BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arti dan Makna Pembelajaran
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
berpendapat:
1
Muhaimin M. A. Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 99
2
Jos D Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Erlangga 1997), h. 24-25
3
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57
13
Pembelajaran disebut juga sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk
memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui oleh
individu, kelompok dan komunitas. Perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai,
keahlian, dan minat individu, kelompok atau komunitas, menjadi efektif dan
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk turut serta dalam
ditentukan. Istilah proses belajar dan mengajar terdapat hubungan yang sangat
erat. Bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh dan mempengaruhi dan
4
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), h.
29
5
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. Ke 12, Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 61
6
Ibid,
14
saling menunjang satu sama yang lain. Adapun tujuan belajar merupakan kriteria
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran.
a. Komponen Pembelajaran
Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik antara yang
belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman-temanya, tutor dan
media pembelajaran atau sumber-sumber belajar yang lain. Ciri lain dari
yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga
para guru, akan ditemukan gejala yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut
akan terlihat dari tingkah laku guru, peserta didik maupun situasi kelas. Menurut
7
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Cv Wacana Prima, 2009), h. 3
15
Guru biasanya hanya berdiri di depan kelas, menghadapi pserta didik dan
Asrori bahwa sikap guru pada pembelajaran pasif.9 Model pembelajaran seperti
ini peserta didik hanya menerima materi pembelajaran yang diajarkan guru
melalui penuturan (verbal) atau perkataan lisan tanpa interaksi (duduk, dengar,
catat, hafalan).
Selanjutnya komponen kedua, guru mengajar dengan menciptakan situasi
pengalaman belajar sesuai tujuan. Oleh karena itu tujuan yang hendak dicapai
orang yang selalu berupaya untuk memberi rangsangan atau motivasi agar peserta
8
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Cet. Ke I, Bandung: Cv Wacana Prima, 2007),
h. 1
9
Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran. (Cet. Ke I, Bandung: CV. Wacana Prima,
2007), h. 186
16
kesulitan yang dihadapi peserta didik. Cara kedua ini menyebabkan peserta didik
guru untuk menjadi pembimbing, namun dengan sikap dan pengawasan yang
tanpa tekanan umum penuh pengawasan dengan memotivasi agar peserta didik
diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager memberi batasan
yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan
siswa.10
Menurut H. Daryanto tujuan pembelajaran adalah tujuan yang
dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.11 Tujuan pembelajaran yang
yang terjadi di dalam kelas adalah tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus
10
Ibid, h. 10
11
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 58
17
dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak
E. Mulyasa berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam garis besarnya.
a) Mengisi kolom identitas
b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.
c) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator
yang akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi
penskoran. 13
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu
perubahan pada individu yang belajar. Bahwa perubahan akibat belajar tidak
seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk
mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses
12
B. Suryosubroto, Beberapa Aspek-Aspek Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), h. 23
13
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 222
18
yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh
prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,
melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep ialah menjelaskan dan
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTPA Setara D3,
2006), h. 30
15
Syaiful Sagala, konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. Ke 12, Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 71
16
Ibid,
Ibid, h. 73
19
konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada. Yang
atribut-atribut konsep.
c) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep itu
didefinisikan.
g) Kekuatan, yaitu kekuatan suatu konsep sejauh mana orang setuju tentang
konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek, kejadian-
atribut yang sama.17 Pemahaman pada suatu konsep dalam pembelajaran sangat
17
Wilis, Ratna Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 80
20
Peta konsep dapat memfasilitasi siswa agar dapat mengerti suatu konsep
dengan cepat dan mudah. Menurut pendapat Novak peta konsep merupakan suatu
adalah dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit
semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana hanya terdiri
dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk
baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun
secara hierarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif berada di puncak
konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep merupakan inovasi baru yang
menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep
merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan
konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut
tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip
penyesuaian integratif.
C. Ciri-Ciri Peta Konsep
a) Peta konsep atau pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan
semua konsep mempunyai bobot yang sama ini berarti, bahwa ada
20
Basuki T, Pembelajaran Matematika disertai Peta Konsep, Tesis Bandung: PPS UPI
Bandung(on-line) (mi1kelayu.blogspot.com.htm) diakses pada tanggal selasa, 27 Mei 2015
22
d) Peta konsep adalah tentang hierarki. Bila dua atau lebih konsep
materi yang mudah dipahami serta mudah diingat. Pada dasarnya, peta konsep
bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman
konseptual seseorang.22
Martin mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru,
merupakan suatu cara yang baik bagi siswa yang memahami dan mengingat
sejumlah informasi baru. Penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat
21
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 157
22
Musli Yuliadi, Pembelajaran Peta Konsep (On-line) (mi1kelayu.blogspot.com) diakses
pada tanggal 27 Mei 2015
23
ibid,
23
menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa akan lebih
kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang
telah dipelajarinya. Peta konsep selain digunakan dalam proses belajar mengajar,
siswa diharapkan dapat membuat peta konsep sendiri untuk membantu mereka
dalam belajar. Peta konsep dibuat dengan suatu wujud visual. Trianto
24
Ibid,
25
Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progesif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 160
24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat peta konsep adalah
sebagai berikut:
(1) dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena peta konsep merupakan
cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, (2) dapat
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siswa, dan (3) akan
memudahkan siswa dalam belajar.
konsep merupakan media dengan jenis gambar dua dimensi. Peta konsep
merupakan alat mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan
pikiran.27 Sebagai suatu media peta konsep cocok digunakan untuk pembelajaran
dengan materi yang banyak. Melalui peta konsep materi-materi tersebut akan
26
Hudoyo, Mengonstruksi Pengetahuan dan Keterampilan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002),
h. 4
27
Buzan Tony, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 4
25
peta konsep dalam pembelajaran, yaitu (1) menyelidiki apa yang telah diketahui
siswa, (2) belajar bagaimana cara belajar, dan (3) sebagai alat evaluasi belajar.28
daripada itu, peta konsep dapat pula memberikan wawasan baru kepada guru dan
baru. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan
dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak
kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih
ketika menggunakan peta konsep. Mengacu kepada Yusuf Hadi, media peta
dengan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang tinggi. Peta konsep dapat
pengetikan dengan komputer. Bahkan, peta konsep dapat dibuat dimana saja dan
kapan saja. Teknik peta konsep yang mensyaratkan dibuat dengan bentuk huruf
yang bervariasi dan menggunakan warna aneka ragam dapat menjadi daya tarik
teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan
pembelajaran inovatif. Model Mind Mapping (Peta Konsep) sebagai salah satu
dilakukan dalam membuat media peta konsep adalah dengan memikirkan apa
yang menjadi topik yang akan diajarkan, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai
29
Nasrun, Media, Metoda dan Pengelolaan Kelas terhadap Keberhasilan Praktik Lapangan
Kependidikan, Forum Pendidikan, no 4 tahun 26 Edisi Desember 2001, h. 425-438
27
konsep inti, kemudian menuliskan kata atau istilah, kelompok kata, singkatan,
atau rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep
inti, sehingga akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait
Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-
warni, menggunakan banyak gambar dan simbol biasanya tampak seperti karya
seni.
mengambil keputusan.
30
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar CBSA, (Jakarta: Melton Putra, 1992), h. 75
28
memecahkan masalah.
e) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal.
f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.32
saran, diskusi.
c. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, musik,
pidato.
d. Writing activities, seperti: menulis, keterangan, laporan.
e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi.
g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan
kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan
31
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. Ke 12, Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 124-132
32
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1988), h. 72
29
B. Indikator Keaktifan