Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transfer atau pemindahan pasien merupakan salah satu bidang penting di ilmu
kesehatan (kedokteran dan keperawatan). Banyak masalah potensial yang dapat
dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transfer (pemindahan pasien
dilakukan). Walaupun berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan,
jalan menuju penanganan yang sempuna sehingga keamanan pasien tercapai masih
panjang.
Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa system organ, yang mungkin
berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips atau yang
disebabkan oleh malfungsi perlatan lain. Efek pada system organ tersebut antara lain
aritmia (84%) pada pasien dengan ganggguan jantung, dimana memerlukan terapi
emergensi pada 44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering terjadi pada pasien yang
menggunakan ventilator. Komplikasi pada system respirasi adalah perubahan frekuensi
napas, penurunan PaO2. Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami hipotensi,
gangguan irama jantung, hipoksia, dan peningkatan intracranial.
Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead EKG,
monitor mati, diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator. Untuk
mencegah komplikasi-komplikasi tersebut. Berikut akan dipaparkan panduan untuk
menangani transportasi pasien di RSU. St. Rafael Cancar.
B. Tujuan
a. Terlaksananya standar pelayanan prosedur untuk transfer / memindahkan pasien
keluar rumah sakit
b. Terlaksananya system pencatatan dan pelaporan transfer/memidahkan pasien
c. Terlaksananya standar operasional prosedur untuk transfer/memindahkan pasien
didalam rumah sakit
d. Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Terlaksananya standar pelaksana petugas transfer pasien
C. Pengertian
1. Definisi Transfer Pasien
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dan kelengkapan dokumentasi ke unit
lain sebagai pengelola pasien selanjutnya.
2. Definisi Transporter Pasien
Transporter adalah petugas yang berwenang dan memiliki kompetensi melakukan
transfer pasien
3. Macam Transfer Pasien Rumah Sakit
Macam transfer pasien di Rumah Sakit Umum St. Rafael Cancar terdiri dari :
a. Transfer pasien keluar rumah sakit atau merujuk pasien
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan system rujukan sebagai
suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang lebih mampu menangani),
atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
b. Transfer pasien didalam rumah sakit/ pindah ruang
Yang dimaksud transfer pasien didalam rumah sakit adalah memindahkan
pasien dari unit atau ruang perawatan ke unit atau ruang perawatan yang lain.
Tujuannya adalah :
1) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan selanjutnya.
2) Memenuhi keinginan keluarga atau pasien
4. Alat Untuk Transfer Pasien
a. Kursi roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain.
Digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis.

b. Bed pasien tiga engkol


Bed pasien atau tempat tidur pasien tiga engkol adalah tempat tidur yang
digunakan untuk tidur pasien dan bisa dioperasikan untuk menaik turunkan
kepala, kaki dan keseluruhan ranjang. Selain itu dilengkapi pula dengan bed
rails untuk menjaga keselamatan pasien dari risiko jatuh.

c. Scoop stretcher
Scoop stretcher adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pasien
( biasanya disimpan di dalam ambulance ) dimana kedua sisinya bisa dipisah
untuk memudahkan proses pengangkatan pasien.
d. Brancard pasien
Brancard pasien adalah tempat tidur sementara untuk pasien dan mudah untuk
dipindahkan.

5. Transportasi Pasien Untuk Proses Transfer Keluar Rumah Sakit


Alat transportasi untuk proses transfer di Rumah Sakit Umum St. Rafael Cancar
adalah dengan menggunakan ambulances.
Ambulances adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang
sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis.
BAB II
TATA LAKSANA

Dalam prosedur transfer pasien ada dua pihak yaitu pihak yang menerima pasien
dan pihak yang mengirim pasien.
Untuk mempertemukan kegitan tersebut maka diperlukan petugas transfer dan
keterampilan serta tata laksana pelaksanaannya.
I. Tabel kriteria pasien dengan petugas yang berkompeten melakukan transfer.
No. Kategori Pengertian Kategori Petugas Keterampilan
pasien Pasien Transfer Keahlian
Pelatihan petugas
1. Level 0 Pasien dengan kesadaran 1. Petugas TPP Petugas yang tidak
2. SATPAM
Conges dengan nilai mempunyai keahlian
3. Petugas
total GCS 15( pasien dibidang medis tetapi
admin
sadar penuh) tidak ada 4. Petugas telah mengikuti pelatihan
kegawatan medis dan radiologi BLS untuk peran dan
5. Petugas
tanpa gangguan pelatiharn transfer pasien.
informasi
sirkulasi.
Contoh: obs, febris tanpa
kejang, ISPA, CKD yang
stabil, dll
2 Level 1 Pasien dengan nilai total Perawat 1. Mengikuti pelatihan
GCS 12-14 tanpa transfer pasien.
2. Mengikuti pelatihan
gangguan hemodinamik
BLS
atau pasien GCS total 15
3. Mempunyai
dengan gangguan
pengalaman kerja
hemodinamik ringan/pre
minimal 1 tahun.
syok. Dikarenakan skala
nyeri ‘4’. Contoh:
fraktur ekstremitas
tertutup, GEA dehidrasi
ringan sedang, asma
yang teratasi sebagian,
COR, dll
3. Level 2 Pasien dengan 1. Perawat 1. Mengikuti pelatihan
penurunan kesadaran transfer pasien
2. Mengikuti pelatihan
dengan nilai total GCS
PPGD.
dibawah 10-12 atau
3. Mempunyai
dengan gangguan
pengalaman bekerja
hemodinamik sedang.
minimal 2 tahun.
Contoh: kasus IMA,
Open fraktur dengan
perdarahan, trauma
thorax, fraktur cervical,
trauma abdomen, CVA,
COS/COB.
4. Level 3 Pasien dengan 1. Perawat 1. Mengikuti pelatihan
2. Dokter
penurunan kesadaran transfer pasien
2. Mengikuti pelatihan
dengan kegawatan nilai
PPGD.
total GCS dibawah 10
3. Mempunyai
atau dengan gangguan
pengalaman bekerja
hemodinamik berat.
minimal 2 tahun.
Contoh: post cardiac
arrest, respiratory arrest,
shock cardiogenik, ALO,
paien terintubasi/ETT

II. Tata laksana Transfer Pasien


A. Transfer Pasien Keluar Rumah Sakit/ merujuk pasien
1. Transfer pasien keluar Rumah Sakit pada umumnya disebut merujuk pasien
2. Kriteria transfer pasien keluar Rumah Sakit adalah:
a. Ruangan tidak tersedia/penuh
1) Pasien akan informasi, saran dan solusi untuk membantu menyelesaikan
permasalahannya, sehingga tetap mendapatkan pelayanan kesehatan
2) Rujukan dilakukan ke Rumah Sakit sesuai pilihan keluarga atau pasien.
b. Alat penunjang medis tidak dimiliki atau sedang dipakai atau sedang rusak
1) Penunjang laboratories
a) Uji mikrobiologi dan sensitivitas
b) Patologi Anatomi (PA)
c) Pemeriksaan Darah
d) Pemeriksaan Urine
e) Pemeriksaan Feces
f) Pemeriksaan Sputum
g) Pemeriksaan cairan tubuh
h) Pasien yang membutuhkan pemeriksaan ini, specimen akan dikirim
ke laboratorium Pramita / laboratorium Kedung doro/ Laboratorium
Parahita
i) Pengiriman sesuai rekomendasi dari kepala instalasi laboratorium
ke laboratorium yang dipilih berdasarkan reputasi yang baik serta
memenuhi standart undang – undang ( sesuai kebijakan pelayanan
laboratorium )
3. Penentuan pasien rujuk
a. Petugas yang menentukan pasien harus ditransfer keluar rumah sakit /
dirujuk adalah DPJP/dokter Spesialis/dokter.
Pasien yang dijemput ambulance oleh perawat dan permasalahan
kesehatannya tidak dapat diterima di RSU. St. Rafael Cancar maka
diputuskan untuk dirujuk setelah melakukan koordinasi dengan dokter jaga
UGD perawat bisa langsung melakukan rujukan dengan seijin pasien dan
keluarga.
b. Dokter pengirim berkewajiban untuk memberikan informasi yang tepat dan
akurat.
Informasi atau edukasi mencakup diskusi atas tujuan/manfaat,risiko transfer,
alas an transfer/ dirujuk serta estimasi biaya yang diperlukan
didokumentasikan pada Rekam Medik sebelum transfer.
c. Koordinasi sebelum pemindahan pasien
1) Dokter pengirim menentukan dokter penerima pada rumah sakit tujuan
untuk menerima pasien dan memastikan sebelum mengirim bahwa
sumber yang memadai telah tersedia.
2) Rumah sakit yang dirujuk harus diinformasikan secara lisan dan tertulis
tentang situasi medis dan prosedur terapi yang diberikan
3) Kirimkan informasi lain yang diperlukan rumah sakit yang dituju, yaitu:
a) Informasi tentang biodata pasien
b) Informasi tentang tindakan/ pelayanan yang dibutuhkan pasien
c) Informasi tentang jadual tindakan yang ditetapkan.
d) Pada kasus rujukan melanjutkan perawatan maka perlu disampaikan
pula bahwa penderita akan segera dirujuk agar petugas penerima
rujukan menyiapkan sarana yang diperlukan
4) Pemberitahuan kepada rumah sakit rujukan harus dilakukan sebelum
pemindahan dilakukan
4. Petugas yang mendampingi pasien
a. Jumlah petugas yang mendampingi 1-2 orang yang terkwalifikasi.
b. Dokter dengan kualifikasi :
1) Dokter umum
2) Mempunyai sertifikat BLS dan ATLS
3) Memiliki SIP
4) Mampu berkomunikasi dengan baik
c. Perawat / bidan dengan kwalifikasi :
1) Mempunyai sertifikat BLS
2) Memiliki STR
3) Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Dokumen transfer pasien keluar rumah sakit.
a. Proses transfer pasien keluar rumah sakit harus didokumentasikan dengan
jelas dan benar.
b. Lembar rujukan
1) Dibuat sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit lain.
2) Diisi dan dilengkapi oleh dokter/DPJP/dokter spesialis
3) Terdiri dai 2 (dua) bagian yaitu:
a) Lembar rujukan
i. Biodata pasien dan penanggung jawabnya
ii. Nama pengirim dan penerima rujukan
iii. Tujuan dilakukan rujukan
 Kondisi pasien saat dirujuk
 Temuan yang signifikan/pemeriksaan fisik
 Hasil laboratorium, radiologi, dll
 Tindakan yang telah diberikan
 Pengobatan yang telah diberikan
 Tanda tangan dan nama dokter yang mengirim

b) Lembar jawaban rujukan


i. Biodata pasien dan penanggung jawabnya
ii. Dirujuk kembalioleh
iii. Ringkasan:
 Kondisi pasien saat dirujuk
 Temuan signifikan/pemeriksaan fisik
 Tindakan yang telah diberikan
 Tanda tangan dan nama dokter yang merawat.
c. Pada rujukan tindakan dimana tempat rujukan tidak menyediakan laporan
hasil tindakan, maka petugas yang mengantar pasien akan meminta pada
dokter/asisten dokter/perawat tempat rujukan unutk mengisi form laporan
tindakan. Rujukan tindakan adalah proses transfer pasien ke rumah
sakitlain atau tempat pelayanan kesehatan diluar rumah sakit agar pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukan.
d. Blangko pemeriksaan tindakan (radiologi/laboratorium)
e. Dokumen pemesanan ambulance dan observasi selama transfer
1) Perawat mengisi form untuk pemesanan ambulance yang diserahkan
kepada perawat UGD
2) Di dalam Ambulance, kondisi pasien yang diobservasi dan tercatat
dilembar status ambulance yang akan disimpan menjadi satu dengan
rekan medis pasien.
3) Observasi meliputi tanda-tanda vital, GCS
4) Observasi untuk pasien kritis tiap 5-15 menit, sedangkan unutk pasien
kondisi stabil dilakukan tiap 30-60 menit.
6. Persiapan transfer pasien keluar Rumah Sakit
a. Tentukan tempat rujukan dan pastikan tempat rujukan yang telah siap
memerima pasien
b. Siapkan sertakan dokumentasi untuk mendukung tindakan dan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
c. Siapkan pasien:
1) Pengiriman pasien dengan aman saat transfer akan lebih meningkat bila
disertai pemantapan proses yang efisien dan terorganisir serta didukung
oleh peralatan dan petugas yang terkulifikasi
2) Ketika pelayanan dibutuhkan melebihi sumber yang tersedia, idealnya
pasien ditransfer kefasilitas yang memiliki sumber yang dibutuhkan/
dirujuk.
d. Siapkan ambulance
1) Persiapan ambulance
a) Pilih ambulance dan sesuaikan dengan kebutuhan pasien (dilakukan
oleh petugas UGD sesuai kebutuhan dan kategori pasien)
b) Bila diperlukan pergunakan sirene/lampu sirine untuk
memperlancar prose transfer.
2) Driver /pengemudi
a) Kesiapan dan pengetahuan driver tentang rute atau rujukan yang
diinginkan
b) Kesiapan fisik untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab
selama proses transfer.
e. Persiapan peralatan dan perbekalan farmasi di ambulance
1) Peralatan ventilasi dan jalan nafas
a) Peralatan portable suction dan kanulnya
b) Peralatan portable oksigen dengan tabung yang adekuat
c) Peralatan untuk jalan napas (nasofaringeal dan orofaringeal)
d) Pulse oksiometri
e) Alat monitor dan defibrillator
2) Perangkat imobilisasi
a) Collar
b) Perangkat traksi ekstremitas bawah (bila tersedia)
c) Perangkat imobilisasi ekstremitas atas dan bawah (papan kayu)
d) Perlengkapan dreesing (perban, mitela, kasa, cairan untuk dressing,
plester, gunting perban.
3) Alat komunikasi: perangkat komunikasi dua arah (radio medic)
4) Obstetrik kit
5) Peralatan lainnya
a) Stetoskop
b) Thermometer
c) Senter
d) Selimut/linen
e) Bengkok
f) Plastik
g) Catatan observasi
6) Persiapan obat-obatan di ambulance
a) Adrenalin
b) Lidocain
c) Sulfas atropine
d) Natrium bicarbonate/meylon
e) Cairan intravena
f. Siapkan petugas yang akan merujuk
Petugas yang disiapkan adalah petugas yang berkompeten dan telah terlatih
yaitu seorang perawat atau dokter sesuai kualifikasi yang telah ditentukan.
g. Saat pasien di dalam ambulance, maka yang harus diperhatikan dalam
proses mempersiapkan pasien yang akan ditransfer adalah:
1) Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar
bisa bernafas tanpa kesulitan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan
alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat
pertukaran aliran oksigen yang cukup adekwat selama proses transfer.
2) Amankan posisi brancard ambulance. Pastikan pasien aman selama
perjalanan, kunci brancard untuk mencegah roda brancard bergerak saat
ambulance melaju.
3) Pastikan pasien terfiksasi dengan baik dan aman. Tetap pertahankan
sirkulasi dan respirasi serta hindari fiksasi yang menyebabkan nyeri.
4) Periksa bidai atau alat imobilisasi, balutan atau perban untuk menjaga
keamanan saat transfer.
5) Ajak keluarga atau wali yang harus menemani pasien, biarkan
menumpang pada ruang pengemudi agar tidak mempengaruhi proses
perawatan pasien.
6) Identifikasi pasien sesuai prosedur dan tenangkan pasien.
Transfer pasien keluar rumah sakit dalam kondisi kritis/ gawat darurat
a. Pasien kondisi kritis atau gawat darurat adalah pasien dengan disfungsi atau gagal
pada satu atau lebih system tubuh dan tergantung pada penggunaan peralatan untuk
monitoring dan terapi. Penderita gawat darurat dapat berupa kasus bedah atau
kasus non bedah
b. Penting untuk mendapatkan persetujuan setelah menginformasikan kepada pasien
ataupun perwakilannya yang resmi tentang fakta, situasi, alas an pemindahan dan
nama rumah sakit rujukan
c. Transfer pasien kondisi kritis antar rumah sakit dilakukan bila manfaat bagi pasien
melebihi risiko transfer, dilakukan dengan cepat dan aman.
d. Prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien kritis adalah jangan membuat penyakit /
cidera penderita menjadi lebih parah/ do not further harm.
e. Resusitasi dan stabilisasi
Lakukan resusitasi dan stabilisasi sebelum transfer ke rumah sakit rujukan.
f) Stabilisasi kondisi pasien merupakan tindakan yang harus dilakukan pada
pasien kondisi kritis sebelum ditransfer agar keadaan tidak menjadi lebih buruk
atau meninggalkan kecatatan di kemudian hari.
g) Stabilisasi dilakukan secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.
h) Stabilisasi yang dimaksud adalah mempertahankan fungsi bantuan hidup dasar
( Basic Life Support) tetap baik.
i) Setelah pasien relative stabil, transfer /rujukan bisa dikerjakan.
j) Pada kondisi tertentu dimana stabilisasi sulit dicapai maka pertimbangkan
transfer segera dilakukan agar segera mendapat pelayanan yang dibutuhkan
dengan tetap menjaga alat monitoring dan alat yang digunakan sebagai life
saving terjaga keberadaannya.
k) Tetap perhatikan prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien kritis yaitu jangan
membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah/ do npt further harm
f. Langkah – langkah yang harus diperhatikan :
l) Decision
Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius/ kritis adalah
sebuah tindakan medis. Karena itu, tanggung jawab dimiliki oleh dokter / DPJP
yaitu dokter yang menangani pasien.
m) Panning
Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak dan waktu, serta
pemilihan jalur transport.
Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan alat monitoring, prediksi
kemungkinan komplikasi dan pemilihan tim transfer pasien ( sesuai dengan
ketersediaan/ kualifikasi tenaga dan kategori pasien).
n) Implementasi
Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transfer pasien yang dipilih yang
bertanggung jawab mengantar pasien sampai kepada tim medic atau rumah
sakit tempat tujuan.
o) Mampu berkomunikasi dengan baik.
g. Peralatan dan perbekalan untuk menunjang pasien
1) Monitor EKG
2) Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport yang memadai
3) Mesin suction dengan kateter suction
4) Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium bicarbonate
5) Cairan intravena dan infuse obat dengan syringe atau pompa infuse dengan
baterai
6) Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
7) APD dan kebutuhan linen.
h. Monitor selama transport
1) Monitoring kontinu pada EKG monitor ( Tekanan darah, nadi,respiratory rate
dan saturasi oksigen )
2) Monitoring perdarahan massif pada kasus cidera atau kecelakaan
3) Monitoring kondisi umum pasien ( kwalitas dan kwantitas kesadaran )
4) Monitoring kelayakan / kondisi patent alat medis emergency yang dipakai
pasien ( ETT, nasofaringeal dan orofaringeal )
5) Observasi pasien kritis dilakukan tiap 5 – 15 menit dan dicatat pada lembar
observasi ambulance
A. Transfer pasien didalam rumah sakit
Transfer pasien didalam rumah sakit adalah memindahkan pasien dari unit atau
ruang perawatan ke unit atau ruang perawatan yang lain. Transfer pasien didalam
rumah sakit merupakan salah satu kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan
dengan tetap memperhatikan kelengkapan dokumen dan keselamatan pasien.
1. Proses transfer pasien didalam rumah sakit biasanya disebut memindahkan
pasien atau mengantarkan pasien ke unit atau ruang lain.
2. Serah terima pasien
a. Salah satu kegiatan memindahkan / transfer pasien didalam rumah sakit
adalah melakukan serah terima klinis.
b. Serah terima klinis adalah salah satu komponen dalam aspek mutu dan
keselamatan pelayanan kesehatan
c. Ketika pasien dan dokumennya ditransfer, maka serah terima klinis
3. Proses transfer pasien yang bermutu tinggi meliputi proses transfer informasi
dengan keterlibatan komunikasi yang efektif, penanggung jawab transfer
yang berkompeten dan pemindahan pasien dengan aman
4. Pemindahan pasien dengan aman meliputi transfer benar pasien, benar alat
transfer, benar petugas transfer yang melakukan transfer dan kelayakan alat-
alat yang digunakan unutk menjaga keselamatan selama proses transfer.
5. Memasang bed rails (pengaman tempat tidur pasien) pada saat proses transfer
pasien sangat dianjurkan bila menggunakan tempat tidur untuk menghindari
resiko jatuh
6. Instalasi unit berikut yang terkait dalam proses transfer pasien didalam rumah
sakit adalah sebagai berikut:
a. Instalasi radiologi
b. Instalasi Reahbilitas Medik
c. Instalasi Kamar Operasi
d. Unit Hemodialisa
e. Instalasi Pelayanan Intensif
f. Instalasi Rawat Inap
g. Instalasi Rawat Jalan
h. Instalasi Gawat Darurat
i. Unit Stroke
7. Criteria kelayakan transfer pasien antar unit ( didalam rumah sakit):
a. Kondisi pasien stabil sehingga layak transfer
b. Pada kondisi dimana stabilitas sulit dicapai karena masalah tertentu
(telah mendapatkan resusitasi maksimal), maka pertimbangan “segera”
transfer pasien agar secepatnya mendapatkan kebutuhan medis yang
diperlukan. Tetap berpegang pada prinsip jangan membuat
penyakit/cidera penderita menjadi lebih parah/ do not further harm.
c. Bila kondisi unit/ruang yang ditentukan telah siap menerima pasien,
maka proses transfer ke unit/ruang bisa dilakukan.
d. Mendapatkan rekomendasi dari DPJP/dokter atau sesuai kriteria bila
dibutuhkan transfer pasien ke Instalasi Pelayanan insentif.
e. Telah disepakati dan disetujui oleh pasien atau keluarga
f. Dokumen transfer telah dilengkapi.
8. Transfer pasien Pelayan Intensif
a. Sebelum pasien masuk ke Icu, pasien dan keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan
mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta tindakan
kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di
ICU.
b. Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter / Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP)
c. Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau keluarganya dapat
menerima / menyatakan persetujuan untuk dirawat di instalasi
pelayanan intensif. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani
formulir informed consent.
d. Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu rumah
sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila
kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi daripada
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung
jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila
kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU
menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik pasien mana yang
akan dirawat di ICU.
e. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Intensif Pelayanan Intesif
Intensif Care Unit (ICU) mampu menggabungkan teknologi tinggi dan
keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat
darurat. Pelayanan IPI diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan
pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah memberikan
pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah
fragmentasi pengelolaan.
f. Kriteria pasien masuk Intensif Care Unit
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan
terapiu yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang
tinggi pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan
dibandingkan dengan pasien yang memerlukan pemantauan intensif
(prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis
hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.
5) Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti dukungan/bantuan
ventilasi dan alat bantu suportif organ/system yang lain, infus obat-
obat vasoaktif continue, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan
kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini
antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Terapi pada pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai batas.

1. Transfer pasien ke unit khusus ( unit stroke)

j.

B. Transfer pasien ke dalam Rumah Sakit


C. pada

Anda mungkin juga menyukai