Anda di halaman 1dari 18

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arti dan Makna Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk membantu

peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami

sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun

mempunyai konotasi yang berbeda.

Pengertian pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan

mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. 1

Sebagaimana hal yang disebutkan Nababan bahwasannya arti pembelajaran

adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan.2 Adapun Oemar Hamalik

berpendapat:

“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam hal ini manusia
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga
lainnya, materi meliputi buku-buku, papan tulis, dan materi lainnya.
Fasilitas perlengkapan terdiri dari ruang kelas, dan audiovisual. Prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian
dan sebagainya.”3

1
Muhaimin M. A. Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 99
2
Jos D Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Erlangga 1997), h. 24-25
3
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57
13

Pembelajaran disebut juga sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk

memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui oleh

individu, kelompok dan komunitas. Perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai,

keahlian, dan minat individu, kelompok atau komunitas, menjadi efektif dan

produktif dalam masyarakat.4

Menurut Sagala pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan.5 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan, Menurut Corey konsep pembelajaran adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk turut serta dalam

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.6

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran (proses belajar mengajar) adalah

suatu aktivitas (upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk memodifikasi

berbagai komponen belajar mengajar yang diarahkan tercapainya tujuan yang

ditentukan. Istilah proses belajar dan mengajar terdapat hubungan yang sangat

erat. Bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh dan mempengaruhi dan

4
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), h.
29
5
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. Ke 12, Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 61
6
Ibid,
14

saling menunjang satu sama yang lain. Adapun tujuan belajar merupakan kriteria

mencapai derajat mutu dan efisiensi pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses

pembelajaran pada awalnya meminta guru mengetahui kemampuan dasar yang

dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang

akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru

untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama

penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan

pembelajaran.
a. Komponen Pembelajaran

Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik antara yang

belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman-temanya, tutor dan

media pembelajaran atau sumber-sumber belajar yang lain. Ciri lain dari

pembelajaran adalah yang berhubungan dengan komponen-komponen

pembelajaran. komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama,

yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga

komponen utama melibatkan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan

penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang

memungkinkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.7

Beradasarkan kenyataan berbagai praktek pembelajaran yang di temukan oleh

para guru, akan ditemukan gejala yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut

akan terlihat dari tingkah laku guru, peserta didik maupun situasi kelas. Menurut

7
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Cv Wacana Prima, 2009), h. 3
15

Jenone S. Bruner mengemukakan tentang tiga komponen utama dalam proses

pembelajaran berdasarkan pengamatan yaitu:

1) Terdapat guru yang mengajar dengan cara menyampaikan terus-menerus


tanpa adanya interaksi, 2) terdapat guru yang berusaha menciptakan kondisi
yang menarik sehingga peserta didik dapat melakukan berbagai bentuk
interaksi dan kegiatan dalam menanggapi dan memahami materi
pembelajaran, 3) terdapat guru yang mengajar dan memberi kebebasan
kepada peserta didik untuk memilih materi pembelajaran sesuai dengan
metode, minat dan keinginan dengan berbagai variasi proses pembelajaran.8

Gambaran ketiga komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut pada

komponen pertama, guru hanya berperan sebagai pemenuhan pelaksanaan tugas.

Guru biasanya hanya berdiri di depan kelas, menghadapi pserta didik dan

menjelaskan materi pembelajaran untuk dihafalkan agar pada saat ujian

dilaksanakan peserta didik dapat menjawab dengan baik. Menurut Mohammad

Asrori bahwa sikap guru pada pembelajaran pasif.9 Model pembelajaran seperti

ini peserta didik hanya menerima materi pembelajaran yang diajarkan guru

melalui penuturan (verbal) atau perkataan lisan tanpa interaksi (duduk, dengar,

catat, hafalan).
Selanjutnya komponen kedua, guru mengajar dengan menciptakan situasi

dan kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh

pengalaman belajar sesuai tujuan. Oleh karena itu tujuan yang hendak dicapai

orang yang selalu berupaya untuk memberi rangsangan atau motivasi agar peserta

didik berkeinginan untuk mempelajari materi pembelajaran. Pada saat peserta

didik mendalami pembelajaran, guru harus mengarahkan dan membimbing

8
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Cet. Ke I, Bandung: Cv Wacana Prima, 2007),
h. 1
9
Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran. (Cet. Ke I, Bandung: CV. Wacana Prima,
2007), h. 186
16

kesulitan yang dihadapi peserta didik. Cara kedua ini menyebabkan peserta didik

termotivasi dan aktif dalam belajar.


Kelompok berikut adalah komponen ketiga. Komponen ini menghendaki

guru untuk menjadi pembimbing, namun dengan sikap dan pengawasan yang

edukatif dan rekreatif tanpa memberikan tekanan kepada peserta didik.

Pembelajaran yang dilakukan seorang guru dengan teknik memberi kebebasan

tanpa tekanan umum penuh pengawasan dengan memotivasi agar peserta didik

menampilkan keinginan, minat, dan bakatnya lebih berhasil dibandingkan

pembelajaran yang terlalu mengutamakan tekanan dan disiplin (monoton).


b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang

diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager memberi batasan

yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan

melalui prenyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari

siswa.10
Menurut H. Daryanto tujuan pembelajaran adalah tujuan yang

menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam

bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.11 Tujuan pembelajaran yang

yang terjadi di dalam kelas adalah tercapainya standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang dicapai dalam pembelajaran tersebut. Suryosubroto menegaskan

bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus

dikuasai oleh siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang

10
Ibid, h. 10
11
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 58
17

bersangkutan dengan berhasil.12 Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan

dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak

ukur keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri.


Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Menurut

E. Mulyasa berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam garis besarnya.
a) Mengisi kolom identitas
b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.
c) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator

yang akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi

dankompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.


e) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran

yang terdapat dalam silabus.


f) Menentukan metode pembelajaranyang akan digunakan.
g) Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
h) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan.
i) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik

penskoran. 13
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu

perubahan pada individu yang belajar. Bahwa perubahan akibat belajar tidak

hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam kecakupan,

kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, atau pribadi

seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk

mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses

12
B. Suryosubroto, Beberapa Aspek-Aspek Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), h. 23
13
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 222
18

pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut

Wina Sanjaya sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan

kegiatan pembelajaran diantaranya:


a) Berpusat pada siswa
b) Belajar dengan mengembangkan kemampuan sosial
c) Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
e) Mengembangkan kreatifitas siswa
f) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi
g) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
h) Belajar sepanjang hayat.14
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan

oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh

hasil belajar yang optimal.


B. Pengertian Peta Konsep

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang

dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi

prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,

melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep ialah menjelaskan dan

meramalkan.15 Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep-konsep yang

lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang yang terjadi. Konsep dapat

mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru. 16 Flavel

14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTPA Setara D3,
2006), h. 30
15
Syaiful Sagala, konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. Ke 12, Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 71
16
Ibid,
Ibid, h. 73
19

menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam

tujuh dimensi yaitu:

a) Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda. Atribut-atribut dapat

berupa fisik, seperti warna, tinggi atau bentuk.


b) Struktur, ada tiga macam struktur yang dikenal. Yaitu, struktur konjungtif

adalah konsep-konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga

lebih memenuhi syarat sebagai contoh konsep. Kedua, disjungtif adalah

konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada. Yang

terakhir, struktur relasional yang menyatakan hubungan tertentu antara

atribut-atribut konsep.
c) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep itu

dapat dilihat dari konsep-konsep lain.


d) Keinklusifan, yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat

dalam konsep itu.


e) Generalitis, yaitu bila diklasifikasikan.
f) Ketepatan, yaitu konsep-konsep harus ada ditingkat formal yang palin tepat.

Sebab pada tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat

didefinisikan.
g) Kekuatan, yaitu kekuatan suatu konsep sejauh mana orang setuju tentang

konsep itu penting.


Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek, kejadian-

kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-

atribut yang sama.17 Pemahaman pada suatu konsep dalam pembelajaran sangat

diperlukan agar siswa dapat men-generalisasikan konsep-konsep yang telah

dikuasai dengan konsep yang akan dikuasai.

17
Wilis, Ratna Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 80
20

Peta konsep dapat memfasilitasi siswa agar dapat mengerti suatu konsep

dengan cepat dan mudah. Menurut pendapat Novak peta konsep merupakan suatu

diagram hierarki berdimensi dua yang digunakan untuk menyatakan hubungan

yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposi.18 Proposisi

adalah dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit

semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana hanya terdiri

dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk

suatu proposisi. Belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep

baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun

secara hierarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif berada di puncak

peta. Semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan semakin menjadi lebih khusus.


Peta konsep menurut Martin adalah ilustrasi grafis konkret yang

mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan dengan konsep-

konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep merupakan inovasi baru yang

penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna di dalam

kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu

mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. 19


Untuk membuat suatu peta konsep, peserta didik dilatih untuk

mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan

menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep

merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan

sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas.


Peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang

direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan


18
Ibid, h. 122
19
Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progesif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 157-158
21

konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut

Suparno, peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan

suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan.20 Peta

konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan

juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Menghubungkan konsep-konsep

tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip

penyesuaian integratif.
C. Ciri-Ciri Peta Konsep

Dahar mengungkapkan beberapa ciri peta konsep sebagai berikut:

a) Peta konsep atau pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan

konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan

membuat peta konsep, siswa akan melihat pembelajaran lebih bermakna


b) Peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi. Ciri

inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara

konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari

belajar mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-

konsep, dengan demikian hanya memperlihatkan gambar satu dimensi

saja. Peta konsep ini bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang

penting, melainkan juga hubungan antara konsep-konsep tersebut.


c) Cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Pada hakikatnya, tidak

semua konsep mempunyai bobot yang sama ini berarti, bahwa ada

beberapa konsep yang inklusif diletakkan di puncak, lalu menurun hingga

sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh

20
Basuki T, Pembelajaran Matematika disertai Peta Konsep, Tesis Bandung: PPS UPI
Bandung(on-line) (mi1kelayu.blogspot.com.htm) diakses pada tanggal selasa, 27 Mei 2015
22

d) Peta konsep adalah tentang hierarki. Bila dua atau lebih konsep

digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, maka terbentuklah

hierarki peta konsep.


Peta konsep mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antar

konsep-konsep. Hubungan antar konsep-konsep dihubungkan dengan garis

penghubung dan pada setiap garis penghubung dibubuhi keterangan yang

menunjukkan hubungan antar konsep. Dengan demikian akan diperoleh hierarki

materi yang mudah dipahami serta mudah diingat. Pada dasarnya, peta konsep

memegang peranan penting dalam belajar bermakna.21 karena pengetahuan baru

dan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga

menjadi lebih mudah terserap siswa. Sedangkan menurut Williams menuliskan

bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman

konseptual seseorang.22
Martin mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru,

untuk menunjukkan hubungan ide-ide yang penting dengan rencana

pembelajaran.23 Sedangkan Arends menuliskan bahwa penyajian peta konsep

merupakan suatu cara yang baik bagi siswa yang memahami dan mengingat

sejumlah informasi baru. Penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat

mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.


Dengan mengacu pada peta konsep maka guru dapat membuat suatu

program pengajaran yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa

21
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 157
22
Musli Yuliadi, Pembelajaran Peta Konsep (On-line) (mi1kelayu.blogspot.com) diakses
pada tanggal 27 Mei 2015
23
ibid,
23

terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya serap siswa berdasarkan

menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa akan lebih

kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang

telah dipelajarinya. Peta konsep selain digunakan dalam proses belajar mengajar,

dapat diterapkan untuk berbagai tujuan yaitu :


a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
b. Mempelajari cara belajar
c. Mengungkap mis-konsepsi, dan
d. Sebagai alat evaluasi.24

D. Cara Membuat Peta Konsep

Peta konsep sangat berperan dalam proses pembelajaran bermakna. Setiap

siswa diharapkan dapat membuat peta konsep sendiri untuk membantu mereka

dalam belajar. Peta konsep dibuat dengan suatu wujud visual. Trianto

mengemukakan langkah-langkah pembuatan peta konsep yaitu:

(1) memilih suatu bahan bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang


relevan dalam bacaan tersebut, (3) mengurutkan konsep-konsep dari yang
inklusif ke konsep yang kurang inklusif, (4) menyusun konsep-konsep
dalam suatu bagan, konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian puncak
kemudian dihubungkan dengan menggunakan kata penghubung.25

E. Manfaat Peta Konsep


Peta konsep bermanfaat dalam pembelajaran. Hudoyo mengemukakan tujuh

manfaat peta konsep dalam pembelajaran yaitu:


a) Dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar
menjadi bermakna karena pengetahuan / informasi “baru” dengan pe-
ngetahuan terstruktur yang telah dimiliki warga belajar tersambung se-
hingga menjadi lebih mudah terserap warga belajar.
b) Keterkaitan antara konsep dapat diketahui secara baik oleh warga belajar
dan tutor. Ini berarti konsep menjadi saling tidak terisolasi yang sekaligus
memberikan gambaran baik kedalaman maupun keluasan konsep yang
akan dipelajari warga belajar.

24
Ibid,
25
Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progesif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 160
24

c) Dengan peta konsep tutor dapat meremidi pemahaman terhadap suatu


konsep yang sulit dipahami warga belajar karena tutor dapat menelusuri
konsep mana dalam jaringan tersebut yang belum dipahami warga belajar.
d) Tutor dan penulis buku ajar lebih mudah menyiapkan urutan pembelajaran
dengan mengacu pada peta konsep yang disesuaikan dengan
pengalamannya.
e) Warga belajar mengerti keterkaitan antara konsep yang akan dipelajari dan
akan lebih mudah merangkum setelah selesai pembelajaran.
f) Warga belajar akan lebih kuat memorinya dan akan lebih mudah
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian
“problem solving” bukan lagi hal yang menyulitkan warga belajar.
g) Dapat digunakan sebagai alat pengendali mutu pendidikan di sekolah.26

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat peta konsep adalah

sebagai berikut:
(1) dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena peta konsep merupakan
cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, (2) dapat
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siswa, dan (3) akan
memudahkan siswa dalam belajar.

Adapun indikator dari pembelajaran peta konsep sebagai berikut:


a) Merencanakan,
b) Berkomunikasi,
c) Menjadi lebih kreatif,
d) Menyelesaikan masalah,
e) Memusatkan perhatian,
f) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran,
g) Mengingat dengan lebih baik
h) Belajar lebih cepat dan efisien, dan
i) Melatih “gambar keseluruhan”.

F. Teknik Mencatat Peta Konsep sebagai Media Pembelajaran.

Peta konsep dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena peta

konsep merupakan media dengan jenis gambar dua dimensi. Peta konsep

merupakan alat mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan

pikiran.27 Sebagai suatu media peta konsep cocok digunakan untuk pembelajaran

dengan materi yang banyak. Melalui peta konsep materi-materi tersebut akan
26
Hudoyo, Mengonstruksi Pengetahuan dan Keterampilan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002),
h. 4
27
Buzan Tony, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 4
25

dihubungkan secara inklusif. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran akan

memberikan manfaat yang banyak kepada siswa. Dahar, mengungkapkan manfaat

peta konsep dalam pembelajaran, yaitu (1) menyelidiki apa yang telah diketahui

siswa, (2) belajar bagaimana cara belajar, dan (3) sebagai alat evaluasi belajar.28

Peta konsep dapat memenuhi semua persyaratan sebagai media

pembelajaran sekaligus dapat mewujudkan tujuan-tujuan pembelajaran. Lebih

daripada itu, peta konsep dapat pula memberikan wawasan baru kepada guru dan

murid. Sebagaimana diungkapkan DePorter, bahwa metode mencatat yang baik

harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman

terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan

baru. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan

teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan

dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak

kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih

banyak dan lebih mudah diingat.


Beberapa prinsip penggunaan media dalam pembelajaran dapat dipenuhi

ketika menggunakan peta konsep. Mengacu kepada Yusuf Hadi, media peta

konsep memenuhi prinsip sebagai berikut:


a. Merupakan bagian integral dari pelajaran,
b. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk menanggapinya dalam

rangka melatih perkembangan bahasa baik lisan maupun tulisan,


c. Pemakaian peta konsep tidak menuntut persiapan khusus,
d. Peta konsep sangat simpel, sehingga tidak membingungkan, bahkan

berpotensi memperjelas pelajaran,


e. Mengikutsertakan tanggung jawab peserta didik pada saat

menggunakannya. Pemakaian media peta konsep: 1) berhubungan erat


28
Ratna Wilis Dahar Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 156
26

dengan aspek-aspek pembelajaran yang lain, 2) cocok dipakai untuk

menyajikan semua unit pelajaran, 3) Dapat digunakan atau sesuai untuk

segala kegiatan belajar.29


Peta konsep dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam pembelajaran

dengan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang tinggi. Peta konsep dapat

mengongkritkan konsep-konsep abstrak dan mengaktifkan mahasiswa.

Pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama, tidak membutuhkan biaya

yang tinggi, sebagaimana menulis ringkasan secara konvensional atau dengan

pengetikan dengan komputer. Bahkan, peta konsep dapat dibuat dimana saja dan

kapan saja. Teknik peta konsep yang mensyaratkan dibuat dengan bentuk huruf

yang bervariasi dan menggunakan warna aneka ragam dapat menjadi daya tarik

tersendiri dan memenuhi kebutuhan estetik pembuatnya. Svantesson mengatakan

teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan

pelajaran serta ketika membutuhkan struktur.


Peta konsep pun dapat menjadi pendukung pemakaian beberapa model

pembelajaran inovatif. Model Mind Mapping (Peta Konsep) sebagai salah satu

teknik pembelajaran kooperatif dengan memecahkan masalah yang menghendaki

siswa menuliskan alternatif pemecahan masalah yang mereka temukan,

mengungkapkannya dalam kelas, dan guru menuliskannya di papan tulis serta

melakukan pengelompokkan atas ide-ide atau gagasan siswa tersebut, kemudian

mencocokkannya dengan konsep yang telah disiapkan guru. Langkah yang

dilakukan dalam membuat media peta konsep adalah dengan memikirkan apa

yang menjadi topik yang akan diajarkan, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai

29
Nasrun, Media, Metoda dan Pengelolaan Kelas terhadap Keberhasilan Praktik Lapangan
Kependidikan, Forum Pendidikan, no 4 tahun 26 Edisi Desember 2001, h. 425-438
27

konsep inti, kemudian menuliskan kata atau istilah, kelompok kata, singkatan,

atau rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep

inti, sehingga akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait

antara konsep atas – bawah – samping. Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-

ilustrasi dapat ditambahkan untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.

Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-

warni, menggunakan banyak gambar dan simbol biasanya tampak seperti karya

seni.

G. Keaktifan Belajar Peserta Didik


A. Pengertian Keaktifan

keaktifan adalah merupakan individu belajar yang selalu ingin tahu.

Menurut Sriyono “keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus

mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.”30 Menurut

Sagala, keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:

a) Keaktifan indera : pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid

harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin

b) Keaktifan akal : akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk

memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan

mengambil keputusan.

c) Keaktifan ingatan : pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima

bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak,

kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

30
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar CBSA, (Jakarta: Melton Putra, 1992), h. 75
28

d) Keaktifan emosi : dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha

mencintai pelajarannya.31 Menurut Sudjana, mengemukakan keaktifan

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam :

a) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.


b) Terlibat dalam pemecahan masalah.
c) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya.


d) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.
e) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal.
f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.32

Keaktifan rohani dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:

a. Visual activities, seperti: membaca, melihat gambar, percobaan,

mengamati pekerjaan orang lain.


b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, diskusi.
c. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, musik,

pidato.
d. Writing activities, seperti: menulis, keterangan, laporan.
e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi.
g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.


h. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sangat penting, karena

dalam pembelajaran banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut

kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan
31
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. Ke 12, Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 124-132
32
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1988), h. 72
29

Ia sendiri yang melaksanakan belajar. Untuk menarik keterlibatan siswa dalam

pembelajaran guru harus membangun hubungan baik yaitu dengan menjalinan

rasa simpati dan saling pengertian. Membina hubungan baik bisa

mempermudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu.

B. Indikator Keaktifan

Keaktifan belajar dalam dapat dilihat dari sebagai berikut:

a) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru


b) Kerjasamanya dalam kelompok
c) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal
e) Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok
f) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
g) Memberi gagasan yang cemerlang
h) Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
i) Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
j) Memanfaatkan potensi anggota kelompok
k) Saling membantu dan menyelesaikan masalah.

Anda mungkin juga menyukai