Hammam Hafidzurahman S.
260110160053
KELAS A 2016
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
A. Dislipidemia
Dislipidemia didefinisikan sebagai peningkatan kolesterol total, lipoprotein densitas
rendah (LDL) kolesterol, atau trigliserida; lipoprotein densitas tinggi rendah (HDL) kolesterol;
atau kombinasi dari kelainan ini. Hiperlipoproteinemia menggambarkan peningkatan konsentrasi
makromolekul lipoprotein yang mengangkut lipid dalam plasma. Kelainan plasma lipid dapat
menyebabkan kecenderungan koroner, serebrovaskular, dan penyakit arteri vaskular perifer.
Sindrom koroner akut mencakup semua sindrom yang berhubungan dengan iskemia
miokard akut karena adanya ketidakseimbangan antara input dan ketersediaan oksigen di
miokard.
Sindrom Koroner Akut (SKA) meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable
angina/UA), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen
ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q
atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/STEMI)
b. Aspirin
Berikan aspirin pada semua pasien dalam 24 jam tanpa kontraindikasi setelah
dibawa ke rumah sakit.
Pada pasien yang mengalami ACS, non-enteric coated aspirin 160-250 mg harus
dikunyah dan ditelan sesegera mungkin setelah timbulnya gejala atau segera setelah
masuk ke ruang gawat darurat tanpa menghiraukan strategi reperfusi yang
dipertimbangkan. Pasien yang menjalani PCI yang sebelumnya tidak menggunakan
aspirin harus menerima 325 mg aspirin non-enterik.
Dosis pemeliharaan harian 75-162 mg direkomendasikan setelahnya dan harus
dilanjutkan tanpa batas. Karena peningkatan risiko perdarahan pada pasien yang
menerima aspirin plus inhibitor P2Y12, aspirin dosis rendah (81 mg setiap hari) lebih
disukai jika Bersama dengan primer PCI.
Hentikan obat NSAID dan yang mengahambat selektif COX-2 pada saat STE MI
karenaaka terjadi peningkatan risiko kematian, reinfarcksi , HF dan ruptur miokard.
Efek samping:
- Mual
- Rasa tidak nyaman pada perut
- Risiko pendarahan saluran pencernaan
e. Antikoagulan
Baik UFH (Unfractionated Heparin) atau Bivalirudin lebih disukai untuk pasien
yang menjalani primer PCI . Sedangkan untuk fibrinolitik , UFH , enoxaparin atau
fondaparinux bisa digunakan.
a. UFH
Dosis : Dosis awal untuk PCI = 50-70 unit /kg bolus IV jika pemberian Inhibitor
reseptor GP IIb/IIIa direncanakan . Dosis 70-100 unit/kg bolus IV jika tidak
diberikan Inhibitor reseptor GP IIb/IIIa .
Beri suplemen bolus IV untuk mempertahankan aktivasi target waktu
pembekuan (ACT)
Dosis awal unuk fibrinolitik = 60 unit/kg bolus IV (maksimal 4000 unti/kg) diikuti
dengan infus IV secara konstan 12 unit/kg/jam (maksimal 1000 unit/kg)
Sesuaikan dosis infus UFH untuk mempertahankan aPTT yaitu 1,5-2 kali control
(50-70 detik)
b. Enoxaparin
Dosis : 1 mg/kg subkutan setiap 12 jam ( kreatinin clearance >30 mL/menit) / 24 jam
dan jika fungsi ginjal terganggu (clearance 15-29 mL/menit)
- Untuk pasien yang menerima fibrinolitik = 30 mg bolus IV diikuti segera oleh 1 ng/kg
subkutan setiap 12 jam untuk pasien <75 tahun
- Untuk pasien >75 tahun : 0,75 mg/kg subkutan setiap 12 jam dan dilanjut selama 8
hari di rumah sakit
c. Bivalirudin
Dosis : Untuk PCI = 0,75 mg/kg bolus IV diikuti oleh 1,75 mg/kg/jam infus.
Hentikan pada saat akhir proses PCI atau lanjut dengan dosis 0,25 mg.kg.jam jika
antikoagulan masih dibutuhkan
d. Fondaparinux
Dosis : 2,5 mg bolus IV diikuti 2,5 mg SC/hari dimuali pada hari kedua perawatan di
rumah sakit.
f. β-Adenergic Bloker
Jika tidak ada kontra indikasi , maka berikan β -Adenergic Bloker dalam 24 jam
pertama
β -Adenergic Bloker dapat menurunkan risiko kekambuhan iskemik , infark,
reinfark dan aritmia ventricular
Adapun obat obatan yang termasuk golongan ini dengan target istirahat jantung 50-60
detak/menit :
a. Metoprolol
Dosis : 5 mg (1-2 menit) bolus IV , ulangi setiap 5 menit degan total dosis 15 mg.
Jika regimen konservatif diinginkan , makan turunkan dosis awal 1-2 mg.
Ikuti pada 1-2 jam oleh 25-50 mg oral setiap 6 jam . Jika sesuai , terapi bolus
IV dapat dihilangkan.
b. Propanolol
Dosis : 0,5- 1 mg IV lambat tekan, diikuti 1-2 jam 40-80 mg oral setiap 6-8 jam. .
Jika sesuai , terapi bolus IV dapat dihilangkan.
c. Atenolol
Dosis : 5 mg bolus IV ,diikuti 5 menit kemudian 5 mg dosis IV lalu 50-100 mg
oral.hari dimulai pada 1-2 jam setelah dosis IV. . Jika sesuai , terapi bolus
IV dapat dihilangkan.
Efek samping :
- Hipotensi
- HF akut
- bradikardia dan blok jantung
Lanjutkan β -Adenergic Bloker setidaknya 3 tahun pada pasien dengan LV normal dan
tanpa batas pada disfungsi LV sistolik dan LV EF <40%.
g. Statin
Berikan statin intensitas tinggi , baik itu atorvastatin 80 mg atau rosuvastatin 40
mg untuk pasien yang sebelumnya menjalani PCI (terlepas dari obata penurun lipid
apa yang digunakan sebelumnya) untuk menurunkan frekuensilipid setelah
prosedur medis MI yang diikuti dengan PCI.
h. Nitrat
NTG menyebabkan vasodilatasi, yang menurunkan preload dan kebutuhan oksigen
miokard,. Selain itu, vasodilatasi arteri dapat menurunkan tekanan darah, sehingga
mengurangi kebutuhan oksigen miokard. Dilatasi arteri juga mengurangi
vasospasme arteri koroner dan meningkatkan aliran darah dan oksigenasi miokard
Segera saat tanda terjadi , berikan satu tablet ST NTG (0,4mg) setiap 5 menit hingga
tiga dosis untuk meringankan nyeri dada dan iskemik miokardial.
NTG Intravena diindikasikan untuk pasien dengan ACS yang tidak mengalami
kontraindikasi dan presisten iskemik , HF, atau tekanan darah yang tidak terkontrol.
Dosis : 5-10 mcg /menit melalui infus terus menerus . titrasi hingga 100 mcg / mnt
sampai menghilangkan gejala atau hilangnya efek samping. Lanjutkan pengobatan
selama sekitar 24 jam setelah iskemia berkurang
Nitrat secara oral memberikan pengaruh kecil pada ACS dibanding dengan IV
Efek samping : takikardia, sakit kepala dan hipotensi . Nitrat dikontraindikasikan
pada pasien yang telah menggunakan oral phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil
atau vardenafil dalam 24 jam sebelumnya atau tadalafil dalam 48 jam sebelumnya.
Menurut binfar, berikut rekomendasi nitrat yang digunakan :
Setelah MI baik itu STE MI atau NSTE ACS semua pasien diberi pengobatan
dengan aspirin (atau clopidogrel jika kontraindikasi aspirin) dan ACE inhibitor
dan statin intensitas tinggi untuk pencegahan sekunder kematian, stroke dan
infark berulang
ACEI Inhibitor :
Captopril : Dosis awal 6,25 – 12,5 mg , target dosis 50 mg dua atau tiga kali
sehari
Enalapril : Dosis awal 2,5 – 5 mg , target dosis 10 mg dua kali sehari
Lisinopril : Dosis awal 2,5-5 mg , target dosis 10-20 mg satu kali sehari
Ramipril : Dosis awal 1,25-2,5 mg ,target dosis 5 mg dua kali sehari atau 10
mg satu kali sehari
Trandolapril : Dpsis awal 1 mg, target dosis 4 mg satu kali sehari
Blok reseptor angiotensin dapat diresepkan pada pasien yang tidak bisa ACEI
dan LVEF serta HF nya rendah setelah MI :
Candesartan : Awal 4-8 mg, target dosis 32 mg satu kali sehari
Valsartan : Awal 40 mg , target dosis 160 mg dua kali sehari
Lanjutkan β-bloker setidaknya 3 tahun pada pasien tanpa HF atau ejeksi fraksi
<40% dan tidak terbatas pada pasien dengan LV disfungsi sistolik atau gejala
HF .CCb dapat digunakan sebagai pencegahan gejala anginal.
Lanjutkan inhibitor P2Y12 setidaknya 12 bulan pada pasien yang menjalani PCI
dan untuk pasien NSTE ACS . Lanjutkan clopidogrel setidaknya 14 hari [ada
pasien STE MI yang tidak menjalani PCI
Untuk mengurangi kematian , pertimbangkan pemberian antagonis reseptor
mineralkortikoid dalam 7 hari setealh MI pada setiap pasien yang siap
menerima ACE Inhibitor (atau ARB) dan β-bloker . Obat nya adalah :
Eplereone : Awal 25 mg, target dosis 50 mg sekali sehari
Spironolakton : Awal 12,5 mg ,target dosis 25 – 50 mg satu kali sehari
Untuk semua pasien ACS , pengobatan dan control faktor risiko seperti hipertensi
, dyslipidemia , obesitas dan diabetes mellitus.
HIPERTENSI
A. Algoritma
B. Terapi Farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J. T., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., and DiPiro, C. V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook, 9th Edition. England: McGraw-HillHess, K., Marx, N.,
and Lehrke, M. 2012. Cardiovascular Disease and Diabetes: The Vulnerable Patient.
European Heart Journal Supplements: 14(1):