1. ANCAMAN MILITER
Ancaman non-militer pada hakikatnya ancaman yang menggunakan factor faktor non-
militer dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, kepribadian
bangsa, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman ini salah satunya
disebabkan oleh pengaruh negatif dari globalisasi. Globalisasi yang menghilangkan sekat atau
batas pergaulan antar bangsa secara disadari ataupun tidak telah memberikan dampak negatif
yang kemudian menjadi ancaman bagi keutuhan sebuah negara, termasuk Indonesia.
Ancaman non-militer diantaranya dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya
3. ANCAMAN TRADISIONAL
Ancaman tradisional yaitu ancaman dari dalam negeri seperti gerakan separatis, dan
terorisme
4. ANCAMAN NON TRADISIONAL
Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika politik
di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah menyebabkan
kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar melampaui batas-batas negara
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negar
-Contoh kasus Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
1. Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika
dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara
ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya.
Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status
status quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun
resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami
status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai,
sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua
pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau
ini selesai.
2. Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada
tahun 1965 untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat
ini di Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri
dari Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi
provinsi tersebut yang berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah
menempuh jalur dialog diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera Bintang
Kejora, dan dilakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara
rutin menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti
lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada
periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah
Perjanjian New York