BAB I
PENDAHULUAN
gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri. Kata anesthesia diperkenalkan oleh
Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat
terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari
persiapan mental dan fisik pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan
persiapan pada pada hari operasi. Sedangkan tahap penatalaksanaan anestesi terdiri
dari premedikasi, induksi dan pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca
anestesi. 1,2
pada membran mukosa pada sinus paranaslis dan kavum nasal. Sesuai anatomi sinus
yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinus frontal,
dan sinus sfenoid. Sinusitis dianggap salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi di seluruh dunia dan merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di
Sinus maksilaris merupakan sinus yang sering terinfeksi oleh karena sinus
maksilaris merupakan sinus terbesar dan letak anatominya lebih tinggi dari dasar,
sehingga aliran sekret atau drainase dari sinus maksila hanya bergantung pada
gerakan dasar silia. Sinusitis maksila dapat terjadi akut, berulang/kronis. Sinusitis
maksilaris akut dapat sembuh sempurna jika diterapi dengan baik tanpa adanya
dunia.. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan
sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar
dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh Binkesmas bekerja sama dengan
PERHATI dan Bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit hidung dari 7
propinsi. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005
menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien,
nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami
penyumbatan jalan nafas, kehilangan refleks proteksi, menjaga paru-paru dari sekret
agar tidak terjadi aspirasi dan pada segala jenis gagal nafas.3
kondisi kesehatan dan keadaan umum, sarana prasarana serta keterampilan dokter
bedah, dokter anestesi dan perawat anestesi. Di Indonesia, sinusitis pada pasien
3
dewasa, pungsi dan irigasi sinus dapat dilakukan dengan anestesi lokal, sedang
tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi umum maupun lokal, komplikasi
operasi, mual, muntah, kematian pada saat induksi pada pasien dengan hipovolemia,
sarana untuk menyediakan oksigen ke paru-paru dan sebagai saluran untuk obat-obat
berkisar antara 0,1-8,1% dari jumlah kasus. Kematian pada operasi sangat
terbesar selain operasinya sendiri adalah pengambilan keputusan dan teknik yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
harus memahami anatomi dan fisiologi jalan napas bagian atas dimana
2. Pernapasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam sel yaitu
2. Untuk meniup (balon, kopi/the panas, tangan, alat musik dan lain
sebagainya)
(miksi,defekasi,partus).
6
1. Rongga Hidung
kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas
keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut ini
mukosa, yaitu:
2. Faring
3. Laring
silinder.5
masuk dan keluar melalui laring namun akan menutup pada saat
menelan.5
4. Trakea
bronkokontriksi.5
sinusitis etmoid, frontal atau stenoid yang letak muaranya dibawah dapat
therapy). 2,4
Pada pasien dewasa, pungsi dan irigasi sinus dapat dilakukan dengan
Terdapat dua cara untuk melakukan pungsi sinus maksila yaitu lewat meatus
inferior atau lewat fossa canina. Kedua daerah itu mudah dicapai dan relative
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memperbaiki drainase dan pembersihan
secret dari sinus maksila sehingga mengaktifkan silia kembali dan untuk
mengambil bahan bagi tes kultur dan sensitivitas jika pengobatan secara
2.3. ANESTESI
beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari
a. Hipnotik (tidur)
3. Memperlancar induksi
Obat Antikholinergik
1. Sulfas Atropin
Mekanisme kerja:9
sebelum induksi.
Obat Sedative
1. Midazolam
Mekanisme kerja:
yang bekerja pada sistem limbik dan pada ARAS serta bisa
1. Ondancentron
Mekanisme Kerja :
ginjal dan waktu paruh 3,5-5,5 jam. Mula kerja kurang dari 30
tindakan operasi.
2. Ranitidin
Mekanisme Kerja
Obat Analgetik
1. Ketorolak
Mekanisme Kerja
tempat peradangan. 9
mg/dosis.
oral maksimal :
17
jam sekali.
dibandingkan dengan petidin dan 50-100 kali lebih kuat dari morfin.
Mulai kerjanya cepat dan masa kerjanya pendek. Pada awalnya akan
Farmakodinamik
Farmakokinetik
ini memberi efek waktu Equilibration antara darah dan otak selama
cepat pula, seperti jaringan lemak dan otot skelet, dan ini menjadi
Metabolisme
fentanil pada ginjal dan terdeteksi pada urine dalam 72 jam setelah
lebih 75% dosis yang diberikan di eksresikan dalam 24 jam dan hanya
2. Propofol
Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso profenol
yang banyak dipakai sebagai obat anestesia intravena. Obat ini relatif
baru dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan, dikemas dalam
intravena.8,9
20
Farmakokinetik
anestesi.8,9
21
lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut
urin. Waktu paruh propofol adalah 0,5-1,5 jam tapi yang lebih penting
sensitive half time dari propofol yang digunakan melalui infus selama
8 jam adalah kurang dari 40 menit. Maksud dari sensitive half time
pertama. 8,9
22
Farmakodinamik
vasokontriksi.
dengan urin yang keruh, terdapat kristal asam urat, pH dan suhu urin
3. Pentotal
short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki
onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah
secara khusus lebih berpengaruh pada sinaps saraf dari pada akson.8,9
Farmakokinetik
Absorbsi
secara intravena untuk induksi anestesi umum pada orang dewasa dan
Distribusi
jaringan tubuh selanjutnya akan diikat oleh jaringan saraf dan jaringan
difusi kedalam jaringan lain seperti hati, otot, dan jaringan lemak.8,9
Metabolisme
Ekskresi
ml/kg/menit.8,9
Farmakodinamik
Mata
Sistem kardiovaskuler
Sistem pernafasan
1. Isofluran
berwarna, tidak eksplosis, tidak berbau dan tidak iritatif sehingga baik
dari semua obat – obatan anesthesia inhalasi yang ada pada saat ini
otot ringan. 9
tidak cukup untuk menimbulkan toksisitas pada ginjal, hati atau organ
karsinogen.9,
dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70% oksida nitrosa
adalah 0,73. 9
Dosis
antara 0,5-1,0%.9
2. Sevofluran
berwarna, tidak eksplosis, tidak berbau dan tidak iritatif sehingga baik
dari semua obat – obatan anesthesia inhalasi yang ada pada saat ini. 9
Farmakokinetik
Metabolisme
inorganik. 9
maka jika terjadi peningkatan nadi, curah jantung tidak dapat terjaga
Dosis
antara 0,5-1,0%.9
dapat melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini tidak larut
dalam darah. Gas ini tidak mempunyai sifat merelaksasi otot, oleh
karena itu pada operasi abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan
nafas terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi karena Nitrous
34
berikut :8,9
pembukaan, pintu bawah kanal natrium ini akan tertutup dan tidak
(kolinesteraseinhibitor).
kerja pseudokolinesterase.8,9
37
bergabung. obat ini memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan
efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang
penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa
1) Interaksi obat
a) Kolinesterase inhibitor
menghambat pseudokolinesterase.
38
1) Dosis
merupakan pilihan yang baik untu intubasi rutin pada dewasa. Dosis
Aritmia jantung
Salivasi
39
a. Pavulon
b. Atracurium
1) Struktur fisik
berulang.8,9
2) Dosis
0,25 mg/kg initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Infuse 5-10
potensinya hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan pada suhu ruangan.
c. Vekuronium
1) Struktur fisik
berkekuatan lebih besar dan lama kerjanya singkat Zat anestetik ini
polineuropati.
dan sepsis. Efek pelemas otot memanjang pada pasien AIDS. Toleransi
3) Dosis
Dosis intubasi 0,08 – 0,12 mg/kg. Dosis 0,04 mg/kg diikuti 0,01
d. Rekuronium
1) Struktur Fisik
hepar berat dan kehamilan, baik untuk infusan jangka panjang (di
3) Dosis
rumatan. Dosis kecil 0,4 mg/kg dapat pulih 25 menit setelah intubasi.
42
2.3.5. Anestesi dibagi menjadi 3 jenis kelompok besar anestesi, antara lain
1. Anestesia Umum : suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang
diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat
anestesia inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah
43
Sungkup wajah
Intubasi endotrakeal
Intubasi endotrakeal
obat anestesia lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu,
dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau waktu
kekerasan OTT dapat diubah dengan stilet. Resistensi terhadap aliran udara
trakea bayi dan anak kecil di bawah usia 5 tahun hampir bulat
sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi dan anak kecil
digunakan tanpa cuff dan untuk anak besar dan dewasa dengan cuff
2.4.2 Laringoskop
tenggorokan
edema jalan napas bagian atas yang buruk atau fraktur dari wajah dan
terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepat dan lebih baik.
STATICS:10
sebagai berikut:10
= 2L : 2L + 2%
14. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas atau obat
spontan dan adekuat serta jalan napas (mulut, hidung, dan pipa
2.4.6 Ekstubasi
jalan napas.
jalan nafas atas. Edema jalan nafas telah minimal atau ditandai
diinginkan seperti:10
2. Strech injury
4. Stenosis trakea
7. Aspirasi
8. Spasme bronkus
53
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Umur : 22 Tahun
BeratBadan : 47 kg
Agama : Hindu
No.RekamMedis : 265760
3.2 ANAMNESIS
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri pada pipi sejak 7 hari
yang lalu. Pasien mengeluh pipinya sangat nyeri dan terasa seperti tertusuk.
Sejak 7 hari yang lalu pasien mengeluh sering merasakan pipinya nyeri, awalnya
pasien merasakan sesuatu yang aneh pada tenggorokannya dan pileknya terus
54
menerus sampai akhirnya nyeri pada pipinya, nyeri pada pipinya semakin lama
semakin memberat hingga pasien mengeluhkan kepalanya terasa sakit dan berat.
T1/T1.
LABORATORIUM
Darah Lengkap
WBC : 4,1
RBC : 4.47
HGB : 13.8
HCT : 39,1
PLT : 376
BT : 2’00”
CT : 8’00”
56
3.5 KESIMPULAN
maka didapatkan:
3.6 PENATALAKSANAAN
Pada pasien dengaan status fisik ASA 1 dilakukan tindakan anestesi dan
a. Pramedikasi :
b. Induksi :
1. Paracetamol 3 x500 mg
59
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik
akan dibahas masalah yang timbul, baik dari segi medis, bedah maupun anestesi.
Pasien, An. DGAS, 22 tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi
Irigasi Sinusitis Maxilaris D/S pada tanggal 13 Desember 2017 dengan diagnosis pre
Desember 2017. Dari anamnesis terdapat keluhan nyeri pada pipi seperti tertusuk-
tusuk dan nyeri terasa hingga ke kepala sejak 7 hari terakhir dan bertambah berat
sejak 2 hari yang lalu. Karena pipinya terasa sangat nyeri, dokter menganjurkan
untuk dilakukan operasi irigasi. Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 84x/menit; respirasi 18x/menit; suhu 36,8OC.
hasil: Hb 13,5 g/dl. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau muntah pada
saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari obat- obat anastesi
ini dengan rencana irigasi sinus maksilaris. Alasan pemilihan teknik anestesi
Pada pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa keadaan pasien baik
a. Premedikasi
memiliki efek anti inflamasi. Pada pasien ini diberikan ketorolac injeksi
pasien.
mg/kgBB
mg/kgBB
mual ataupun muntah saat dilakukan induksi operatif ataupun pasca operatif
serta dapat menimbulkan rasa nyaman, selain itu juga dapat mencegah agar
mendapatkan efek sedative dari obat tersebut sehingga pasien akan merasa
nyaman dan tidak takut saat berada diruang operasi yang dimana juga untuk
mencapai tujuan dari premedikasi itu sendiri. Pemberian sedatif ini perlu
nadi dan proses anestesi yang akan dilakukan. Namun pemberian sedative ini
merupakan hal yang subyektif. Pada pasien ini tidak diberikan obat sedatif
karena pertimbangan usia dan pasien dalam kondisi tenang pada saat masuk
ruang operasi.
b. Induksi
Fentanyl injeksi 100 mcg (IV)
mcg/kgBB IV
penurunan tonus otot rangka, hal ini disebabkan oleh efek sentralnya
seperti tersebut diatas secara inhalasi dalam kasus ini yaitu melalui
ringan.
500 mg. Pemberian analgetik post operasi diberikan atas dasar manipulasi
operasi yang ringan dan tidak menimbulkan nyeri yang berat sehinga
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan yang cukup, antara lain:
menyebabkan pasien ketika diruang operasi nanti akan tertidur dan tidak
sadarkan diri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan
pada saat operasi tetapi juga mencakap persiapan pra anastesia (kunjungan dan
operasi yang akan dilakukan, usia, jenis kelamin, status fisik pasien,
keluhan nyeri pipi sebelah kanan disertai dengan sakit kepala, diagnosis dengan
Orotrakeal Tube (GA OTT) dengan jenis napas kendali dan hasil pemeriksaan
5.2 Saran
dapat dilakukan penentuan terhadap tindakan anastesi yang akan dilakukan, serta
jenis obat yang akan diberikan, selain itu juga dapat menekan timbulnya