BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian.
berupa sesak napas, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini
oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran
Menurut Wijaya & Putri (2013) Etiologi asma dapat dibagi atas 3
macam, yaitu :
8
yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan
ekstrinsik.
asma bronkiale diantaranya asap rokok, tungau debu rumah, polusi udara,
berpeluang menderita asma dua kali lipat dibandingkan orang yang tidak
asma yang terkena asap rokok selama satu jam, maka akan mengalami
sekitar 20% kerusakan fungsi paru. Akibatnya, jumlah asap rokok yang
tempat tinggal manusia. Tungau debu rumah biasanya berada di karpet dan
jok kursi yang kotor, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak
dibersihkan, juga dari tumpukan koran, buku, pakaian yang kotor. Tungau
tingkat polusi udara sebanyak 2-5 kali lebih tinggi udara dalam ruangan
yang utama. Di luar ruangan, seperti polusi akibat zat kimia hasil pabrikan,
10
dan bahkan kematian. Paling berisiko dari polusi udara di luar ruangan
adalah anak-anak, remaja, orang dewasa yang lebih tua, dan orang dengan
yang dapat membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai
serangan sesak napas dan pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini umum
terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara
sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut
dan telur. Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu
pada peradangan saluran napas. Hal ini juga dapat disebabkan oleh
pasien asma.
2. Mengi (wheezing), kontraksi otot polos, bersama dengan hipersekresi
akut.
5. Pulsus paradoksus, adalah penurunan tekanan arteri sistolik lebih dari
termasuk mereka dengan penyakit yang ringan dan hasil uji fungsi
menit.
a. Edukasi
kematian. Tujuan dari seluruh edukasi adalah membantu pasien agar dapat
samping obat dan kegunaan kontrol teratur pada pengobatan asma. Bentuk
dan daya ingat serta motivasi pasien perlu direview sehingga membantu
namun ada juga yang tidak dapat mengetahui faktor pencetus asmanya.
dalam dan di luar ruangan, asap rokok, refluks gastroesofagus dan sensitif
gejala obstruksi jalan napas yang terdiri atas pengontrol dan pelega.
(PDPI, 2003):
1) Glukokortikosteroid inhalasi
16
2) Glukokortikosteroid sistemik
mediator dari sel mast melalui reaksi yang diperantai IgE yang
persisten ringan dan efek samping minimal berupa batuk dan rasa
4) Teofilin
6) Leukotriene modifiers
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, batuk dan rasa berat atau sesak
inhalasi atau oral, pemberian inhalasi memiliki kerja lebih cepat dan
2) Antikolinergik
18
rasa pahit.
3) Adrenalin
berat, bila tidak ada agonis beta-2 atau tidak merespon dengan
kepada pasien yang memiliki pengalaman buruk terhadap gejala asma dan
(follow up) teratur dan rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau
penanganan lebih lanjut. Pasien dianjurkan untuk kontrol tidak hanya saat
terjadi serangan akut, namun kontrol teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan, interval berkisar 1-6 bulan tergantung pada keadaan asma. Ini
Bagi pasien yang memiliki jenis asma dimana serangan timbul setelah
menghindari faktor pencetus juga dapat dilakukan oleh pasien asma untuk
1) Farmakologi
2) Non farmakologi
pada jantung yang terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat,
Menstimulus saraf
Pelepasan sel mast simpatis
Hiperventilasi Hiperventilasi
CO2 & O2
memberikan obat secara langsung pada saluran napas melalui obat yang
terbentuk dihirup oleh penderita melalui mouth piece atau sungkup. Alat ini
digunakan untuk membawa dosis obat yang lebih besar ke saluran napas
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek dan gangguan
membawa:
pasien dengan asma berat atau obstruksi saluran napas reversibel yang
(Pionas, 2015).
tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang
ditentukan, gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan
tombol “on” pada nebulizer, jika memakai masker, maka uap yang keluar
sampai obat habis. Bila memakai mouth piece, maka tombol pengeluaran
aerosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan
dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 – 15 menit)
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Persiapan Alat
25
1. Nebulizer 1 set.
3. Stetoskop.
4. Tissue.
5. Nierbeken/bengkok.
D. Persiapan Pasien
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi pasien dengan
E. Cara Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Memasang sampiran.
11. Perhatian :
26
meninggalkan klien).
F. Evaluasi
G. Dokumentasi
prosedur.
dengan ketinggian 90o, posisi ini sangat membantu bagi pasien yang
tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 90° tanpa fleksi lutut (posisi kaki
bronkiale, pada pasien yang mengalami imobilisasi atau pada pasien yang
dekompensasi kordis, pada pasien post partum, dan beberapa keadaan pada
2008). Pemberian posisi yang tidak tepat berpengaruh pada beberapa sistem
utama yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung. Untuk itu
penempatan posisi pada pasien imobilisasi seperti pada pasien post operasi
A. Pengertian
pada bantal dibagian belakang dan guling dibawah lutut atau meninggikan
B. Tujuan
C. Persiapan Alat
D. Persiapan Pasien
E. Cara Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Memakai handscoone.
5. Mencuci tangan.
F. Evaluasi
G. Dokumentasi
prosedur.
dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea
atau otot, kerusakan iga-iga atau ruang pleural, paru-paru kaku yang
lambat.
(Beck, 2011).
31
2012).
dikelompokkan menjadi :
(RR)
A. Pengertian
selama 1 menit).
B. Tujuan
C. Indikasi
D. Persiapan alat
2. Alat tulis.
E. Prosedur
7. Cuci tangan.
F. Evaluasi
Karanganyar
2. Meilirianta et al, Posisi Semi Fowler dan Terdapat perbedaan
2016 Posisi Fowler Terhadap perubahan saturasi oksigen
Perubahan Saturasi yang signifikan pada pasien
Oksigen pada Pasien asma bronkiale antara
Asma Bronkiale Di kelompok semi fowler dan
Ruang Rawat Inap D3 kelompok fowler dengan p =
dan E3 Rumah Sakit 0,001 di ruang rawat inap D3
Umum Daerah Cibabat dan E3 Rumah Sakit Umum
Cimahi Daerah Cibabat Cimahi.
3. Lutfi Wahyuni, Pengaruh Pemberian Ada pengaruh pemberian
2014 Nebulizer Dan Batuk nebulizer dan batuk efektif
Efektif Terhadap Status terhadap status pernapasan
Pernapasan Pasien pasien COPD dengan hasil
COPD uji statistik menunjukkan
nilai sig (2-tailed) adalah p =
0,001, berarti p < 0,05.
4. Valentina B.M Efektifitas Terapi Ada perbedaan efektifitas
Lumbantobing, Nebulizer Dengan terapi nebulizer dengan
2017 Ipratropium Dan Ipratropium dan Fenoterol
Fenoterol Terhadap terhadap saturasi oksigen
Saturasi Oksigen Pada pada pasien asma bronkiale,
Pasien Asma Bronkiale serta terdapat juga perbedaan
rerata nilai saturasi oksigen
sebelum dan sesudah
pemberian terapi baik pada
kelompok Ipratropium
maupun pada kelompok
Fenoterol.
Edema membran
1. Bronkospasme
Pemberian 2. Akumulasi sekret
Nebulasi 3. Dispnea
Posisi Fowler
35
Keterangan:
ekstrinsik dan campuran, saat terjadi serangan asma pasien merasa sulit untuk
mengambil napas untuk itu diperlukan suatu terapi baik secara farmakologi
sebesar 900, kedua hal tersebut bertujuan untuk memperlancar jalan napas