Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN


KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG
HCU MELATI 1 RUMAH SAKIT
Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

TANTRI MEIRA RIZKI


NIM. P.14052

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tantri Meira Rizki

NIM : P14052

Program studi : D3 Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami


Chronic Kidney Disease (CKD) dengan Kelebihan
Volume Cairan di Ruang HCU Melati 1 Rumah
Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

TANTRI MEIRA RIZKI


NIM.P.14052

ii
Motto :

For all woman in the world, please be strong in any situation, and for my world I
will always love you “mom”

Allah give us eyes that see best people, a heart that forgive the worst, a mind that
forgets the bad, and a soul that never loses faith, so don’t forget to say
Alhamdulillah for every moment

Menjadi perempuan tidak cukup hanya sholehah, namun juga harus cerdas dan
berkelas

Saya berjuang untuk membanggakan mereka yang ada di sana, di sana ada harta
yang ternilai harganya “keluarga”

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN DI RUANG HCU MELATI 1
RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (AMd. Kep)

Oleh :

TANTRI MEIRA RIZKI


NIM.P.14052

Surakarta, 19 Juli 2017

Menyetujui,
Pembimbing

Atiek Murharyati., S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 200680021

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Di Uji Pada Tanggal :

07 Agustus 2017

Dewan penguji :

Penguji I :

1. Fakhrudin Nasrul Sani., S.Kep.,Ns.,M.Kep (………….…)


NIK. 201185071

Penguji II :

1. Atiek Murharyati., S.Kep.,Ns.,M.Kep (….…………)


NIK. 200680021

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Tantri Meira Rizki
NIM : P14052
Program studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Chronic Kidney
Disease (CKD) dengan Kelebihan Volume Cairan di Ruang
HCU Melati 1 Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan


Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kkusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Senin, 07 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani., S.Kep.,Ns.,M.Kep (……….……)


NIK. 201185071

Penguji II : Atiek Murharyati., S.Kep.,Ns.,M.Kep (……….……)


NIK. 200680021

Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani., S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK.200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji sukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat,rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Chronic
Kidney Disease (CKD) dengan Kelebihan Volume Cairan di Ruang HCU Melati 1
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak mendapat


bimbingan dan dukungann dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma


Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat membina
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta
4. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.

vii
7. Kedua orangtuaku, kakakku tersayang, keluarga besarku, dan orang terkasih
yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan
pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
9. Teman-teman sekaligus saudaraku di kost Bu Purbo Clolo Indah yang
senantiasa memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Juli 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ....................... ii
MOTTO ............................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ................. v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................... ....................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................... 1
1.2 Batasan Masalah................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ................................ 5
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum .......................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ......................... 6
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis ....................... 7
1.5.2 Manfaat Praktis ........................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ................................................. 8
2.2. Etiologi ................................................. 9
2.3. Klasifikasi ............................................ 9
2.4. Patofisiologi ......................................... 12
2.5. Pathway ................................................ 14
2.6. Manifestasi Klinis ................................ 16
2.7. Komplikasi ........................................... 19
2.8. Penatalaksanaan ................................... 21
2.9. Pemeriksaan Penunjang ....................... 23
2.10. Asuhan Keperawatan
2.10.1 Pengkajian ................................ 26
2.10.2 Diagnosa Keperawatan............. 31
2.10.3 Intervensi .................................. 31
2.10.4 Implementasi ............................ 35
2.10.5 Evaluasi .................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ................................... 36
3.2. Batasan Istilah........................................ 36
3.3. Partisipan ............................................... 37
3.4. Lokasi dan Waktu .................................. 37

ix
3.5. Pengumpulan Data ................................. 37
3.6. Uji Keabsahan Data ............................... 38
3.7. Analisa Data .......................................... 38
BAB IV HASIL STUDI KASUS
4.1 Hasil Studi Kasus .................................. 40
4.1.1 Gambaran Lokasi
dan pengambilan data.................. 40
4.1.2 Pengkajian .................................. 40
4.1.3 Analisis Data ............................... 53
4.1.4 Diagnosis Keperawatan............... 60
4.1.5 Perencanaan ................................ 61
4.1.6 Pelaksanaan ................................ 65
4.1.7 Evaluasi ...................................... 70
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian ............................................ 78
5.2 Diagnosis keperawatan .......................... 80
5.3 Perencanaan .......................................... 82
5.4 Tindakan ................................................ 85
5.5 Evaluasi ................................................ 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Hasil Studi Kasus .................................. 96
6.1.1 Pengkajian ................................... 96
6.1.2 Diagnosis Keperawatan............... 97
6.1.3 Perencanaan ................................ 97
6.1.4 Tindakan .................................... 97
6.1.5 Evaluasi ...................................... 97
6.2 Saran ..................................................... 98
6.2.1 Bagi Rumah Sakit ....................... 98
6.2.2 Bagi Perawat ............................... 98
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan ............ 98
6.2.4 Bagi Pembaca .............................. 99
6.2.5 Bagi Pasien dan Keluarga ........... 99

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 Manifestasi klinis CKD...................................... 18


2. Tabel 2.2 Pengkajian balance cairan ................................. 30
3. Tabel 5.1.2 Tabel hasil balance cairan pasien 1 .................... 91
4. Tabel 5.1.3 Tabel hasil balance cairan pasien 2 .................... 94

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar Pathway CKD ............................................. 14

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2. Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Lembar Audience
Lampiran 4 Jurnal Keperawatan
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan

homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk

keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi hormon dan enzim yang

membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme

kalsium dan fosfor. Ginjal membuang metabolisme dan menyesuaikan

ekskresi air dan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas dan

elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang normal. (Mary et

al, 2009). CKD (Chronic Kidney Disease) atau penyakit ginjal kronik adalah

fungsi ginjal yang mengalami kerusakan secara irreversible atau tidak dapat

kembali seperti semula, tubuh juga tidak mampu menjaga metabolisme dan

tidak mampu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga ureum

atau azotemia mengalami peningkatan (Smeltzer & Bare, 2010). Chronic

Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis merupakan kegagalan

fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung perlahan-lahan karena penyebab

berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa

metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan

biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Handayani & Rahmawati, 2013)

CKD (Chronic Kidney Disease) saat ini masih menjadi masalah yang

besar, sebagaimana prediksi penderita akan meningkat bersamaan dengan

meningkatnya jumlah penderita diabetes dan hipertensi, dimana sekitar 1 dari

3 orang dewasa diabetes dan 1 dari 5 orang dewasa dengan hipertensi

1
2

memiliki peluang CKD bersumber dari National Chronic Kidney Disease Fact

Sheet (CDC, 2014). Menurut penyakit gagal ginjal tidak termasuk 10

(sepuluh) penyakit mematikan di dunia (WHO, 2014) namun demikian

penyakit ini juga menjadi perhatian badan kesehatan dunia tersebut. Di

seluruh dunia terdapat sekitar 500 juta orang yang mengalami gagal ginjal dan

sekitar 1,5 juta orang diantaranya harus menjalani terapi hemodialisa

sepanjang hidupnya (Sukriswati, 2016).

Terapi hemodialisa di Indonesia semakin ditingkatkan pelayanannya

karena peningkatan jumlah pasien CKD yang cukup tinggi dan berdasarkan

laporan (Indonesian Renal Registry, 2014), pada tahun 2009 tercatat sebanyak

5.450 pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa, kemudian

meningkat pada tahun 2010 sebanyak 8.034 pasien, meningkat pada tahun

2011 sebanyak 12.804 pasien, terus meningkat pada tahun 2012 menjadi

sebanyak 19.612 pasien, dan meningkat lagi ditahun 2013 menjadi sebanyak

22.115 pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di Indonesia.

Kasus CKD di Jawa Tengah tertinggi terdapat di kota Surakarta yaitu

sebanyak 1497 kasus (25,22%) dan yang kedua adalah Kabupaten Sukoharjo

sebanyak 742 (12,50%) (Dinkes Jateng, 2008). Penyakit CKD juga termasuk

dalam daftar 10 penyakit terbesar di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta pada

tahun 2017.

Penyakit ginjal kronik sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan.

Pasien akan mengalami gangguan fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi

yang juga akan berdampak pada keluarga dan masyarakat (Mailani, 2015).

Penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik dapat dilakukan


3

dengan tindakan dialisis dan transplantasi ginjal (Mailani, 2015). Hemodialisis

(HD) adalah terapi yang paling sering dilakukan oleh pasien penyakit ginjal

kronik diseluruh dunia (Mailani, 2015).

Keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh penderita gagal ginjal

kronik adalah sesak nafas, nafas tampak cepat dan dalam atau yang disebut

pernafasan kussmaul. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penumpukan

cairan di dalam jaringan paru atau dalam rongga dada, ginjal yang terganggu

mengakibatkan kadar albumin menurun. Selain disebabkan karena

penumpukan cairan, sesak nafas juga dapat disebabkan karena pH darah

menurun akibat perubahan elektrolit serta hilangnnya bikarbonat dalam darah.

Selain itu rasa mual, cepat lelah serta mulut yang kering, juga sering di alami

oleh penderita gagal ginjal kronik. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan

kadar natrium dalam darah, karena ginjal tidak dapat mengendalikan ekskresi

natrium, hal tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya pembengkakan

(Firdaus dan Jadmiko, 2016).

Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk penatalaksanaan pola

nafas tidak efektif adalah catat frekuensi dan kedalaman pernafasan, catat

laporan dari pasien mengenai pernafasan pasien, observasi karakteristik pola

nafas, auskultasi dan perkusi dada pasien, beri oksigen melalui kanul.

Posisikan kepala di tinggikan atau duduk, dan intervensi selanjutnya beri

edukasi kepada pasien dan keluarga tentang relaksasi nafas dalam (Fidaus dan

Jadmiko, 2016).

Selain pola nafas tidak efektif, pada pasien CKD dapat terjadi kelebihan

volume cairan. Kelebihan volume cairan ditunjukkan dengan adanya data


4

meliputi keluhan klien yang mengalami penurunan frekuensi BAK (2-3

kali/hari), jumlah urin sedikit, data observasi berupa adanya edema piting

grade 3 pada kedua tungkai bawah klien serta ascites, jumlah urin dalam 24

jam (400 cc), tekanan darah 130/90 mmHg (Anggraini dan Putri, 2016).

Tindakan keperawatan dalam mengatasi overload (kelebihan volume

cairan) meliputi pemantauan TTV (terutama TD), suara nafas, berat badan,

pemantauan adanya edema. Pemantauan tekanan darah menjadi salah satu

intervensi utama dalam penanganan klien dengan overload karena TD

merupakan salah satu indikator adanya peningkatan volume cairan

intravaskuler. Peningkatan volume cairan berlebih pada kompartemen

intarvaskuler lebih lanjut akan menyebabkan perpindahan cairan dari dalam

pembuluh darah menuju jaringan interstisial tubuh. Oleh sebab itu, intervensi

pemantauan TD pada pasien CKD sangat penting untuk memperkirakan

kemungkinan terjadinya overload pada pasien. Intervensi suara nafas berupa

pemeriksaan fisik (auskultasi paru) penting dilakukan, sehubungan dengan

adanya suara nafas abnormal crackles, ronkhi basah jika terdapat kelebihan

cairan di rongga alveolus. Akumulasi tersebut terjadi karena perpindahan

cairan dari kompartemen intravaskuler ke dalam rongga alveolus sehubungan

dengan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik yang dihasilkan jantung

karena adanya peningkatan volume cairan di dalam pembuluh darah.

Akumulasi cairan tersebut dapat menimbulkan komplikasi gagal nafas

(Anggraini dan Putri, 2016).

Intervensi selanjutnya yang dilakukan dalam mengatasi kelebihan cairan

pada pasien CKD adalah berupa pemantauan berat badan, edema atau ascites.
5

Perubahan berat badan secara signifikan yang terjadi dalam 24 jam menjadi

salah satu indikator status cairan dalam tubuh. Kenaikan 1 kg dalam 24 jam

menunjukkan kemungkinan adanya tambahan akumulasi cairan pada jaringan

tubuh sebanyak 1 liter. Pemantauan selanjutnya, berupa pemantauan adanya

edema dan ascites menunjukkan adanya akumulasi cairan di jaringan

interstisial tubuh yang salah satu kemungkinan penyebabnya perpindahan

cairan ke jaringan. Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah peningkatan

volume cairan dalam pembuluh darah (Angraini & Putri, 2016).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengambil judul Karya Tulis Ilmiah tentang “Asuhan keperawatan klien yang

mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan

di ruang HCU Melati 1 rumah sakit Dr. Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah.

1.2 Batasan masalah

Berdasarkan uraian data latar belakang di atas maka didapatkan batasan

masalah yang dapat diangkat yaitu tentang “Asuhan keperawatan klien yang

mengalmi Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di

ruang HCU Melati 1 rumah sakit Dr. Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah”.

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian data latar belakang diatas, didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut : “Bagaimana asuhan keperawatan klien yang

mengalmi Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di

ruang HCU Melati 1 rumah sakit Dr. Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah?”
6

1.4 Tujuan penelitian

1) Tujuan umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami (Chronic Kidney Disease) CKD dengan kelebihan

volume cairan secara komprehensif melalui proses keperawatan di rumah

sakit Dr. Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a) Mengetahui konsep dasar penyakit pada klien CKD dengan kelebihan

volume cairan di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta.

b) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami CKD

dengan kelebihan volume cairan di rumah sakit Dr. Moewardi,

Surakarta.

c) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami CKD

dengan kelebihan volume cairan di rumah sakit Dr. Moewardi,

Surakarta.

d) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

CKD dengan kelebihan volume cairan di rumah sakit Dr. Moewardi,

Surakarta.

e) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami CKD

dengan kelebihan volume cairan di rumah sakit Dr. Moewardi,

Surakarta.

f) Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami CKD dengan

kelebihan volume cairan di rumah sakit Dr. Moewardi, Surakarta.


7

1.5 Manfaat

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak :

1) Bagi penulis

Memberikan pengalaman yang nyata tentang bagaimana

penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami CKD

(Chronic Kidney Disease) dengan kelebihan volume cairan.

2) Bagi praktisi keperawatan dan rumah sakit

Menambah pengetahuan dan pemahaman secara umum dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien CKD dengan kelebihan

volume cairan.

Memberikan tambahan pengetahuan tentang karya tulis ilmiah dan

memberikan sumbang informasi tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan CKD dengan kelebihan volume cairan di rumah sakit.

3) Bagi institusi pendidikan

Menambah wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu

keperawatan, terutama tentang asuhan keperawatan pada klien dengan

CKD dengan kelebihan volume cairan.

4) Bagi klien

Membantu klien yang mengalami CKD dengan kelebihan volume

cairan dirumah sakit melalui proses keperawatan secara komprehensif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat

destruksi struktur ginjal yang progesif dengan manifestasi penumpukan sisa

metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2014). Chronic

Kidney Disease atau disebut juga gagal ginjal kronik terjadi ketika ginjal tidak

mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi

regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam

cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan

fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. (Suharyanto

dan Madjid, 2009).

Gagal ginjal kronik (CKD) yaitu perkembangan gagal ginjal yang

progresif dan lambat pada setiap nefron, gagal ginjal (biasanya berlangsung

beberapa tahun dan irreversible (NANDA, 2015). Gagal ginjal kronik atau

CKD adalah suatu kondisi di mana ginjal rusak dan tidak dapat menyaring

darah serta sebagaimana mestinya. CKD (Chronic Kidney Disease) memiliki

berbagai tingkat keseriusan yang dapat berkisar dari kebocoran protein

tambahan ke dalam urin untuk gagal ginjal yang memerlukan dialisis, dimana

mesin menyaring darah seperti ginjal yang sehat akan, atau transplantasi

ginjal, dimana ginjal yang disumbangkan dari orang lain (Center for Disease

Control, 2015).

8
9

2.2 Etiologi

Menurut NANDA (2015) penyebab gagal ginjal kronik antara lain :

1) Penyakit infeksi tubulointerstitial antara lain : pielonefritis kronik atau

refluks nefropati.

2) Penyakit peradangan yaitu glomerulonefritis.

3) Penyakit vaskuler hipertensif antara lain : nefrosklerosis benigna,

nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.

4) Gangguan jaringan ikat antara lain : lupus erithematosus sistemik,

poliarterisis nodosa.

5) Gangguan kongenital dan herediter antara lain : penyakit batu ginjal

polikistik, asidosis tubulus ginjal.

6) Penyakit metabolik antara lain : diabetes mellitus, goat,

hiperparatiroidisme, amiloidosis.

7) Nefropati toksik antara lain : penyalahgunaan analgesik, nefropati

timah.

8) Nefropati obstruktif antara lain : traktus urinarius bagian atas (adanya

batu, neoplasma fibrosis retroperitoneal, trakus urinarius), bagian

bawah (hipertrofi prostat, struktur uretra, anomaly congenital, leher

vesika urinaria dan uretra).

2.3 Klasifikasi

Dibawah ini terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis menurut Husna

(2010) sebagai berikut :

1) Stadium 1 (glomerulo filtrasi rate/GFR normal > 90 ml/min)


10

Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada

stadium 1 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal.

2) Stadium 2 (penurunan GFR ringan atau 60-89 ml/min)

Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada

stadium 2 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal,

didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan

ginjal melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray,

dan salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.

3) Stadium 3 (penurunan GFR moderat atau GFR 30-59 ml/min)

Seseorang yang menderita CKD stadium 3 mengalami penurunan GFR

moderat yaitu diantara 30-59 ml/min. Penurunan pada tingkat ini

akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang

disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah

tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga

terkadang mulai dirasakan seperti :

a. Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.

b. Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat

ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam

tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan

sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga

dapat mengalami sesak nafas akibat teralu banyak cairan yang berada

dalam tubuh.

c. Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang

menandakan adanya kandungan protein di urin, selain itu warna urin


11

juga mengalami perubahan menjadi coklat, orange tua, atau merah

apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau

berkurang dan terkadang penderita sering terbangun untuk buang air

kecil di tengah malam.

d. Rasa sakit pada ginjal : rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal

berada dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai

masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.

e. Sulit tidur : sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur

disebabkan munculnya rasa gatal, kram otot.

4) Stadium 4 (penurunan GFR parah atau 15-29 ml/min)

Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15-30% saja dan

apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam

waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau

melakukan transplantasi. Kondisi dimana teriadi penumpukan racun dalam

darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar

kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),

anemia, penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit

kardiovaskular lainnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4

adalah : fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia,

kelebihan cairan, perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa

yang menandakan adanya kandungan protein di urin, rasa sakit pada

ginjal, sulit tidur, nausea : muntah atau rasa ingin muntah, perubahan cita

rasa makanan, bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah

dapat dideteksi melalui bau pernafasan yang tidak enak, dan sulit
12

berkonsentrasi. Rekomendasi untuk memulai terapi pengganti ginjal

adalah apabila fungsi ginjal hanya tinggal 15% ke bawah. Hal ini adalah

upaya-upaya dilakukan untuk memperpanjang fungsi ginjal serta menunda

terapi dialisis atau transplantasi selama mungkin.

5) Stadium 5 (penyakit ginjal stadium akhir/terminal atau GFR < 15 ml/min)

Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya

untuk bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti

ginjal (dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.

Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain, kehilangan nafsu

makan, nausea, sakit kepala, merasa lelah, tidak mampu berkonsentrasi,

gatal-gatal, urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak, terutama

di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki, kram otot dan perubahan

warna kulit. Seseorang yang menderita gagal ginjal terminal disarankan

untuk melakukan hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.

2.4 Patofisiologi

Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal

gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat

sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai

fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifesasi klinis gagal ginjal

kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih

fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatan kecepatan filtrasi,

reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.


13

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang

tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut

ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya

berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan

reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan proresif nefron-nefron, terjadi

pembentukan jaringan paut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan

rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat

menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperuruk kondisi ginjal, dengan

tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan

bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai

respon dari kerusakan nefron dan secara progesif fungsi ginjal menurun secara

drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya

dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang

memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh (Muttaqin dan Sari,

2014)

Nefron rusak permanen  nefron intack hiperplasi dan hipertrofi 

fungsi ginjal tidak berjalan  kerusakan nefron lebih dari 75%  fungsi

ginjal rusak  ginjal tidak mampu menjalankan fungsinya (Supratman, 2008).


14

2.5 Pathway

TERLAMPIR
15

Lanjutan pathway
16

2.6 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan

yang bersifat sistemik. Gagal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi

memiliki fungsi yang banyak (organ multifuncsion), sehingga kerusakan krinis

secara fisisologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan

sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini ada tanda dan gejala gagal ginjal ronik :

1) Ginjal dan gastrointestinal

Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul hipotensi, mulut

kering penurunan turgor kulit, kelemahan, fatigue, dan mual, kemudian

terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala berat. Dampak

dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya

otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi

akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah

terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.

2) Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia

pecarditis, effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi temponade

jantung), gagal jantung, odema periorbital dan odema perifer.

3) Respiratory system

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan

efusi pleura, cracles, sputum yang kental, uremia pleuritis dan uremia

lung, dan sesak nafas.


17

4) Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa

gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan

kemungkinan juga disertai parotitis, caofagotis, gastritis, ulserasi, lesi

pada usus halus/usus besar, dan pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya

mengikuti seperti anoreksia, nausea, dan vomiting.

5) Integument

Kulit pucat, kekuning- kuningan , kecoklatan, kering dan ada sclap.

Selain itu biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis,

petechiae, dan timbunan urea pada kulit.

6) Neurologis

Biasanya ditunjukkan dengan adanya neurophati perifer, nyeri,

gatal pada lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot reflek

kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, pusing,

koma, kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolik

enchepalophaty.

7) Endokrin

Biasa terjadi infertilisasi dan penurunan libido, amenorhea dan

gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi

sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan metabolisme

karbohidrat.

8) Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,

trombositopenia (dampak dari dialisis) dan kerusakan platelet. Biasanya


18

masalah yang serius pada system hematologi ditunjukkan dengan adanya

perdarahan (purpura, ekimosis, dan petechiae).

9) Muskuloskletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur

pathologis dan klasifikasi (Robinson, 2013).

Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) adapun manifestasi klinis

CKD antara lain :

Tabel 2.1 Tabel Manifestasi klinis syndrome uremik pada gagal ginjal
kronik (Suharyanto dan Madjid 2009)
Manifestasi Klinis Syndrome uremik pada gagal ginjal kronik
Sistem Tubuh Manifestasi Sistem Tubuh Manifestasi
Biokimia Asidosis metabotik Saluran cerna Anoreksi, mual,
(HCO3- serum 18 -20 muntah
mEq/L) Nafas bau amoniak
Azotemia (penurunan Mulut kering
GFR, menyebabkan Perdarahan saluran
peningkatan BUN cerna
dan kreatinin) Diare stomatitis,
Hiperkalemia parotis
Retensi Na
Hipermagnesia
Hiperurisemia
Berkemih Poliuria, berlanjut Metabolisme Protein, sintesis
menuju oliguri, lalu abnormal
anuri Hiperglikemia,
Nokturia kebutuhan insulin
Proteinuri menurun
Lemak, peningkatan
kadar trigliserid.
Sex Libido hilang, Neuromuskuler Mudah lelah, otot
amenore, impotensi mengecil dan lemah.
dan sterilitas. SSP: penurunan
ketajaman mental,
penurunan
kesadaran, koma.
Otot berkedut,
kejang.
kardiovaskuler Hipertensi, retinopati Pernafasan Kussmaul, terdapat
dan ensefalopati suara nafas
hipertensif, beban tambahan, dispnea,
sirkulasi berlebih, edema paru,
edema, gagal jantung pneumonitis.
kongestif, dan
disritmia.
Hematologik Anemia, hemolisis, Kulit Pucat, pruritis,
kecenderungan Kristal uremia, kulit
perdarahan, resiko kering dan memar,
19

infeksi edema.

2.7 Komplikasi

Menurut Robinson (2013) dan Suharyanto dan Majdid (2009), komplikasi

CKD yang dapat terjadi antara lain :

a. Hipertensi

Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan

jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan rennin

akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga

dapat menyebabkan hipertensi.

b. Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan komplikasi yang palig serius, karena bila

K+ serum mencapai 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia dan juga

henti jantung.

c. Anemia

Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan karena penurunan

sekresi eritropoeitin oleh ginjal.

d. Asidosis

Asidosis adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh. Asidosis

ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma turun dibawah

angka 15 mEq/L. Biasanya asidosis berat akan dikoreksi dengan

pemberian Na HCO3- (natrium bikarbonat) parenteral.


20

e. Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah tingkat asam urat dalam darah yang terlalu

tinggi. Batas untuk wanita adalah 6 mg/dL, dan 6,8 mg/dL untuk laki-

laki.

f. Dehidrasi

Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabbkan retensi natrium

dan air akibat hilangnya nefron. Ginjal tetap mempertahankan filtrasi

namun kehilangan fungus tubulus sehingga mengekskresikan urin yang

sangat encer yang menyebabkan dehidrasi.

g. Gastrointestinal

Gejala mual, muntah, anoreksia, dan dada terasa terbakan sering

dirasakan pasien gagal ginjal kronik. Esofagitis, angiodisplasia dan

pancreatitis juga tinggi terjadi pada pasien gagal ginjal kronik.

h. Endokrin

Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan

libido, impotensi, dan penurunan jumlah serta mortilitas sperma. Pada

wanita, sering terjadi kehilangan libido, berkurangnya ovulasi dan

infertilitas.

i. Penyakit jantung

Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya

jika kadar ureum, fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme

sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan hipertensi dapat

menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau kardiomiopati dilatasi.


21

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan CKD menurut Husna (2010) antara lain sebagai berikut :

2.8.1 Tindakan konservatif

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya gagal

ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi

toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan

memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain :

1) Peranan diet

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah

atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat

merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

2) Kebutuhan jumlah kalori

Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk CKD harus

adekuat dengan tujuan utama yaitu mempertahankan keseimbangan

positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

3) Kebutuhan cairan

Bila ureum serum >150 mg kebutuhan cairan harus adekuat supaya

jumlah diuresis mencapai 2 liter/hari.

4) Kebutuhan elektrolit dan mineral

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual

tergantung dari GFR dan penyakit ginjal dasar (underlying renal

disease).
22

2.8.2 Terapi simtomatik

1) Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium

(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik

dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat)

harus segera diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat

< 20 mEq/L.

2) Anemia

Transfusi darah misalnya Paked Red Cel (PRC) merupakan salah

satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian

transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian

mendadak.

3) Keluhan gastrointestinal

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang

sering dijumpai pada CKD. Keluhan gastrointestinal ini merupakan

keluhan utama (chief complaint) dari CKD. Keluhan gastrointestinal

yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus.

Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat

dan obat-obatan simtomatik.

4) Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan

kulit yang terjadi pada pasien, seperti purpura dan ptekie.


23

5) Kelainan neuromuscular.

Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi

hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi

subtotal paratiroidektomi.

6) Hipertensi : pemberian obat-obatan anti hipertensi.

7) Kelainan sistem kardiovaskular

Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular

yang diderita.

2.8.3 Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,

yaitu pada GFR kurang dari 15 menit. Terapi tersebut dapat berupa

hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. Dialisis dilakukan

apabila kadar kreatinin serum biasanya diatas 6 ml/100ml pada laki-laki atau

4ml/100ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4ml/menit.

2.9 Pemeriksaan penunjang

Menurut Muttaqin & Sari (2014) dan Padila (2012) pemeriksaan

penunjang yang dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik antara lain:

2.9.1 Pemeriksaan laboraturium

1) Laju endap darah, meningkat yang diperberat oleh adanya anemia, dan

hipoalbuminemia, dan jumlah retikulosit yang rendah.

2) Ureum dan kreatinin, meningkat biasanya perbandingan antara ureum

dan kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan ini bisa meningkat oleh

karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan


24

steroid dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang :

ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes

Klirens kreatinin yang menurun.

3) Hiponatremi umumnya dikarenakan kelebihan cairan. Hiperkalemia :

biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya

diuresis.

4) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya

sintesis vitamin D3 pada CKD.

5) Phosphate alkaline meningkat akibat gangguan metabolisme tulang,

terutama isoenzim fosfatase tulang.

6) Pemeriksaan urine

a. Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada

urin.

b. Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan

disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor,

kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.

c. Berat jenis kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat.

d. Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/kg, menunjukkan

kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1.

e. Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak

mampu mereabsorpsi natrium.

f. Protein : derajat proteinuria (kuran lebih 3-4) secara kuat

menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga

ada.
25

2.9.2 Pemeriksaan diagnostik lain

1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya

batu atau adanya suatu obstruksi).

2) Intra Vena Pielogrrafi (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan

ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada

keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, diabetes mellitus dan nefropati

asam urat.

3) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,

kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter

proksimal, kandung kemih dan prostat.

4) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan

(vascular, parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.

5) EKG untuk melihat kemungkinan: hipertropi ventrikel kiri, tanda-

tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

6) Endoskopi ginjal untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,

hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.

7) Arteriogam ginjal untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan

mengidentifikasi ekstravaskular , masa ginjal.

2.10 Konsep asuhan keperawatan

Menurut Padila (2012), Anggraini & Putri (2016), Muttaqin & Sari

(2014) penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal

kronik adalah :
26

2.10.1 Pengkajian

1) Identitas klien

2) Keluhan utama

Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari

urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai

penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,

muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum) dan

gatal pada kulit.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran,

perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,

adanya nafas berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.

Serta tanyakan pada klien, sudah pernah berobat dimana dan

mendapat obat-obatan apa saja.

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, ISK, payah

jantung, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan

prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,

ISK yang berulang, penyakit DM, dan penyakit hipertensi pada

masa sebelumnya yang menjadi predisposisi/penyebab. Penting

untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu

dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.


27

5) Psikososial

Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya

tindakan dialisis akan menyebabkan penderita mengalami

gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya

biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

kecemasan, gangguan konsep diri dan gangguan peran pada

keluarga.

6) Aktifitas / istirahat.

a) Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan malaise, ganggaun

tidur (insomnis/gelisah atau somnolen).

b) Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan

rentang gerak

7) Sirkulasi

a) Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri

dada (angina).

b) Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan

pitting pada kaki, telapak tangan,disritmia jantung, friction rub

pericardial, pucat pada kulit, kecenderungan perdarahan.

8) Integritas ego

a) Gejala : faktor stress contoh financial, hubungan dengan orang

lain, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan

perasaan.
28

b) Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

9) Eliminasi

a) Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal

tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi.

b) Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat,

merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.

10) Makanan/cairan

a) Gejala : peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB

(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa

metalik tidak nyaman pada mulut (pernafasan ammonia).

b) Tanda : distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap

akhir), perubahan turgor kulit/kelembapan, edema

(umum/tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah,

penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tidak

bertenaga.

11) Neurosensori

a) Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, rasa

terbakar pada kaki, kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya

ekstremitas bawah (neuropati perifer).

b) Tanda : ganggaun status mental, contohnya penurunan lapang

perhatian, ketidakmampuan konstentrasi, kehilangan memori,

kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, kejang,

faskulasi otot.
29

12) Nyeri/kenyamanan

a) Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki.

b) Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah.

13) Pernafasan

a) Gejala : nafas pendek, dispea nocturnal paroksimal, batuk

dengan atau tanpa sputum.

b) Tanda : takipnea, dispnea, penafasan kussmaul, batuk produktif

dengan sputum merah muda encer ( mendandakan adanya

edema paru).

14) Seksualitas

a) Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.

15) Pengkajian balance cairan

Pemantauan status hidrasi pada pasien GGK meliputi

pemantauan intake output cairan selama 24 jam dengan

menggunakan chart intake output cairan untuk kemudian

dilakukan penghitungan balance cairan (balance positif

menunjukkan keadaan overload). Chart pemantauan intake output

cairan klien, tidak hanya diisi oleh mahasiswa saja, namun juga

diisi oleh klien. Hal tersebut bertujuan untuk melatih klien dalam

memantau asupan dan haluaran cairan, sehingga pada saat pulang

ke rumah klien sudah memiliki keterampilan berupa modifikasi

perilaku khususnya dalam manajemen cairan. Keterampilan

tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya overload cairan


30

pada klien, mengingat jumlah asupan cairan klien bergantung

kepada jumlah urin 24 jam.

Tabel 2.2 pengkajian balance cairan

Tanggal :
Berat Badan :
Waktu Cairan masuk (intake) Cairan keluar (output)
(WIB) makan Minum infus urin BAB Muntah IWL
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
Subtotal
Dst
Total/24
jam

16) Observasi dan pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah

pemeriksaan Head To Toe dengan pendekatan IPPA (Inspeksi,

Palpasi, Perkusi, Auskultasi). Data yang paling menonjol pada

pemeriksaan fisik adalah pada thorax yang meliputi jantung dan

paru-paru yaitu :

a. Inspeksi : frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernafas

antara lain takipnea, dispnea progresif, kussmaul, pernafasan

dangkal.

b. Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus

pada daerah yang mengalami gangguan.

c. Perkusi : pekak apabila terisi cairan pada paru, normalnya

timpani (terisi udara) resonansi.


31

d. Auskultasi : terdapat suara nafas tambahan apabila paru-paru

terisi cairan, antara lain crackles, ronchi.

2.10.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Padila (2012), Muttaqin &

Sari (2014), Suharyanto dan Madjid (2009) adalah :

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi: penurunan volume urine, retensi cairan.

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload.

d. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor biologi: anoreksi, mual muntah.

e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolik.

2.10.3 Intervensi keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.

1) Tujuan : pola nafas dapat kembali efektif.

2) Kriteria hasil : klien tampak nyaman, ekspresi wajah tampak

rileks, RR norma : 16-24 x/ menit, klien tidak sesak nafas.

3) Intervensi :

a) Manajemen jalan nafas : penghisapan lendir pada jalan nafas

(bila ada lendir), manajemen jalan nafas buatan

b) Monitor pernafasan : monitor TTV, fisioterapi dada, relaksasi

otot progresif.
32

c) Jelaskan tentang relaksasi nafas dalam.

d) Kolaborasi : pemberian terapi oksigen, pemberian terapi obat,

nebulizer/ pemasangan alat bantu pernafasan.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi: penurunan volume urine, retensi.

1) Tujuan : Tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik

2) Kriteria hasil : Tidak ada edema pada ekstremitas, tidak ada

pitting edema, BB dalam batas normal.

3) Intervensi :

a) Kaji adanya edema ekstremitas.

b) Kaji tekanan darah.

c) Ukur intake dan output (balance cairan) setiap hari.

d) Timbang berat badan setiap hari.

e) Jelaskan pada pasien alasan pembatasan cairan.

f) Kolaborasi : berikan diet tanpa garam, berikan diet rendah

protein tinggi kalori, berikan diuretik sesuai indikasi, lakukan

tindakan dialisis.

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload.

1) Tujuan : dapat mempertahankan curah jantung yang

adekuat.

2) Kriteria hasil : TD dan HR dalam batas normal, nadi perifer kuat.

3) Intervensi :

a) Auskultasi bunyi jantung, evaluasi adanya dispnea, edema

perifer/kongesti vaskuler.
33

b) Kaji adanya hipertensi, monitor TD, perhatikan postural saat

berbaring, duduk dan berdiri.

c) Observasi EKG, frekuensi jantung.

d) Kaji adanya nyeri dada, lokasi, berat nyeri, apakah berkurang

dengan inspirasi dalam posisi terlentang.

e) Observasi warna kulit, membrane mukosa dan dasar kuku.

f) Jelaskan pada pasien untuk mempertahankan tirah baring

g) Kolaborasi : awasi hasil laboraturium: elektrolit ( Na, K, Ca,

Mg), BUN, creatinin, berikan oksigen dan terapi obat sesuai

indikasi, siapkan dialisis.

d. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor biologis: anoreksi, mual muntah.

1) Tujuan : mempertahankan nutrisi yang adekuat.

2) Kriteria hasil : BB dalam batas normal, Albumin dalam batas

normal, tidak terjadi penurunan BB.

3) Intervensi :

a) Kaji status nutrisi : perubahan BB, nila laboraturium (BUN,

kreatinin, protein, besi)

b) Kaji pola diet nutrisi : riwayat diet, makanan kesukaan.

c) Kaji faktor yang merubah dalam masukan nutrisi : mual,

muntah, anoreksi, diet yang tidak menyenangkan, depresi.

d) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu

makan.

e) Timbang berat badan setiap hari.


34

f) Jelaskan pada klien alasan pembatasan diet dan hubungannya

dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kreatinin.

g) Kolaborasi : sediakan makanan kesukaan dalam batas-batas

diet.

e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan.

1) Tujuan : Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang

mampu ditoleransi.

2) Kriteria hasil : pasien mampu mendemonstrasikan peningkatan

aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan berkurangnya

kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu

melakukan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan.

3) Intervensi :

a) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan : anemia,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah

urin.

b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

c) Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.

d) Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis.

e) Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap

yang dapat ditoleransi.

f) Kolaborasi : libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas klien sehari-hari.


35

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolik.

1. Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

2. Kriteria hasil : kulit hangat, kuit tidak kering, hiperpigmentasi

berkurang, turgor kulit baik.

3. Intervensi :

1) Kaji kekeringan pada kulit, pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.

2) Kaji adanya petekie dan purpura.

3) Monitor area lipatan kulit dan area yang edema.

4) Gunting kuku dan pertahankan kuku tetap pendek dan bersih.

5) Kolaborasi : berikan terapi obat anti pruritis sesuai indikasi.

2.10.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan

yang diberikan kepada klien. Pencataan mencakup tindakan keperawatan

yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan

kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada klien (Hutahean,

2010).

2.10.5 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. tujuan evaluasi adalah untuk

melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan

dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi kasus yang

mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan batasan terperinci, memiliki

pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber

informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang

dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Studi kasus ini adalah studi

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan yang mengalami Chronic

Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di ruang HCU Melati

1 rumah sakit Dr.Moewardi, Surakarta.

3.2 Batasan masalah

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit dengan tanda gejala

antara lain : anemia, oedema, kelelahan, sesak nafas. Kelebihan cairan pada

klien CKD yang dapat menimbulkan oedema dapat disebabkan karena fungsi

ginjal yang tidak dapat lagi menyaring racun dalam tubuh, sehingga urin yang

keluar berkurang dan cairan tubuh akan bertambah banyak dan menimbulkan

oedema (Firdaus dan Jadmiko, 2016).

Selain oedema penderita gagal ginjal kronik juga akan mengalami

gangguan sesak nafas, hal tersebut dapat disebabkan karena pernafasannya

yang kussmaul, disebabkan karena adanya cairan yang menumpuk di paru-

paru dan dapat disebabkan juga kadar hemoglobin dalam tubuh kurang dari

36
37

normal serta eritropoitin yang diproduksi ginjal semakin berkurang yang

menyebabkan penurunan kadar hemoglobin (Firdaus dan Jadmiko, 2016).

3.3 Partisipan

Patisipan dalam studi kasus adalah 2 klien (2 kasus) dengan masalah

keperawatan dan diagnosa medis yaitu klien yang mengalami Chronic Kidney

Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi atau tempat penyelenggaraan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan

di ruang HCU Melati 1 rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta selama 2 minggu

pada tanggal 22 Mei 2017 - 03 Juni 2017.

3.5 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini

adalah :

3.5.1 Wawancara

Metode ini di lakukan dengan melakukan wawancara kepada sumber

data seperti klien, keluarga maupun perawat lainnya. Hasil anamnesis berisi

tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat kesehatan

lingkungan. Pola kesehatan fungsional yang meliputi 11 pola Gordon (pola

persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolik, pola


38

eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif-

perseptual, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola mekanisme

koping, serta pola nilai dan keyakinan.

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan Head To Toe

dengan pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

3.5.3 Studi dokumentasi

Pengumpulan data dapat diambil dari hasil pemeriksaan diganostik dan

data penunjang lain yang mendukung asuhan keperawatan yang dilakukan.

3.6 Uji Keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama), uji

keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/

tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

3.7 Analisa data

Analisa data yang dilakukan oleh peneliti adalah :

3.7.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari WOD (wawancara, Observasi, Studi

dokumentasi). Hasil dikutip dalam bentuk catatan lapangan, catatan

terstruktur dalam bentuk catatan asuhan keperawatan.


39

3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk catatan asuhan keperawatan dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan data objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Berdasarkan data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi

(penarikan kesimpulan dari peristiwa khusus ke umum). Data yang

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan,

tindakan dan evaluasi keperawatan.


BAB IV

HASIL

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi dan pengambilan data

Pengambilan data untuk studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit

Dr. Moewardi di Ruang HCU Melati 1 selama 2 minggu terhitung mulai

dari tanggal 22 Mei 2017 – 03 Juni 2017. Rumah sakit Dr. Moewardi

merupakan rumah sakit bertaraf nasional yang beralamat di jalan Kolonel

Sutarto No. 132, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Rumah sakit Dr. Moewardi

adalah rumah sakit dengan akreditasi tipe A sejak tahun 2007. Ruang HCU

Melati 1 senidri mempunyai kapasitas BOR 12 tempat tidur dengan jumlah

tenaga kesehatan sebanyak 21 perawat, dan seorang dokter yang bertugas

di HCU Melati 1.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas klien

IDENTITAS Pasien 1 Pasien 2


PASIEN
Nama Ny. S Ny. S
Alamat Pasuruan, Jawa Timur Kemiri, Kebakkramat
Umur 66 tahun 68 tahun
Agama Islam Kristen
Status perkawinan Kawin Kawin
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan IRT IRT
Diagnosa medis CKD CKD
Tanggal /jam MRS 20 Mei 2017/ 09.00 WIB 19 Mei 2017/ 16.00 WIB
Tanggal/jam pengkajian 22 Mei 2017/ 08.00 WIB 22 Mei 2017/ 08.30 WIB

40
41

2. Riwayat penyakit

RIWAYAT Pasien 1 Pasien 2


PENYAKIT
Keluhan utama Lemas, edema ekstremitas. Edema tangan dan kaki.
Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
penyakit Ny.S masuk RSDM pada Ny.S masuk RSDM pada
sekarang tanggal 20 Mei 2017 pukul tanggal 19 Mei 2017 pukul
09.00 WIB, namun 16.00 WIB. Sebelum masuk di
sebelumnya Ny.S juga pernah RSDM Ny. S dirawat di Rumah
masuk RSDM pada tanggal 12 Sakit Dr. Oen Surakarta selama
Mei 2017 dirawat di Aster 5, 4 hari di ruang ICU, kemudian
setelah 2 hari dirawat masuk pada tanggal 19 Mei 2017
HCU Melati 1. Pada tanggal pasien dirujuk di RSDM dan
20 Mei 2017 Ny.S kembali dirawat di HCU Melati 1. Hasil
masuk RSDM dan dirawat di pengkajian TTV di HCU Melati
HCU Melati 1, hasil 1 pada tanggal 22 Mei 2017
pengkajian TTV pada tanggal pukul 08.30 adalah :
22 Mei 2017 pukul 08.00 WIB TD: 146/108 mmHg, N: 90
adalah : TD : 123/61 mmHg, x/mnt, RR: 28 x/mnt, S: 36,5 0C.
N: 72 x/mnt, RR: 30 x/mnt, S: Kesadaran sopor, GCS : 5 E: 2 ,
36,2 0C. Kesadaran sopor, V:1, M: 2. Pengkajian dekubitus
GCS: 6 E: 2, V: 2, M: 2. 15 (resiko ringan), pengkajian
Pengkajian dekubitus 10 resiko jatuh 50. Pasien terpasang
(resiko tinggi), pengkajian nasal kanul oksigen 3lpm.
resiko jatuh 50. Terdapat luka Pasien pernah mengalami
dekubitus di punggung dan di kecelakaan kurang lebih 4 tahun
mid axila kiri pasien, luka yang lalu, tangan kanan retak
tampak memerah, luka seperti dan terdapat perubahan bentuk
luka lecet, skala nyeri 3. Ny.S tulang, namun sekarang sudah
terpasang nasal kanul oksigen tidak apa-apa. Pasien
3lpm, GDS: 143 mg/dL, mempunyai jadwal HD rutin
SPO2; 100 %, Ny.S senin dan kamis sejak kurang
mempunyai jadwal HD rutin lebih 1 bulan yang lalu.
setiap hari senin dan kamis
sejak kurang lebih 4 tahun
yang lalu.
Riwayat Keluarga mengatakan pasien Keluarga pasien mengatakan
penyakit dahulu mempunyai riwayat penyakit pasien mempunyai riwayat
hipertensi dan diabetes penyakit hipertensi dan
melitus. gastritis.

Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan


kesehatan keluarga tidak mempunyai keluarga tidak mempunyai
keluarga riwayat penyakit menurun riwayat penyakit menurun
maupun menular, seperti maupun menular, seperti
hipertensi, DM, TBC maupun hipertensi, DM, TBC maupun
penyakit lainnya. penyakit lainnya.

Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan


kesehatan tinggal di daerah perumahan, tinggal di lingkungan pedesaan,
lingkungan lingkungan rumah bersih dan dekat persawahan, udara segar,
nyaman, ada tempat ada tempat pembuangan sampah
pembuangan sampah yang yang memadai dan sanitasi yang
memadai dan sanitasi yang baik.
baik.
42

3. Perubahan pola kesehatan

POLA KESEHATAN Pasien 1 Pasien 2


Pola persepsi dan Keluarga klien Keluarga pasien
pemeliharaan kesehatan mengatakan kesehatan mengatakan kesehatan
merupakan hal yang merupakan priotitas
harus diutamakan. utama.
Pola nutrisi/ metabolik
a. Sebelum sakit
Frekuensi 3x1 sehari. 3x1 sehari.
Jenis Bubur sumsum. Nasi, lauk, sayur.
Porsi ½ porsi habis. ½ porsi habis.
Keluhan Terkadang mual. Nafsu makan menurun.
Minum ± 2 gelas air putih ± 3 gelas air putih

b. Selama sakit
Frekuensi 3x1 sehari. 3x1 sehari.
Jenis Susu RGRP (sonde Susu RGRP (sonde
NGT). NGT).
Porsi ± 100 cc sekali makan. ± 100 cc sekali makan.
Keluhan - (pasien terpasang - (pasien terpasang
NGT, penurunan NGT, penurunan
kesadaran). kesadaran).
Pola eliminasi
a. BAB
1) Sebelum sakit
Frekuensi BAB 1x/ hari 1x/hari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning kecoklatan. Kekuningan
Keluhan Tidak ada. Tidak ada

2) Selama sakit
Frekuensi BAB Belum BAB sejak 1x/hari
tanggal 20 Mei 2017.
Konsistensi - Lunak
Warna - Kuning kehitaman
keluhan - (pasien penurunan - (pasien penurunan
kesadaran). kesadaran).
b. BAK
1) Sebelum sakit
Frekuensi BAK 4-5 x/hari. 4-5 x/hari
Jumlah urine ± 100 cc sekali BAK ± 125 cc sekali BAK
Warna Kekuningan. Kekuningan
Keluhan Tidak ada. Tidak ada.

2) Selama sakit
Frekuensi Pasien terpasang DC. Pasien terpasang DC
Jumlah urine ± 50 cc / 8 jam ± 50 cc / 8 jam
Warna Kekuingan agak keruh. Kekuningan agak keruh.
Keluhan Oliguria (urin keluar Oliguria (urin keluar
hanya sedikit) hanya sedikit).
Pola istirahat tidur
a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga mengatakan
mengatakan pasien pasien tidak mengalami
tidur/ istirahat dengan gangguan tidur, jumlah
cukup, jumlah jam tidur jam tidur dalam sehari
± 10 – 11/ hari. 9-10 jam.
43

b. Selama sakit Pasien mengalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pola kognitif perceptual


a. Sebelum sakit Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
pasien tidak ada pasien tidak ada
gangguan penglihatan, gangguan penglihatan,
pendengaran maupun pendengaran maupun
gangguan panca indra gangguan panca indra
lainnya. lainnya.

b. Selama sakit Pasien mengalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pola persepsi konsep diri


a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga pasien
mengatakan pasien mengatakan pasien
adalah seorang ibu bagi adalah seorang ibu dan
anak-anaknya, pasien seorang istri yang baik
adalah seorang yang dan dihargai oleh
pendiam, namun dapat keluarga maupun orang
menjalankan sebagai lain. Pasien adalah
ibu dengan baik, pasien seorang yang baik di
dihargai oleh keluarga masyarakat.
dan masyarakat lainnya.

b. Selama sakit Pasien mengalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pola hubungan peran


a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga pasien
mengatakan pasien mengatakan pasien
mempunyai hubungan mempunyai hubungan
peran yang baik dengan peran yang baik dengan
orang lain. keluarga maupun
masyarakat di sekitar.

b. Selama sakit Pasien mengalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pola seksualitas reproduksi


a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga pasien
mengatakan mengatakan mempunyai
mempunyai hubungan hubungan kasih sayang
kasih saying yang baik yang erat dengan
dengan orang keluarga, keluarga, pasien
pasien mempunyai 2 mempunyai 5 orang
orang anak. anak.

b. Selama sakit Pasien mengalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pola mekanisme koping


a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga mengatakan
mengatakan pasien pasien adalah seorang
adalah seorang yang yang pendiam saat ada
pendiam, namun bila masalah, namun pasien
44

ada masalah pasien dapat menyelesaikan


dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan
dengan baik. baik.

b. Selama sakit Pasien mengalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pola nilai dan keyakinan


a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga pasien
mengatakan pasien mengatakan pasien
beragama Islam dan beragama Kristen dan
pasien selalu sering ke gereja pada
melaksanakan ibadah hari mnggu untuk
sholat 5 waktu. melakukan ibadah.

b. Selama sakit Pasien menalami Pasien mengalami


penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.

Pasien 1

Keterangan Sebelum sakit Selama sakit


0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan/ minum  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilitas di  
tempat tidur
Berpindah  
Ambulasi/ROM  

Pasien 2

Keterangan Sebelum sakit Selama sakit


0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan/ minum  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilitas di  
tempat tidur
Berpindah  
Ambulasi / ROM  
Keterangan :

0 : mandiri 3 : dibantu orang lain dan alat


1 : dengan alat bantu 4 : tergantung total
2 : dibantu orang lain
45

Analisa keseimbangan cairan selama perawatan 24 jam (pasien 1)

intake output Analisa


Minuman = 300 cc Urine = 250 cc Intake = 1980 cc
Makanan = - Feses = - Output = 690 cc
Infus = 480 cc IWL = 440 cc
Obat = 1200 cc
TOTAL = 1.980 cc TOTAL = 690 cc TOTAL = + 1.290 cc

Analisa keseimbangan cairan selama perawatan 24 jam (pasien 2)

intake output Analisa


Minuman = 300 cc Urine = 300 cc Intake = 1640 cc
Makanan = - Feses = 50 cc Output = 760 cc
Infus = 240 cc IWL = 410 cc
Obat = 1100 cc
TOTAL = 1640 cc TOTAL = 760 cc TOTAL = + 880 cc

4. Pemeriksaan fisik

Observasi Pasien 1 Pasien 2


1. Keadaan/penampilan
umum
a. Kesadaran Sopor GCS:6 Sopor GCS : 5
E:2, V:2, M:2 E:2, V:1, M:2
b. Tanda tanda vital
• Tekanan darah 123/61 mmHg 146/108 mmHg
• Nadi
- Frekuensi 72x/mnt 90x/mnt
- Irama Teratur Teratur
- kekuatan Lemah Lemah
• Pernafasan
- Frekuensi 30x/mnt 28x/mnt
- Irama Tidak teratur, pasien Tidak teratur, pasien
tampak dispnea/sesak tampak dispnea/sesak
nafas, tampak keletihan. nafas, tampak keletihan.
• Suhu 36,2 0C 36,5 0C
• SPO2 100% 98%

2. Kepala
• Bentuk kepala Mesochepal Mesochepal
• Kulit kepala Tampak berminyak Tampak berminyak
• Rambut Tampak kering beruban Tampak kering beruban

3. Muka
a. Mata
- Palpebra Tidak ada edema Tidak ada edema
46

- Konjungtiva Anemis (Hb:9,8 g/dL) Anemis (Hb: 7,2 g/dL)


- Sclera Tidak ikterik Tidak ikterik
- Pupil Isokor Isokor
- Diameter 3 mm/ 3 mm 3 mm/ 3 mm
kanan/kiri
- Reflek terhadap +/+ +/+
cahaya
- Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu
penglihatan
b. Hidung Bentuk simetris, Bentuk simestris,
terpasang NGT. terpasang NGT.
c. Mulut Mukosa bibir kering, Mukosa bibir kering,
tampak keluar sekret dari tidak tampak keluar
mulut. sekret dari mulut
pasien.
d. Gigi Sudah banyak gigi yang Ada beberapa gigi yang
tanggal, gigi tampak sudah tanggal, gigi
kotor. tampak bersih.
e. Telinga Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak
ada serumen. ada serumen.
4. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid, tidak kelenjar thyroid, tidak
ada pembesaran vena ada pembesaran vena
jugularis. jugularis.
5. Dada (thorax)
• Paru-paru
- Inspeksi - Pengembangan dada - Pengembangan dada
kanan < dada kiri. kanan sama dengan
dada kiri.
- Palpasi - Fremitus raba dada - Fremitus raba dada
kanan < dada kiri kanan sama dengan
dada kiri.
- Perkusi - Suara paru sonor. - Suara paru sonor.
- Auskultasi - Terdengar suara nafas - Terdengar suara
tambahan ronchi ronchi basah dan
basah. kasar.

• Jantung
- Inspeksi - Bentuk dada simetris, - Bentuk dada
ada luka di mid axila simetris, tidak ada
kiri, gambaran EKG : jejas, gambaran
sinus ritme. EKG : SR
- Palpasi - ICS teraba di ICS VII - ICS teraba di ICS V
- Perkusi - Suara jantung pekak - Suara jantung pekak.
- Auskultasi - Bunyi jantung regular - Bunyi jantung
(lub dub), tidak ada regular (lub dub),
suara tambahan. tidak ada suara
tambahan.
6. Abdomen
- Inspeksi - Bentuk abdomen - Bentuk abdomen
simetris, tidak ada simetris, tidak ada
jejas, tidak ada asites. jejas, tidak ada asites.
- Auskultasi - Bising usus terdengar - Bising usus terdengar
15x/mnt 12x/mnt.
- Perkusi - Kuadran I pekak, - Kuadran I pekak,
kuadran II, III, IV kuadran II, III, IV
47

thympani. thympani.
- Palpasi - Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan
(pasien mengalami (pasien mengalami
penurunan kesadaran). penurunan
kesadaran).
7. Genetalia Terpasang selang DC Terpasang selang DC
8. Rektum Bersih Bersih
9. Ekstremitas
a. Atas
- Kekuatan otot - Tidak terkaji, pasien - Tidak terkaji, pasien
kanan/kiri penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.
- ROM kanan dan - Pasif/pasif - Pasif/pasif
kiri
- Perubahan - Tidak ada - Ada (post kecelakaan
bentuk tulang 4 tahun yang lalu)
- Perabaan akral - Dingin - Dingin

- Pitting edema - Ada edema pada - Ada edema pada


tangan kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri,
tangan kiri pasien grade III, CRT >2
terpasang AV shunt, detik.
grade III, CRT >2
detik.
b. Bawah
- Kekuatan otot - Tidak terkaji, pasien - Tidak terkaji, pasien
kanan/kiri penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.
- ROM kanan dan - Pasif/pasif - Pasif/pasif
kiri
- Perubahan - Tidak ada - Tidak ada
bentuk tulang
- Perabaan akral - Dingin - Dingin

- Pitting edema - Ada edema kaki kanan - ada edema kaki kanan
dan kiri, grade III, dan kiri, grade III,
CRT >2 detik. CRT >2 detik.
10. Hasil pengkajian 10 (resiko tinggi) 15 (resiko sedang)
dekubitus
11. Hasil pengkajian 50 (tinggi) 50 (tinggi)
resiko jatuh

5. Hasil pemeriksaan diagnostik

Pasien 1

a. Pemeriksaan : hematologi rutin

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 9.8 g/dL 12.0 – 15.6
Hematokrit 32 % 33 – 45
48

Leukosit 23.7 ribu/ul 4.5 – 11.0


Trombosit 214 ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 381 ribu/ul 4.10 – 5.10
KIMIA KLINIK
Creatinin 4.0 mg/dL 0.6 – 1.2
Ureum 126 mg/dL <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 121 mmol/L 132 – 146
Kalium darah 3.8 mmol/L 3.7 – 5.4
Calcium darah 1.26 mmol/L 1.17 – 1.29

b. Pemeriksaan : Sputum

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

NO. Jenis pemeriksaan Hasil


1. Pengecatan gram Ditemukan kuman gram
positif coccus dan gram
negative batang, Leukosit
2+, Epitel 1+.
2. Pengecatan BTA dari sputum S:-
P : negative
S:-
3. Pengecatan BTA dari bahan lain -

c. Pemeriksaan : Sekresi makroskopis

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


SEKRESI MAKROSKOPIS
Warna Yellow -
Kejernihan SL Cloudy -
KIMIA URIN
Berat jenis 1.014 - 1.015 – 1.025
Ph 6.0 - 4.5 – 8.0
Leukosit 500 /uL Negative
Nitrit Negative - Negative
Protein Negative mg/dL Negative
Glukosa Normal mg/dL Normal
Keton Negative mg/dL Negative
Urobilinogen Normal mg/dL Normal
Bilirubin Negative mg/dL Negative
Eritrosit Negative mg/dL Negative
MIKROSKOPIS
Leukosit 563.3 /LPB 0 – 12
EPITEL
49

Epitel squamous 0 /LPB Negative


Epitel transisional - /LPB Negative
Epitel bulat - /LPB Negative
SILINDER
Hyline 0 /LPK 0–3
Granulosit - /LPK Negative
Lekosit - /LPK Negative

d. Pemeriksaan : Kristal

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


PEMERIKSAAN KRISTAL 0.1 /UL 0.0 – 0.0
Small Round Cell 0.7 /UL 0.0 – 0.0
Mukus 0.00 /UL 0.00 – 0.00
Sperma 0.0 /UL 0.0 – 0.0
Konduktivitas 10.6 mS/cm 3.0 – 32.0
Lain-lain : eritrosit 10 – 15 /LPB, Leukosit 500 – 600 /LPB, Bakteri (+), Kristal
amorf (+), jamur (+).

e. Pemeriksaan : Glukosa sewaktu

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil satuan Rujukan


Glukosa sewaktu (1) 523 mg/dL -
Glukosa sewaktu (2) 479 mg/dL -
Glukosa sewaktu (3) 375 mg/dL -
Glukosa sewaktu (4) 344 mg/dL -
Glukosa sewaktu (5) 318 mg/dL -
Glukosa sewaktu (6) 175 mg/dL -

f. Pemeriksaan : Cairan

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


CAIRAN
Analisa cairan tubuh
Makroskopis
Warna Kuning muda - -
50

Kejernihan Jernih - -
Bekuan Tidak ada - -
Protein kuantitatif 0.8 gr/Dl -
Tes Rivalta Negative - -
Glukosa 337 mg/Dl -
LDH 111 /uL -
Jumlah sel 34 /uL <1000
Hitung jenis sel MN 97 % 30.75
Hitung jenis PMN 3 % <110

g. Pemeriksaan : Analisa gas darah

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Analisa Gas Darah
Kimia klinik
Ph 7.340 - 7.310 – 7.420
BE -3.7 mmol/L -2 – +3
PCO2 41.0 mmHg 27.0 - 41.0
PO2 70.0 mmHg 80.0 – 100.0
Hematokrit 26 % 37 – 50
HCO3 22.2 mmol/L 21.0 – 28.0
Total CO2 23.4 mmol/L 19.0 – 24.0
O2 Saturasi 93.0 % 94.0 – 98.0
LAKTAT
Arteri 1.30 mmol/L 0.36 – 0.75

h. Pemeriksaan : Foto Thorax PA

Tanggal : 19 Mei 2017

Hasil :

Klinis : Edema pulmo + Efusi pleura bilateral + pneumonia


Cor : Batas kanan jantung tertutup perselubungan, tampak klasiikasi arcus
aorta
Paru : tampak infiltrate pada kedua lapang paru, tampak penebalan pleura
kanan, tampak perhiliran haziness dilapang paru kiri.

Sinus costophrenicus kanan tumpul kiri tajam.


Hemidipragma kanan tertutup.
Perselubungan kiri normal.
Trakea tertarik ke kanan.
Sistema tulang baik.
Tampak terpasang gastric tube dengan tip proyeksi pada gaster.
Kesimpulan :
1. Pneumonia dengan penebalan pleura kanan dan penarikan trakea ke
kanan.
51

2. Edema pulmo dan efusi pleura kanan.


3. Arterosklerosis.
4. Terpasang gastric tube dengan tip proyeksi pada gaster.

Pasien 2

a. Pemeriksaan : Mikroskopis

Tanggal : 20 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


MIKROSKOPIS
Eritrosit 1342.2 /UL 0 – 8.7
Leukosit 817.1 /LPB 0 – 12
EPITEL
Epitel squamous 1–3 /LPB Negative
Epitel transisional - /LPB Negative
Epitel bulat - /LPB Negative
SILINDER
Hyline 8 /LPK 0–3
Granulated 1–2 /LPK Negative
Leukosit - /LPK Negative
Yeast like cell 1551.5 /UL 0.0 – 0.0
Small Round cell 0.9 /UL 0.0 – 0.0
Sperma 0.0 /UL 0.0 – 0.0
Konduktivitas 14.0 mS/cm 3.0 – 32.0
Lain-lain :
Eritrosit : 200 – 300 /LPB
Leukosit : 80 – 900 /LPB
Bakteri : (++++)
Jamur : (++++)
Kesimpulan : Anemia hipokronik mikrositik dengan leukositosis dan shift to
the left ec susp proses kronis DD/ defisiensi besi disertai infeksi.

b. Pemeriksaan : Sekresi makroskopis

Tanggal : 20 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


SEKRESI MAKROSKOPIS
Warna Orange - -
Kejernihan SI Cloudy - -
KIMIA URIN
Berat jenis 1.010 - 1.015 – 1.025
pH 6.5 - 4.5 – 8.0
52

Leukosit 500 /UL Negative


Nitrit Negative - Negative
Protein 300 mg/dL Negative
Glukosa Normal mg/dL Normal
Keton Negative mg/dL Negative
Urobilinogen Normal mg/dL Normal
Bilirubin Negative mg/dL Negative
Eritrosit 1 mg/dL Negative

c. Pemeriksaan : Hematologi rutin

Tanggal : 21 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 7.2 g/dL 12.0 – 15.6
Hematokrit 23 % 33 – 45
Leukosit 12.4 Ribu/uL 4.5 – 11.0
Trombosit 153 Ribu/uL 150 – 450
Eritrosit 2.79 Juta/uL 4.10 – 5.10
KIMIA KLINIK
Albumin 2.6 g/dL 3.2 – 4.6

d. Pemeriksaan : Kimia klinik

Tanggal : 22 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


KIMIA KLINIK
Creatinine 5.4 mg/dL 0.6 – 1.2
Ureum 143 mg/dL <50
SEROLOGI
HEPATITIS Non reactive - Non reactive
Hbs Ag Rapid Non reactive - Non reactive

e. Pemeriksaan : Analisa gas darah

Tanggal : 23 Mei 2017

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Analisa Gas Darah
pH 7.290 - 7.310 – 7.420
53

BE -0.7 mmol/L -2 - +3
PCO2 53.7 mmol/L 27.0 – 41.0
O2 78.8 mmol/L 80.0 – 100.0
Hematokrit 32 % 37 – 50
HCO3 26.1 21.0 – 28.0
Total CO2 27.7 mmol/L 19.0 – 24
O2 Saturasi 93.5 mmol/L 94.0 – 98.0
LAKTAT
Arteri 1.40 % 0.36 – 0.75
Kesimpulan : Asidosis Respiratory dengan gagal nafas tipe 2

4.1.3 Analisa data

No. Hari/tgl/ Data Masalah Etiologi


Jam
Pasien 1

1. Senin, 22 DS : - Ketidakefektifan Obstruksi jalan


Mei 2017 DO : bersihan jalan nafas nafas
1. Pasien tampak (00031)
08.15 dispnea.
WIB 2. RR = 30x/mnt
3. Pada pemeriksaan
paru terdapat suara
nafas tambahan
ronchi basah.
4. Terdapat
sekret/sputum yang
keluar melalui mulut
pasien.
5. Hasil px. Sputum :
Ditemukan kuman
gram positif coccus
dan gram negative
batang.
6. Hasil kesimpulan px.
Thorax :
Pneumonia dengan
penebalan pleura
kanan dan penarikan
pleura ke kanan.
Edema pulmo kanan
dan efusi pleura
kanan.

2. Senin, 22 DS : - Ketidakefektifan Hiperventilasi


Mei 2017 DO : pola nafas (00032)
1. Pasien tampak
08.35 dispnea.
WIB 2. RR = 30 x/mnt
3. Pasien terpasang
kanul oksigen 3lpm.
4. Pasien tampak
keletihan saat
54

bernafas.
5. Terdapat penurunan
ekspansi paru kanan
< paru kiri pada
pasien.
6. Terdapat
penggunaan otot
bantu pernafasan
pada pasien.
7. Hasil pemeriksaan
Thorax :
- Terdapat
penarikan
trachea ke
kanan.
- Edema pulmo
dan efusi pleura
kanan.
8. Irama nafas tidak
teratur
9. Hasil TTV :
- TD = 123/61
mmHg
- N = 72 x/mnt
- RR = 30 x/mnt
- S = 36,2 0C
- SPO2 = 100%

3. Senin, 22 DS : - Nyeri akut (00132) Agen cidera fisik


Mei 2017 DO :
1. Terdapat luka
08.50 dekubitus di
WIB punggung pasien
dan luka di mid axila
kiri pasien.
2. Hasil pengkajian
skor dekubitus = 50
(resiko tinggi)
3. Pasien bed rest total
mengalami
penurunan
kesadaran,
kesadaran sopor.
E=2 V=2 M=2
GCS=6
4. Hasil pengkajian
luka:
- Luka tampak
merah.
- Saat diberi
rangsang sentuh
pasien tampak
menghindar dan
mengerang.
- Luka tampak
seperti luka lecet
55

pada mid axila kiri


dan punggung
pasien.
- Skala nyeri 3.
4. Senin, 22 DS : - Kelebihan volume Gangguan
Mei 2017 DO : cairan (00026) mekanisme
1. Terdapat edema regulasi
10.00 ekstremitas atas dan
WIB ekstremitas bawah
pada pasien (edema
grade III).
2. Pasien tampak
dispnea (RR= 30
x/mnt)
3. Hasil pemeriksaan
thorax :
- Efusi pleura
dextra.
4. Hasil lab.
Ketidakseimbangan
elektrolit Natrium
darah = 121 (nilai
normal = 132 – 146)
5. Oliguria (produksi
urin sedikit) terlihat
pada DC pasien
<100 cc dalam 8
jam.
6. Hasil balance cairan
pada hari Minggu 21
Mei 2017 adalah
+1190 cc
7. Hasil pemeriksaan
urin =
- Creatine = 4.0
mg/dL
(normal = 0.6 –
1.2 mg/dL)
- Ureum = 126
mg/dL
(normal = <50
mg/dL)
5. Senin, 22 DS : - Ketidakseimbangan Faktor biologis
Mei 2017 DO : nutrisi: kurang dari
- A (Antropometri) kebutuhan tubuh
10.15 1. BB = 44kg (00002)
WIB 2. TB = 160 cm
3. IMT = BB/TB2
= 44/(1,6)2
=17.2(BB kurang)

- B (Biochemical)
1. Hemoglobin =
9.8 g/dL
(normal = 12.0
– 15.6 g/dL)
2. Hematokrit =
32%
56

(normal = 33 –
45 %)

- C (Clinical)
1. Kulit tampak
pucat
2. Konjungtiiva
mata anemis
(pucat).
3. Mukosa bibir
kering
4. Pasien
terpasang NGT.

- D (Diet)
1. Pasien
mendapat diet
nutrisi susu
sonde dengan
rendah garam
dan rendah
protein.
2. Diet sonde
diberikan
melalui NGT
±100 cc
sebanyak 3x1
sehari.

6. Senin, 22 DS : - Resiko infeksi Penyakit


Mei 2017 DO : (00004)
1. Hasil px. Lab =
10.30 Leukosit = 237
WIB ribu/uL
(normal = 4.5 – 11.0
ribu/uL)
2. Pasien mendapat
terapi antibiotik =
Ceftriaxone 2gr/24
jam
levofloxacin =
750/24 jam.
3. Hemoglobin
menurun = 9.8 g/dL
(normal = 12.0 –
15.6 g/dL).
4. Terdapat luka
dekubitus di
punggung dan di mid
axila kiri pasien.
5. Hasil px. Thorax
terdapat penyakit
yang menyertai yaitu
pneumonia.
6. Hasil px. Sputum =
Ditemukan kuman
gram positif coccus
dan gram negative
57

batang.
7. Hasil px. Kristal
mikroskopis
ditemukan bakteri
(+) dan jamur (+).

Pasien 2

1. Senin, 22 DS : - Keidakefektifan pola Hiperventilasi


Mei 2017 DO : nafas (00032).
1. Pasien tampak
09.45 terlihat dispnea.
WIB 2. RR = 28 x/mnt
3. Terpasang kanul
oksgen 3lpm.
4. Pasien tampak
keletihan saat
bernafas.
5. Terdapat
penggunaan otot
bantu pernafasan.
6. Irama nafas tidak
teratur.
7. Hasil pemeriksaan
TTV =
- TD = 146/108
mmHg
- N = 90 x/mnt
- RR = 28
x/mnt
- S = 36,5 0C
- SPO2 = 98 %
2. Senin, 22 DS : - Kelebihan volume Gangguan
Mei 2017 DO : cairan (00026) mekanisme
1. Terdapat edema regulasi
10.20 ekstremitas atas
WIB dan ekstremitas
bawah pada
pasien (edema
grade III).
2. Pasien tampak
dispnea.
3. RR=28 x/mnt
4. Oliguria (urin
yang diproduksi
sedikit) terlihat
pada DC pasien
kurang lebih
50cc/8jam.
5. Terdapat
perubahan berat
jenis urin pada
pemeriksaan
penunjang =
1.010
(normal=1.015 –
1.025)
58

6. Hasil
pemeriksaan
urin:
- Creatine = 5.4
(normal = 0.6 –
1.2)
- Ureum = 143
(normal = <50)
7. Hasil balance
cairan pada
tanggan 21 Mei
2017 adalah +
920cc

3. Senin, 22 DS : - Ketidakseimbangan Faktor biologis


Mei 2017 DO : nutrisi: kurang dari
- A (Antropometri) : kebutuhan tubuh
10.30 1. BB = 41 kg (00002)
WIB 2. TB = 150 cm
3. IMT = BB/TB2
= 41/1.52
= 41/2.25
=18.2(BB kurang)

- B (biochemical) :
1. Hemoglobin = 7.2
g/dL (normal =
12.5 – 15.6 )
2. Hematokrit =23 %
(normal= 33 – 45 )
3. Albumin = 2.6
g/dL
(normal = 3.2 –
4.6)

- C (Clinical) :
1. Kulit tampak
pucat
2. Konjungtiva
anemis (pucat)
3. Mukosa bibir
kering
4. Pasien terpasang
NGT.

- D (Diet) :
1. Pasien mendapat
diet nutrisi berupa
susu (sonde)
rendah garam
rendah protein.
2. Diet sonde
diberikan melalui
selang NGT ±
3x100 cc dalam
sehari.

4 Senin, 22 DS : - Resiko infeksi Penyakit


59

Mei 2017 DO : (00004)


1. Hasil pemeriksaan
10.40 lab =
WIB Leukosit = 12.4
ribu/uL
(normal = 4.5 –
11.0)
2. Hemoglobin rendah
=
7.2 g/dL
(normal = 12.5 –
15.6)
3. Pasien mendapat
terapi antibiotik =
Ceftriaxone 2gr/24
jam
levofloxacin =
750/24 jam
4. Pasien terpasang
alat NGT, DC,
Infus dan syringe
pump.
5. Hasil pemeriksaan
lab mikroskokopis
ditemukan = bakteri
(++++) dan jamur
(++++)
6. Kesimpulan dari
hasil pemeriksaan
mikroskopis =
anemia hipokronik
mikrositik dengan
leukositosis.

5. Selasa, DS : - Gangguan pertukaran Ketidakseimbang


23 Mei DO : gas (00030) an ventlasi
2017 1. Kondisi pasien perfusi
menurun.
10.15 2. Pasien terlihat
WIB bertambah sesak
nafas.
3. Hasil px. AGD =
- PCO2 meningkat
= 53.7
(normal = 27.0 –
41.0)
- O2 menurun =
78.8
(normal = 80.0 –
100.0)
- pH menurun =
7.290
(normal = 7.310 –
7.420)
4. Hasil kesimpulan
AGD =
Asidosis respiratory
dengan gagal nafas
60

tipe 2.
5. Pasien tampak
kejang kemudian
dipasang alat
ventilator.
6. Pasien terpasang
ventilator SIM V
VC peep 8.
7. SPO2 pasien 75%
(sebelum dipasang
ventilator)
8. SPO2 menjadi 98%
(setelah dipasang
ventilator)

4.1.4 Diagnosis keperawatan

Pasien 1

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi

jalan nafas.

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

4) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi.

5) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit.

6) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis.

Pasien 2

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi perfusi.

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.

3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi.
61

4) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit.

5) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis.

4.1.5 Perencanaan

No. DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Pasien 1
1. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (3140) :
keperawatan selama 3x24 1. Observasi sumbatan pada jalan
jam diharapkan ketidak- nafas pasien.
efektifan bersihan jalan nafas 2. Auskultasi suara nafas, catat area
dapat teratasi/ dapat yang ventilasinya menurun atau
berkurang dengan kriteria adanya suara nafas tambahan.
hasil : 3. Posisikan pasien untuk
- RR dalam batas normal memaksimalkan ventilasi (semi
(16-24 x/mnt) fowler).
- Tidak sesak nafas 4. Buang sekret dengan memotivasi
- Tidak ada penumpukan pasien untuk melakukan batuk.
sekret 5. Lakukan penyedotan/suction
- Bunyi nafas normal sekret melalui
endotrakea/nasotrakea,
sebagaimana mestinya.
6. Kelola pemberian bronkodilator
sebagaimana mestinya.

2. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (3140) :


keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola nafas pasien dan
jam diharapkan ketidak- TTV.
efektifan pola nafas pasien 2. Posisikan pasien untuk
dapat teratasi/ dapat mengurangi sesak nafas (semi
berkurang dengan kriteria fowler/ 300).
hasil : 3. Motivasi pasien untuk bernafas
- Tidak ada sesak nafas pelan dan dalam.
- RR dalam batas normal 4. Auskultasi suara nafas, catat area
(16-24 x/mnt) yang ventilasinya menurun.
- Ekspresi wajah tampak 5. Monitor status pernafasan dan
rileks oksigenasi yang sesuai.
6. Kolaborasi alat bantu pernafasan
(ventilator).
3. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nyeri (1400) :
keperawatan selama 3x24 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jam diharapkan nyeri akut komprehensif yang meliputi
dapat teratasi/ dapat lokasi, karakteristik, onset/durasi,
berkurang dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas/
hasil : beratnya nyeri dan faktor
- Skala nyeri turun ( 3 pencetus.
menjadi 1). 2. Observasi adanya petunjuk non
- Ekspresi wajah tampak verbal mengenai ketidaknyamanan
rileks. pada pasien yang tidak dapat
- TTV dalam batas berkomunikasi secara efektif.
normal. 3. Ajarkan penggunaan teknik non
62

farmakologi (relaksasi, terapi


musik, bimbingan antisipasif).
4. Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam (misalnya
farmakologi, non farmakologi,
perawatan luka, interpersonal).
5. Berikan informasi mengenai nyeri
yang dialami.
6. Berikan penurun nyeri yang
optimal dengan analgesik sesuai
indikasi.

4. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen cairan/elektrolit (2080) :


keperawatan selama 3x24 1. Pantau adanya tanda dan gejala
jam diharapkan kelebihan overhidrasi yang memburuk
volume cairan pada pasien (misalnya : ronkhi basah diparu,
dapat teratasi/ dapat poliuria/oliguria, edema, nafas
berkurang dengan kriteria dangkal dan cepat).
hasil : 2. Monitor kadar serum elektrolit
- Tidak ada edema yang abnormal.
ekstremitas. 3. Monitor status perubahan paru
- BB dalam batas atau jantung yang menunjukkan
normal. kelebihan cairan.
- Tidak ada pitting 4. Monitor spesimen laboraturium
edema. untuk pemantauan perubahan
- Tidak ada suara nafas cairan/elektrolit (hematokrit,
tambahan. BUN, protein, Na, K).
- TD dalam batas 5. Jaga pencatatan intake dan output
normal. yang akurat.
6. Jelaskan pada pasien dan keluarga
mengenai alasan untuk
pembatasan cairan, tindakan
hidrasi, elektrolit tambahan sesuai
indikasi.
7. Siapkan pasien untuk dialisis.
8. Berikan diuretik sesuai indikasi.

5. Setelah dilakukan tindakan - Kontrol infeksi (6540) :


keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda-tanda infeksi pada
jam diharapkan resiko infeksi pasien.
pada pasien dapat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
teratasi/dapat berkurang kegiatan perawatan pasien.
dengan kriteria hasil : 3. Jaga lingkungan aseptik yang
- Tidak ada tanda-tanda optimal.
infeksi. 4. Pastikan teknik perawatan luka
- Leukosit dalam batas yang tepat.
normal. 5. Anjurkan pengunjung untuk cuci
- TTV dalam batas tangan pada saat memasuki dan
normal. meninggalkan ruangan pasien.
6. Berikan terapi antibiotik sesuai
indikasi.
6. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nutrisi (1100) :
keperawatan selama 3x8 jam 1. Identifikasi status gizi pasien dan
diharapkan kemampuan untuk memenuhi
ketidakseimbangan nutrisi kebutuhan gizi.
kurang dari kebutuhan tubuh - Manajemen gangguan makan (1030) :
pada pasien dapat 2. Timbang berat badan pasien secara
teratasi/dapat berkurang rutin.
63

dengan kriteria hasil : 3.Monitor intake dan asupan cairan


- Tidak terjadi secara tepat.
penurunan BB - Manajemen elektrolit/cairan (2080) :
- BB stabil 4. Berikan serat sesuai indikasi
- Intake nutrisi adekuat melalui selang makan.
- Manajemen nutrisi (1100) :
5. Anjurkan pada pasien dan
keluarga tentang kebutuhan diet
untuk kondisi sakit (yaitu untuk
pasien dengan penyakit ginjal,
pembatasan natrium, kalium,
protein dan cairan).
- Manajemen gangguan makan (1030) :
6. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana
perawatan terkait tentang nutrisi
pasien.

Pasien 2
1. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen asam basa : asidosis
keperawatan selama 3x24 respiratorik (1913) :
jam diharapkan gangguan 1. Monitor pola pernafasan.
pertukaran gas pada pasien 2. Monitor tanda dan gejala
dapat teratasi/dapat kelebihan asam karbonat dan
berkurang dengan kriteria asidosis respiratorik (missal :
hasil : tremor, dengan durasi memanjang,
- Tidak ada dispnea. kondisi ketidakseimbangan
- Tidak ada gejala distres menuju koma, level pH kurang
pernafasan. dari 7.35, level PaCO2 lebih besar
- Menunjukkan perbaikan dari 45 mmHg).
ventilasi dan oksigen 3. Pertahankan kepatenan jalan
jaringan adekuat dengan nafas.
hasil analisa gas darah. 4. Pertahanakan bersihan jalan nafas
(missal : suction, memasang alat
bantu nafas dengan tepat).
5. Posisikan pasien pada perfusi
ventilasi yang optimal (semi
fowler) dengan tepat.
6. Instruksikan pada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan sesuai prosedur.
7. Berikan terapi oksigen yang
sesuai.
8. Sediakan ventilasi mekanaik yang
sesuai.
2. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (3140) :
keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola nafas pasien dan
jam diharapkan ketidak- TTV.
efektifan pola nafas pasien 2. Posisikan pasien untuk
dapat teratasi/dapat mengurangi sesak nafas (semi
berkurang dengan kriteria fowler/ 300).
hasil : 3. Motivasi pasien untuk bernafas
- Tidak ada sesak nafas pelan dan dalam.
- RR dalam batas normal 4. Auskultasi suara nafas, catat area
(16-24 x/mnt) yang ventilasinya menurun.
- Ekspresi wajah tampak 5. Monitor status pernafasan dan
rileks oksigenasi yang sesuai.
64

6. Kolaborasi alat bantu pernafasan


(ventilator).

3. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen cairan/elektrolit (2080) :


keperawatan selama 3x24 1. Pantau adanya tanda dan gejala
jam diharapkan kelebihan overhidrasi yang memburuk
volume cairan pada pasien (misalnya : ronkhi basah diparu,
dapat teratasi/ dapat poliuria/oliguria, edema, nafas
berkurang dengan kriteria dangkal dan cepat).
hasil : 2. Monitor kadar serum elektrolit
- Tidak ada edema yang abnormal.
ekstremitas/ edema 3. Monitor status perubahan paru
berkurang. atau jantung yang menunjukkan
- BB dalam batas kelebihan cairan.
normal. 4. Monitor spesimen laboraturium
- Tidak ada pitting untuk pemantauan perubahan
edema. cairan/elektrolit (hematokrit,
- Tidak ada suara nafas BUN, protein, Na, K).
tambahan 5. Jaga pencatatan intake dan output
- TD dalam batas yang akurat.
normal. 6. Jelaskan pada pasien dan keluarga
mengenai alasan untuk
pembatasan cairan, tindakan
hidrasi, elektrolit tambahan sesuai
indikasi.
7. Siapkan pasien untuk dialisis.
8. Berikan diuretik sesuai indikasi.

4. Setelah dilakukan tindakan - Kontrol infeksi (6540) :


keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda-tanda infeksi pada
jam diharapkan resiko infeksi pasien.
pada pasien dapat teratasi/ 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
dapat berkurang dengan kegiatan perawatan pasien.
kriteria hasil : 3. Jaga lingkungan aseptik yang
- Tidak ada tanda-tanda optimal.
infeksi. 4. Pastikan teknik perawatan luka
- Leukosit dalam batas yang tepat.
normal. 5. Anjurkan pengunjung untuk cuci
- TTV dalam batas tangan pada saat memasuki dan
normal. meninggalkan ruangan pasien.
6. Berikan terapi antibiotik sesuai
indikasi.
5. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nutrisi (1100) :
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi status gizi pasien dan
jam diharapkan ketidak- kemampuan untuk memenuhi
seimbangan nutrisi kurang kebutuhan gizi.
dari kebutuhan tubuh pada - Manajemen gangguan makan (1030) :
pasien dapat teratasi/dapat 2. Timbang berat badan pasien secara
berkurang dengan kriteria rutin.
hasil : 3. Monitor intake dan asupan cairan
- Tidak terjadi secara tepat.
penurunan BB - Manajemen elektrolit/cairan (2080) :
- BB stabil 4. Berikan serat sesuai indikasi
- Intake nutrisi adekuat melalui selang makan.
- Manajemen nutrisi (1100) :
5. Anjurkan pada pasien dan
keluarga tentang kebutuhan diet
untuk kondisi sakit (yaitu untuk
65

pasien dengan penyakit ginjal,


pembatasan natrium, kalium,
protein dan cairan).
- Manajemen gangguan makan (1030) :
6. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana
perawatan terkait tentang nutrisi
pasien.

4.1.6 Pelaksanaan

Diagnosa 22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017


Keperawatan
Pasien 1
Implementasi
Ketidakefektif 07. 35 Memonitor 07.15 Memonitor 07.15 Memonitor
an bersihan TTV pasien TTV pasien TTV pasien
jalan nafas Pasien
berhubungan mengalami 07.20 Melakukan 07.20 Melakukan
dengan penurunan suction suction untuk
obstruksi jalan kesadaran untuk mengurangi
nafas. GCS : 6 mengurangi sekret.
E:2 V:2 M:2 sekret.

08.15 Mengobserv 09.15 Mengobser- 07.30 Memberikan


asi adanya vasi terapi obat
sumbatan bersihan (ambroxol 1
pada jalan jalan nafas tablet/8 jam
nafas pasien pasien. dan asetil
sistein
08.55 Melakukan 10.00 200mg/jam)
pemeriksaan Melakukan
(auskultasi) pemeriksaan 10.00 Mengobserva
paru-paru (auskultasi) si jalan nafas
pasien. paru-paru pasien.
pasien.

09.00 Melakukan 13.00


suction Mengobserv
untuk asi bersihan
mengurangi jalan nafas
sekret. pasien
kembali

13.10 Mengobserv
asi adanya
sumbatan
pada jalan
nafas pasien
66

Ketidakefektif 08.20 Mengobserv 07.30 Memonitor 07.20 Memonitor


an pola nafas asi pola pola nafas pola nafas
berhubungan nafas dan dan TTV dan
dengan TTV pasien pasien memonitor
hiperventilasi. TTV pasien.
08.55 Melakukan 09.15 Mengobserv
pemeriksaan asi TTV dan 07.30 Memonitor
(auskultasi) pola nafas penggunaan
paru-paru. pasien. kanul
oksigen.
09.00 Memposisik 09.15 Memonitor
an pasien penggunaan 10.00 Memonitor
semi fowler kanul pola nafas
dan oksigen. pasien
memonitor kembali dan
penggunaan 14.05 Memonitor mengobserva
kanul pola nafas si TTV.
oksigen. pasien.
14.05 Memonitor
13.30 Mengobserv pola nafas
asi pola pasien.
nafas pasien.

Nyeri akut 08.30 Mengobserv 08.00 Mengobserv 07.45 Mengobserva


berhubungan asi/ asi/ si/ mengkaji
dengan agen mengkaji mengkaji nyeri pasien
cidera fisik. nyeri pasien nyeri pasien

08.30 Melakukan 08.15 Melakukan 08.00 Melakukan


perawatan perawatan perawatan
luka sesuai luka sesuai luka sesuai
indikasi. indikasi. indikasi.

Kelebihan 08.35 Mengobserv 07.10 Memantau 07.30 Memberikan


volume cairan asi adanya kadar serum terapi obat
berhubungan overhidrasi px. lab yang sesuai
dengan cairan pada abnormal indikasi
gangguan pasien. (creatinin, (furosemid
mekanisme ureum, 40mg).
regulasi. natrium)
09.05 Memonitor 14.00 Menghitung
adanya balance
tanda dan 07.41 Memberikan cairan
gejala terapi obat (intake =
overhidrasi sesuai 1870 cc
yang indikasi Output =
memburuk. (furosemid 790cc
40mg). Hasil = intake
09.15 Mengantar – output =
pasien ke 14.00 Menghitung 1870 cc- 790
ruang balance cc = +1080 cc
dialisis cairan
untuk (intake =
melakukan 1730 cc
dialisis. Output =
590 cc
67

14.00 Menghitung Hasil =


balance inake –
cairan output =
(Intake = 1730 cc –
1.980 cc 590 cc =
Output = +1140 cc
690 cc
Hasil =
intake –
output =
1.980 cc –
690 cc
= + 1290 cc
Resiko infeksi 08.40 Memonitor 07.10 Memantau 07.30 Memberikan
berhubungan tanda-tanda hasil lab terapi
dengan infeksi pada (leukosit antibiotik
penyakit. pasien. meningkat sesuai
237 ribu/uL) indikasi
(levoflo-xacin
07.40 Memberikan 150 mg dan
terapi ceftriaxon 1
antibiotik gr).
sesuai
indikasi
(levoflo- 07.45 Menjaga
xacin 150 lingkungan
mg dan aseptik pasien
ceftriaxon 1 (memandi-
gr). kan pasien).

08.00 Menjaga
lingkungan
aseptik
pasien
(memandi-
kan pasien).

Ketidakseimba 08.50 Mengobserv 07.41 Memberikan 07.30 Memberikan


ngan nutrisi: asi status terapi nutrisi terapi nutrisi
kurang dari gizi melalui sesuai sesuai
kebutuhan IMT dan indikasi (Ca indikasi (Ca
tubuh mengobserv CO3 1 tablet CO3 1 tablet
berhubungan asi dan asam dan asam
dengan faktor kemampuan folat 800 folat 800 mg)
biologis. pasien mg)
dalam
memenuhi 07.45 Memberikan 07.40 Memberikan
kebutuhan diet nutrisi diet nutrisi
nutrisi. sesuai sesuai
indikasi indikasi (100
13.30 Memberikan (100 cc susu cc susu
diet nutrisi rendah rendah garam
melalui garam rendah
selang NGT rendah protein).
(diet susu protein).
rendah
garam 12.00 Memberikan 12.00 Memberikan
68

rendah diet nutrisi diet nutrisi


protein sesuai sesuai
100cc) indikasi indikasi (100
(100 cc susu cc susu
rendah rendah garam
garam rendah
rendah protein).
protein).
Pasien 2
Implementasi
Gangguan - Hari 07.20 Memberikan 07.20 Mengobserva
pertukaran gas pertama terapi sesuai si pola nafas
berhubungan pasien indikasi (ca dan TTV
dengan belum glukonas pasien serta
ketidakseimba mengalami 1gr) ventilator.
ngan ventilasi gangguan
perfusi. pertukaran 07.30 Memonitor
gas. tanda dan 08.30 Keluarga
gejala pasien
asidosis menghendaki
respiratory untuk DNR
(melalui (Do Not
AGD). Resusitation).

08.30 Memonitor 10.15 Tindakan


pola nafas keperawatan
dan TTV dihentikan
pasien. pasien
dinyatakan
11.30 mengkolabo meninggal
rasi dalam dunia.
pemasangan
alat bantu
nafas
(ventilator)

Ketidakefektif 07.30 Mengobserv 08.30 Memonitor 07.20 Mengobserva


an pola nafas asi pola pola nafas si pola nafas
berhubungan nafas dan dan TTV dan TTV
dengan TTV pasien. pasien. pasien serta
hiperventilasi. ventilator.
07.50 Melakukan 11.30 mengkolabo
pemeriksaan rasi dalam
(auskultasi pemasangan 08.30 Keluarga
paru-paru). alat bantu pasien
nafas menghendaki
07.55 Memposisik (ventilator) untuk DNR
an pasien (Do Not
semi fowler. 12.00 memonitor Resusitation).
pola nafas
dan TTv
pasien 10.15 Tindakan
setelah keperawatan
terpasang dihentikan
ventilator. pasien
dinyatakan
69

meninggal
dunia.

Kelebihan 07.35 Mengobserv 07.20 Memberikan 07.20 Memberikan


volume cairan asi adanya terapi terapi diuretik
berhubungan overhidrasi diuretik sesuai
dengan cairan pada sesuai indikasi
gangguan pasien indikasi mengobserva
mekanisme (furosemid si pola nafas
regulasi. 07.45 Memonito 40mg) dan TTV
hasil lab.
urin 14.00 Menghitung 08.30 Keluarga
balance pasien
14.00 Menghitung cairan menghendaki
balance pasien untuk DNR
cairan (intake = (Do Not
pasien 1668 cc Resusitation).
(intake = Output =
1640 cc 660 cc 10.00 Menghitung
Output = Hasil = balance
760 cc intake – cairan pasien
Hasil = output = (intake = 398
intake – 1668 cc- cc
output = 660 cc = Output =
1640 cc- +1080 cc) 137cc
760 cc = Hasil = intake
+880 cc) – output =
398 cc - 137
cc = +220 cc.

10.15 Tindakan
keperawatan
dihentikan
pasien
dinyatakan
meninggal
dunia.

Resiko infeksi 07.40 Memonitor 07.15 Memberikan 08.30 Keluarga


berhubungan tanda-tanda terapi pasien
dengan infeksi. antibiotik menghendaki
penyakit. sesuai untuk DNR
07.40 Memonitor indikasi (Do Not
hasil px. lab (ceftriaxone Resusitation).
yang 1gr dan
abnormal levofloxacin
(leukosit 150 mg) dan 10.15 Tindakan
meningkat Memonitor keperawatan
12.4 tanda-tanda dihentikan
ribu/uL). infeksi. pasien
dinyatakan
meninggal
dunia.

Ketidakseimba 07.45 Mengobserv 07.18 Memberikan 08.30 Keluarga


ngan nutrisi: asi status diet nutrisi pasien
kurang dari gizi pasien sesuai menghendaki
kebutuhan melalui IMT indikasi untuk DNR (
70

tubuh dan (susu soonde Do Not


berhubungan mengobserv rendah Resusitation).
dengan faktor asi garam
biologis. kemampuan rendah
pasien protein). 10.15 Tindakan
dalam keperawatan
memenuhi 07.20 Memberikan dihentikan
kebutuhan terapi untuk pasien
nutrisi. nutrisi dinyatakan
sesuai meninggal
12.05 Memberikan indikasi dunia.
diet nutrisi (EAS primer
melalui 1 flabot, Ca
sonde NGT CO3 1 tablet,
(susu rendah VIP albumin
garam 1 tablet).
rendah
protein). 12.30 Memberikan
diet nutrisi
melalui
sonde NGT
(susu rendah
garam
rendah
protein).

4.1.7 Evaluasi

DX Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Pasien 1
Dx 1 S:- S:- S:-
O: O: O:
- Terdapat sekret - Masih terdapat - Sekret pada mulut
pada mulut pasien. sekret pada mulut pasien sudah
- Suara paru ronkhi pasien. berkurang.
basah kasar. - Suara paru ronkhi - Suara nafas
- Pasien tampak basah kasar. ronkhi basah
dispnea. - Pasien tampak kasar masih
- GCS 6 E:2 V:2 dispnea. terdengar pada
M:2 kesadaran - GCS 6 E:2 V:2 paru pasien.
sopor. M:2 kesadaran - GCS 6 E:2 V:2
A : masalah ketidak- sopor. M:2 kesadaran
efektifan bersihan - Hasil px. thorax : sopor.
jalan nafas pasien pneumonia dan A : masalah ketidak-
belum teratasi. efusi pleura efektifan
P : lanjutkan intervensi. dextra. bersihan jalan
- Lakukan suction A : masalah ketidak- nafas pasien
sesuai indikasi. efektifan bersihan teratasi sebagian.
- Monitor bersihan jalan nafas pasien P : lanjutkan intervensi
jalan nafas. belum teratasi. - Lakukan suction
- Kolaborasi P : lanjutkan intervensi sesuai indikasi.
pemberian terapi - Lakukan suction - Monitor bersihan
obat sesuai sesuai indikasi. jalan nafas.
indikasi. - Monitor bersihan - Kolaborasi
jalan nafas. pemberian terapi
- Kolaborasi obat sesuai
71

pemberian terapi indikasi.


obat sesuai
indikasi.
Dx 2 S:- S:- S:-
O: O: O:
- Pasien tampak - Pasien tampak - Pasien masih
sesak nafas lebih nyaman, tampak sesak
- Pasien tampak sesak nafas nafas, namun
keletihan saat berkurang. sudah berkurang.
bernafas. - RR= 28 x/mnt - Pola nafas belum
- Pengembangan - TD = 112/52 teratur.
dada kanan < dada mmHg - Terpasang kanul
kiri - N = 78 x/mnt oksigen 3 lpm.
- Irama nafas tidak - S = 36.1 0C - TD = 116/60
teratur - SPO2 = 98 % mmHg
- Terpasang kanul - Terpasang kanul - N = 78 x/mnt
oksigen 3 lpm, oksigen 3lpm. - RR = 27 x/mnt
RR= 30 x/mnt. A : masalah ketidak- - S = 36.5 0C
A : masalah ketidak- efektifan pola - SPO2 = 100 %
efektifan pola nafas teratasi A : masalah ketidak-
nafas belum sebagian. efektifan pola
teratasi. P : lanjutkan intervensi nafas teratasi
P : lanjutkan intervensi - Monitor pola sebagian.
- Monitor pola nafas pasien. P : lanjutkan intervensi
nafas pasien. - Monitor - Monitor pola
- Monitor penggunaan kanul nafas pasien.
penggunaan kanul oksigen. - Monitor
oksigen. - Monitor tanda- penggunaan
- Monitor tanda- tanda apnea. kanul oksigen.
tanda apnea. - Monitor tanda-
tanda apnea.

Dx 3 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Terdapat luka - Terdapat luka - Terdapat luka
dekubitus di dekubitus di dekubitus di
punggung dan di punggung dan di punggung dan di
mid axila pasien. mid axila pasien. mid axila pasien.
- Luka tampak - Luka mulai - Luka tampak
memerah. membaik. membaik.
- Luka seperti luka - Merah sudah - Merah sudah
lecet. berkurang. berkurang.
- Skala nyeri 3. - Skala nyeri 2. - Skala nyeri 2.
A : masalah nyeri akut A : masalah nyeri akut A : masalah nyeri akut
belum teratasi. belum teratasi. belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi
- Lakukan - Lakukan - Lakukan
perawatan luka perawatan luka perawatan luka
setiap hari. setiap hari. setiap hari.
- Monitor keadaan - Monitor keadaan - Monitor keadaan
luka. luka. luka dan tanda-
- Kolaborasi dalam - Kolaborasi dalam tanda infeksi.
pemberian terapi pemberian terapi - Kolaborasi dalam
obat sesuai obat sesuai pemberian terapi
indikasi. indikasi. obat sesuai
- Ubah posisi indikasi.
miring kanan/kiri - Ubah posisi
setiap 2 jam miring kanan/kiri
72

sekali. setiap 2 jam


sekali.

Dx 4 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Terdapat edema - Terdapat edema - Terdapat edema
ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas atas
dan ekstremitas dan ekstremitas dan ekstremitas
bawah pada bawah pada bawah pada
pasien. pasien. pasien.
- TD = 128/70 - TD = 112/52 - TD = 116/60
mmHg mmHg mmHg
- N= 82 x/mnt - N = 78 x/mnt - N = 78 x/mnt
- RR= 30 x/mnt - RR = 28 x/mnt - RR = 27 x/mnt
- Terdapat suara - Terdapat suara - Terdapat suara
nafas ronkhi basah nafas ronkhi basah nafas ronkhi
kasar pada kasar pada basah kasar pada
pemeriksaan paru- pemeriksaan paru- pemeriksaan
paru. paru. paru-paru.
- Hasil balance - Hasil balance - Hasil balance
cairan selama 24 cairan per 24 jam cairan selama 24
jam perawatan hari kedua adalah jam hari ketiga
adalah +1290 cc. +1140 cc. adalah +1080 cc.
A : masalah kelebihan - Hasil px. A : masalah kelebihan
volume cairan laboraturium = volume cairan
belum teratasi. - Ureum = 126 teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi mg/dl (normal P : lanjutkan intervensi
- Monitor balance <50 mg/dl) - Monitor balance
cairan setiap hari. - Creatinine = 4.0 cairan setiap hari.
- Monitor hasil px. mg/dl (normal 0.6 - Monitor hasil px.
laboraturium yang – 1.2 mg/dl). laboraturium
abnormal. - Natrium = 121 yang abnormal.
- Kolaborasi dalam (normal 132 – - Kolaborasi dalam
pemberian 146) pemberian
diuretik sesuai A : masalah kelebihan diuretik sesuai
indikasi. volume cairan indikasi.
- Kolaborasi dalam teratasi sebagian. - Kolaborasi dalam
pemberian P : lanjutkan intervensi pemberian
tindakan dialisis. - Monitor balance tindakan dialisis.
cairan setiap hari.
- Monitor hasil px.
laboraturium yang
abnormal.
- Kolaborasi dalam
pemberian
diuretik sesuai
indikasi.
- Kolaborasi dalam
pemberian
tindakan dialisis.

Dx 5 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Terdapat luka - Terdapat luka - Terdapat luka
dekubitus di dekubitus di dekubitus di
punggung dan di punggung dan di punggung dan di
mid axila pasien. mid axila pasien. mid axila pasien
- Leukosit - Pasien mendapat namun luka sudah
73

meningkat 237 terapi antibiotik membaik.


ribu/uL (normal ceftriaxone 2gr/24 - Pasien mendapat
4.5 – 110 ribu/uL) jam dan terapi antibiotik
- Pasien mengalami levofloxacin 750 ceftriaxone
penurunan mg/24 jam. 2gr/24 jam dan
kesadaran. - Pasien mengalami levofloxacin 750
A : masalah resiko penurunan mg/24 jam.
infeksi belum kesadaran. - Pasien
teratasi. A : masalah resiko mengalami
P : lanjutkan intervensi infeksi teratasi penurunan
- Monitor tanda- sebagian. kesadaran.
tanda infeksi P : lanjutkan intervensi A : masalah resiko
- Jaga lingkungan - Monitor tanda- infeksi belum
aseptik pasien. tanda infeksi teratasi.
- Lakukan - Jaga lingkungan P : lanjutkan intervensi
perawatan luka aseptik pasien. - Monitor tanda-
secara tepat setiap - Lakukan tanda infeksi
hari. perawatan luka - Jaga lingkungan
- Kolaborasi dalam secara tepat setiap aseptik pasien.
pemberian hari. - Lakukan
antibiotik sesuai - Kolaborasi dalam perawatan luka
indikasi. pemberian secara tepat setiap
antibiotik sesuai hari.
indikasi. - Kolaborasi dalam
pemberian
antibiotik sesuai
indikasi.

Dx 6 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Pasien mengalami - Pasien mengalami - Pasien
penurunan penurunan mengalami
kesadaran kesadaran penurunan
sehingga - Terpasang selang kesadaran
terpasang selang NGT untuk dapat - Terpasang selang
NGT untuk dapat memnuhi NGT untuk dapat
memnuhi kebutuhan nutrisi. memnuhi
kebutuhan nutrisi. - Diet susu rendah kebutuhan nutrisi.
- Diet susu rendah garam rendah - Diet susu rendah
garam rendah protein diberikan garam rendah
protein diberikan sebanyak 3x100 protein diberikan
sebanyak 3x100 cc dalam sehari. sebanyak 3x100
cc dalam sehari. A : masalah ketidak- cc dalam sehari.
- IMT = 17.2 (BB seimbangan A : masalah ketidak-
kurang). nutrisi: kurang seimbangan
A : masalah ketidak- dari kebutuhan nutrisi: kurang
seimbangan tubuh belum dari kebutuhan
nutrisi: kurang teratasi. tubuh belum
dari kebutuhan P : lanjutkan intervensi teratasi.
tubuh belum - Monitor P : lanjutkan intervensi
teratasi. pemberian nutrisi - Monitor
P : lanjutkan intervensi pada pasien. pemberian nutrisi
- Monitor - Kolaborasi dalam pada pasien.
pemberian nutrisi pemberian nutrisi - Kolaborasi dalam
pada pasien. pada pasien sesuai pemberian nutrisi
- Kolaborasi dalam indikasi. pada pasien
pemberian nutrisi sesuai indikasi.
74

pada pasien sesuai


indikasi.

Pasien 2
Dx 1 Hari pertama pasien S:- S:-
belum mengalami O: O:
gangguan pertukaran - Hasil analisa gas - Kondisi pasien
gas. darah : asidosis menurun.
respiratory - Pola nafas tidak
dengan gagal teratur.
nafas tipe 2. - Pasien sempat
- pH = 7.290 mengalami
(normal 7.310 – kejang.
7.420) - TD = 52/24
- PCO2 = 53.7 mmHg
(normal 27.0 – - RR = 15 x/mnt
41.0) - N = 82 x/mnt
- Pasien terpasang - Dilatasi pupil =
ventilator SIM V 4/4
VC peep 8. - Reflek pupil = -/-
- RR = 33 x/mnt - GCS = 3 E1 V1
- SPO2 = 97 % M1 (koma).
A : masalah gangguan - SPO2 = 75 %
pertukaran gas (dengan
belum teratasi. ventilator)
P : lanjutkan intervensi. A : masalah tidak
- Monitor pola teratasi.
nafas pasien. P : intervensi tidak
- Monitor tanda- dilanjutkan karena
tanda apnea. keluarga
- Monitor menghendaki DNR
penggunaan (Do Not
ventilator. Resusitation).
- Monitor hasil px. Pada pukul 10.15
analisa gas darah. pasien dinyatakan
meninggal dunia.

Dx 2 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Pasien tampak - Pola nafas pasien - Kondisi pasien
sesak nafas. belum teratur. menurun.
- Pasien keletihan - Pasien terpasang - Pola nafas tidak
saat bernafas. ventilator SIM V teratur.
- Terpasang kanul VC peep 8. - Pasien sempat
oksigen 3lpm. - RR = 102 x/mnt mengalami
- RR = 28 x/mnt - TD = 80/ 50 kejang.
- TD = 146/ 108 mmHg. - TD = 52/24
mmHg. - N = 102 x/mnt mmHg
- N = 90 x/mnt - S = 36.6 0C - RR = 15 x/mnt
- S = 36.5 0C - SPO2 = 97% - N = 82 x/mnt
- SPO2 = 98% A : masalah ketidak- - Dilatasi pupil =
A : masalah ketidak- efektifan pola 4/4
efektifan pola nafas belum - Reflek pupil = -/-
nafas belum teratasi. - GCS = 3 E1 V1
teratasi. P : lanjutkan intervensi M1 (koma).
P : lanjutkan intervensi - Monitor pola - SPO2 = 75 %
- Monitor pola nafas pasien. (dengan
nafas pasien. - Monitor ventilator)
75

- Monitor penggunaan A : masalah tidak


penggunaan kanul ventilator. teratasi.
oksigen. - Monitor tanda- P : intervensi tidak
- Monitor tanda- tanda apnea. dilanjutkan karena
tanda apnea. keluarga
menghendaki DNR
(Do Not
Resusitation).
Pada pukul 10.15
pasien dinyatakan
meninggal dunia.

Dx 3 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Terdapat edema - Terdapat edema - Terdapat edema
ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas atas
dan edema dan edema dan edema
ekstremitas bawah ekstremitas bawah ekstremitas
pada pasien. pada pasien. bawah pada
- TD = 146/108 - TD= 80/50 mmHg pasien.
mmHg - RR = 31 x/mnt - Terdapat suara
- RR= 28 x/mnt - N 102 x/mnt nafas tambahan
- N= 90x/mnt - Terdapat suara ronkhi basah
- Terdapat suara nafas tambahan kasar pada
nafas tambahan ronkhi basah kasar pemriksaan paru-
ronkhi basah kasar pada pemriksaan paru.
pada pemriksaan paru-paru. - Hasil balance
paru-paru. - Hasil balance cairan hari ketiga
- Hasil balance cairan per 24 jam adalah +220 cc
cairan per 24 jam hari kedua adalah (selama 3 jam)
hari pertama + 1008 cc A : masalah kelebihan
adalah + 880 cc. A : masalah kelebihan volume cairan
A : masalah kelebihan volume cairan belum teratasi.
volume cairan belum teratasi. P: intervensi kepe-
belum teratasi. P : lanjutkan intervensi rawatan dihentikan
P : lanjutkan intervensi - Monitor balance karena keluarga
- Monitor balance cairan setiap hari. mengehndaki
cairan setiap hari. - Kolaborasi dalam DNR.
- Kolaborasi dalam pemberian
pemberian diuretik sesuai
diuretik sesuai indikasi. S:-
indikasi. - Kolaborasi dalam O:
- Kolaborasi dalam pemberian - Kondisi pasien
pemberian tindakan dialisis. menurun.
tindakan dialisis. - Pola nafas tidak
teratur.
- Pasien sempat
mengalami
kejang.
- TD = 52/24
mmHg
- RR = 15 x/mnt
- N = 82 x/mnt
- Dilatasi pupil =
4/4
- Reflek pupil = -/-
- GCS = 3 E1 V1
M1 (koma).
76

- SPO2 = 75 %
(dengan
ventilator)
A : masalah tidak
teratasi.
P : intervensi tidak
dilanjutkan karena
keluarga
menghendaki DNR
(Do Not
Resusitation).
Pada pukul 10.15
pasien dinyatakan
meninggal dunia.

Dx 4 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Pasien mengalami - Pasien mengalami - Kondisi pasien
penurunan penurunan menurun.
kesadaran. kesadaran. - Pola nafas tidak
- Pasien mendapat - Pasien mendapat teratur.
terapi antibiotic terapi antibiotic - Pasien sempat
ceftriaxone 2gr/24 ceftriaxone 2gr/24 mengalami
jam dan jam dan kejang.
levofloxacin 750 levofloxacin 750 - TD = 52/24
mg/24 jam. mg/24 jam. mmHg
- Leukosit A : masalah resiko - RR = 15 x/mnt
meningkat = 12.4 infeksi belum - N = 82 x/mnt
ribu/uL (normal teratasi. - Dilatasi pupil =
4.5 – 11.0 P : lanjutkan intervensi 4/4
ribu/uL). - Monitor tanda- - Reflek pupil = -/-
A : masalah resiko tanda infeksi. - GCS = 3 E1 V1
infeksi belum - Jaga lingkungan M1 (koma).
teratasi. aseptic pasien. - SPO2 = 75 %
P : lanjutkan intervensi. - Kolaborasi dalam (dengan
- Monitor tanda- pemberian terapi ventilator)
tanda infeksi. antibiotik sesuai A : masalah tidak
- Jaga lingkungan indikasi. teratasi.
aseptic pasien. - Cuci tangan P : intervensi tidak
- Kolaborasi dalam sebelum dan dilanjutkan karena
pemberian terapi sesudah keluarga
antibiotik sesuai melakukan menghendaki DNR
indikasi. tindakan (Do Not
- Cuci tangan keperawatan. Resusitation).
sebelum dan Pada pukul 10.15
sesudah pasien dinyatakan
melakukan meninggal dunia.
tindakan
keperawatan.

Dx 5 S:- S:- S:-


O: O: O:
- Pasien mengalami - Pasien mengalami - Kondisi pasien
penurunan penurunan menurun.
kesadaran kesadaran - Pola nafas tidak
sehingga sehingga teratur.
terpasang NGT terpasang NGT - Pasien sempat
untuk memenuhi untuk memenuhi mengalami
77

kebutuhan nutrisi. kebutuhan nutrisi. kejang.


- Nutrisi berupa - Nutrisi berupa - TD = 52/24
susu sonde NGT susu sonde NGT mmHg
rendah garam rendah garam - RR = 15 x/mnt
rendah protein rendah protein - N = 82 x/mnt
diberikan diberikan - Dilatasi pupil =
sebanyak 3x100 sebanyak 3x100 4/4
cc dalam sehari. cc dalam sehari. - Reflek pupil = -/-
A : masalah ketidak- A : masalah ketidak- - GCS = 3 E1 V1
seimbangan seimbangan M1 (koma).
nutrisi: kurang nutrisi: kurang - SPO2 = 75 %
dari kebutuhan dari kebutuhan (dengan
tubuh belum tubuh teratasi ventilator)
teratasi. sebagian. A : masalah tidak
P : lanjutkan intervensi. P : lanjutkan intervensi teratasi.
- Monitor - Monitor P : intervensi tidak
pemberian nutrisi pemberian nutrisi dilanjutkan karena
harian melalui harian melalui keluarga
NGT. NGT. menghendaki DNR
- Kolaborasi - Kolaborasi (Do Not
pemberian nutrisi pemberian nutrisi Resusitation).
sesuai indikasi. sesuai indikasi. Pada pukul 10.15
pasien dinyatakan
meninggal dunia.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan dengan

Chronic Kidney Disease pada pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S) yang

dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 – 24 Mei 2017 dengan masalah kelebihan

volume cairan dengan etiologi gangguan mekanisme regulasi. Pembahasan pada

bab ini berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus

yang disajikan untuk membahas fokus pada dignosa keperawatan yang akan

dijadikan perbandingan pada pasien 1 dan pasien 2. Setiap temuan perbedaan

diuraikan dengan konsep. Isi pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan,dan evaluasi.

5.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari sebuah proses keperawatan,

kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut adalah mengumpulkan data,

seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data

sekunder lainnya meliputi: catatan, hasil pemeriksaan diagnostik dan

literature (Deswani, 2009).

Pengkajian terhadap pasien 1 dan pasien 2 dengan Chronic Kidney

Disease di ruang HCU Melati 1 rumah sakit Dr. Moewardi dengan

menggunakan metode alloanamnesa (karena kedua pasien mengalami

penurunan kesadaran) dimulai dari identitas pasien, keluhan utama, riwayat

78
79

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga,

riwayat kesehatan lingkungan serta 11 pola Gordon.

Pada tahap pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 pada pasien 1

didapatkan keluhan utama lemas dan edema pada ekstremitas. Pada riwayat

penyakit sekarang didapatkan data subyektif tidak terkaji dan didapatkan

objektif sebagai berikut TD: 123/61 mmHg, N: 72 x/mnt, RR: 30 x/mnt, S:

36,2 0C. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:2, M:2. Pada pola eliminasi

terdapat penurunan jumlah produksi urin yaitu ± 50cc/8jam yang terdapat

pada selang DC pasien. Pada pemeriksaan auskultasi paru-paru didapatkan

hasil suara nafas tambahan ronchi basah, pola nafas tidak teratur. Terdapat

edema pada kedua ekstremitas atas grade III (kedalaman 5-7 mm waktu

kembali 7 detik) dan terdapat edema pada ektremitas bawah pasien dengan

grade III. Hasil pemeriksaan urin Creatine = 4.0 mg/dL (normal = 0.6 – 1.2

mg/dL), Ureum = 126 mg/dL (normal = <50 mg/dL). Hasil pemeriksaan

laboraturium elektrolit Natrium darah = 121 (nilai normal = 132 – 146).

Hasil pengkajian balance cairan pada hari sbelumnya tanggal 21 Mei 2017

adalah +1190 cc. Pasien mempunyai jadwal HD rutin 2x dalam satu minggu

yaitu pada hari senin dan kamis.

Pada tahap pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 pasien 2 didapatkan

keluhan utama edema tangan dan kaki. Pada riwayat penyakit sekarang

didapatkan data subyektif tidak terkaji dan data objektif sebagai berikut TD:

146/108 mmHg, N: 90 x/mnt, RR: 28 x/mnt, S: 36,5 0C. Kesadaran sopor,

GCS: 5 E: 2 , V:1, M: 2. Pada pola eliminasi terdapat penurunan jumlah

produksi urin yaitu ± 50cc/8jam yang terdapat pada selang DC pasien. Pada
80

pemeriksaan auskultasi paru-paru didapatkan hasil suara nafas tambahan

ronchi basah, pola nafas tidak teratur. Terdapat edema pada kedua

ekstremitas atas grade III (kedalaman 5-7 mm waktu kembali 7 detik) dan

terdapat edema pada ektremitas bawah pasien dengan grade III. Pada

pemeriksaan urin terdapat Creatine = 5.4 (normal = 0.6 – 1.2) Ureum = 143

(normal = <50). Hasil balance cairan pada hari sebelumnya tanggal 21 Mei

2017 adalah + 920cc. Pasien mempunyai jadwal HD rutin 2x dalam satu

minggu yaitu pada hari senin dan kamis.

Berdasarkan data pengkajian pada pasien 1 dan 2 tersebut sesuai dengan

teori yang ada yaitu kelebihan volume cairan ditunjukkan dengan adanya

data meliputi hipertensi, penurunan produksi urin (oliguria) hingga menuju

anuria (urin tidak dapat diproduksi), terdapat penurunan ketajaman mental/

penurunan kesadaran, terdapat suara nafas tambahan, perubahan pola nafas,

terdapat edema, serta pada pemeriksaan laboraturium terdapat peningkatan

creatinin dan ureum (Suharyanto dan Madjid, 2009).

Pengkajian yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai dengan

kondisi pasien dan teori yaitu terdapat edema, penurunan produksi uirn,

penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, peningkatan creatinin dan

ureum, pada pasien 1 tidak terjadi hipertensi, sedangkan pada pasien 2

terjadi hipertensi.

5.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi


81

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai

dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2012).

Penulis mengambil diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan

mengacu pada batasan karakteristik dalam NANDA (2015) yaitu adanya

edema, bunyi nafas tambahan, gangguan pola nafas, ketidakseimbangan

elektrolit, oliguria, perubahan status mental (penurunan kesadaran),

penurunan hemoglobin. Pada kasus pasien 1 didapatkan data objektif antara

lain terdapat edema grade III ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pada

pasien. Pasien tampak dispnea (RR= 30 x/mnt) Hasil lab.

ketidakseimbangan elektrolit Natrium darah = 121 (nilai normal = 132 –

146) Oliguria (produksi urin sedikit) terlihat pada DC pasien ± 50cc dalam 8

jam. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:2, M:2. Hasil balance cairan adalah

+1290 cc. Hasil pemeriksaan urin = Creatine = 4.0 mg/dL (normal = 0.6 –

1.2 mg/dL) Ureum = 126 mg/dL (normal = <50 mg/dL), hemoglobin: 9.8

g/dL (normal: 12.0 – 15.6).

Pada kasus pasien 2 didapatkan batasan karakteristik dalam NANDA

(2015) yaitu adanya edema, bunyi nafas tambahan, gangguan pola nafas,

gangguan tekanan darah, perubahan berat jenis urin, oliguria perubahan

status mental (penurunan kesadaran), penurunan hemoglobin. Data objektif

yang terdapat pada pasien 2 antara lain terdapat edema grade III ekstremitas

atas dan ekstremitas bawah pada pasien. TD: 146/108 mmHg, pasien tampak

dispnea (RR= 28 x/mnt) Hasil lab. Terdapat perubahan berat jenis urin

yaitu: 1.010 (normal: 1.015 - 1.025). Oliguria (produksi urin sedikit) terlihat

pada DC pasien ± 50cc dalam 8 jam. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:1,
82

M:2. Hasil balance cairan adalah +880 cc. Hasil pemeriksaan urin: Creatine

= 5.4 mg/dL (normal = 0.6 – 1.2 mg/dL) Ureum = 143 mg/dL (normal = <50

mg/dL), hemoglobin: 7.2 g/dL (normal: 12.0 – 15.6).

Kelebihan volume cairan adalah peningkatan retensi cairan isotonik

dengan batasan karakteristik antara lain edema, gangguan tekanan darah,

perubahan berat jenis urin, bunyi nafas tambahan, gangguan pola nafas,

ketidakseimbangan elektrolit, oliguria, perubahan status mental (penurunan

kesadaran), penurunan hemoglobin (NANDA, 2015).

Diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai antara fakta

dan teori hal ini ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda edema, gangguan

tekanan darah, perubahan berat jenis urin, bunyi nafas tambahan, gangguan

pola nafas, ketidakseimbangan elektrolit, oliguria, perubahan status mental

(penurunan kesadaran), penurunan hemoglobin.

5.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan bagian dari suatu

fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk

mengarahkan tindakan keperawatan sebagai usaha membantu, meringankan,

memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012).

Berdasarkan diagnosa keperawatan keleihan volume cairan berhubungan

dengan gangguan mekanisme regulasi, maka dapat dilakukan beberapa

intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana

dan kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervention Clasification ) dan

NOC (Nursing Outcome Clasification).


83

Dalam kasus ini penulis melakukan intevensi sesuai dengan rumusan

masalah diatas selama 3x24 jam dengan tujuan untuk mengetahui

keefektifan tindakan secara maksimal. Tujuan dari intervensi adalah suatu

sasaran atau maksud yang menggambarkan perubahan yang diinginkan pada

setiap kondisi atau perilaku pasien dengan kriteria hasil yang diharapkan

perawat. Kriteria hasil harus SMART (Specific, Measurable, Acheivable,

Reasoanable, dan Time). Specific adalah berfokus pada klien. Measurable

adalah dapat diukur. Achievable adalah tujuan yang harus dicapai.

Reasonable adalah tujuan yang harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Time adalah batas pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas

batasan waktunya (Dermawan, 2012).

Berdasarakan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan dibuat

perbandingan pada pasien 1 dan 2 yaitu kelebihan volume cairan b.d

gangguan mekanisme regulasi, maka penulis menyususn rencana

keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam kelebihan volume volume cairan dapat teratasi atau berkurang

dengan kriteria hasil tidak ada edema ekstremitas, BB dalam batas normal,

tidak ada pitting edema, tekanan darah dalam batas normal, tidak ada suara

nafas tambahan.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1

dan pasien 2 yaitu yang pertama pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi

yang memburuk (misalnya pemantauan TD, ronkhi basah kasar di paru-paru,

poliuria/oliguria, edema, nafas dangkal dan cepat), yang bertujuan untuk

memantau adanya overhidrasi yang memburuk melalui pemantauan yang


84

dilkukan. Intervensi kedua monitor kadar serum elektrolit yang abnormal

yang bertujuan untuk mengetahui jumlah elektrolit yang berlebih maupun

kurang yang dapat memperberat fungsi ginjal. Intervensi yang ketiga adalah

monitor status perubahan paru atau jantung yang menunjukkan kelebihan

cairan yang bertujuan untuk mengetahui adanya penumpukan cairan di

jantung dan paru-paru melalui pemeriksaan auskultasi. Intervensi keempat

adalah monitor hasil laboraturium (ureum, creatinin, Na) yang bertujuan

untuk mengetahui perubahan cairan/elektrolit. Intervensi yang kelima adalah

hitung catatan intake dan output yang akurat (balance cairan) yang bertujuan

untuk mengetahui jumlah keseimbangan cairan pada pasien. Intervensi yang

keenam adalah memberikan terapi obat (diuretik) sesuai indikasi yang

bertujuan untuk membuang cairan yang berlebih pada tubuh pasien.

Intervensi yang ketujuh adalah tindakan dialisis yang bertujuan untuk

mengatasi kelebihan cairan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.

Pemantauan tekanan darah menjadi salah satu intervensi dalam

penanganan klien dengan overload karena TD merupakan salah satu

indikator adanya peningkatan volume cairan intravaskuler. Peningkatan

volume cairan berlebih pada kompartemen intarvaskuler lebih lanjut akan

menyebabkan perpindahan cairan dari dalam pembuluh darah menuju

jaringan interstisial tubuh. Oleh sebab itu, intervensi pemantauan TD pada

pasien CKD sangat penting untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya

overload pada pasien. Pemantauan selanjutnya, berupa pemantauan adanya

edema menunjukkan adanya akumulasi cairan di jaringan interstisial tubuh

yang salah satu kemungkinan penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan.


85

Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah peningkatan volume cairan dalam

pembuluh darah. Pemantauan status hidrasi pada pasien CKD meliputi

pemantauan intake output cairan selama 24 jam dengan menghitung intake

output cairan kemudian dilakukan penghitungan balance cairan balance

positif menunjukkan keadaan overload (Anggraini dan Putri, 2016).

Intervensi yang akan dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai antara

fakta dengan teori yaitu antara lain pemantauan TD, suara nafas tambahan,

pemantauan edema, penghitungan balance cairan setiap hari, pemberian

terapi obat dan dialisis, pemantauan hasil laboraturium yang abnormal.

5.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang

diberikan kepada klien. Pencataan mencakup tindakan keperawatan yang

diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria

hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada klien (Hutahean, 2010).

Implementasi pada pasien 1 pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 08.35 WIB

adalah mengobservasi adanya overhidrasi cairan pada pasien dan memantau

TD pasien respon objektif yang didapatkan adalah TD: 123/61 mmHg,

ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pasien terdapat edema grade III,

tampak oliguria (urin yang keluar hanya sedikit) terlihat pada selang DC

pasien yaitu ±50 cc.

Pemantauan tekanan darah menjadi salah satu intervensi dalam

penanganan klien dengan overload karena TD merupakan salah satu

indikator adanya peningkatan volume cairan intravaskuler. Peningkatan

volume cairan berlebih pada kompartemen intarvaskuler lebih lanjut akan


86

menyebabkan perpindahan cairan dari dalam pembuluh darah menuju

jaringan interstisial tubuh. Oleh sebab itu, intervensi pemantauan TD pada

pasien CKD sangat penting untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya

overload pada pasien pemantauan, adanya edema menunjukkan adanya

akumulasi cairan di jaringan interstisial tubuh yang salah satu kemungkinan

penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan. Salah satu pemicu kondisi

tersebut adalah peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah

(Anggraini dan Putri, 2016).

Implementasi kedua pada pukul 08.55 WIB adalah pemeriksaan paru-

paru dengan melakukan auskultasi yaitu didapatkan respon objektif saat

dilakukan auskultasi paru terdengar suara nafas tambahan ronchi basah

kasar. Implementasi yang ketiga pada pukul 09.10 WIB adalah mengantar

pasien ke ruang dialisis untuk melakukan hemodialisis yaitu didapatkan

respon pasien akan dilakukan hemodialisa selama 4 jam diruang

hemodialisa. Intervensi keempat adalah menghitung balance cairan pasien

pada pukul 14.00 WIB yaitu didapatkan respon objektif hasil balance caira

hari pertama +11290 cc. Pemantauan status hidrasi pada pasien GGK

meliputi pemantauan intake output cairan selama 24 jam dengan menghitung

intake output cairan kemudian dilakukan penghitungan balance cairan

balance positif menunjukkan keadaan overload (Anggraini dan Putri, 2016).

Implementasi pertama pada tanggal 23 Mei 2017 adalah memantau

kadar serum px. lab yang abnormal (creatinin, ureum, natrium) pada pukul

07.10 WIB yaitu didapatkan respon objektif creatinin 4.0 mg/dL (0.6 - 1.2),

ureum 126 mg/dL (normal <50), natrium 121 mmol/L. implementasi kedua
87

pada pukul 07.40 WIB yaitu memberikan terapi diuretik sesuai indikasi

(furosemid 40mg/12 jam) didapatkan respon objekif terapi diuretik/12 jam

sudah diberikan mealui cairan IV pasien. Implementasi kedua yaitu

menghitung balance cairan pada pukul 14.00 didapatkan respon objektif

hasil balance cairan + 1140 cc.

Implementasi pertama pada tanggal 24 Mei 2017 adalah memberikan

terapi diuretik sesuai indikasi (furosemid 40mg/12 jam) pada pukul 07.30

WIB didapatkan respon objektif terapi diuretik/12 jam sudah diberikan

mealui cairan IV pasien. Implementasi kedua pada pukul 14.00 yaitu

menghitung balance cairan didapatkan respon objektif hasil balance cairan

+1080 cc.

Implementasi pada pasien 2 yang pertama dan kedua dilakukan pada

tanggal 22 Mei 2017 pada pukul 07.35 WIB adalah mengobservasi adanya

over hidrasi cairan pada pasien dan memantau TD didapatkan respon

objektif TD: 142/77 mmHg, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pasien

terdapat edema grade III, tampak oliguria (urin yang keluar hanya sedikit)

terlihat pada selang DC pasien yaitu ±50 cc, saat dilakukan auskultasi pada

paru-paru didapatkan hasil objektif auskultasi paru terdengar suara nafas

tambahan ronchi basah kasar. Implementasi ketiga pada pukul 07.45 adalah

memonitor hasil px. laboraturium didapatkan respon objektif creatinin 5.4

mg/dL (0.6 - 1.2), ureum 143 mg/dL (<50), implementasi keempat adalah

menghitung balance cairan pasien pada pukul 14.00 didapatkan respon

objektif hasil balance cairan adalah +880 cc.


88

Implementasi pertama pada tanggal 23 Mei 2017 adalah memberikan

terapi diuretik sesuai indikasi pada pukul 07.20 WIB didapatkan respon

objektif (furosemid 40mg/8jam) sudah diberikan melalui IV pasien.

Implementasi kedua adalah menghitung balance cairan pada pukul 14.00

WIB didapatkan respon objektif + 1008 cc.

Implementasi pertama pada tanggal 24 Mei 2017 adalah 07.20 WIB

adalah memberikan terapi diuretik sesuai indikasi didapatkan respon objektif

(furosemid 40mg/8jam) sudah diberikan melalui IV pasien. Implementasi

kedua pada pukul 10.00 WIB yaitu menghitung balance cairan

(implementasi dilakukan pukul 10.00 karena keluarga menghendaki DNR)

didapatkan respon objektif hasil balance cairan +220 cc (selama 3 jam

perawatan).

Pemantauan status hidrasi pada pasien CKD meliputi pemantauan intake

output cairan selama 24 jam dengan menghitung intake output cairan

kemudian dilakukan penghitungan balance cairan balance positif

menunjukkan keadaan overload (Anggraini dan Putri, 2016).

Implementasi yang telah dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 telah

sesuai dengan fakta pada pasien dan sesuai dengan teori yang ada.

5.5 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,

keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria


89

hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Metode yang digunakan

adalah dengan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis, Planning).

Evaluasi yang dilakukan pada pasien 1 berdasarkan fokus diagnosa

keperawatan yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi pada tanggal 22 Mei 2017 adalah untuk subyektif tidak

terkaji karena pasien penurunan kesadaran, dan untuk objektif didapatkan

data antara lain : terdapat edema ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

pada pasien, TD = 128/70 mmHg, N= 82 x/mnt, RR= 30 x/mnt, Terdapat

suara nafas ronkhi basah kasar pada pemeriksaan paru-paru. Hasil balance

cairan selama 24 jam perawatan adalah +1290 cc. Analisa masalah

kelebihan volume cairan belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi

monitor balance cairan setiap hari, monitor hasil px. laboraturium yang

abnormal, kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai indikasi, kolaborasi

dalam pemberian tindakan dialisis.

Evaluasi hari kedua pada tanggal 23 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif

tidak terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan

ekstremitas bawah pada pasien, TD = 112/52 mmHg, N = 78 x/mnt, RR = 28

x/mnt, terdapat suara nafas ronkhi basah kasar pada pemeriksaan paru-paru.

Hasil balance cairan per 24 jam hari kedua adalah +1140 cc. Hasil px.

laboraturium : Ureum = 126 mg/dl (normal <50 mg/dl), Creatinine = 4.0

mg/dl (normal 0.6 – 1.2 mg/dl), Natrium = 121 (normal 132 – 146). Analisa

masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian. Planning lanjutkan

intervensi antara lain monitor balance cairan setiap hari. Monitor hasil px.
90

laboraturium yang abnormal. Kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai

indikasi. Kolaborasi dalam pemberian tindakan dialisis.

Evaluasi hari ketiga tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif tidak

terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan

ekstremitas bawah pada pasien. TD = 116/60 mmHg, N = 78 x/mnt, RR =

27 x/mnt. Terdapat suara nafas ronkhi basah kasar pada pemeriksaan paru-

paru. Hasil balance cairan selama 24 jam hari ketiga adalah +1080 cc.

Analisa masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian. Planning

lanjutkan intervensi. Monitor balance cairan setiap hari. Monitor hasil px.

laboraturium yang abnormal. Kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai

indikasi. Kolaborasi dalam pemberian tindakan dialisis.

Kesimpulan dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan selama

tiga hari sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta berkolaborasi

dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada

diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi pada pasien 1 terhadap Ny. S teratasi

sebagian sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria

hasil yang tercapai adalah edema ekstremitas berkurang ditunjukkan dengan

adanya hasil balance cairan setiap hari yang menunjukkan berkurangnya

penumpukkan cairan yang dialami Ny. S.

Kriteria kedua yang teratasi sebagian adalah TD dalam batas normal

(dilihat dari hasil monitor TD pasien bahwa TD setiap harinya dapat

berkurang dan hasil akhir didapatkan TD = 116/60 mmHg. Kriteria hasil BB

dalam batas normal belum tercapai karena pasien mengalami penurunan


91

kesadaran sehingga tidak bisa dilakukan penimbangan BB setiap hari, untuk

kriteria tidak ada pitting edema belum tercapai dikarenakan masih terdapat

edema ekstremitas atas dan ektremitas bawah pada pasien, sedangkan untuk

tidak ada suara nafas tambahan pada pemeriksaan paru-paru belum tercapai

karena dengan adanya suara nafas abnormal jika terdapat kelebihan cairan di

rongga alveolus. Akumulasi tersebut terjadi karena perpindahan cairan dari

kompartemen intravaskuler ke dalam rongga alveolus sehubungan dengan

terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik yang dihasilkan jantung karena

adanya peningkatan volume cairan di dalam pembuluh darah. Akumulasi

cairan tersebut dapat menimbulkan komplikasi gagal nafas (Anggraini dan

Putri, 2016).

Berdasarkan pengaplikasian jurnal penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini dan Putri (2016) tentang tindakan pemantauan TD, pemantauan

suara nafas tambahan, pemantauan edema untuk mengetahui status

keseimbangan cairan pada pasien 1 didapatkan hasil bahwa antara teori

dengan hasil studi kasus tidak ada kesenjangan hal ini terbukti dengan hasil

data penghitungan balance cairan setiap hari yaitu :

Tabel. 5.5.1 adalah tabel hasil analisa keseimbangan cairan pada pasien 1

berkurang setiap harinya.

Hari/ Tanggal Hasil balance cairan


Senin, 22 Mei 2017 + 1290 cc
Selasa, 23 Mei 2017 + 1140 cc
Rabu, 24 Mei 2017 + 1080 cc

Berdasarkan hasil studi kasus ini didapati bahwa hasil balance cairan

setelah dilakukan tindakan pemantauan TD, pemantauan suara nafas

tambahan, pemantauan edema mengalami penurunan jumlah cairan. Hal ini


92

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini dan Putri, 2016)

yang ditelitinya mengalami penurunan jumlah cairan dalam penghitungan

balance cairan setiap hari serta TD dalam batas normal.

Evaluasi yang didapatkan pada pasien 1 sesuai dengan teori yang ada

yaitu ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah cairan setiap hari serta

TD dalam batas normal.

Evaluasi yang dilakukan pada pasien 2 berdasarkan fokus diagnosa

keperawatan yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi pada hari pertama tanggal 22 Mei 2017 didapatkan hasil

subjektif terdapat edema ekstremitas atas dan edema ekstremitas bawah pada

pasien. TD= 146/108 mmHg. RR= 28 x/mnt, N= 90x/mnt, terdapat suara

nafas tambahan ronkhi basah kasar pada pemriksaan paru-paru. Hasil

balance cairan per 24 jam hari pertama adalah + 880 cc. Analisa masalah

kelebihan volume cairan belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi

monitor balance cairan setiap hari. Kolaborasi dalam pemberian diuretik

sesuai indikasi. Kolaborasi dalam pemberian tindakan dialisis.

Evaluasi hari kedua pada tanggal 23 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif

tidak terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan

edema ekstremitas bawah pada pasien. TD= 80/50 mmHg, RR= 31 x/mnt,

N= 102 x/mnt, terdapat suara nafas tambahan ronkhi basah kasar pada

pemriksaan paru-paru. Hasil balance cairan per 24 jam hari kedua adalah +

1008 cc Analisa masalah kelebihan volume cairan belum teratasi. Planning

lanjutkan intervensi monitor balance cairan setiap hari, kolaborasi dalam


93

pemberian diuretik sesuai indikasi, kolaborasi dalam pemberian tindakan

dialisis.

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif

tidak terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan

edema ekstremitas bawah pada pasien. Terdapat suara nafas tambahan

ronkhi basah kasar pada pemriksaan paru-paru. Hasil balance cairan hari

ketiga adalah +220 cc (selama 3 jam) Analisa masalah kelebihan volume

cairan belum teratasi. Planning intervensi dihentikan karena keluarga

mengehendaki DNR.

Evaluasi akhir pada pasien 2 yaitu kondisi pasien menurun, pola nafas

tidak teratur. Pasien sempat mengalami kejang. TD = 52/24 mmHg, RR = 15

x/mnt, N = 82 x/mnt. Dilatasi pupil = 4/4. Reflek pupil = -/-. GCS = 3 E1 V1

M1 (koma). SPO2 = 75 % (dengan ventilator). Analisa masalah tidak

teratasi. Planning intervensi tidak dilanjutkan karena keluarga menghendaki

DNR (Do Not Resusitation). Pada pukul 10.15 pasien dinyatakan meninggal

dunia.

Kesimpulan dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan selama

tiga hari sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta berkolaborasi

dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada

diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi pada pasien 2 terhadap Ny. S tidak ada yang

sesuai dengan kriteria hasil, antara lain edema pada ekstremitas pasien

belum/ tidak bekurang dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah

balance cairan setiap hari, TD pasien menurun, masih terdapat suara nafas
94

tambahan. Kriteria hasil BB dalam batas normal belum tercapai karena

pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak bisa dilakukan

penimbangan BB setiap hari, untuk kriteria tidak ada pitting edema belum

tercapai dikarenakan masih terdapat edema ekstremitas atas dan ektremitas

bawah pada pasien, sedangkan untuk tidak ada suara nafas tambahan pada

pemeriksaan paru-paru belum tercapai karena dengan adanya suara nafas

abnormal jika terdapat kelebihan cairan di rongga alveolus. Akumulasi

tersebut terjadi karena perpindahan cairan dari kompartemen intravaskuler

ke dalam rongga alveolus sehubungan dengan terjadinya peningkatan

tekanan hidrostatik yang dihasilkan jantung karena adanya peningkatan volume

cairan di dalam pembuluh darah. Akumulasi cairan tersebut dapat

menimbulkan komplikasi gagal nafas (Anggraini dan Putri, 2016).

Berdasarkan pengaplikasian jurnal penelitian tentang tindakan

pemantauan TD, pemantauan suara nafas tambahan, pemantauan edema

untuk mengetahui status keseimbangan cairan pada pasien 2 didapatkan

hasil bahwa antara teori dengan hasil studi kasus ada kesenjangan hal ini

terbukti dengan hasil analisa keseimbangan cairan setiap hari yaitu :

Tabel. 5.5.2 adalah tabel hasil analisa keseimbangan cairan pada pasien 2

bertambah dan pada hari ketiga hanya sampai pukul 10.00 WIB.

Hari/ Tanggal Hasil balance cairan


Senin, 22 Mei 2017 + 880 cc
Selasa, 23 Mei 2017 + 1008 cc
Rabu, 24 Mei 2017 + 220 cc (hanya 3 jam)

Berdasarkan hasil studi kasus ini didapati bahwa hasil balance cairan

setelah dilakukan tindakan pemantauan TD, pemantauan suara nafas

tambahan, pemantauan edema mengalami peningkatan jumlah cairan. Hal


95

ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dan Putri

(2016) bahwa dalam penelitian yang dilakukan mengalami penurunan

jumlah cairan dalam penghitungan balance cairan setiap hari serta TD dalam

batas normal.

Kegagalan fungsi ginjal dapat menimbulkan komplikasi gangguan

kesehatan lainnya, salah satunya adalah kondisi overload cairan yang

merupakan faktor pemicu terjadinya gangguan kardiovaskuler bahkan

kematian yang terjadi pada pasien CKD (Angelantonio dkk, 2010).

Pada pasien 2 pada hari kedua pasien mengalami gagal nafas sehingga

harus dipasang alat bantu nafas yaitu ventilator dengan mode SIM V VC

peep 8, dapat disimpulkan bahwa kondisi overload cairan yang merupakan

faktor pemicu terjadinya gangguan kardiovaskuler bahkan kematian yang

terjadi pada pasien CKD.

Lebih dari 15% kasus overload menyebabkan kematian pada pasien

yang menjalani hemodialisis (Anggraini dan Putri, 2016). Hal ini sesuai

dengan kondisi pasien yaitu pasien telah melakukan hemodialisis rutin 2x

dalam satu minggu yaitu pada hari senin dan kamis, namun kondisi pasien

tidak semakin membaik dan pada hari Rabu, 24 Mei 2017 pada pukul 10.15

pasien dinyatakan meninggal dunia.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan hasil studi kasus

Kesimpulan pada bab VI ini penulis akan menyimpulkan proses

keperawatan dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

tindakan dan evaluasi tentang asuhan keperawatan pada pasien 1 (Ny.S)

dan pasien 2 (Ny.S) dengan Chronic Kidney Disease di ruang HCU Melati

1 rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan metode studi kasus maka

dapat ditarik kesimpulan :

6.1.1 Pengkajian

Pada pasien 1 kesimpulan pengkajian yaitu: lemas dan edema pada

ekstremitas, didapatkan data = TD: 123/61 mmHg, N: 72 x/mnt, RR: 30

x/mnt, S: 36,2 0C. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:2, M:2, pola eliminasi

terdapat penurunan jumlah produksi urin yaitu ± 50cc/8jam yang terdapat

pada selang DC pasien. Auskultasi paru-paru terdapat suara nafas

tambahan ronchi basah, pola nafas tidak teratur, edema pada kedua

ekstremitas atas dan bawah.

Pasien 2 keluhan utama edema tangan dan kaki, pengkajian = TD:

146/108 mmHg, N: 90 x/mnt, RR: 28 x/mnt, S: 36,5 0C. Kesadaran sopor,

GCS: 5 E: 2 , V:1, M: 2, pola eliminasi terdapat penurunan jumlah

produksi urin yaitu ± 50cc/8jam yang terdapat pada selang DC pasien.

Auskultasi paru-paru didapatkan hasil suara nafas tambahan ronchi basah,

pola nafas tidak teratur, edema pada kedua ekstremitas atas dan bawah.

96
97

6.1.2 Diagnosis keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan pada pasien 1 dan

pasien 2 maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

6.1.3 Perencanaan

Intervensi yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 pada

diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan

ganggaun mekanisme regulasi antara lain yang pertama pantau adanya

tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk (misalnya pemantauan TD,

ronkhi basah kasar di paru-paru, poliuria/oliguria, edema, nafas dangkal

dan cepat), hitung catatan intake dan output yang akurat (balance cairan).

6.1.4 Tindakan

Dalam asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 yang

mengalami CKD dengan kelebihan volume cairan di ruang HCU Melati 1

telah sesuai dengan yang penulis rumuskan. Penulis menekankan pada

penghitungan balance cairan untuk memantau intake dan output untuk

mencegah overload cairan pada pasien setiap hari.

6.1.5 Evaluasi

Evaluasi masalah keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan

dengan gangguan mekanisme regulasi yang dialami oleh pasien 1 dapat

teratasi sebagian sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini dan Putri (2016), namun tidak dapat teratasi pada pasien 2

dikarenakan pasien meninggal dunia sebab kegagalan fungsi ginjal dapat

menimbulkan komplikasi gangguan kesehatan lainnya, salah satunya


98

adalah kondisi overload cairan yang merupakan faktor pemicu terjadinya

gangguan kardiovaskuler bahkan kematian yang terjadi pada pasien CKD

(Angelantonio dkk, 2010).

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien

dengan CKD, penulis memberikan ulasan masukan yang positif khusunya

dibidang kesehatan antara lain :

6.2.1 Bagi rumah sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan secara optimal dan

memanfaatkan sarana dan prasana yang telah tersedia demi tercapainya

pemenuhan kebutuhan secara maksimal pada pasien CKD khususnya yang

mengalami kelebihan volume cairan.

6.2.2 Bagi perawat

Diharapkan perawat mampu melaksanakan tugas dan tanggung

jawab dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien CKD sesuai

dengan Standard Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di rumah sakit

demi tercapainya pemenuhan kebutuhan pasien secara maksimal, serta

melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain sesuai dengan SOP yang

berlaku dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien CKD khusunya

kelebihan volume cairan dalam tubuh.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu

pendidikan dengan meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana yang


99

sudah ada saat ini, melengkapi perpustakaan dengan buku-buku

keperawatan yang terbaru sesuai dengan kurikulum yang dipakai terutama

buku tentang system perkemihan khusunya tentang Chronic Kidney

Disease.

6.2.4 Bagi pembaca

Diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pada pasien CKD khususnya dengan kelebihan volume

cairan.

6.2.5 Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan setelah dilakukannya asuhan keperawatan pada pasien

CKD dengan kelebihan volume cairan kebutuhan pasien dan keluarga

dapat mengerti tentang perawatan pasien dengan CKD.


DAFTAR PUSTAKA

Angelantino, dkk. 2010. Chronic Kidney Disease and Risk of Major


Cardiovaskuler Disease and non vascular mortality: prospective
population based cohort study. British medical journal. 324, 768

Anggraini, F & Putri, AF. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Vo. 19 No.3
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th


Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Center for Disease Control. 2015. National Center for Chronic Disease
Prevention and Health Promotion: Chronic Kidney Disease Initiative

Dermawan. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.


Gosyen Publising: Yogyakarta

Deswani. 2009. Proses Keperawatan Berfikir Kritis. Salemba Medika : Jakarta

Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng). 2008. Buku Kesehatan Jawa
Tengah Tahun 2008 dilihat 17 Maret 2017. http://www.Dinkes Jateng
Prov.Go.Id.

Firdaus, RB & Jadmiko,AW. 2016,’Upaya Peatalaksanaan Pola Nafas Tidak


Efektif Pada Pasie Chronic Kidney Disease di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro’,Karya Tulis Ilmiah, Uniersitas Muhammadyah Surakarta

Handayani, RS & Rahmawati, E. 2013. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan


Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani
Hemodialisis. Jurnal Keperawatan. Volume IX, No. 2. ISSN 1907 – 0357

Husna, C. 2010. Gagal ginjal kronis dan penanganannya: literature review.


Jurnal Keperawatan. Vol. 3 No.2

Hutahean. 2010. Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Media

Mailani, F. 2015. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Ners Jurnal Keperawatan. Vol. 11 No.
1 ISSN 1907-686X

Mary, B, Dayrit, WM & Siswadi, Y. 2009. Seri Asuhan Keperwatan Klien


Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC

Moorhead, S., et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th


Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd
Muttaqin, A & Sari, K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan Klasifikasi 2015-2017.


Edk 10. Jakarta: EGC

Nurarif, AH & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Medication Jogja

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Renal Registry. 2014. Konsensus Dialisis Perhimpunan Nefrologi Indonesia.


Jakarta

Robinson, JM. 2013. Professional Guide To Desease Tenth Edition . Philadelphia


: Lippincot William Dan Walker
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Supratman. 2008. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Universitas Muhammadyah Surakarta
Suharyanto, T & Madjid, A. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV. Trans Info Media

Sukriswati, I. 2016,‘Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup


Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Moewardi Surakarta’,Skripsi Publikasi Ilmiah, Universitas
Muhammadyah Surakarta

WHO. 2014. Chronic Kidney Disease Health Topic dilihat tanggal 20 Maret 2017.
www.WHO.int/en/

Wijaya, AS & Putri, YM. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai