Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DEFINISI HUMAS
1.1 DEFINISI HUMAS

The Internasional Public Relation Association (IPPRA) sebuah organisasi profesi tingkat Internasional,
memberi definisi sebagai berikut :

PR adalah fungsi manajemen, dengan karakter yang berkelanjutan dan terencana, yang dijalankan oleh
organisasi dan institusi publik dan swasta untuk memenangkan dan menjual pemahaman, simpati, dan
dukungan dari mereka yang menjadi perhatian mereka - dengan mengevaluasi opini publik tentang diri
mereka sendiri, untuk mengkorelasikan, sejauh mungkin, kebijakan dan prosedur mereka sendiri, untuk
mengarsipkan informasi yang terencana dan tersebar luas, kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan
kepentingan bersama yang lebih efisien.
Kamus Internasional Baru Webster edisi tiga, memberi resolusi hubungan masyarakat sebagai:
1. Promosi atau hubungan dan niat baik antara seseorang, perusahaan, atau institusi dan orang lain,
masyarakat khusus, atau masyarakat luas melalui distribusi bahan interpretatif, pengembangan pertukaran
yang bertetangga, dan penilaian hubungan masyarakat.
2. a. Tingkat pemahaman dan kebaikan akan dicapai antara dan individu, organisasi, atau institusi dan
publik.
b. Penerapan teknik untuk mencapai hubungan ini.
3. a. Seni atau ilmu mengembangkan pemahaman timbal balik dan niat baik.
b. Staf profesional yang dipercayakan dengan tugas ini.
Sementara John E. Marston dalam Modern Public Relation (1979) memberikan resolusi yang
mendorong umum, yaitu:
"Public Relation direncanakan, komunikasi persuasif yang dirancang untuk mempengaruhi publik yang
signifikan."
Robert T. Relly dalam bukunya, The Action of Public Relations (1981), mengutip:
"Praktik Hubungan Masyarakat adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, memprediksi
konsekuensinya, pemimpin organisasi konseling, dan mengimplementasikan program aksi yang terencana
yang melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik."
William L. Rivers dan kawan-kawan (dikutip dari makalah Toto Tasmara dalam Seminar, Manajer
Kerja Keterampilan Manajerial, Labmend, Jakarta, 1990) menerbitkan hubungan masyarakat sebagai
berikut:
"Hubungan masyarakat adalah keterampilan komunikasi ide ke berbagai publik dengan tujuan
menghasilkan hasil yang diinginkan ... untuk mengubah citra publik dari individu atau perusahaan atau ke
sikap publik lainnya terhadap kebijakan perusahaan."

1.2 KARAKTERISTIK HUBUNGAN MASYARAKAT

1.2.1 Adanya Upaya Komunikasi yang Bersifat Dua Arah

Hakikat humas adalah komunikasi. Komunikasi yang menjadi cirri kehumasan adalah komunikasi dua
arah yang memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik.

Komunikasi timbal balik dalam praktik kehumasan bukan berarti komunikasi yang harus bersifat
langsung, melainkan bersifat tertunda (delayed). Oleh karena itu, setiap upaya yang memungkinkan
terjadinya arus timbal balik dapat disebut sebagai komunikasi kehumasan. Upaya-upaya tersebut
misalkan dengan menyediakan sarana/media komunikasi. Petugas/bagian humas di sini merupakan
dinamisator dan pendorong bagi publik untuk memanfaatkan sarana/media komunikasi secara efektif.

1.2.2 Sifatnya yang Terencana

Sifat humas yang terencana akhirnya mengandung pengertian bahwa kerja/aktivitas humas
merupakan kerja/aktivitas yang berkesinambungan, memiliki metode, terintegrasi dengan bagian lain
dan hasilnya tangible (nyata). Syarat Terencana dan Berkesinambungan ini merupakan salah satu syarat
yang dinilai dalam kompetensi tertinggi PR internasional, yakni Golden World Awards for Excellen in PR
(GWA) yang diselenggarakan IPRA (International Public Relation Association).

1.2.3 Berorientasi pada Organisasi/Lembaga

Humas berorientasi pada organisasi/lembaga untuk mencapai pengetian, kepercayaan, dan dukungan
publik. Syarat mutlak dalam kerja humas adalah pemahaman yang tinggi terhadap visi, misi, dan budaya
organisasi/lembaga. Visi, misi dan budaya organisasi/lembaga inilah yang menjadi materi utama humas,
sehingga dapat mencapai tujuan humas dan mendukung tujuan manajemen lainnya.

1.2.4 Sasarannya adalah Publik

Sasaran humas adalah publik, yaitu suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki karakteristik
kepentingan yang sama. Dalam praktik publik ini dikelompokkan menjadi dua, yakni publik internal
(mereka yang bekerja dalam organisasi/lembaga dengan karakteristik kepentingan yang sama berada di
dalam organisasi/lembaga tersebut) dan publik eksternal (Publik ini berada di luar organisasi/lembaga).

BAB 2
KEBERADAAN HUMAS DALAM ORGANISASI
2.1 TUJUAN HUMAS

2.1.1 Terpelihara dan Terbentuknya Saling Pengertian

Tujuan humas adalah terjaga dan terbentuknya kognisi,, afeksi, dan perilaku positif publik terhadap
organisasi/lembaga.

Tujuan humas pada akhirnya adalah membuat publik dan organisasi/lembaga saling mengenal. Baik
mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan, maupun budaya masing-masing. Dengan demikian,
aktivitaskehumasan haruslah menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan
mengerti tersebut.

Contoh tujuan hubungan organisasi/lembaga dengan publik pers (external public relations).Pada
hubungan ini, pertama humas harus dapat menginformmasikan tentang siapa, dimana, apa
organisasi/lembaga kita dan kepentingan organisasi/lembaga kepada pers – biasanya berkaitan dengan
publisitas – di sisi lainnya humas juga harus dapat memberikan informasi kepada manajeman/decision
maker tentang siapa saja pers, cara kerjanya, manajemennya, dan kepentingan pers kepada
organisasi/lembaga-biasanya berkaitan dengan tersedianya fakta/peristiwa yang memiliiki nilai berita
dan tersedianya sumber berita. Tugas humas kemusian mempertemukan dua kepentingan untuk saling
mengerti.
2.1.2 Menjaga dan Membentuk Saling Percaya (Aspek Afeksi)

Bila tujuan yang pertama mengarah pada penguatan dan perubahan pengetahuan (kognisi), maka
tujuan berikutnya adalah lebih pada tujuan emosi, yakni pada sikap (afeksi) saling percaya (mutual
confidence). Untuk mencapai tujuan saling percaya ini, prinsip –prinsip komunikasi persuasive dapat
diterapkan.

2.1.3 Memelihara dan Menciptakan Kerja Sama (Aspek Psikomotoris)

Tujuan berikutnya adalah dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama
nyata. Artinya, bantuan dan kerja sama ini sudah dalam bentuk prilaku atau termanifestsikan dalam
bentuk tindakan tertentu.

2.2 FUNGSI HUMAS

Dalam buku Public Relations: Teori dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993) disebutkan dua
fungsi PR, yakni fungsi konstruktif dan fungsi korektif.

1. Fungsi Kontruktif

Fungsi kontruktif ini mendorong humas membuat aktivitas ataupun kegiatan-kegiatan yang terencana,
berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. Termasuk di sini humas bertindak secara preventif
(mencegah).

2. Fungsi Korektif

Dalam fungsi ini apabila sebuah organisasi/lembaga terjadi masalah-masalah (krisis) dengan public,
maka humas harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya masalah tersebut.

Sementara Cutlip and Center mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut.

1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari
perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public pada perusahaan.

3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.

4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal.

The British Institute of Public Relation mendefinisikan fungsi PR sebagai berikut:

“The deliberate, planned and sustained effort to establish and maintain mutual understanding between
an organization ant its publics”

Fungsi PR juga dapat dilihat dari deskripsi keja Carl Byoir & Associates, sebuah konsultan atau agency PR,
meliputi sebagai berikut :

1. Analysis … of policies and objectives of the client … of relationships with various public …

2. Planning and programming … of specific undertaking and projects …

3. Implementation … of the program and projects.


2.3 PERANAN PETUGAS HUMAS

Dalam makalah I Gusti Ngurah Putra disampaikan bahwa konsep peranan petugas humas dikembangkan
oleh Broom dan kemudian oleh Broom and Smith (Dozier, 1992), peranan petugas/praktisi humas
merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi humas dan komunikasi organisasi.

Peranan petugas humas dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yakni peranan managerial (communication
manager role) dan peranan teknis (communication technician role). Peranan manajerial dikenal dengan
peranan di tingkat messo (manajemen) dapat diuraikan menjadi 3 peranan, yakni expert preciber
communication problem solving process facilitator, dan communication facilitator. Sehingga bisa
dijelaskan lebih jauh 4 peranan, meliputi:

1. Expert Preciber Communication.

Petugas PR dianggap sebagai orang ahli. Dia menasihati pimpinan perusahaan/organisasi. Hubungan
mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien.

2. Problem Solving Process Facilitator

Yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini petugas humas
melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis).

3. Communication Facilitator

Perananan petugas humas sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan/organisasi dengan publik.
Baik dengan publik eksternal maupun internal.

4. Technician Communication

Petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi. Dia menyediakan layanan di bidang
teknis, sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan
merupakan keputusan petugas humas.

2.4 TUGAS HUMAS

Ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi
humas. Ketiga tugas tersebut adalah :

1. Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian


direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga.

2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.

3. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan denan publik.

Sementara Astrid S. Susanto mengutip pendapat Cutlip & Center menyatakan tugas PR perusahaan
adalah sebagi berikut:
1. Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu publik untuk menggunakan barang/jas instansinya.

2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan publik.

3. Meningkatkan penjualan barang/jasa.

4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.

5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan kebutuhan barang dan jasa
yang dihasilkan perusahaan.

6. Mencegah penggeseran penggunaan barang attau jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan oleh
konsumen.

2.5 KEGIATAN HUMAS

Kegiatan humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam simbol
komunikasi, verbal maupun nonverbal.

Kegiatan terbesar humas adalah menulis, editing, media relations, special event, berbicara, produksi,
riset , programming, dan konseling (konsultasi). Sedangkan waktu terbesar petugas humas adalah untuk
koordinasi, pernecanaan, dan negosiasi.

BAB 3
ALAT – ALAT HUMAS
Alat – alat yang dapat digunakan oleh humas untuk mencapai tujuan – tujuan humas :

3.1 IKLAN

Rhenald Kasali dalam Manajemen Public Relation (1994) menyebutkan iklan korporat. Iklan korporat
dapat dikatakan sebagai iklan yang tidak secara langsung menampilkan produk, melainkan lebih
menampilkan “sosok” produsen. Iklan jenis ini lahir dari adanya hasil riset yang menunjukkan bahwa
perilaku konsumen sebagian didorong oleh citra atu reputasi produsen. Masih menurut Rhenald
(1994:151), setidaknya ada empat jenis iklan korporat, yakni public relation advertising, institutional
advertising, corporate identify advertising, dan recruitment advertising.

1. Public Relation Advertising

Adalah iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan menjelaskan tentang suatu hala
menyangkut pelayanannya. Sifat pesanannya adalah informative atau sekedar pemberitahuan melalui
media massa. Keuntungan iklan jenis ini adalah mengurangi kesalahan petugas humas dalam
menyampaikan hal-hal yang mungkin belum dikuasai.

2. Institutional Advertising

Iklan jenis ini bertujuan untuk memperkuat image dan awareness. Pesan-pesan yang disampaikan
cenderung lebih filosofi. Keuntungan jenis iklan ini adalah menjadikan perusahaan tampil lebih
“berwibawa” dan mengesankan “kebesarannya”.

3. Corporate Identity Advertising


Adalah jenis iklan yang menampilkan beberapa identitas perusahaan yang terdiri dari grafik, logo, warna
identitas, nama perusahaan, dan desain fisik lainnya. Jenis iklan ini bisanya digunakan bila perusahaan
ingin menyampaikan adanya perubahan identitas. Keuntungan iklan ini adalah dapat mempermudah
masyarakat mengenal dan mengingat perusahaan.

4. Recruitmen Advertising

Bentuk, ukuran, desain, penggunaan kata,, dan kejujuran dalam iklan lowongan pekerjaan menjadi
pertimbangan tersendiri bagi masyarakat untuk menilai reputasi perusahaan.

Praktisi humas yang care terhadap terbentuknya image perusahaan seharusnya dilibatkan dalam proses
pembuatan iklan. Begitu pula perusahaan dapatmembuat dan merancang iklan yang membawa pesan
image tertentu tentang perusahaannya secara elegan.

3.2 PAMERAN

Selain iklan, pameran juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan humas. Kegiatan pameran,
baik yang diadakan sendiri mupun organisasi lein, merupakan ajang publikasi yang baik. Pembukaan
pameran yang biasanya dengan upacara dan mengundang beberapa pejabat atau tokoh masyarakat
akan mengundang kedatangan pers.

Bagian humas dapat juga memanfaatkan pameran untuk menyebarkan sebanyak mungkin publikasi
melalui kartu, display, booklet, leaflet tentang perusahaan. Stand pameran mencerminkan perusahaan,
penjaga stand hars mencerminkan budaya organisasi, bahan-bahan pameran yang mencerminkan
kualitas produk , dan sebagainya.

3.3 MEDIA INTERNAL

Media internal atau dikenal dengan istilah majalah Ing-griya, merupakan suatu terbitan yang ditujukan
untuk publik internal (karyawan dan keluarga karyawan), berisi tentang beberapa informasi perusahaan,
sifatnya top down maupun bottom up, tujuannya untuk menciptakan kondisi yang well informed dan
membina loyalitas antara karyawan dengan perusahaan. Terbitan Ing-griya dapat juga sebagai media
publikasi tersendiri bagi perusahaan di kalangan eksternal publik.

3.4 FOTOGRAFI

Kekuatan gambar (foto) melebihi kata-kata. Selalu member dampak otentik. Dalam humas sangat
diperlukan sebagai bahan publikasi, laporan, berita, iklan, maupun untuk kepentingan
arsip/dokumentasi.Foto yang digunakan untuk keperluan publikasi maupun yang lain mestinya tidak
boleh bertentangan dengan terjaganya image perusahaan.
3.5 FILM

Film bagi humas merupakan media komunikasi, instruksi, riset dan sebaginya. Tidak hanya film
dokumenter, film ceritapun merupakan media yang efektif. Dewasa ini melalui media televisi, film-film
profesi bermunculan dan membawa misi mengangkat citra profesi tertentu. Tujuan film-film adalah
membentuk image positif.

3.6 PERS

Termasuk dalam kelompok media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, dan buku. Media
massa yangmempunyai sifat serempak, dapat menjangkau khalayak luas dan priodik menjadi perhatian
yang “agak berlebihan” bagi praktik humas. Banyak perusahaan yang khusus membentuk bagian humas
atau mengangkat petugas humas untuk keperluan hubungan media massa ini.Beberapa kegiatan yang
dilakukan huumas dalam hubungan ini adalah jumpa pers, perss tour, press clipping. Humas juga dapat
memposisikan pers sebagai sumber informasi dan evaluasi.

BAB 4
MACAM – MACAM HUMAS
4.1 HUMAS PEMERINTAHAN

Humas pemerintahan pada dasarnya bersifat politis. Humas dalam pemerintahan dan politik tidak lepas
dari opini publik. Oemi Abdurrachman (dalam James B. Orrick) mengatakan bahwa pada abad 18 para
ahli filsafat politik dan negarawan telah mengembangkan suatu konsepsi mengenai peranan public
opinion.

Tahun 1742 David Hume, seorang filosof Scotlandia, mengatakan :

“ it is opinion that government is founded ; and the maxim extends to the most despotic and military
government, as well as to the most free and popular.”

Walter Lippman juga pernah mengatakan, “Public relation is another name for political leadership”

Ada dua sisi yang melatarbelakangi perkembangan humas pemerintahan. Pertama, adalah sisi
pentingnya humas bagi pemerintah. Kedua adalah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh humas
pemerintahan. Kegiatan-kegiatan yang biasanya ditangani oleh humas antar lain adalah konfrensi pers,
membuat pers, membuat press release, press clipping, pameran-pameran, menerbitkan media intern,
mengorganisir pertemuan dengan masyarakat, penerangan melalui berbagai media komunikasi bagi
masyarakat, mendokumentasi semua kegiatan instansi, mengorganisir kunjungan-kunjungan para
pejabat, menerima keluhan masyarakat/publik.

4.2 HUMAS INDUSTRI DAN BISNIS

Humas industri dan bisnis telah diterima olehperusahaan-perusahaan besar. Humas disana merupakan
fungsi manajemen yang turut menetukan suksesnya operasi suatu perusahaan.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap kehidupan dan operasional industri perdagangan adalah
sebagai berikut :

1. Persamaan hak dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat, memunculkan
undang-undang dan peraturan perintah yang menjadi pedoman untuk mencari dan member
kesempatan kepda golongan-golongan tertentu.

2. Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja.

3. Perlindungan terhadap investor.

4. Kontrol kualitas dan keamanan atas produk-produk dan pelayanan dengan keuntungan yang
memadai.

5. Integritas manajemen.

6. Pertahanan nasionla, konservasi dan perlindungan sumber daya alam, serta perlindungan
lingkungan adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap dunia industri.

7. Hak asasi manusia.

8. Hak untuk mendapatkan keterangan/informasi.

Beberapa penerapan humas dalam industry dan bisnis meliputi : hubungan dengan pelanggan dan peran
humas terhadap marketing yang pada akhirnya melahirkan terapan marketing PR (MPR), hubungan
dengan pemegang saham, hubungan dengan karyawan, hubungan dengan pers, bantuan untuk
merekrut pegawai baru, hubungan dengan komunitas, hubungan antar perusahaan/organisasi lain,
hubungan dengan pemerintah ( legislative dan eksekutif).

4.3 HUMAS SOSIAL

Misi utama humas adalah mengembangkan saling pengertian, kepercayaan, dan bantuan atas keja sama.

Humas Penegak Hukum

Penegak hukum perlu mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat
membantu masyarakat dengan baik.

Humas Organisasi Keagamaan

Organisasi keagamaan ini sekarang banyak memiliki staf humas yang mengurusi publikasi, publisitas,
penerangan, pengumpulan dana, dan penyelenggaraan special event.

Humas Profesi

Maksud utama dari penerapan humas profesi adalah untuk mendapat pengakuan akan keprofesionalan
dan publikasi tentang apa yang telah mereka lakukan bagi kepentingan masyarakat banyak.

Humas Organisasi Sukarela


Sam Black (1998) menyebutkan bahwa aktivitas suatu organisasi sukarela yang besar apapun macamnya
adalah suatu praktik humas yang kontinu karena sebagian besar dari para pekerja, baik di pusat maupun
di cabang-cabangnya yang tersbar, tidak dibayar. Namun, dana selalu diperlukan untuk memelihara
semangat yang tinggi dengan tetap menarik simpati mereka terhadap tujuan organisasi dan dengan
memelihara kepercayaan mereka terhadap kebijakan dan efisiensi organisasi.

4.4 HUMAS ORGANISASI INTERNASIONAL

Lahirnya hubungan internasional disebabkan oleh adanya perubahan sangat cepat di dalam segala
bidang., misalnya perkembangan bidang pariwisata, bidang komunikasi, transportasi, tukar menukar di
bidang pendidikan seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, timbulnya masalah internasional dalam
bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.

Suatu contoh penerapan humas internasional selain hubungan antarnegara adalah adanya konferensi-
konferensi tingkat dunia yang dihadiri oleh banyak Negara.

BAB 5
FENOMENA HUMAS
Berikut adalah contoh-contoh penerapan humas di berbagai macam organisasi/lembaga

1. Kisah di Balik Sukses Jurrasic Park (diceritakan kembali dari penuturan Jannus Hutapea dalam
Lokakarya Public Relations di Universitas Trisakti, 1999)

Film Jurrasic Park yang mengambil obyek tentang dinosaurus telah memecahkan rekor penjualan (box
office record) adalah salah satu kasus bagaimana strategi humas digunakan dalam menunjang
pemasaran produksi film tersebut. sebelum film tersebut dilemparkan ke pasar dan diputar di gedung-
gedung bioskop, masyarakat telah dibuat “demam dinosaurus” melalui strategi dan kampanye
kehumasan. Sebulan sebelumnya, khususnya anak-anak, telah menikmati cerita tentang dinosaurus
melalui seribu artikel yang ditulis di media massa. Seminggu sebelum pertunjukan perdana, sejumlah
438 surat kabar, tabloid, mingguan, dan majalah menulis artikel tentang Jurrasic Park. Semuanya itu
menimbulkan “demam dinosaurus” dan rasa penasaran terhadap tampilan film Jurrasic Park.
Keberhasilan film tersebut sangat terbangun dengan adanya publikasi (press release dan feature stories)
yang sukses.

2. Kisah Persebaya (diceritakan kembali dari penuturan H. Agil Ali, dalam Short Course Public Relations,
Retorika dan Protokoler oleh Indopurels dan PWI Jatim, Surabaya 1991)

Sejak adanya kompetisi sepak bola Galatama, setiap kali menghadapi PSM Ujung Pandang, Persebaya-
Surabaya selalu kalah dan kondisi fisik yang “babak belur”. Hal ini berjalan selama hamper 32 tahun.

Ketika H. Agil Ali kemudian diserahi untuk mengelola Persebaya, maka upaya-upaya humas mulai
dilancarkan dengan memperbaiki hubungan “bilateral” antara PSM Ujung Pandangdan Persebaya.
Pertama, H. Agil Ali mempelajari karakteristik masyarakat Ujung Pandang yang religious dan secara
sosiologis mereka masih mengagungkan raja-raja dan keturunannya. Kedua, H. Agil pribadi belajar
psikologi warna di Pulau Bali. Hal ini berkaitan dengan kostum Persebaya yang sebelumnya berwarna
hijau-hijau (sementara PSM merah-merah). Menurut ahli warna, warna merah akan hilang sinarnya bila
ditutup dengan warna kuning.

Begitulah pada saatnya tiba, Persebaya harus bertanding ke Ujung Pandang melawan PSM Ujung
Pandang. Dengan didahului release-release yang membangun citra positif Persebaya di kalangan
masyarakat Ujung Pandang, Persebaya tampil dengan kostum baru. Sambutan positif dan applause
masyarakat Ujung Pandang merupakan semangat tersendiri bagi Persebaya. Pada saat itu, setelah 32
tahun, Persebaya menang 2-0 atas PSM Ujung Pandang.

3. Kisah Mac Donald (diceritakan kembali dari penuturan Rhenald Kasali saat beraudisi tentang hasil
penelitiannya,”Strategi Penanganan Krisis”, di Universitas Muhammadiyah Malang,1999)

Suatu ketika di Amerika Serikat beredar rumor bahwa McD ternyata terbuat dari daging cacing,
akibatnya terjadi penurunan penjualan McD. Humas McD merespon krisis tersebut dengan serangkaian
kampanye kehumasan. Langkah pertama humas adalah menulis beberapa release dan artikel di
beberapa surat kabar tentang profil McD. Penekanan topik berita/artikel adalah reputasi McD yang
dibangun mulai dari awal dengan sungguh-sungguh dan sepak terjangnya (kotribusinya) dalam bidang
sosial kesehatan.

Setelah langkah pertama dijalankan, humas melakukan riset dengan menyebar angket untuk
mengetahui sikap masyarakat. Dari angket yang masuk, ternyata sebagian masyarakat percaya bahwa
McD menjaga reputasi dengan baik, namun di antara mereka sebagian besar memilih sikap tidak mau
memakan McD lagi. Selidik punya selidik, masalahnya bukanlah pada citra, melainkan pada sikap
masyarakat yang jijik dengan daging cacing. Maka humas pun melancarkan kampanye kedua dengan
merubah topik tulisan.

Maka kemudian muncullah topik-topik seputar cacing sebagai alternatif makanan di beberapa daerah
(terutama Amerika Latin). Cacing ternyata memiliki kadar protein yang tinggi, dia juga berkhasiat
sebagai suatu bahan obat-obatan. Oleh karenanya, daging cacing lebih mahal daripada daging ham atau
sapi dan lainnya.

Dengan demikian, ada tujuan kampanye PR. Pertama, menanamkan pengertian bahwa reputasi
merupakan hal penting bagi McD, sehingga tidak mungkin McD gegabah mengganti bahan dasarnya
dengan daging cacing. Kedua, menanamkan pengertian pada masyarakat bahwa cacing bukanlah
binatang menjijikkan yang hanya bermanfaat bagi kesuburan tanah belaka. Cacing ternyata jjuga
merupakan bahan makanan khas suku tertentu.

4. Kisah Lemak Babi Dancow (diceritakan kembali dari penuturan Miranti Abidin dalam lokakarya
Profesionalisme Public Relations, di Universitas Petra Surabaya, 1998)

Pada tahun 1985-an sebuah majalah fakultas Unibraw memuat tulisan seorang dosen tentang daftar
bahan makanan yang mengandunng lemak babi. Salah satunya adalah produk Nestle-susu dancow.
Tulisan tersebut kemudian dikutip oleh sebuah surat kabar. Maka terjadilah gempar! Masyarakat
muslim mengutuk dan mengadakan boikot terhadap produk-produk yang diduga mengandung lemak
babi.

Maka dibuatlah suatu program release dan artikel tentang bahan dasar susu dancow yang diambil dari
para peternak sapi di daerah Nongkojajar-Pasuruan dan Pujon-Batu-Malang. Diturunkan berita tentang
pengakuan para peternak bahwa mereka berusaha keras untuk menjaga “kadar lemak” susu sapi
ternaknya, jangan sampai berlebihan.

Akhirnya, muncullah sejumlah pernyataan, himbauan, dan pembuktian oleh semua tokoh masyarakat
(menteri koperasi, peternak, dan tokoh-tokoh agama) akan kehalalan dancow. Sejumlah tulisan juga
menjadi titik balik perlunya pelabelan halal pada semua kemasan produk, sebagai tuntutan masyarakat
muslim.

5. Kisah Arianespace (diceritakan kembali dari penuturan Wicaksono Noeradi dalam lokakarya
Profesionalisme Public Relations, di Universitas Petra Surabaya, 1998)

Pada tahun 1990 Indonesia membuka tender peluncuran satelit Palapa dengan kontrak bernilai miliaran
dolar AS. Sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan transportasi luar angkasa
menawarkan jasanya. Ada empat peserta tender, yaitu Amerika-NASA yang menjadi langganan
Indonesia sebelumnya, Titan-Rusia, Long Marc-Cina, dan Arianespace-Perancis. Dalam waktu 6 bulan
dari penawaran tender akan diumumkan siapa pemenangnya.

Salah satu konsultan Arianespace adalah perusahaan konsultan humas Indonesia yang menceritakan
strategi PR untuk Arianespace, yaitu sebagai berikut:

Dengan melakukan analisis SWOT diketahui beberapa kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman
Arianespace

Dengan analisis tersebut, akhirnya Arianespace melancarkan serangkaian strategi dan kampanye PR
untuk memenangkan tender. Salah satunya adalah membangun pengetahuan masyarakat akan adanya
perusahaan berikut kelebihan-kelebihannya di beberapa surat kabar, majalah khusus ruang angkasa,
dan televisi, mengajak beberapa wartawan Indonesia datang ke Kuoru City untuk menyaksikan dari
dekat teknologi dan peluncuran satelit.

Pada bulan diumumkannya pemenang tender, Arianespace-lah yang memenangkan tender tersebut.
keputusan ini banyak mendapat protes, khususnya pihak Amerika yang kurang waspada (karena sudah
menjadi langganan). Namun seluruh pers mendukung keputusan pemerintah.

6. Kisah Hallmark

Hallmark adalah perusahaan pembuat dan distributor kartu terkenal di Amerika. Pusat perusahaan
berada di Kansas City dan dikelola oleh profesional yang sangat mengerti akan manfaat humas bagi
perusahaannya.

Musim semi pada tahun 1950-an Kansas City dilanda bencana banjir terbesar dalam sejarah bencana
yang melanda Kansas City. Akibat bencana ini kota Kansas mengalami kondisi yang sangat buruk. Kondisi
tersebut membuat banyak industri di sana mengalami kerugian besar-besaran, termasuk Hallmark.
Akhirnya Hallmark mengundang konsultan humas untuk mengatasi Kansas City yang sedang “rusak”.
Mereka mengembangkan cerita dan foto-foto yang menggambarkan Kansas segera berbenah diri secara
cepat akibat banjir, bahkan menjadi lebih baik sebelum bencana itu datang.

Beberapa tahun kemudian Hallmark merencanakan untuk ekspansi ke New Jersey. Mereka membangun
gudang dan pusat distribusi di sana. Kerangka baja bangunan hampir selesai ketika ada seseorang yang
menemukan seekor burung yang membuat sangkar di salah satu sudut rangka bangunan. Ada telur
dalam sangkar tersebut. Atas saran konsultan humasnya, Hallmark segera membuat keputusan untuk
menghentikan pekerjaan membangun. Pembangunan tetap dihentikan sampai saat burung tersebut
membesarkan anak-anaknya dan pergi meninggalkan sarang.

Keputusan ini berakhir dengan sangat mengharukan. Ketika burung tersebut pergi, ternyata New Jersey
dilanda badai yang sangat besar. Seandainya dinding-dinding sudah mulai didirikan sebelumnya,
barangkali juga akan roboh dilanda badai. Rupanya kebaikan hati Hallmark telah mendapat imbalan
yang setimpal dari alam.

Kisah tersebut mempesona seorang wartawan Saturday Evening Post yang saat itu memiliki distribusi
dan oplah yang bagus. Maka dibuatlah cerita tentang “industri cinta” dengan memilih Hallmark sebagai
suatu fenomena. Kesimpulan penulis tentang hal ini adalah Hallmark tidak hanya menjual sentiment,
melainkan juga mengamalkannya. Suatu reputasi yang sangat menguntungkan dalam bisnis kartu
romantis. Tulisan ini mendapat liputan dan sambutan yang luar biasa. Memang seperti dalam dongeng,
namun ini nyata. Sumber-sumber berita memiliki kredibilitas yang tidak diragukan di kalangan pers.
Penulis telah mewawancarai eksekutif Hallmark, konselor humasnya, dan seorang tokoh LSM pengamat
burung tentang kebenaran cerita tersebut.

BAB 6
PROFIL HUMAS

1. Humas yang Melembaga/In-House PR

Pada dasarnya membahas profil bagian humas dalam suatu perusahaan tidak berbeda jauh dengan
pembahasan tentang pengorganisasian humas dalam perusahaan tersebut (diistilahkan sebagai humas
yang melembaga/state of being). Sebagai bidang yang melembaga, berarti memiliki seseorang yang
memimpin, memiliki staf, dan (mestinya) memiliki ruang/tempat dan sarana/prasarana pendukungnya.
Jabatan-jabatan yang ada dalam bagian humas memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
jelas. Jadi pengorganisasian di sini adalah berbicara tentang struktur, wewenang, tugas, dan tanggung
jawab.
Humas yang melembaga lebih dikenal dengan istilah bagian/departemen/divisi
humas/PR/communication. Dalam bentuk ini terdapat dua sistem,yaitu:

a. Sistem desentralisasi

Sistem ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang besar, dan manajemen mengerti betul akan
pentingnya PR sebagai suatu pendekatan manajemen. Dalam sistem ini, aktivitas PR dikelola secara
mandiri oleh seseorang yang menjabat sebagai Direktur Public Relations beserta staf-stafnya.
Pengelolaan ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasinya. Bagian ini membuat /
merancang program-program PR bagi perusahaan secara proaktif maupun reaktif.

b. Sistem sentralisasi

Sistem ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang tidak besar. Dimana aktivitas PR diorganisasi
secara terpusat atau oleh pusat. Posisi atau kedudukan praktisi PR biasanya berada di bawah bagian
yang lain dan berada di tingkat lower-middle management.

Penerapan kedua sistem di atas tergantung beberapa hal berikut:

a. Besar kecilnya perusahaan

b. Struktur organisasi perusahaan

c. Arti penting PR bagi manajemen

d. Karakteristik khas kehumasan masing-masing lembaga

2. Humas Agency/Ekstern PR

Ekstern PR adalah sebuah lembaga/perusahaan independen yang berbadan hukum dan bergerak dalam
layanan di bidang humas. PR ekstern meliputi :

a. PR full service

Merupakan sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bisnis pelayanan kehumasan, meliputi
kegiatan konseling dan sekaligus pelaksana konsultasi dan pelayanan apa yang mereka berikanpada
klien (biasanya perseorangan atau perusahaan lain), tergantung dari apa kompetensi yang dimiliki oleh
para pelaku atau “pemain” dalam perusahaan PR tersebut.

b. PR consultant

Merupakan perusahaan PR yang bergerak dalam layanan konsultasi kehumasan. Pelayanan konsultasi
yang mereka berikan juga tergantung dari kompetensi yang dimiliki para konsultannya. Pada PR
consultant, ada yang berbentuk perusahaan dengan pimpinan dan beberapa staf ahli, namun dewasa ini
ada konsultan perseorangan dalam arti dia bekerja sendiri tanpa adanya staf yang lain.

c. Event organizer

Merupakan suatu perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah event / kegiatan yang
berhubungan dengan publik. Perusahaan ini cenderung spesialis, misalnya:

1) Launching product
2) Pameran, exhibition

3) Pertemuan-pertemuan (seminar, lokakarya, konvensi, konferensi)

4) Jumpa pers/press conference, press tour, dan sebagainya

5) Show dan kontes-kontes

Beberapa contoh PR consultant dan full service di Indonesia adalah Fortune-PR, Ida Sudoyo dan
Associates, Eksekutif PR, Indo PR, M-PR consultant, Ganesha PR, Soedarto dan Noeradi PR counselor.

3. Profil Petugas Humas

Petugas humas haruslah orang yang cukup terampil, khususnya di bidang penulisan (writing), speaking,
mendengarkan, membaca, dan menggunakan alat –alat komunikasi lainnya. PRO (petugas-petugas
humas) harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang berbagai macam media dan memahami
proses manajemen. PRO harus memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu masalah (problem
solver), dalam mengambil keputusan, mengelola opini publik, mengevaluasi kecenderungan perilaku
dan respon publik. PRO harus memiliki selera dan kepribadian yang baik tentang etika, simpati dan
empati, kepemimpinan, semangat/etos, kreativitas dan imajinasi, kematangan /stabilitas kepribadian
serta integritas pribadi.

BAB 7
ORGANISASI PROFESI HUMAS

1. Perhumas

Pada 15 Desember 1972 para praktisi humas di Indonesia mendirikan Perhumas (perhimpunan
hubungan masyarakat Indonesia) di Jakarta. Maksud pendirian ini adalah untuk menghimpun dan
membentuk wadah bagi praktisi. Adapun tujuannya adalah :

a. Meningkatkan perkembangan dan keterampilan profesional hubungan masyrakat di Indonesia

b. Memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai hubungan masyarakat

c. Meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman di anatara para anggotanya

d. Menyelenggarakan hubungan dengan organisasi-organisasi serumpun dengan bidang hubungan


masyarakat, di dalam maupun di luar negeri

Tahun 1977 Perhumas memprakarsai berdirinya organisasi humass di Asia Tenggara, yakni FAPRO
(Federation of ASEAN Public Relations Organization) di Kuala Lumpur. Indonesia melalui Perhumas
ditunjuk menjadi tuan rumah Konferensi FAPRO di Jakarta.

Sebagai organisasi resmi, Perhumas telah mendapatkan kode etik profesi dan telah terdaftar di
Departemen Dalam Negeri dan Departemen Penerangan (waktu itu), serta tercatat dan diakui oleh
International Public Relations Association (IPRA), yang merupakan organisasi profesi di tingkat
internasional.

2. APRI

Bila Perhumas menghimpun para praktisi, di Indonesia juga terdapat organisasi yang menghimpun
perusahaan humas, yakni APRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations). APRI didirikan pada 10 April
1987di Jakarta dan bersifat Independen. Adapun tujuannya adalah :

a. Menghimpun, membina, dan mengarahkan potensi perusahaan public relations nasional agar secara
aktif, positif, dan kreatif turut serta dalam usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945

b. Mewujudkan fungsi public relations yang sehat, jujur, dan bertanggung jawab sesuai dengan kode
praktik dank ode etik yang lazim berlaku secara nasional dan internasional

c. Mengembangkan dan memajukan kepentingan asosiasi dengan memberikan kesempatan kepada


para anggota untuk konsultasi dan kerjasama serta memberikan saran bagi pemerintah, badan-badan
kemasyarakatan, asosiasi yang mewakili dunia industry dan perdagangan, serta badan-badan lain untuk
berkonsultasi dengan APRI sebagai suatu lembaga

d. Memberi informasi kepada klien bahwa anggota APRI memenuhi syarat untuk memberikan nasihat
dalam bidang public relations dan akan bertindak untuk klien menurut kemampuan profesionalnya

e. Merupakan sarana untuk para anggotanya dalam soal-soal kepentingan usaha dan profesi, dan
menjadi forum koordinasi praktik public relations

f. Merupakan medium bagi masyarakat umum untuk mengetahui mengenai pengalaman dan
kualifikasi para anggotanya

g. Membantu mengembangkan kepercayaan umum atas jasa public relations

3. Organisasi Profesi Humas di Luar Negeri

a. PRSA (Public Relations Sociaty of America)

Berdiri tahun 1947 dan berkantor pusat di New York. Adapun tujuannya adalah :

1) Untuk menyatukan mereka yang melakukan kegiatan di bidang humas

2) Untuk mempertimbangkan segala masalah yang dihadapi bidang kehumasan

3) Untuk merumuskan, memajukan, menjelaskan kepada kelompok-kelompok usaha, profesional, dan


lain-lain, serta masyarakat, tujuan-tujuan, dan fungsi humas, dan mereka yang bergiat di bidang humas

4) Untuk memperbaiki hubungan pelaksana humas dengan para majikan dank lien, dengan media
mapan mengenai informasi dan opini, dan dengan masyarakat

5) Untuk memajukan dan berusaha mempertahankan standar yang tinggi pelayanan umum dan
tingkah laku
6) Untuk bertukar pikiran dan pengalaman, dan untuk menghimpun dan menyebarkan informasi yang
bernilai kepada para petugas humas dan masyarakat

7) Untuk menggiatkan, mensponsori, dan membantu perkembangan riset belajar dan cara mengajar
dalam golongan masyarakat humas melalui ceramah-ceramah dan kursus-kursus lain yang dapat
menjadi keharusan dan dilakukan secara beraturan pada lembaga-lembaga pendidikan yang mapan

8) Menyediakan sarana dan kesempatan bagi riset dan analisis mengenai setiap dan segala segi
kehumasan melalui berbagai forum, diskusi, survey, pertemuan umum, pameran, dan konferensi

9) Untuk menerbitkan pamflet, buku, monografi, dan secara umum menyebarkan informasi mengenai
masalah humas

10) Untuk memberikan, menghibahkan, dan mensponsori pemberian beasiswa dan hadiah pada
lembaga pendidikan yang diakui bagi pengkajian dan riset di bidang humas

b. Institute Public Relations of British (IPR)

IPR merupakan organisasi humas di Inggris yang didirikan pada 1948 oleh sekelompok pegawai humas
dari pemerintah pusat, lokal, kalangan industri, dan sektor perdagangan. Secara resmi IPR diresmikan
dan mendapat pengakuan tahun 1964. Adapun tujuan IPR adalah :

1) Untuk memajukan perkembangan humas demi kepentingan semua praktisi dan semua pihak yang
berkaitan dengan humas

2) Untuk memupuk dan mendorong ketaatan pada standar profesional yang tinggi bagi para
anggotanya dan untuk menetapkan serta merumuskan standar-standar semacam itu

3) Untk mengatur pertemuan, diskusi, konferensi, dan lain-lain mengenai masalah yang menjadi
kepentingan bersama dan secara umum untuk bertindak sebagai wadah bagi pertukaran gagasan
mengenai praktik kehumasan

c. Netherlands Society of Public Relations

Beberapa tokoh pers terkemuka di Belanda merintis suatu perhimpunan profesi humas yang pada 1952
telah mendapat izin dari kerajaan dengan nama Netherlands Society of Public Relations dan pada 1979
namanya diganti menjadi NGPR (Vereniging voor Public Relations en Voorlichting/Asosiasi PR dan
informasi).

Keanggotaannya terbuka bagi semua orang yang bekerja di bidang humas dan penerangan yang
memiliki nama baik dan berkewarganegaraan Belanda. Anggota harus menaati disiplin NGPR dan
pelanggaran akan dikenakan sanksi oleh suatu panitia disiplin. NGPR juga mengawasi ujian yang diakui
oleh pemerintah sejak 1967.

4. Organisasi Profesi Humas Internasional

Organisasi humas di tingkat internasional terbentuk pada Mei 1955 dalam suatu pertemuan di Stratford-
Upon-Avon dengan nama International Public Relations Association (IPRA) yang tujuannya adalah :

a. Menyediakan jalur bagi pertukaran gagasan dan pengalaman profesional


b. Mengadakan suatu rotasi (perputaran) apabila anggotanya setiap saat memerlukan pemberitahuan
dan bimbingan, dapat meyakini akan kebaikan dan bantuan dari para anggotanya di seluruh dunia

c. Membantu mencapai kualitas tertinggi tentang praktik kehumasan

d. Meningkatkan praktik kehumasan di semua bidang kegiatan di dunia dan memajukan nilai-nilai dan
pengaruhnya

e. Meninjau dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang mempengaruhi praktik kehumasan
yang biasa terjadi di berbagai Negara

f. Menerbitkan berbagai bulletin, majalah, atau terbitan-terbitan lain, termasuk “Who’s Who” di
bidang humas internasional

g. Mengerjakan kegiatan-kegiatan lain yang mungkn dapat menguntungkan para anggotanya atau
memberikan kemajuan bagi praktik kehumasan di seluruh dunia

BAB 8
TOKOH DAN PERISTIWA PENTING

Sejak zaman Yunani kuno dan kekaisaran romawi, aktivitas-aktivitas yang mirip humas pada masa itu
telah menjadi bagian integral dari pemerintahan. Pihak pertama yang menerapkan teknik-teknik
kehumasan dalam “manajemennya” adalah pihak pemerintahan.

Tahun 1807 ketika Presiden Thomas Jefferson dari Amerika sedang mengarang pidatonya yang ke 7 bagi
kongres, diperkirakan saat itu dia adalah pemakai istilah humas yang pertama. Ia mencoret kata state of
thought dan sebagai gantinya ia menuliskan public relations.

Tahun 1903 seorang tokoh dari Amerika yang kemudian dikenal sebagai “Good Father of PR” untuk
praktik kehumasan, Ivy Ledbetter Lee meninggalkan pekerjaannya sebagai reporter dan memulai
pekerjaannya sebagai agen pers. Tahun 1906 ia melontarkan pernyataannya yang termashur. Ia berjanji:
“menyediakan berbagai macam informasi yang cepat serta akurat, khususnya mengenai segala sesuatu
yang bernilai tinggi dan menyangkut kepentingan-kepentingan umum, sehingga memang perlu diketahui
oleh segenap lapisan masyarakat”. Pada 1914, Ivy Ledbetter Lee menjadi penasihat pribadi raja minyak
Amerika, John Rockeffeler Jr. dan baru tahun 1919 ia menggunakan istilah public relations.

Kegiatan kehumasan juga telah dilakukan oleh komisi asuransi di Inggris pada tahun 1919 atas instruksi
Lylod George, chancellor of the exchequer (bendahara negara) untuk menjelaskan undang-undang
asuransi nasional. Pada waktu itu dia mengorganisir sebuah tim tersendiri yang khusus bertugas untuk
memberi penjelasan perihal rancangan pensiun bagi kaum lanjut usia yang pertama di dunia kepada
masyarakat luas.
Perang dunia I merupakan pendorong bagi humas Amerika Serikat. Presiden Wilson membentuk panitia
penerangan masyarakat sebagai tanggapan atas usulan seorang wartawan sahabatnya, George Creel.
Panitia Creel berkembang menjadi perusahaan besar yang mendemonstrasikan kekuatan publisitas yang
terorganisir. Di antara orang berbakat dalam kelompok Creel, muncullah seorang tokoh yang pada 1999
lalu dikukuhkan sebagai “God Father of PR” atas pemikirannya dalam falsafah dan pendidikan humas,
yaitu Edward L. Bernays, kemenakan Sigmun Freud. Dia banyak mendapat perhatian praktisi humas
dunia. Ia mengatakan bahwa public relations bukan semata-mata ilmu komuikasi, melainkan adalah
terapan ilmu social yang sangat luas.

Antara tahun 1926 hingga 1933, di Inggris berlangsung suatu upaya kehumasan besar-besaran pada
zamannya. Tahun 1926, Kerajaan Inggris membentuk Dewan Penasihat Kerajaan yang merupakan tanda
pertama digunakannya humas sebagaimana kita kenal sekarang. Tujuan dari dewan ini adalah membuat
kerajaan tetap menjadi pikiran rakyat Inggris. Ketika itu Sir Stephen Tallents, atas nama Dewan
Pemasaran Kerajaan (Empire Marketing Board) sengaja menyediakan dan membelanjakan ndana
kerajaan satu juta poundsterling untuk mempopulerkan buah-buahan serta berbagai macam produk
Inggris lain di kalangan masyarakatnya.

Di antara kedua Perang Dunia, terjadi perkembangan pesat aktivitas humas di setiap bidang kehidupan
Amerika Serikat. Tanda-tanda akan pecahnya Perang Dunia II mempercepat tendensi tersebut dan sekali
lagi Pemerintah Amerika merintis jalan dengan membentuk kantor informasi perang (OWI-the office of
war information) di bawah pimpinan Elmer Davis.

Presiden Andrew Jackson adalah presiden pertama yang sangat menggantungkan diri pada wartawan
untuk mendapatkan nasihat-nasihat dan bantuan, staf Presiden F. Delano Roosevelt mempergunakan
radio untuk mengudarakan obrolan-obrolannya yang terkenal guna membangun kepercayaan dan
mendapatkan dukungan bagi program-programnya. Pendekatan itu kemudian dipakai oleh Presiden
John F. Kennedy dengan media komunikasi baru, televisi.

Dengan pecahnya Perang Dunia pada 1939, sekali lagi di Inggris dibentuk kementrian penerangan. Pada
saat yang bersamaan juga dibentuk unit-unit humas di semua cabang angkatan bersenjata. Ketika
Perang Dunia berakhir diputuskan untuk mengganti kementrian penerangan dengan suatu lembaga
nonkementrian, yaitu Kantor Pusat Penerangan. Penunjukan seorang petugas humas oleh National
Association of Local Government Officer pada tahun 1937 dilengkapi dengan sistem kehormatan dan
para petugas humas cabang.

Humas di Dunia Ketiga

Dokumen sejarah humas di dunia ketiga memang tidak selengkap dan sebaik yang dilakukan oleh
negara-negara Eropa (Inggris) dan Amerika. Banyak faktor yang mempengaruhi, selain mental adalah
masalah keahlian dalam mendokumentasikan kejadian-kejadian penting. Budaya penelitian di dunia
ketiga sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika.

Alwi Dahlan dalam suatu Konvensi Nasional Humas di Surabaya, 1944, pernah mengatakan bahwa dalam
sejarah RI, peristiwa humas pertama kali terjadi pada 18 Agustus 1945. Ketika Bung Karno memutuskan
untuk menunda siding PPPK agar dapat memberi penjelasan kepada pers mengenai pemilihan presiden
sebelum membahas perumusan rancangan UUD. Sementara itu, M. Linggar dalam sebuah bukunya yang
terbit tahun 2000 mengatakan bahwa praktik humas dalam pengertiannya yang paling hakiki sudah ada
di Nusantara sebelum kedatangan Belanda. Sebagai suatu contoh adalah usaha Panembahan Senopati,
pendiri Kerajaan Mataram, untuk menyebarkan gossip bahwa ia dan keturunannya akan menjadi
pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul, pada dasarnya menurut salah satu versi sejarah dimaksudkan
untuk menyaingi pengaruh para Adipati di pesisir Pantai Utara Jawa yang kekuasaannya direstui oleh
para Sunan (wali) yang sangat disegani.

Kepeloporan pemerintah terhadap bidang humas kemudian berkembang di sektor publik. Pada 1970
praktisi semua instansi pemerintah mempunyai bagian humas yang terlembaga dalam struktur kantor
pemerintah hingga ke kantor Pemerintah Daerah Tk. II. Bahkan pada 1971 dibentuklah Badan Koordinasi
Hubungan Masyarakat (BAKOHUMAS) pada Departemen Penerangan (DEPPEN), yang mengadakan
kegiatan-kegiatan dalm rangka meningkatkan kemampuan profesional praktisi humas pemerintahan.
Hingga DEPPEN dibrendel dalam kepemimpinan Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke – 4 tahun 1999,
aktivitas humas tidak berarti mulai diabaikan oleh pemerintah. Ini terbukti dengan tetap adanya bagian
humas dalam Dinas Informasi dan Komunikasi serta digantikan dengan Dirjen Informasi dan Komunikasi
RI.

Presiden Soeharto juga dikenal sebagai presiden yang banyak memanfaatkan aktivitas humas. Bahkan ia
menyewa konsultan humas profesional dari negara maju, baik untuk segala aktivitas pribadi maupun
untuk kepentingan negara.

Anda mungkin juga menyukai