Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH:
NAMA : RIZKY MAULIDINA
NIM : PO.71.20.4.17.028
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang
sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.Pasien yang harus istirahat di tempat tidur
(misalnya,karena hipertensi,pemberian infus,section caesarea) harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah
selesai membuang hajat.Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan
sehat,daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari),biasanya daerah perineum dicuci
sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk
keperluan tersebut.Penggantian tampon harus sering dilakukan,sedikitnya sesudah pencucian
perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot.Payudara harus
mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan dengan memakai spons
atau shower dua kali sehari.Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka yang
disediakan khusus untuk keperluan ini.Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan
dengan perlahan – lahan dan puting secara hati – hati ditarik keluar.Jangan menggunakan sabun
untuk membersihkan putting.
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan
diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia
mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan
kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis laki-
laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan
anus.
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah
karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton,
2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).Episiotomi,suatu
tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan
meregang.Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala
janin,harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal,kecuali bila pasien sudah diberi
anestasi epiderual.Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral.Insisi
garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai
disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
1. Tuberositas ischii
b. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau
akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer,
2001).
c. Waktu Perawatan
1. Saat mandi
Pada saat mandi,ibu post partum pasti melepas pembalut,setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut,demikian pula pada perineum ibu,untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air besar,diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
D.Persiapan alat
Dilakukan pada ibu setelah melahirkan
1. Oleum coccus yang hangat ( direndam dengan air hangat )
2. Kapas
3. Handuk besar 2
4. Waslap 2
5. Air hangat dan dingin dalam baskom
6. Bengkok
7. Selimut mandi
8. Pispot
9. Perlak dan pengalas
10. Handscoon
11. Tas plastic / tempat sampah
12. Celana dalam dan pembalut bila perlu
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privasi
b. Memasang selimut mandi
c. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
d. Memasang perlak dan pengalas dibawah pantat
e. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan pispot,
sambil memperhatikan lokhea
f. Pasien disuruh BAK/BAB
g. Perawat menggunakan sarung tangan kiri
h. Mengguyur vulva dengan air matang
i. Pispot diambil
j. Mendekatkan bengkok didekat pasien
k. Memakai sarung tangan kanan , kemudian mengambil kapas basah. Membuka vulva
dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
l. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora kiri,
labia minora kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan kapas basah ( 1
kapas 1 kali usap )
m. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan perhatikan apakah longgar/lepas,
bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
n. Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi salep/betadin
o. Memasang celana dalam dan pembalut
p. Mengambil alas perlak, bengkok
q. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan selimut pasien
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Membereskan alat – alat
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini:
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan
bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada
jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun
infeksi pada jalan lahir.
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post
partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
REFERENSI
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta :
EGC
Anonim, 2012. Vulva Higiene: http://scribd.com, diakses tanggal 14 Mei 2012, jam 14.54 WIB
Dr. Ida, dkk. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita, edisi 2. Jakarta: EGC