TUJUAN PRAKTIKUM
PENDENGARAN
Pendengaran terjadi lewat hantaran udara dan hantaran tulang.
Pada hantaran udara, gelombang suara yang terdengar kedalam telinga
melalui perambatan udara, memasuki kanalis auditorius eksterna dan
membuat membran timpani bergetar yang selanjutnya akan menggerakan
maleus, inkus serta stapes. Pendengaran yang melewati hantaran tulang
jika sumber suara bersentuhan dengan kepala sehinggga menghasilkan
vibrasi tengkorak yang dapat menghasilkan gelombang yang berjalan pada
membran basilaris. Pada dua keadaan tersebut, gelombang getaran akan
bergerak dari basis ke apeks kokhlea. Bulu-bulu yang terdapat pada sel
rambut organ corti yang terletak pada membran basilaris pada membran
basilaris tertanam pada membran tektorial dan mengalami deformasi
akibat gelombang getaran yang berjalan terus. Titik pergeseran membran
basilaris yangditentukan oleh frekuensi nada yang merangsangnya terjadi
pada gelombang yang berjalan. Nada suara dengan frekuensi yang tinggi
menyebabakan pergeseran maksimal membran basilaris didekat basis
koklea. Dengan menurunnya frekunsi nada yang menstimulasi, titik
pergeseran maksimal bergerak ke apeks kokhlea (Isselbacher, et al, 1999).
Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi akibat lesi didalam kanalis
auditorius eksterna, telinga tengah, telinga dalam atau lintasan saraf
auditorius sentral. Lesi pada bagian telinga tengah akan menyebabkan
gangguan pendengaran konduktif, sedangkan lesi yang terjadi pada bagian
dalam atau nervus kranialis kedelapan menimbulkan gangguan
pendengaran sensorineural(Isselbacher at all,1999).
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai bagian luar , telinga
bagian tengah , telinga bagian dalam. Pada pemeriksaan bagian luar dapat
dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga untuk
menentukan bentuk, besar dan posisinya. Untuk pemeriksaan liang telinga
dapat dibantu dengan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah membran
timpani. Membran timpani yang normal berbentuk cekung dan mengkilat.
Kemudian dilihat adanya perforasi atau tidak. Kemudian pemeriksaan
mastoid. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat adanya pembengkakan
pada daerah mastoid. Pada pemeriksaan telinga dapat dilakukan dengan
bantuan garpu tala untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan
atau tidak (Alimul, 2008).
Tes pendengaran lewat hantaran tulang dilakukan dengan
menempatkan tangkai garpu tala yang ditempelkan pada kepala.
Pendengaran lewat hantaran tulang akan melewati kanalis auditorius
eksterna serta telinga tengah dan menguji keutuhan telinga dalam serta
lintasan saraf auditorius sentral. Tes webeber dan rinne yang
menggunakan garpu tala dapat dilakukan untuk membedakan gangguan
pendengaran konduktif dengan sensorineural (Isselbacher, et al, 1999).
Tes webber dapat dikerjakan dengan garpu tala 256-512 Hz. Tes
webber dapat dilakukan dengan menempelkan pangkal tangkai garpu tala
pada kepala digaris tengah dan menanyakan kepada pasien apa dia
mendengarkan suara di kedua telinga atau mendengakan suara nada yang
keras pada salah satu telinga. Pada gangguan pendengaran yang konduktif,
nada suara akan terdengar pada telinga yang sakit. Pada pendengar yang
sensorineural. nada suara akan terdengar pada telinga yang sehat. Tes
Rinne merupakan pemeriksaan yang sensitif dalam mendeteksi gangguan
konduktif yang ringan dalam jika garpu tala yang dipakai adalah jenis 256
Hz. Tes rinne digunakan untuk membandingkan kemampuan mendengar
lewat hantaran udara dan kemampuan mendengar lewat hantaran tulang.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mendekatkan garpu tala yang bergetar
pada lubang kanalisauditorius eksterna dan kemudian tangkai garpu tala
ditempelkan pada prosesus mastoid. Pasien diminta memberitahukan
apakah nada suara akan terdengar lebih keras lewat hantaran udara atau
lewat hantaran tulang. Dalam keadaa normal, suara akan lebih keras lewat
hantaran udara dibandingkan dengan lewat hantaran tulang. Pada
gangguan pendengaran konduktif, suara nada yang lebih keras melewati
hantaran tulang dibanding lewat hantaran udara. Pada gangguan
pendengaran sensorineural, lewat hantaran udara maupun lewat hantarn
tulang sama-sama kurang keras suaranya, tetapi suara lewat hantaran udara
lebih keras dibanding lewat hantaran tulang (Isselbacher, et al, 1999).
PENGLIHATAN
Gangguan mata
Mata yang normal, dapat melihat benda jauh dan dekat dengan
jelas. Mata yang normal ini disebut mata emetrop. Penyakit mata yang
disebabkan karena ada kelainan dan gangguan antara lain sebagai berikut :
Miopi
3.2.2 Kapas
BAB 4
TATA KERJA
A. Tes Rinne
1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
probanus.
3. Tanyakanlah kepada op apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di
telinga yang diperiksa, bila demikian probanus harus segera memberi
tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus
probanus dan kemudian ujung dari penala ditempatkan sedekat-dekatnya
di depan liang telinga yang sedang diperiksa itu. Tanyakan apakah suara
masih terengar oleh probanus.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne berdasrkan jawaban probanus:
Positif : Bila op masih mendengar dengungan sacara hantaran
aerotimpanal
Negatif : Bila op tidak mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal.
6. Interprestasi:
tAC = 2tBC : normal;
Tac > tBC : tuli sensorineural;
tAC< Tbc atau AC = BC : tuli konduktif
B. Cara Webber
1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ket
elapak tangan.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada bagian atas kepala probanus, yaitu
pada garis median.
3. Tanyakan kepada probanus apakah ia mendengar dengungan bunyi penala
sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Bila pada probanus tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan
ulangi pemeriksaan.
5. Catat hasil tes webber berdasarkan jawaban probanus:
Lateralisasi: bila probanus mendengar dengungan yang lebih
keras pada salh satu telinga;
Tidak ada lateralisasi: bila probanus tidak dapat membedakan
pada telinga mana dengngan terdengar lebih keras.
6. Interpretasi:
Tidak ada lateralisasi: normal
Laterilasasi ke telinga yang sakit: tuli konduktif.
Laterilasasi ke telinga yang sehat: tuli sensorineural.
C. Cara Schwabach
1. Pastikan pemeriksa memiliki pendengaran yang normal.
2. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan.
3. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
probanus.
4. Minta probanus untuk mengacungkan tangannya pada saat dengungan
bunyi menghilang.
5. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari
processus mastoideus probanus ke processus mastoideusi pemeriksa.
6. Pemeriksa menguji apakah masih ada bunyi dengungan.
7. Interpretasi:
Menurut pemeriksa dengungan sudah tidak terdengar: normal atau
Schwabach memanjang;
Menurut pemeriksa dengungan masih terdengar: Schwabach
memendek – tuli sensorineural.
8. Bila menurut pemeriksa dengungan sudah tidak terdengar, dilakukan
langkah berikut ini untuk memastikan probanus tergolong normal atau
Schwabach memanjang:
Getarkan penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan;
Tekan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu
telinga pemeriksa;
Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari
prosesus mastoideus pemeriksa ke prosesus mastodideus probanus.
Pemeriksa menanyakan apakah masih ada bunyi dengungan.
9. Interprestasi:
Menurut probanus dengungan sudah tidak terdengar: normal;
Menurut probanus dengungan masih terdengar: Schwabch
memeanjang – tuli konduktif
BAB 5
HASIL PRAKTIKUM
Orang
percobaan Hasil
(OP 1) -
(OP 2) -
(OP 3) -
(OP 4) -
(OP 5) -
Keterangan :
+, artinya mengalami buta warna
-, artinya tidak mengalami buta warna
Cara Rinne
Orang Cara Cara
Telinga Kanan Telinga Kiri
Percobaan Webber Schawabach
Kanan Kiri Kanan Kiri
(OP1) + + + + - Normal
(OP2) + + + + - Normal
(OP3) + + + + - Normal
(OP4) + + + + - Normal
(OP5) + + + + - Normal
Keterangan :
+ = berfungsi normal
= tidak terjadi lateralisasi
BAB 6
PEMBAHASAN
Orang
percobaan Hasil
(OP 1) -
(OP 2) -
(OP 3) -
(OP 4) -
(OP 5) -
Keterangan :
+, artinya mengalami buta warna
-, artinya tidak mengalami buta warna
BAB 7
KESIMPULAN
Buta warna pada seseorang dapat diuji dengan uji buta warna dengan alat
bantu, misalnya Ishihara’s test yang berisiangka atau huruf yang diwarna
idengan warna-warna tertentu yang dapat mengacaukan pembacaan angka
atau huruf tersebut bagi orang yang menderita buta warna.
Tes myopia dan hipermetropia dapat dilakukan dengan membaca huruf
dengan jarak yang ditentukan.
KELOMPOK 4
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
2017