Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANAK
Oleh:
OLEH :
TINGKAT 2.3
DIII KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK
2. ETIOLOGI
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap
virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas :
reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan
kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh
virus, jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
(Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain
seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi
(masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya mikroorganisme
dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh.
Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini
tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di
bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru &
mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak Hanya menginfeksi
saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia
terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus
menjadi agen patogen sehingga timbul masalah GI tract.
Pathway
4. KLASIFIKASI
5. GEJALA KLINIS
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C,
Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
7. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
8. KOMPLIKASI
1. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.
2. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna.
3. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami
peradangan.
4. Meningitis : peradangan pada selaput otak.
5. Infeksi sistomik
6. Endokarditis : peradangan pada endokardium.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun
produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
Pola Pengkajian
1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum
3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum
(Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang,
biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam
hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena
leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan
penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal
atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan a. Observasi TTV a. Member
bersihan jalan nafas asuhan terutama informasi tentang
berhubungan dengan keperawatan respiratory rate pola pernafasan
peningkatan produksi selama (…x…) b. Auskultasi area pasien, tekanan
sputum ditandai diharapkan jalan dada atau paru, darah, nadi, suhu
dengan adanya nafas pasien catat hasil pasien.
ronchi, dan efektif dengan pemeriksaan b. Crekcels, ronkhi
ketidakefektifan Kriteria hasil : c. Latih pasien dan mengi dapat
batuk. jalan nafas paten, batuk efektif dan terdengar saat
tidak ada bunyi nafas dalam inspirasi dan
nafas tambahan, d. Lakukan suction ekspirasi pada
tidak sesak, RR sesuai indikasi tempat
normal (35- e. Memberi posisi konsolidasi
40x/menit), tidak semifowler atau sputum
ada penggunaan supinasi dengan c. Memudahkan
otot bantu nafas, elevasi kepala bersihan jalan
tidak ada f. Anjurkan pasien nafas dan
pernafasan cuping minum air ekspansi
hidung hangat maksimum paru
d. Mengeluarkan
Kolaborasi : sputum pada
g. Bantu pasien tidak sadar
mengawasi efek atau tidak mampu
pengobatan batuk efektif
nebulizer dan e. Meningkatkan
fisioterapi nafas ekspansi paru
lainnya. f. Air hangat dapat
h. Berikan obat memudahkan
sesuai indikasi, pengeluaran
seperti mukolitik, secret
ekspektoran, g. Memudahkan
bronkodilator, pengenceran dan
analgesic pembuangan
i. Berikan secret
h. Proses
O2 lembab sesuai
medikamentosa
indikasi dan membantu
mengurangi
bronkospasme
i. Mengurangi
distress respirasi
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukana. Kaji frekuensi, a. Memberi
gas berhubungan asuhan (..x..) kedalaman, informasi tentang
dengan proses infeksi diharapkan kemudahan pernapasan pasien.
pada jaringan paru ventilasi pasien bernapas pasien. b. Kebiruan
(perubahan tidak terganggu b. Observasi warna menunjukkan
membrane alveoli) dengan kulit, membran sianosis.
ditandai dengan Kriteria Hasil : mukosa bibir. c. Untuk membuat
sianosis, GDA dalam c. Berikan pasien lebih
PaO2 menurun, sesak rentang normal ( lingkungan sejuk, nyaman.
nafas PO2 = 80 – 100 nyaman, ventilasi d. Meningkatkan
mmHg, PCO2 = cukup. inspirasi dan
35 – 45 mmHg, d. Tinggikan kepala, pengeluaran
pH = 7,35 – 7,45, anjurkan napas sekret.
SaO2 = 95 – 99 dalam dan batuk e. Mencegah terlalu
%), tidak ada efektif. letih.
sianosis, pasien e. Pertahankan f. Mengevaluasi
tidak sesak dan istirahat tidur. proses penyakit
rileks. f. Kolaborasikan dan mengurangi
pemberian distres respirasi.
oksigen dan
pemeriksaan lab
(GDA)
3 Hipertermi a. Kaji suhu tubuh a. Data untuk
berhubungan dengan pasien menentukan
inflamasi terhadap Setelah dilakukan b. Pertahankan intervensi
infeksi saluran nafas asuhan lingkungan tetap b. Menurunkan suhu
ditandai dengan keperawatan sejuk tubuh secara
peningkatan suhu selama (...x...) c. Berikan kompres radiasi
tubuh, mengigil, akral diharapkan suhu hangat basah c. Menurunkan suhu
teraba panas. pasien turun atau pada ketiak, tubuh secara
normal (36,5 – lipatan paha, konduksi
37,5°C) dengan kening (untuk d. Peningkatan suhu
Kriteria Hasil: sugesti) tubuh
pasien tidak d. Anjurkan pasien mengakibatkan
gelisah, pasien untuk banyak penguapan cairan
tidak menggigil, minum tubuh meningkat,
akral teraba e. Anjurkan sehingga
hangat, warna mengenakan diimbangi dengan
kulit tidak ada pakaian yang intake cairan yang
kemerahan. minimal atau banyak
tipis e. Pakaian yang tipis
mengurangi
f. Berikan penguapan cairan
antipiretik sesuai tubuh
indikasi f. Antipiretik efektif
g. Berikan untuk
antimikroba jika menurunkan
disarankan demam
g. Mengobati
organisme
penyebab
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/30065493/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCH
OPNEUMONIA_YYN diakses pada tanggal 23 April 2019
2. https://www.academia.edu/30852653/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCH
OPNEUMONIA diakses pada tanggal 23 April 2019
3. https://www.academia.edu/34538376/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONKO
PNEUMONIA_PADA_ANAK diakses pada tanggal 23 April 2019
Denpasar,......................................2019
Mengetahui, Mahasiswa
Pembimbing Praktik/CI
Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT
(………………………………………)
NI