Anda di halaman 1dari 11

RESUME KASUS

PADA Tn. A DENGAN ISOLASI SOSIAL


DI RUANG RAWAT INAP ONGKO WIJOYO
RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun oleh :
Widya Agustiani
P1337420616004

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019
I. Tinjauan teori dan Kerangka berfikir
A. Pengertian

Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien merasa ditolak, tidaak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
(Budi Anna Keliat,2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanismeindividu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya
dengan cara menghindariinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
(Dalami, dkk. 2009)

B. Etiologi
Gangguan isolasi sosial terjadi karena adanya faktor predisposisi dan
presipitasi. Gangguan isolasi social akan menimbulkan ketidaknyamanan
individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah tidak percaya pada
orang lain, merasa tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan
dampak seseorang tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, suka
menyendiri, diam dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,
2011)
1. Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang
sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem
keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya
menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan
tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi masalah
respon sosial menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit
kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku,
dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
(Stuart,2012)

2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain :
a. Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan
dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri)
(Stuart, 2012)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu
pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau
malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
RESUME KASUS
PADA Tn. A DENGAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG RAWAT INAP ONGKO WIJOYO
RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

II. IDENTITAS KLIEN


Nama : Tn, A
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Mijen, Kota Semarang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tgl. Masuk RS : 14 Maret 2019
Tgl. Pengkajian : 4 April 2019
No CM : 00101368
Dx Medis : Skizofrenia Katatonik

III. ALASAN MASUK


Kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai banyak diam,
tidak mau makan, sering bermain air, pasien tidak mau minum obat,

IV. FAKTOR PREDISPOSISI & PRESIPITASI


Factor presipitasinya yaitu pengobatan sebelumya kurang berhasil karena
pasien tidak mau minum obat. Factor predisposisinya klien mengatakan ia
merasa ilmu bela diri nya tidak berhasil dan akhirnya kecewa.
V. ANALISA DATA
Tanggal/jam Data Diagnosa Paraf
4 April 2019 DS : Isolasi Sosial
08.00 WIB
- Klien mengatakan merasa bosan dan ingin
segera pulang ke rumah bertemu dengan
istrinya.
- Klien mengatakan saat di rumah sakit jiwa
tidak ada orang yang sangat dekat
dengannya.
- Klien mengatakan lebih suka sendiri saja di
kamar
- Klien mengatakan tidak ada keinginan untuk
mengobrol dengan temannya.
- Klien mengatakan dirinya merupakan orang
yang selalu mengandalkan mood, dimana
ketika moodnya baik ia akan berlaku baik
tetapi jika moodnya sedang tidak baik ia
akan cenderung berdiam diri
- Klien mengatakan jika mempunyai masalah
dirinya lebih memilih untuk diam,
merenung, dan tidak menceritakannya
kepada orang lain
Data Objektif :
 Klien tampak lebih sering berada di kamar
dan melamun
 Klien tampak tidak tertarik saat diajak jalan-
jalan keluar ruangan
 Klien tampak sulit mengungkapkan apa
yang ingin dibicarakan dan klien nampak
bingung
 Klien memiliki tingkat konsentrasi yang
kurang baik karena beberapa kali perawat
harus memberikan pertanyaan berulang dan
Nampak bingung

4 April 2019 DS : Harga diri rendah


08.00 WIB - Klien mengatakan sekarang masih kecewa
karena ilmu bela dirinya tidak berguna
- Klien merasa malu
- Klien mengatakan ingin pulang ke rumah
DO :
Klien tampak malu dan menceritakan kondisinya

VI. DAFTAR MASALAH


Isolasi Sosial

VII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana tindakan


Hasil
4 April Isolasi sosial Setelah dilakukan - Bina hubungan saling
2019 tindakan keperawatan percaya dengan klien
08.00 selama 1x7 jam - Identifikasi tanda dan
WIB diharapkan klien gejala, penyebab dan
mampu : akibat isolasi sosial
- Klien mampu - Menjelaskan dan
mengidentifikasi melatih klien berkenalan
penyebab, tanda
dan gejala, dan
akibat dari isolasi
sosial
- Klien mampu
berkenalan

VIII. CATATAN PERAWATAN

Hari/ Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan

4 April Isolasi sosial BHSP terjalin Membina hubungan S:


2019 antara perawat dan saling percaya dengan - Klien berkata, “Saya
09.20 klien klien D. Asal dari
WIB Semarang mbak.”
09.25 Tanda dan gejala, Megidentifikasi tanda - Klien berkata, “Iya
WIB penyebab dan dan gejala, penyebab dan saya sering
akibat dari isolasi akibat dari isolasi sosial menyendiri mbak.”
sosial yang dialami yang dialami klien O:
klien teridentifikasi
09.35 Klien mampu Menjelaskan dan melatih - Klien tampak
WIB berkenalan klien berkenalan 2-3 memperhatikan saat
orang diberikan penjelasan
- Kontak mata cukup
baik
- Klien lebih banyak
diam
- Klien mampu
berkenalan dengan 2
orang
A:
BHSP sudah tercapai,
latihan berkenalan
sudah tercapai namun
belum maksimal
P:
Perawat
- Delegasikan kepada
perawat shift siang
untuk melatih
kembali cara
berkenalan yang
baik untuk klien
- Delegasikan kepada
perawat shift siang
untuk melatih klien
bercakap-cakap saat
melakukan aktivitas
- Mampu berkenalan
2-3 orang secara
mandiri tanpa
ditemani oleh orang
lain

Anda mungkin juga menyukai