengan ketentuan menurut SNI 2002.

(ii) Untuk mendapatkan ketebalan lapis penutup beton yang seragam maka harus dibuat
beton ganjal tulangan/beton blok persegi yang dapat diikat terhadap baja tulangan
dengan mutu perekat yang sama dengan suatu batas yang dicor.

(iii) Beton ganjal tulangan/beton blok persegi harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian
sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang
disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah  4
mm.

(iv) Sehubungan dengan ketepatan tebal penutup beton, maka selain dipasang beton-
beton ganjal bila perlu dipasang penahan jarak dari baja tulangan (korset) dengan
jumlah minimum 4 buah tiap tiap m2 cetakan atau lantai kerja.

(b) Penulangan

(i) Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian dan lain-lain, untuk semua pekerjaan
tulangan harus dipersiapkan oleh Kontraktor kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi
persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang
harus diikuti menurut SNI 2002.

(iii) Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang sesuai yang
ditentukan dalam gambar.

Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap
Direksi Teknik akan melemahkan konstruksi.

(iv) Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus dijaga
jarak antar tulangan dengan tulangan, jarak tulangan dengan bekesting untuk
mendapatkan tebal selimut beton/beton dekking yang cukup. Untuk ini Kontraktor
harus menggunakan penyekat/spacer dudukan/chairs dari balok beton atau baja.

(v) Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh
sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran dan diperiksa terlebih dahulu
untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan
perbaikan bilamana perlu.
(vi) Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Direksi.

(vii) Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan.

 Kontraktor diharuskan membuat gambar detail pemotongan baja tulangan


dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang ada sesuai dengan
SNI 2002.

 Gambar gambar detail setelah disetujui Direksi mengikat untuk dilaksanakan.

 Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan dingin, kecuali apabila
pemasangan diizinkan oleh Direksi.

 Pembengkokan atau meluruskan tulang tidak boleh dengan cara cara yang
merusak tulangan.

(viii) Tulangan susut.

Untuk seluruh plat beton ditambahkan tulangan susut seperti tercantum pada gamhar,
apabila dalam gambar tidak tercantum, maka Kontraktor harus memasang tulangan
susut dengan besi beton diameter 8 mm jarak 200 mm.

(c) Bekisting

(i) Umum

 Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 2002

 Ukuran dalam bekisting adalah ukuran jadi beton sesuai dengan ukuran yang
ditentukan dalam gambar.

 Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/pecah pada


saat mendapat tekanan spesi.

 Untuk mendapat bentuk penampang, ukuran beton seperti yang diminta dalam
gambar konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.

 Konstruksi dari bekisting harus kedap adukan/mortegtigh dan tidak melengkung


menerima beban-beban dari adukan basah, tulangan dan lain-lain tidak berubah
bentuk akibat pemadatan adukan dengan vibrator.

 Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran


dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat
pelaksanaan.

 Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekesting harus bersih dan
kering dari air limbah dan kotoran lainnya, kemudian bekisting dibasahi air
sampai jenuh

(ii) Kolom.

 Bekisting kolom dapat dibuat utuh untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.

 Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan menggunakan


unting-unting atau theodolith.

 Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat dengan kaso 5/7
antara sesama hekisting.
 Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar dipasang
pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar tulangan tidak melekat
pada bekisting.

(iii) Balok dan Plat.

 Perancah balok/plat dipasang apabila tanah landasan telah dipadatkan, agar


pada saat dibebani pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi penurunan.

 Kaki perancah dilandasi dengan papan klas III, sehingga menjadikan beban
merata pada tanah dasar perancah.

 Perancah diikat satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.

 Setelah perancah kuat,.maka pemasangan bekisting balok/plat dapat


dilaksanakan

 Pada penggunaan ready mix akan menerima beban lebih berat akibat
menumpuknya adukan beton yang dituang dari concrete pump unit, maka
konstruksi penunjang bekisting harus lebih kuat.

 Untuk menghindari ini. Kontraktor dapat membuat lokasi penuangan menurut


zone-zone yang ditetapkan diluar bagian yang dicor, sehingga dalam waktu
istirahat dapat memindahkan slang concrete pump unit ke lokasi penuangan
yang dimaksud

(d) Percobaan Pendahuluan.

(i) Percobaan pendahuluan dibuat oleh Sub Kontraktor penyedia bahan beton jadi (ready
mix) tentang perbandingan campuran yang akan digunakan dan rencana slump yang
digunakan.

(ii) Kontraktor wajib mengirimkan keterangan campuran kepada Direksi Teknik sebagai
dasar campuran yang akan digunakan oleh ready mix.

(iii) Hasil percobaan pendahuluan setidak-tidaknya 5 hari sebelum pelaksanaan


pengecoran, diserahkan kepada Direksi/Pengawas, sebagai kelengkapan permohonan
ijin pengecoran.

(e) Ijin Direksi.

(i) Sebelum pengecoran beton dilakukan, selambat-lambatnya 5 hari sebelum


pelaksanaan pengecoran bagian-bagian yang dianggap perlu, antara lain :

 Strauss pile dan poer pondasi.

 Kolom-kolom struktur.

 Balok dan plat lantai.

Kontraktor diwajibkan untuk mengirim surat pemberitahuan pekerjaan pengecoran dilampiri :

 Rencana campuran dan slump beton, apabila akan dilakukan pengecoran


bagian-bagian konstruksi yang tidak digunakan ready mix.

 Volume total pekerjaan yang akan dicor beton.

 Rencana pemutusan pengecoran, setiap hari kerja


(ii) Apabila pelaksanaan pekerjaan pengecoran di rencanakan langsung dengan lembur,
maka Kontraktor diwajibkan untuk mengajukan surat pemberitahuan lembur kepada
Direksi/Pengawas, tembusan kepada Pemimpin Proyek

(iii) Ijin pengecoran akan diberikan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap :

 Kesiapan bahan-bahan pengecoran beton.

 Kesiapan bekisting.

 Pemasangan penulangan beton.

 Siar rencana pemutusan pengecoran.

 Perkiraan volume yang akan dicor dalam satu hari.

 Saluran-saluran instalasi yang akan tertanam didalam beton.

 Rencana waktu pengecoran.

(iv) Apabila atas pemeriksaan dari Direksi, bahwa segala sesuatunya siap, maka Direksi
dapat mengijinkan pelaksanaan pengecoran sesuai dengan rencana pelaksanaan,
dengan menulis pada buku Direksi.

(v) Direksi dapat menolak untuk memberi ijin selama hasil pemeriksaan masih
memerlukan perbaikan atau dinilai belum siap untuk melaksanakan pengecoran.

(f) Peralatan Kerja dan Pengujian

(i) Yang disebut dengan peralatan kerja adalah :

 Mesin pengaduk (beton molen) apabila membuat campuran sendiri.

 Mesin penggetar (vibrator).

 Takaran-takaran bahan bahan beton.

 Alat pengangkut adukan.

(ii) Yang disebut dengan peralatan pengujian, adalah :

 Slump test (kerucut Abrams).

 Cetakan cetak kubus beton yang terbuat dari besi, yang kesemua alat tersebut
dalam keadaan bisa bekerja dengan baik.

(iii) Jalan kerja, yaitu jalan diatas tulangan, agar dalam pelaksanaan pengecoran tidak
terjadi kerusakan tulangan, terutama tulangan plat, tempat berdiri orang, atau jalan
bagi gerobak pengangkut adukan beton.

(iv) Jalan kerja terbuat dari papan meranti 2/20, dibuat sedemikian rupa tidak menempel
tulangan, sehingga tulangan yang telah terpasang tidak rusak terinjak.
(g) Dimensi Beton

Dimensi beton adalan ukuran beton sendiri, tanpa adanya plesteran, yang merupakan ukuran
dalam (rong) bekisting.

(h) Pelaksanaan Pengecoran dengan cara manual.


(i) Pengecoran

Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton, harus


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan SNI 2002.

(ii) Takaran Campuran Beton.

Pelaksanaan penakaran campuran bcton, harus dengan kotak-kotak takaran yang


sama volumenya, yang merupakan volume yang sama dengan atau kelipatan satu zak
semen. Hal ini akan diatur oleh Direksi Teknik.

(iii) Pengadukan Campuran Beton.

Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengaduk beton


(beton molen) yang bekerja baik. Pemberhentian pengadukan dilakukan bila adukan
sudah rata/homogen.

(iv) Pengangkutan Campuran Beton.

Pengangkutan beton dari molen sampai tempat cetakan harus hati hati, dapat
dipergunakan ember, talang atau kereta dorong, sedemikian rupa sehingga adukan
yang sudah homogen tidak berubah/terjadi pemisahan bahan.

(v) Penuangan adukan beton pada bekisting.

 Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak terjadi segregasi.

 Penuangan pada pengecoran kolom jangan terlalu tinggi, sehingga terjadi


penguraian campuran. Apabila terpaksa dapat dilakukan dengan membuat
lobang-lobang pada bagian tertentu untuk penuangan campuran beton.

(vi) Pengujian slump spesi beton.

 Pengujian slump dilakukan pada waktu pemeriksaan oleh Direksi.sebelum


pengecoran dilaksanakan, berdasar referensi dari hasil percobaan pendahuluan.

 Pengujian slump, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada pasal-pasal


dalam SNI 2002 yang masih berlaku disesuaikan dengan kondisi bahan di
lapangan.

 Apabila takaran air telah ditentukan, berdasar kan pengujian slump, maka alat
penakar tersebut harus digunakan selama pelaksanaan pengecoran.

 Apabila takaran air adalah ember, maka pada muka air yang telah ditentukan,
dibuat lubang, sehingga tinggi air tetap seperti yang dikehendaki.

 Peralatan pengujian slump harus tersedia di lapangan dimana sewaktu-waktu


Pengawas Lapangan dapat melakukan pengujian slump sesuai dengan hasil
pencampuran bahan yang ada di lapangan.

 Beton adukan yang tidak memenuhi syarat slump tersebut tak boleh dicor
kedalam cetakan.

(i) Ready Mix.

(i) Penggunaan ready mix pada pengecoran yang telah ditentukan diatas, maka
Kontraktor wajib memperhitungkan kemampuan tenaga dan peralatan penunjang,
sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton.
(ii) Sarana transporatasi adukan beton adalah truck dengan bobot > 10 ton, maka
Kontraktor harus memperhatikan kemampuan jalan masuk ke lokasi pengecoran agar
tidak terjadi kemacetan akibat terperosoknya truck pengangkut, apabila perlu
dilakukan perbaikan kemampuan dukung jalan.

(iii) Kontraktor dapat meletakkan concrete pump unit (unit pompa beton) pada tempat
yang mudah dicapai oleh truck pengangkut.

(iv) Juga harus diperhatikan lokasi truck pengangkut untuk menunggu penuangan adukan
kedalam concrete pump unit, agar tidak terjadi kemacetan di jalan umum.

(v) Waktu pelaksanaan.

Jadwal pelaksanaan harus diperhitungkan secara pasti, apakah dengan menggunakan


waktu kerja biasa dengan memperhitungkan lokasi pemutusan pengecoran. Atau
pengecoran diselesaikan secara keseluruhan dengan memperhitungkan :

 Jumlah tenaga kerja setiap shift.

 Peralatan penerangan untuk kerja malam hari.

 Pcralatan penunjang pengecoran.

 Kontinuitas datang adukan beton dari pabrik.

(vi) Pengeringan adukan beton.

Mengingat belum terbiasanya menggunakan ready mix, maka untuk ini waktu
pengeringan direncanakan dalam waktu relatif panjang, setidak-tidaknya 6 jam setelah
penuangan adukan ke dalam bekisting. Ini memungkinkan pemindahan dari lokasi
penuangan ke bagian dicor dengan tenaga manusia.

(j) Pemadatan dan Penggunaan Alat Penggetar (Vibrator).

(i) Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil, adukan
beton yang dituangkan pada cetakan harus dipadatkan dan merata dengan
menggunakan mesin penggetar (vibrator).

(ii) Pemadatan pada kolom.

 Pada pengecoran kolom yang tinggi, maka setiap hari pengecoran tidak boleh
lebih tinggi dari 2 meter, sehingga mudah digunakan vibrator. Apabila tidak
dapat digunakan vibrator biasa dapat digunakan moulding vibrator, dengan tetap
menjaga sumbu tegak kolom tetap vertikal.

 Apabila dalam keadaan khusus, kolom tinggi sulit dilakukan pemadatan dengan
vibrator, maka bekisting kolom yang dicor, dipadatkan dengan memukul-mukul
bekisting dengan palu kayu sampai terdengar seluruh bagian yang dicor terisi
penuh dan padat.

(iii) Pemadatan plat/balok.

 Alat penggetar pada pengecoran plat/balok harus digunakan bcrdiri 90 derajat,


hanya dalam keadaan khusus dipergunakan bersudut 45 derajat, dan tidak
diperkenankan menyentuh tulangan.
 Ujung penggetar harus diangkat dari dalam adukan apabila adukan terlihat
mulai mengkilap sekitar ujung penggetar atau kurang lebih 30 detik.

(k) Pembuatan benda uji.

(i) Selama pelaksanaan pengecoran berlangsung, Kontraktor diwajibkan membuat benda


uji kubus 15x15x15 cm atau dengan cetakan benda uji yang lain sesuai dengan yang
dimaksud dalam SNI 2002, terbuat dari bahan plat besi dengan tebal yang cukup,
sehingga waktu dipadatkan tidak berubah bentuknya.

(ii) Pelaksanaan pembuatan benda uji, hendaknya dilakukan oleh Pelaksana Ahli atau
dalam hal ini Kontraktor dapat menghuhungi pihak Laboratorium konstruksi beton,
dalam hal pengambilan beton untuk pembuatan benda uji.

(iii) Pengambilan untuk benda uji harus dilakukan secara acak dengan persetujuan Dircksi
sehingga lantai yang ditest dapat mewakili mutu konstruksi beton yang dimaksud.

(iv) Benda-benda uji dapat diambil dari beton yang dicor pada setiap bagian dari pekerjaan
yang bersifat struktural, antara lain : pondasi, balok induk, balok anak, kolom, plat dan
bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.

(v) Jumlah benda uji, berdasar pada volume total yang dikerjakan, berpedoman pada
volume total rencana yang diajukan olch Kontraktor.

(vi) Pengawas Lapangan dapat menentukan jumlah pengambilan benda uji sesuai dengan
kondisi lapangan asal mewakili pondasi, plat, balok induk, balok anak dan tangga yang
dicor pada saat yang bersamaan.

(vii) Dalam satu adukan (satu adukan molen) hanya dapat diambil satu buah benda uji.

(viii) Pengisian campuran kedalam cetakan dilakukan menjadi 3 (tiga) lapisan dengan tebal
yang sama. Pada tiap lapisan dipadatkan dengan besi diameter 16 mm sebanyak 10
tusukan dengan merata.

(ix) Setiap benda uji diberi tanda bagian yang dicor dan tanggal pembuatan.

(x) Apabila Konstruksi yang telah di cor tidak dilakukan perendaman maka benda uji
tersebut tidak boleh direndam.

(xi) Benda-benda uji yang baru dibuat harus disimpan pada tempat yang aman dan harus
terhindar dari getaran-getaran.

(xii) Untuk mendapatkan gambaran tentang mutu bcton yang dilaksanakan, benda benda
uji tersebut dapat dilakukan test di Laboratorium pada umur relatif muda, setidak-
tidaknya 4 (empat) hari setelah dicetak, dengan memperhatikan SNI 2002 dan hasil
test tersebut dapat dijadikan dasar mempertimhangkan apakah perlu diadakan
perubahan dalam campuran beton.

(l) Evaluasi.

(i) Evaluasi kekuatan beton akan dilakukan secepat mungkin, agar bila terjadi mutu beton
yang jelek, segera dilakukan langkah langkah perbaikan.

(ii) Bila jumlah benda uji kurang dari 20 buah, evaluasi dapat dilakukan dengan rumus
minus statistik dengan berpedoman pada SNI 2002.

(iii) Apabila mengalami kesulitan didalam menentukan standart deviasi rencana (Sr)
seperti tercantum dalam SNI 2002, maka hasil standart deviasi dan percobaan
pendahuluan bisa dipergunakan, dengan menggunakan angka yang lebih besar dari
data yang ada.

(m) Penghentian dan Pencegahan Pada Waktu Hujan.

(i) Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat tempat yang telah disetujui
oleh Direksi didalam pola rencana pengecoran.

(ii) Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda-tenda/plastik


secukupnya sehingga jalannya pengecoran tetap lancar.

(iii) Apabila ternyata gangguan terhadap spesi akibat hujan tidak dapat dihindari, maka
setelah beton yang dicor ditutup dengan terpal, maka pengecoran harus diberhentikan.

(n) Perawatan beton.

(i) Pada konstruksi beton yang haru dicor harus dijaga terhadap pengaruh-pengaruh
getaran dsb. yang akan dapat mempengaruhi proses pengikatan beton.
(ii) Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu cepat dan/atau tidak
merata, dengan cara disiram air atau ditutup karung goni yang dibasahi selama 14
(empat belas) hari.

(o) Penyambungan dengan beton lama/tembok.

Bidang-bidang beton lama yang akan dihubungkan dengan adukan beton baru yang
merupakan sisa pelaksanaan harus dikeraskan dulu, dibersihkan dengan susunan seperti
adukan beton (tanpa agregat kasar) barulah kemudian dicor adukan beton yang baru. Cara
seperti adalah untuk mendapatkan hubungan beton yang lama dan baru yang baik.

(p) Pembongkaran Bekisting.

Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan
yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban beban pelaksanaan yang bekerja
padanya. Pembongkaran tersebut harus mendapat persetujuan dari pengawas ahli. Setelah
ia memeriksa hasil-hasil pemeriksaan benda uji dan perhitungan-perhitungan tersebut.
Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi barang barang kerikil harus diperbaiki dengan
penuh keahlian.

(q) Khusus Pengecoran Strauss Pile

(i) Diusahakan waktu mengebor lubang dibuat lebih bcsar + 1 cm dari diameter beton
strauss pile yang direncanakan = 30 cm, dengan kedalaman ditambah + 25 cm.

(ii) Cara memasukkan tulangan, diusahakan tidak terjadi rontokan tanah.

(iii) Pcnuangan adukan beton dibantu dengan cetakan dari bahan seng atau PVC,
sehingga tidak terjadi penguraian campuran, mengingat tinggi bagian yang dicor.

(iv) Cetakan (casing) diangkat setelah adukan sampai dibawah, selanjutnya adukan dapat
dipadatkan dcngan vibrator

Anda mungkin juga menyukai