Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA II

MODUL V

PERIODE I (2018/2019)

KELOMPOK VIII

NAMA : AHMAD ZULFADLI

NIM : 104117058

KELAS : CV 2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2019
ALIRAN DIATAS AMBANG LEBAR, AMBANG TAJAM, DAN AMBANG OGEE

𝐴ℎ𝑚𝑎𝑑 𝑍𝑢𝑙𝑓𝑎𝑑𝑙𝑖 17∗ , 𝐾ℎ𝑎𝑟𝑖𝑠𝑚𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑖 𝑁𝑢𝑔𝑟𝑎ℎ𝑎17 , 𝐿𝑎𝑧𝑖𝑜 𝐴𝑝𝑟𝑖𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑝𝑎ℎ𝑎𝑛17 ,

𝑀𝑢ℎ𝑎𝑚𝑚𝑎𝑑 𝐷𝑎𝑛𝑑𝑖 𝑂𝑐𝑡𝑎17 , 𝑀𝑎𝑠𝑦𝑢𝑛𝑖𝑎𝑟 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑝𝑒𝑎17

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina

*
Coresponding author : ahmad.zulfadli.026@gmail.com

Abstrak :

Dalam merencanakan bangunan-bangunan air seperti bendungan, saluran irigasi, dan


bangunan air lainnya sangat diperlukan suatu gambaran tentang suatu fenomena hidrolis
aliran yang melewati bangunan-bangunan tersebut. Bangunan jenis sekat/ambang banyak
digunakan dalam saluran terbuka berfungsi untuk mengendalikan tinggi muka air di hulu
serta mengukur debit aliran. Untuk kepentingan kedua hal tersebut di atas, maka
sekat/ambang bertindak sebagai rintangan yang membantu menciptakan kondisi energi
minimum dalam suatu aliran lambat. Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan hubungan
antara tinggi muka air diatas ambang terhadap debit yang mengalir serta perngaruh ambang
terhadap pengaliran debit.

Kata kunci : ambang, tinggi muka air, debit, energi minimum, pengaliran debit

Abstract :

In planning water buildings such as dams, irrigation canals, and other water buildings, a
picture of a hydraulic phenomenon of flow that passes through these buildings is needed.
The building type of bulkhead / threshold is widely used in open channels to control the
upstream water level and measure flowrate. In the interest of the two things mentioned
above, the threshold acts as an obstacle that helps create minimum energy conditions in a
slow flow. The purpose of this practicum is to determine the relationship between the water
level above the threshold of the flowing flow and the effect of the threshold on discharge
flow.

Keywords : threshold, water level, discharge, minimum energy, discharge flow.


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk menaikkan tinggi muka
air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat
atau karakteristik aliran air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan
bangunan air untuk pendistribusian air maupun pengaturan sungai.

B. RUMUSAN MASALAH
Berikut dibawah ini beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana perbandingan nilai Ho dengan Qeksperimen dalam bentuk grafik ?
2. Bagaimana perbandingan Ho dengan Cd dalam bentuk grafik ?
𝐻1
3. Bagaimana perbandingan nilai yperlakuan dengan dalam bentuk grafik ?
𝐻0
𝐻
4. Apakah nilai 𝐻1 ≥ 7 ? jelaskan apabila tidak sesuai ?
0

5. Bagaimana hubungan antara debit dengan Cd ?


6. Bagaimana perbandingan nilai h dengan Q dalam bentuk grafik ?
7. Bagaimana perbandingan nilai h dengan Cdeksperimen dalam bentuk grafik ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari praktikum modul 2 ini yaitu mempelajari hubungan tinggi muka air di atas
ambang lebar ataupun ambang tajam terhadap debit air yang melimpah di atas ambang,
mengetahui pengaruh bentuk ambang terhadap efektivitas penyaluran debit, mengetahui
batas modular dan untuk mengamati pola aliran yang diperoleh, dan juga mengetahui
karakteristik aliran yang melalui ambang.
D. TEORI DASAR
Aliran pada ambang atau pelimpah (spillway) adalah salah satu jenis aliran pada saluran
terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentuk tirai luapan (flow nappe) yang akan
terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini dianggap mengalami pengudaraan, yaitu
keadaan saat permukaan atas dan bawah tirai luapan tersebut memiliki tekanan udara luar
sepenuhnya. Namun, pengudaraan di bawah tirai luapan kurang sempurana. Hal ini berarti
terjadi pengurangan tekanan di bawah tirai luapan akibat udara yang tergantikan oleh
pancaran air. Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal sebagai berikut:

Perbedaan tekanan meningkat di ambang


Perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang digunakan
Peningkatan debit, disertai fluktuasi
Bentuk hidrolik yang tidak stabil.
Bangunan jenis sekat/ambang banyak digunakan dalam saluran terbuka berfungsi untuk
mengendalikan tinggi muka air di hulu serta mengukur debit aliran. Untuk kepentingan
kedua hal tersebut di atas, maka sekat/ambang bertindak sebagai rintangan yang membantu
menciptakan kondisi energi minimum dalam suatu aliran lambat. Pada saat banjir
sekat/ambang yang berada dalam suatu saluran berhenti berfungsi sebagai bangunan
pengendali, dimana muka air sebelah hilir meninggi dan menenggelamkan ambang/sekat
tersebut.

1. Untuk Ambang lebar


Menghitung debit saluran air dapat menggunakan ambang lebar. Pada aplikasinya
dilapangan ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang fungsinya
menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut.

Gambar 5.1 Aliran di Atas Ambang Lebar

Debit aliran yang melalui ambang lebar dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :

4 8
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑏√2𝑔(9 𝐻𝑜3 − 27 𝐻𝑜3 ) (5.1)
3/2
= 1,705 𝑏𝐻𝑜 (5.2)

Dengan rumus H0 :

𝑣2
𝐻0 = 𝑦0 + 2𝑔0 (5.3)

Dalam mencari koefisien discharge pada ambang lebar dapat menggunakan


persamaan :

𝑄𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
𝐶𝑑 = (5.4)
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Dimana debit eksperimen dapat ditentukan dengan persamaan :

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄= (5.5)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

Dalam praktek asumsi aliran adalah paralel dan distribusi tekanan hidrostatis di atas
bendung lebar tidak berlaku. Kedalaman tidak sama dengan kedalaman kritis
walaupun terjadi kondisi energi minimum, karena semua batasan aliran di sebelah
hilir telah dihilangkan.

2. Untuk Ambang Ogee


Apabila ambang ogee yang digunakan, maka pada bagian dasar memiliki tekanan
yang positif sepanjang permukaan dan tekanan diatas akan negative atau tinggi. Bila
aliran hulu melebihi puncak ambang tajam akan terjadi kavitasi yang dapat merusak
permukaan bending. Koefisien berada dalam kisaran 1,13 < Cw < 1,59 saat 0,4 <
(hw/hd) < 3,0. Pada desain yang ada cw = 1,31.

Gambar 5.2 Aliran di Atas Ambang Ogee

Aliran Modular menggunakan persamaan sebagai berikut:

Qm = b Cd g1/2 Ho3/2

𝑄𝑚
Cd = 1/2 3/2 (5.4)
𝑏 𝑔 𝐻𝑜
Sedangkan untuk aliran Non Modular memiliki persamaan sebagai berikut :

𝐻1
≥7 (5.5)
𝐻0

Qm = b Cd g1/2 Ho3/2 (5.6)

3. Untuk Ambang Tajam


Untuk kontruksi ambang tajam relative sederhana dan ambang ini cenderung banyak
digunakan untuk mengukur aliran terbuka yang dilakukan di laboratorium.
Penggunanya pada outdoor terbatas karena berpotensi merusak runtuhan tajam oleh
puing-puing dinding.

Gambar 5.3 Aliran di Atas Ambang Tajam

Dalam mencari nilai koefisien pengaliran dapat menggunakan persamaan :

2 2/3
𝑄= 𝐶𝑑 𝑏√2𝑔𝑦𝑐 (5.7)
3

Ketika ambang tajam digunakan, dalam penentuan Cd bisa menggunakan persamaan


Rehbock sebagai berikut:
𝑦𝑐
𝐶𝑑 = 0,602 + 0,083 (5.8)

METODE PENELITIAN

1. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada saat praktikum, antara lain: Hydraulic Bench, Hydraulic Flow
Demonstrator, Stopwatch, spidol, dan penggaris.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum, antara lain: fluida berupa air

2. CARA KERJA
Langkah-langkah yang dikerjakan pada setiap percobaan praktikum modul 5 adalah sebagai
berikut.
1. Untuk Ambang Lebar
Pertama-tama, pitot dipastikan berada dalam kondisi yang diinginkan. Kemudian,
ambang lebar di pasang pada apparatus. Pintu air (hulu dan hilir) dibuka sehingga tidak
ada penghalang. Selanjutnya, hydraulic bench dinyalakan dan katup control dibuka
dengan ketinggian y sesuai dengan perlakuan. Ketinggian y0, y1, hw dan volume dan
waktunya diukur. Perlakuan di ulangi dengan ketinggian y perlakuan kedua dan hasilnya
dicatat.
2. Untuk Ambang Ogee
Pertama-tama, ketiga pitot dipastikan berada dalam kondisi yang diinginkan.
Selanjutnya, ambang Ogee dipasang pada apparatus. Pintu air dibuka full dibagian hilir
maupun hulu. hydraulic bench dinyalakan katup control dibuka dengan ketinggan y
sesuai dengan perlakuan. Apabila ketinggian air sudah steady, pintu air bagian hilir
dinaikkan setinggi 70 mm. Ketinggian y0, y1, hw dan volume dan waktu di catat.
3. Ambang Tajam
Pertama-tama, pitot dipastikan dalam kondisi yang diinginkan. Kemudian, pintu air hulu
ditutup dan pintu air hilir dibuka. Selanjutnya, hydraulic bench di nyalakan dan katup
control dibuka hingga air yang masuk memenuhi bagian hilir. Ketika sudah penuh, pintu
air hilir dibuka full sehingga air akan mengalir dengan kencang yang akan membentuk
nappe pada ambang. Gunakan gabus untuk mengukur kecepatan aliran. Ketinggian y0, h,
P dicatat dan volume dan waktunya diukur.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Berikut ini adalah hasil pengamatan praktikum modul 5.
1. Ambang Lebar
Hasil Pengamatan Ambang Lebar
Perlakuan y0 y1 B Volume t
(m) (m) (m) (m3) (s)
115 0,033 0,016 0,075 0,3535 8,77
117 0,04 0,017 0,075 0,332 8,52

Hasil Perhitungan Ambang Lebar


Perlakuan Qeks (m3/s) H0 (m) Qteori (m3/s) Cd
115 0,000791 0,038208 0,000955 0,002475
117 0,000873 0,044312 0,001193 0,003

2. Ambang Ogee

Hasil Pengamatan Ambang Ogee


Perlakuan t0 (s) S0 (m) v0 (m/s) t1 (s) S1 (m) v1 (m/s)
- -
115 2,98 0,497 0,166779 0,66 0,53 0,80303
- -
- -
117 2,206667 0,497 0,225227 0,65 0,53 0,819588
- -

Hasil Perhitungan Ambang Ogee


y0 (m) y1 (m) Volume t (s) Qeks (m3/s) H0 (m) H1 (m)
(m3)
0,036 0,017 0,01 7,5 0,001333 0,037418 0,049867
0,038 0,018 0,01 6,76 0,001479 0,040585 0,052236

Qteori (m3/s) Cd F H1/H0


Sama dengan Qeks 0,7842012 1 1,332722
Sama dengan Qeks 0,7701966 1 1,287078
3. Ambang Tajam

Hasil Pengamatan Ambang Tajam

h (m) Volume t (s) Qeks h3/2 (m) Log h Log Qeks


(m3) (m3/s)

0,033 0,01 6,67 0,001499 0,005995 -1,48149 -2,82413


0,035 0,01 6,42 0,001588 0,006548 -1,45593 -2,80754
0,03 0,01 9,11 0,001098 0,005196 -1,52288 -2,95952

Nilai Cd
Cd eksperimen Cd Formula Rehbock
1,129233 0,63852
1,074097 0,64073333
0,95385 0,6352

B. PEMBAHASAN
1) Ambang Lebar

0,046
0,044

0,042 Hubungan antara


0,04 Ho dan
Qeksperimen
0,038

0,036
0,0008 0,00085 0,0009
0,00075
Dari grafik diatas dapat di ketahui hubungan antara H0 dengan Qeks yaitu nilai
H0 berbanding lurus dengan nilai Qeks. Apabila nilai H0 meningkat maka nilai Qeks
juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya ketika nilai H0 menurun maka nilai Qeks
juga akan menurun.

0,046

0,044
0,042
Hubungan antara Ho
0,04
dan Cd
0,038
0,036

0,7 0,75 0,8 0,85

Dari grafik diatas dapat diketahui nilai H0 berbanding lurus dengan


nilai Cd, yang apabila salah satu nilainya meningkat maka nilai lainnya juga akan
meningkat begitu pula kebalikannya ketika salah satu nilainya menurun maka nilai
lainnya juga akan menurun.
2) Ambang Ogee

117,5
117

116,5
Hubungan antara y
116 perlakuan dan
H1/H0
115,5

115

114,5 1,26 1,28 1,3 1,32 1,34 1,36

Dari grafik diatas diketahui bahwa nilai y dengan nilai H1/H0 berbanding lurus
yang mana apabila salah satu nilainya meningkat maka nilai lainnya juga akan
meningkat begitu juga sebaliknya ketika salah satu nilainya menurun maka nilai
lainnya akan menurun.

3) Ambang Tajam

0,036
0,034

0,032

0,03
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
0,036
0,034

0,032

0,03
0,9 0,95 1 1,05 1,1 1,15

Hubungan antara h dan debit eksperimen adalah berbanding lurus, semakin tinggi h
maka semakin besar debit yang dihasilkan. Begitupula dengan hubungan antara h dan
Cdeksperimen, berbanding lurus, semakin tinggi h semakin besar pula Cdeksperimen
yang dihasilkan. Ketidakakurasian pembacaan skala pada saat h 0,035 m dibuktikan
dengan kecilya nappe yang terbentuk menyebabkan nilai Cd yang malah mengecil,
karena semakin kecil nappe semakin tidak akurat.
KESIMPULAN

Tinggi muka air pada atas ambang tidak akan mempengaruhi debit yang mengalir. Tinggi muka
air hanya akan mempengaruhi kecepatan suatu aliran sehingga ketika aliran berada diatas
ambang maka aliran tersebut akan menjadi lebih cepat.

Bentuk ambang akan mempengaruhi efektivitas penyaluran debit, karena dari bentuk
ambang maka akan terbentuk loncatan hidrolis yang akan menyebabkan terjadinya kehilangan
energi yang mana bentuk ambang berbeda maka loncatan hidrolis dihasilkan juga akan berbeda
sehingga energi yang hilang akan bervariasi yang mana nanti akan mempengaruhi debit yang
mengalir. Ambang akan mempengaruhi tinggi muka air diatas ambang dan di hilir saluran.
Tinggi muka air di atas ambang dan di hilir saluran akan lebih rendah karena terjadinya
kehilangan energi yang terjadi akibat loncatan hidrolis, sehingga aliran di hilir akan lebih cepat
dibandingkan dengan kecepatan aliran di hulu.
DAFTAR PUSTAKA

Sukarno, dkk. 1992. Koefisien dan respons aliran pada saluran terbuka ukuran kecil
yang melalui pintu sorong dan ambag. Laboratorium Hidraulik Fak. Teknik Unsrat.

Budi Santoso, 1988, Hidrolika II, Biro penerbit UGM, Yogyakarta

Subarkah, Iman, 1979, Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung.

Martodiputro, M. 1979. Penyelidikan hidrolis bendung dengan model sistimatik pada


saluran kaca 2 dimensi. Kerjasama Puslitbang Air Dep. PU dan Lapi ITB Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai