Anda di halaman 1dari 10

ISSN : 2407 – 1846

ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

EKSTERNALITAS RUANG DARI POLA PEMBANGUNAN


PUSAT PERBELANJAAN BERSKALA BESAR TERHADAP
PERMUKIMAN DI SEKITARNYA
Happy Indira Dewi
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jalan Cempaka Putih Tengah 27, Jakarta Pusat, 10510
happy.indiradewi@gmail.com

ABSTRAK
Di daerah perkotaan, pertumbuhan dan perkembangan Pusat Perbelanjaan Berskala Besar
(PPBB) cenderung menghasilkan pola ruang yang tak terintegrasi secara fisik dan sosial dengan
lingkungan permukiman lama yang terletak dalam suatu hamparan besar. Hal ini menghalangi
keberlanjutan perkembangan ruang kota yang dapat mengakibatkan pemakaian ruang dan sarana
infrastruktur kota menjadi tidak effisien dan menyulitkan perencanaan lingkungan selanjutnya.
Penelitian ini difokuskan pada salah satu problem yang muncul akibat perkembangan PPBB tersebut,
yaitu eksternalitas ruang negatif dari pola pembangunan PPBB terhadap permukiman di sekitarnya.
Metodologi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif-eksploratif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menemukan antara lain bahwa eksternalitas ruang
negatif pada PPBB terhadap permukiman di sekitarnya terjadi karena (1) Sifat pembangunan PPBB
yang cenderung eksklusif; (2) Pembangunan pada bidang lahan yang bentuknya tidak sempurna
mengakibatkan bentuk lahan tidak geometris; (3) Pembangunan dinding pembatas mengakibatkan
diskontinuitas ruang; (4) Penempatan ruang-ruang servis yang berpotensi menimbulkan gangguan
berdekatan dengan zona permukiman penduduk ; (5) Tidak adanya zona transisi antara zona komersial
dan zona hunian, padahal antara ruang BSM dan ruang hunian terdapat perbedaan ruang yang kontras
dari sisi fungsi, sifat, besar, massa bangunan dan kebutuhan. ; (6) Eksternalitas ruang negatif yang
tidak berhasil atau tidak bisa diatasi oleh penghuni dengan adjustment, dan mengakibatkan penghuni
harus berusaha lebih keras lagi untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. terdapat pula
eksternalitas ruang negatif yang cenderung bisa diatasi oleh penghuni dengan adjustment, dan
mengakibatkan penghuni lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Keberhasilan melakukan
adjustment dan adaptasi bukan berarti penghuni berhasil menghilangkan dampak, dampak tetap ada
namun penghuni berusaha menghindari dampak negatif tersebut.

Kata kunci: PPBB, eksternalitas, ruang, permukiman

ABSTRACT
At urban areas, growth and development of Big Shopping Centre (BSC) tends to
produce space pattern that was not physically and socially integrated with the old
neighbourhood settlement that lie in the large land. This can caused the use of space
and city’s ameneties infrastructure become not to be efficient and can make difficulties
on the further neighbourhood. This study focused on one of the problems that arised due to
the BSC development mentioned above, that is externality negative space, externality of
BSC development settlement. The study methodology that used was descriptive-explorative,
by using quantitative and quantitative approach. This reseach found among others that
externality negative space at BSC on settlement around due to (1) The characteristic of BSC
that tend to be exclusive ( only needed the comfortable in the land and neglected the
inhabitants comfortable who inhabit at the outher land; (2) The abating land that
was not still perfect so it can make the shapes of land was not geometric; (3) The
development of wall boundaries can make a discontinued space; (4) The placing of service
space that was potential to make hindrance upon close to the settlement areas of
inhabitants; (5) There was not any transition areas between commercial and dwelling
one, moreover between BSM space and dwelling space existing the difference space

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

that contradicted with the function, characteristic, measurement, mass building and the
needs; (6) This reseach also found externality negative space that regarded was not
successful or it could not be overcome by adjustment, will make the dwellers or
inhabitants must work harder in oder they are able to adaptate to their neighbourhood.
While the successful adjustment can make the inhabitants were easy to adapt with the
neighbourhood. The success of making adjustment and adaptation was not meant that
the inhabitants was successfully to eradicate the influence, the influence always
existing, however the inhabitants can make an effort to avoid the negative affect
mentioned
Keywords : big shopping centre, externality, space , settlement

PENDAHULUAN seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian


Pembangunan dan perkembangan Pusat yang yang membahas eksternalitas ruang dari
Perbelanjaan Berskala Besar (selanjutnya PPBB masih jarang dilakukan. Padahal
disingkat PPBB) di tengah kota, menggantikan pertumbuhan dan pembangunan PPBB sangat
permukiman semakin sering dilakukan. pesat, dan sebagian besar hanya mementingkan
Pembangunan PPBB dengan tujuan untuk aspek teknis dan ekonomi semata. Sedangkan
memperindah kota dan memaksimalkan nilai Pemda yang berfungsi sebagai pengawas hanya
guna lahan terus berlangsung, tanpa ada memikirkan persoalan menata kota secara
petunjuk praktis dalam hal izin pembangunan global dan tidak sampai detil, hal ini karena
PPBB dari Pemda sebagai pengawas keterbatasan pengetahuan Pemda tentang
pembangunan dan pembuat keputusan dalam eksternalitas ruang.
perkembangan kota. Pembangunan PPBB saat Oleh karena itu penelitian ini, berupaya
ini hanya mementingkan faktor teknis dan membahas persoalan-persoalan yang berkaitan
ekonomis, tanpa mempertimbangkan dengan eksternalitas ruang akibat dari pola
eksternalitas ruang yang bakal muncul pembangunan PPBB yang tidak terintergrasi
terhadap permukiman di sekitarnya. PPBB dengan lingkungannya terhadap permukiman,
membutuhkan lokasi strategis untuk untuk memberikan kontribusi mengisi
keberlangsungan dan keberlanjutannya. kekosongan pengetahuan tentang eksternalitas
Namun pada lokasi tersebut seringkali sudah ruang ini. Karena penelitian yang membahas
terdapat permukiman yang telah eksis puluhan tentang eksternalitas ruang dari pola
tahun. Pengembang seringkali melakukan pembangunan PPBB terhadap permukiman di
tindakan penggusuran rumah dan atau sekitarnya ini masih jarang dilakukan.
pembelian lahan untuk mendapatkan tapak. PPBB adalah bangunan multifungsi
Namun tidak semua warga setuju untuk yang di dalamnya terdapat kegiatan komersial,
melepaskan rumah dan tanahnya, dengan lokasi ideal bagi PPBB adalah tapak memiliki
alasan historis maupun tidak cocok dengan akses yang mudah dicapai dan
ganti rugi yang ditawarkan, hal ini sangat menggambarkan posisi ekonomi yang baik,
mempengaruhi keberlangsungan dan seperti memenuhi jarak tempuh manusia,
keberlanjutan kehidupan mereka. Pembebasan kemudahan terhadap transportasi umum,
yang tidak menyeluruh ini menghasilkan hubungan dengan area komersial, dan
bentuk tapak yang terpetak-petak, tidak terhindar dari akses layanan permukiman
sempurna dan tidak terintegrasi. (Chiara, 1969). Lokasi ideal tersebut sangat
Sementara beberapa penelitian sulit di temukan, karena sebagian besar lokasi
eksternalitas ruang yang telah dilakukan saat yang memiliki jaringan infrastruktur yang
ini, membahas mengenai tentang eksternalitas lengkap berada di pusat kota dan padat
lokasi terhadap pasar perumahan, eksternalitas permukiman. Dalam wacana perancangan dan
lokasi kawasan perumahan baru terhadap perencanaan kota, fungsi komersial dan fungsi
kawasan sekitarnya, eksternalitas ruang negatif hunian merupakan dua buah fungsi yang
yang terjadi akibat tata letak pada sebuah dinilai memiliki pola hubungan yang cukup
permukiman tak terencana, dan eksternalitas bersifat ambivalen. Dalam lingkup wilayah
ruang dari perumahan real estat terhadap kota, fungsi komersial dapat mengakibatkan
permukiman di sekitarnya. Namun demikian, dampak bagi mereka yang tidak ikut

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

bertransaksi yang sering disebut dengan diskontinuitas ruang, hubungan antar kawasan,
eksternalitas. Jenis eksternalitas yaitu pola jaringan infrastruktur, dan proporsi ruang
eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. terbuka. Sedangkan bentuk-bentuk
Eksternalitas Positif yaitu merangsang eksternalitas ruang yang mungkin muncul dari
pertumbuhan beragam fungsi-fungsi komersial pola pembangunan PPBB terhadap
lainnya, berpotensi meningkatkan kualitas permukiman di sekitarnya, adalah bentuk
disain bangunan dan lingkungan sekitar dan terukur seperti inefisiensi infrastruktur,
mengangkat nilai ekonomis harga lahan inefisiensi sirkulasi dan jarak
permukiman di sekitarnya (residential land tempuh/aksessibilitass, kemacetan, kualitas
values). Sedangkan eksternalitas negatif adalah jalan, pencemaran/polusi, tata guna lahan,
meningkatkan persaingan antar pelaku usaha ketimpangan ruang, vegetasi, pencahayaan dan
komersial/perniagaan di wilayah tersebut, proporsi ruang terbuka. Untuk bentuk
potensi polusi (udara, suara, dan bau) yang eksternalitas yang tidak terukur seperti view,
bersumber dari aktivitasnya serta keramaian penurunan kualitas lingkungan (banjir dan
yang ditimbulkannya, permasalahan parkir dan kebisingan), nilai amenitas, dan kenyamanan
hal-hal yang berhubungan dengan gangguan (thermal). Bentuk-bentuk eksternalitas tersebut
kelancaran lalu lintas kendaraan dan merupakan eksternalitas ruang yang mungkin
permasalahan gangguan sirkulasi pejalan kaki terjadi dan perlu diidentifikasi, untuk
di sekitarnya (Ken Jones dan Simmons mengetahui bentuk eksternalitas mana yang
dalam Dewi, 2005). paling dominan muncul dan dirasakan oleh
Pada penelitian eksternalitas ruang penghuni permukiman di sekitar permukiman
perumahan terhadap permukiman, ditemukan tersebut.
faktor utama penyebab eksternalitas ruang Bentuk eksternalitas ruang tersebut
adalah dinding pembatas tapak, dinding yang terukur dan tidak terukur, dapat
pembatas ini dapat menyebabkan diketahui dengan melakukan pengukuran
diskontinuitas ruang antara ruang yang terhadap besar upaya penyesuaian diri
terbentuk oleh dinding pembatas dengan penghuni di sekitar ruang tersebut secara
permukiman di sekitarnya. Eksternalitas ruang adjustment dan adaptasi. Pengukuran upaya
negatif yang diterima berupa gangguan view, secara adjustment, dapat dilakukan dengan
gangguan amenitas, dan gangguan kenyamana cara mengidentifikasi perubahan-perubahan
thermal, sedangkan eksternalitas ruang positif yang terjadi terhadap hunian dan menaksir
yang ditemukan adalah peningkatan nilai besar biaya yang telah dikeluarkan penghuni
properti, perbaikan kondisi jalan, dan secara pribadi untuk mengatasi dampak
perbaikan aksessibilitas karena ada jalan baru. tersebut, untuk pengukuran adaptasi dengan
Adapun penghuni permukiman yang terkena menggunakan ilmu psikologi (Harun, 2004)1.
dampak, dengan pertimbangan ekonomi Pengukuran besarnya adaptasi dilakukan
cenderung mengatasi dampak negatif yang dengan mengamati prilaku penghuni ketika
diterima secara kolektif dengan gotong royong melakukan penyesuaian diri terhadap dampak,
(Andriana, 2002). Demikian pula lalu mengukur tingkat emosi, kognisi, dan
pembangunan PPBB dengan sistem kapling konasi penghuni terhadap diri sendiri, orang
yang menggunakan dinding pemisah sebagai lain dan lingkungannya (Relawati , 2004)2.
alat pengaman terhadap asset dan tapak PPBB Dalam teori tingkat adaptasi
yang memiliki bentuk tak beraturan, ditengarai (Adaptation Level Theory), dikatakan bahwa
merupakan penyebab terjadinya eksternalitas manusia menyesuaikan responsnya terhadap
ruang dari pola pembangunan PPBB terhadap rangsang yang datang dari luar, sedangkan
permukiman di sekitarnya. stimulusnya dapat diubah sesuai dengan
Selanjutnya berdasarkan uraian keperluan manusia. Setiap orang mempunyai
mengenai eksternalitas ruang di atas, maka tingkat adaptasi (adaptation level) tertentu,
dapat dirumuskan faktor penyebab terhadap rangsangan atau kondisi lingkungan
eksternalitas ruang dari pola pembangunan tertentu. Reaksi orang terhadap lingkungan
PPBB adalah, bentuk dan pola kawasan/tapak
yang tidak beraturan dan tidak terintergrasi 1
Dr. Ismet Belgawam Harun, Pakar Perumahan dan
dengan sekitarnya, pola pemanfaatan ruang, Permukiman ITB
dinding pembatas yang mengakibatkan 2
Dra. Sri Relawati, Praktisi Psikologi (Psikolog)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

tergantung pada tingkat adaptasi orang negatif kemungkinan dapat dengan


tersebut terhadap lingkungannnya. Makin melakukan cooping /penanggulangan dampak
jauh perbedaan antara keadaaan lingkungan untuk menyesuaikan diri dengan cara
dengan tingkat adaptasi, maka akan makin adjustment dan adaptasi.
kuat pula reaksi orang tersebut. Kondisi Permasalahan dalam penelitian ini
lingkungan yang dekat dengan atau sama adalah 5 butir, yaitu: (1) Apa saja bentuk-
dengan tingkat adaptasi adalah kondisi bentuk dampak ruang yang terjadi karena
optimal. Selanjutnya dijelaskan pula tiga PPBB ?; (2) Fenomena-fenomena apa saja
kategori hubungan antara prilaku dan yang menyebabkan terjadinya eksternalitas
lingkungan yang sesuai dengan hipotesis ini ruang pada permukiman di sekitar BSM ?; (3)
secara optimal, beberapa kategori itu adalah Bagaimana proses/mekanisme terjadinya
rangsangan/stimulus fisik/ pancaindra (suara, eksternalitas ruang pada permukiman di
cahaya, suhu, udara), rangsangan/stimulus sekitarnya ?; (4) Bagaimana respon berupa
sosial, dan perpindahan/ gerakan. adaptasi dan adjustment penghuni terhadap
(Fisher.dkk, 1984). bentuk eksternalitas ruang tersebut ?: (5)
Sedangkan menurut Morris dalam Seberapa besar eksternalitas ruang terhadap
Dewi (2005), respons penghuni terhadap penghuni permukiman tersebut ?
kepuasan bertempat tinggal dikenal dengan Rencana pemecahan permasalahan
housing adjustment dan housing adaptation. adalah untuk dapat menjawab permsalahan
Housing adjustment merupakan proses akan digunakan reaksi penghuni secara
penyesuaian yang terjadi pada saat penghuni adaptasi maupun adjusment terhadap
mengalami kekurangan (deficit) pada eksternalitas ruang akibat keberadaan PPBB di
rumahnya, yang menyebabkan berkurangnya permukiman. mengetahui pada penelitian ini
tingkat kepuasan mereka. Penyesuaian dapat Besarnya dampak akan diketahui dari upaya
berupa pindah rumah, perubahan kualitas atau yang dilakukan penghuni untuk mengatasi
perubahan fungsional. Hal ini dipengaruhi dampak. Dalam kaitan ini, fokus diberikan
oleh dinamika yang terdapat pada penghuni pada eksternalitas ruang negatif sampai dengan
tersebut dan akan dapat terlihat dalam bentuk mengetahui besar upaya untuk menyesuaikan
keperduliannya terhadap keadaan fisik dan diri secara adjustment dan adaptasi.
lingkungan. Sedangkan housing adaptation Tujuan penelitian secara lebih spesifik
merupakan perubahan respon penghuni ada 3 (tiga), yaitu: (1) Mengetahui bentuk-
terhadap tekanan sebagai akibat ketidak bentuk eksternalitas ruang dari PPBB; (2)
puasan terhadap rumah, dan penghuni Mengidentifikasikan fenomena-fenomena
bersikap pasif terhadap rumahnya. yang terjadi untuk mengetahui faktor-faktor
Dari berbagai penjelasan di atas dapat penyebab dan proses terjadinya eksternalitas
disimpulkan bahwa bentuk-bentuk ruang; (3) Mengetahui seberapa besar
eksternalitas ruang yang mungkin muncul dari eksternalitas ruang negatif, melalui tingkat
pola pembangunan PPBB terhadap adaptasi dan adjustment penghuni
permukiman di sekitarnya adalah bentuk
terukur, seperti ineffisiensi infrastruktur, METODE
ineffisiensi sirkulasi dan jarak Kasus penelitian pada studi ini adalah
tempuh/aksesibilitass, kualitas jalan, kawasan PPBB yang terletak di dalam
pencemaran/polusi, tata guna lahan, lingkungan permukiman di kota Bandung.
ketimpangan ruang, vegetasi, pencahayaan dan PPBB yang menjadi obek penelitian adalah
proporsi ruang terbuka. Untuk bentuk Bandung Super Mall (selanjutnya disingkat
eksternalitas yang tidak terukur seperti BSM sekarang berganti nama menjadi Trans
view/pemandangan, penurunan kualitas Studio Mall). BSM juga merupakan bangunan
lingkungan (banjir dan kebisingan), nilai monolit, multifungsi, berlantai banyak, bertaraf
amenitas, dan kenyamanan (thermal). Bentuk- internasional, dan lokasinya terletak pada
bentuk eksternalitas tersebut merupakan permukiman yang memiliki lokasi strategis di
eksternalitas ruang yang mungkin terjadi dan pusat kota, bangunan memanjang ke dalam
perlu diidentifikasi. Besar eksternalitas ruang kawasan dengan pembebasan lahan yang tidak
akan dapat diketahui dari upaya penghuni sempurna, keberadaannya terlihat kontras
PPBB untuk menangani eksternalitas ruang dengan lingkungan sekitarnya.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Sampel penelitian ditentukan lingkungan, orang lain dan diri sendiri, yang
berdasarkan hasil survei awal yang diketahui dari emosi, nalar dan tindakan
mengindikasikan zona hunian yang mereka. Sedangkan untuk mengetahui
penghuninya sebagian besar mengeluhkan perubahan pada hunian diukur seberapa besar
dampak yang berasal dari ruang BSM, zona perubahan yang terdapat pada hunian mereka
yang terletak di dalam lingkup 0 hingga 60 untuk mengatasi dampak. Tahap ke V,
meter di sekitar dinding pemisah BSM. mengolah data secara kuantitatif dengan
Diduga pada zona ini eksternalitas ruang metode Frequencies, untuk mengidentifikasi
negatif BSM memiliki nuansa kepekatan yang dan menggambarkan tingkat penolakan
tinggi. Sampel adalah hunian yang ada di beradaptasi penghuni terhadap eksternalitas
sekitar dinding pemisah Bandung Super Mall ruang negatif yang telah diukur tingkat
(Kelurahan Cibangkong RW 03, RW 04, RW signifikannya. Tahap ke VI, mengukur
05, RW 06; Kelurahan Maleer RW 03, RW tingkat adaptasi dengan mengubah tingkat
04; Kelurahan Lingkar Selatan; RW 08). frekwensi menjadi koefisien, selanjutnya di
Jumlah responden sebanyak 110 responden. olah dengan menggunakan metoda Analisis
Teknik pengumpulan data primer Jalur (Path Analysis).
dilakukan dengan metoda survei, yaitu
pencarian data dengan pengamatan (observasi), HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara, dan quisioner (Nasir, 1998 ; Hasil dari hasil analisis dan sintesis
Sudradjat, 1999). Pengamatan dilakukan untuk penelitian eksternalitas ruang PPBB
terhadap rona kegiatan PPBB/BSM dan rona terhadap permukiman di sekitarnya, dengan
kegiatan permukiman di sekitar BSM. kasus BSM di permukiman Cibangkong
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah Bandung, akan dijelaskan dalam uraian di
BSM didapatkan dengan wawancara terhadap bawah ini.
pihak-pihak terkait secara langsung (kelurahan,
sesepuh masyarakat). Data sekunder yang Eksternalitas Ruang Negatif BSM
terkumpul adalah berupa peta tematik kawasan Penghuni yang tinggal di sekeliling
permukiman Cibangkong, data jaringan ruang BSM sebagian besar adalah penduduk
infrastruktur BSM, dan permukiman asli yang telah puluhan tahun tinggal di lokasi
Cibangkong, data kependudukan dari pada tersebut, mereka berpendidikan tidak terlalu
instansi terkait seperti kelurahan, Pemda, dan tinggi, dan berpenghasilan mayoritas
developer PPBB/BSM. Selanjutnya data-data manengah bawah. Rumah-rumah telah
primer dan sekunder diolah untuk dapat memiliki jaringan utilitas dan berada di atas
dilakukan analisis dan interpretasi penelitian lahan yang memiki status legal/illegal. Bagi
Pengumpulan dan analisis data sebagian penghuni yang tinggal di lahan
dilakukan secara bertahap. Tahap I, illegal, status legal atau tidak tidak bukan
mengumpulkan data perubahan lingkungan di merupakan masalah yang utama, yang penting
sekitar BSM, meliputi perubahan sirkulasi mereka dapat tinggal di lokasi yang strategis
jalan lingkungan, sirkulasi aliran air buangan, dan dekat dengan sumber-sumber mata
perubahan aksesbilitas, perubahan amenitas, pencaharian mereka. Ketergantungan penghuni
perubahan terhadap privasi seperti gangguan terhadap tempat tinggalnya dan keterikatan
akibat kebisingan, gangguan akibat perubahan historis antara penghuni dengan lingkungannya
view dsb. Tahap ke II, mengumpulkan data amat tinggi. Hal inilah yang mengakibatkan
tanggapan secara langsung dari penghuni image penghuni terhadap lingkungan sangat
selama ada BSM dengan wawancara langsung. pekat dan sangat sensitif terhadap perubahan-
Tahap ke III, mengidentifikasi perubahan- perubahan yang terjadi di sekitarnya. Diduga
perubahan yang mengganggu penghuni, dan faktor-faktor inilah yang nantinya menjadi
membuat kuesioner dengan tujuan untuk alasan terkuat bagi penghuni, untuk tetap
mengetahui sejauh mana adjustment penghuni bertahan tinggal di lokasi ini dengan segala
dan adaptasi penghuni. Tahap ke IV, untuk upaya, walaupun perubahan yang dilakukan
mengetahui sikap penghuni, dilakukan analisis oleh BSM telah memberikan dampak negatif
terhadap data yang diperoleh dengan terhadap penghuni.
menggunakan kuesioner yang dirancang untuk Penghuni diketahui mengalami dan
mengetahui tingkat adaptasi terhadap terkena 10 macam eksternalitas ruang negatif

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

dari BSM, yang signifikan sangat meresahkan yang di alami oleh 90,9 % dari 110 responden.
penghuni di sekitarnya ini, meliputi gangguan Berasal dari suara carcall, suara pertunjukkan
kebisingan, perubahan sirkulasi, gangguan musik, dan suara genset BSM. Setelah ada
banjir, perubahan kualitas udara, perubahan ruang BSM penghuni merasakan adanya
view, perubahan amenitas, gangguan lansekap gangguan kebisingan, hingga menembus ke
BSM, perubahan aksesibilitas, perubahan dalam ruang-ruang privat penghuni, dimana
pencahayaan, dan gangguan genangan air penghuni biasa melakukan aktivitas
susah surut. Dilihat dari besarnya responden kesehariannya. Penyebabnya yaitu, perletakan
yang menerima dampak, terdapat lima (5) carcall menyebar di sekeliling ruang BSM,
dampak yang dikeluhkan lebih dari separuh yang bersebelahan dengan rumah penghuni,
responden yang karenanya diduga memiliki tempat pertunjukkan musik secara outdoor
nilai eksternalitas ruang negatif yang besar, bersebelahan dengan hunian, lokasi
seperti gangguan kebisingan, perubahan genset/zona servis terlalu dekat dengan rumah
sirkulasi, gangguan banjir dan perubahan view. penghuni, sehingga suara-suara keras tersebut
Sedangkan dampak yang dikeluhkan kurang diterima dan dirasakan langsung penghuni
dari separuh responden diduga memiliki nilai tanpa tereduksi terlebih dahulu. Seharusnya
eksternalitas ruang negatif yang kecil, seperti keberadaan ruang BSM di lingkungan tersebut
dampak perubahan amenitas, gangguan tidak hanya memperhatikan dan menyediakan
lansekap BSM, perubahan aksessibilitas, kenyamanan pengunjung, namun juga perduli
perubahan pencahayaan, dan gangguan terhadap kenyamanan penghuni yang tinggal di
genangan air susah surut. sekitar ruang tersebut dengan membuat ruang
Hasil penelitian dari 10 dampak, terdapat transisi antara hunian dengan BSM secara
5 dampak yang sangat mengganggu penghuni kongkrit .
di atas 50%. Pertama, dampak kebisingan

EKSTERNAL RUANG DARI POLA PEMBANGUNAN BANDUNG SUPER


MALL TERHADAP PERMUKIMAN DI SEKITARNYA

Gambar 1. Bangunan BSM menusuk masuk ke arah dalam permukiman mengakibatkan


eksternalitas ruang negatif terhadap hunian di sekitarnya
(Sumber: Pribadi 2005)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Sebelum BSM terbangun Setelah BSM terbangun


Gambar 2. Kondisi permukiman sebelum dan setelah BSM terbangun
(Sumber: Pribadi 2005)

Kedua, dampak perubahan sirkulasi, Ketiga, gangguan banjir dirasakan oleh


63,6% dari 110 penghuni mengatakan 63,6% dari 110 penghuni. Sebelum ada BSM
tergganggu dengan perubahan ini. daerah ini memang sudah mengalami banjir.
Penyebabnya yaitu pelebaran jalan yang Namun kondisi banjir bertambah parah setelah
dilakukan untuk mengantisipasi kemacetan di BSM terbangun. Penyebabnya dinding
jalan Gatot Subroto tidak tuntas. Keggiatan pemisah di sekeliling tapak mengakibatkan
BSM yang berada pada lingkungan terpotongnya saluran drainase pada daerah di
permukiman telah mengakibatkan kemacetan sekitar ruang BSM, saluran baru yang
di jalan utama. Bentuk tapak yang memanjang dibangun BSM hanya dilakukan di beberapa
ke arah dalam kawasan Cibangkong bagian dan tidak menyeluruh, sehingga tidak
berdampak memotong gang-gang dan effektif mencegah terjadinya banjir.
menghasilkan gang-gang buntu. Kondisi ini Seharusnya dinding pembatasan BSM tidak
dapat diantisipasi dengan mengajak pihak- memotong begitu saja saluran-saluran
pihak yang terkait melakukan persiapan drainase, tetapi mengintegrasikan dengan
pembangunan jalan yang terpadu sebelum saluran lama atau merencanakan dan
dilakukan pembangunan BSM. Antisipasi mempersiapkan secara menyeluruh saluran
sirkulasi yang mati dapat dilakukan dengan drainase yang baru sebelum pembangunan
cara membuatkan jalan alternatif mengitari BSM, dan dimusyawarahkan dengan penghuni.
tapak BSM. Keempat, perubahan kualitas udara,
51,8% dari 110 penghuni mengeluhkan kondisi

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

kualitas udara setelah BSM berdiri. Besar eksternalitas ruang negatif BSM
Penyebabnya adalah perletakan ruang-ruang ditemukan dapat dideteksi melalui upaya
yang menimbulkan polusi (ruang genset, jalan adjustment, dengan cara melakukan
untuk antrean mobil menuju pintu keluar) pengamatan terhadap upaya-upaya yang
jaraknya sangat dekat dengan hunian. dilakukan penghuni untuk mengatasi dampak
Perletakan sumber-sumber dampak tersebut negatif yang diterimanya. Adjustment yang
sangat ideal bagi penataan BSM, namun dilakukan penghuni terhadap dampak adalah
dampak polusinya langsung dirasakan bukti keberadaan eksternalitas ruang negatif di
penghuni karena lokasinya yang berdekatan. sekitar ruang BSM. Kenyataannya tidak
Seharusnya penataan dan perletakan ruang- semua dampak dapat diatasi dengan cara
ruang yang dapat menyebabkan polusi udara, mengadakan perubahan terhadap hunian
tidak dekat/berdampingan dengan hunian. (adjustment). Pada kasus ini ditemukan
Perlu disediakan zona transisi diantara ruang dampak negatif yang dapat diatasi penghuni
hunian dan ruang BSM, agar dampak dapat melalui proses adjustment ada lima macam,
direduksi dahulu. Pembuatan ruang hijau yang yaitu gangguan banjir, perubahan kualitas
mengelilingi ruang BSM mungkin dapat udara, perubahan view, perubahan
mengurangi dampak polusi udara. pencahayaan, dan gangguan genangan air
Kelima, perubahan view, 50,9% dari susah surut.
110 penghuni. Tapak BSM yang berbatasan Tindakan-tindakan yang dilakukan
langsung dengan tapak permukiman penghuni untuk mengatasi dampak-dampak ini
mengakibatkan jarak pandang ke arah dinding ada enam macam, yaitu tindakan menanam
pembatas dan bangunan BSM menjadi sangat pohon, tindakan membuat tanggul, tindakan
dekat dan tidak nyaman. Kondisi dinding merenovasi rumah dan atau membangun ulang
pembatas dibiarkan seadanya dan kusam. rumah, tindakan terhadap lantai, tindakan
Bangunan BSM karena lokasinya sangat dekat terhadap dinding dan tindakan terhadap plafon.
dengan hunian tidak dapat dinikmati Kegiatan dan perlakuan terhadap huniannya
keindahannya, yang terlihat hanya dinding dihitung berdasarkan standar harga bangunan
tinggi kusam yang monoton. Seharusnya BSM yang ditetapkan. Namun setiap satu tindakan
tidak hanya memperhatikan keindahan visual bukan berarti untuk menanggulangi satu
bagi pengunjung BSM saja, kebutuhan dampak, karena seorang penghuni dapat
keindahan dan kenyamanan visual juga melakukan satu upaya untuk mengatasi dua
dibutuhkan oleh lingkungannya, dengan dampak atau lebih.
menyediakan ruang hijau di antara kapling
raksasa BSM dengan kapling penghuni Adaptasi
permukiman. Pada penelitian ini ditemukan
adjustment, hanya dapat mengatasi
Adjustment dan Adaptasi sebagai Indikator eksternalitas ruang negatif secara fisik, bila
Eksternalitas Ruang Negatif BSM dampak tidak bisa diatasi dengan adjustment,
Penghuni untuk dapat tetap survive di penghuni akan melakukan upaya mengatasi
lokasi tempat tinggalnya tersebut, secara dampak secara adaptasi. Upaya penghuni
naluriah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi dampak negatif dari ruang BSM
mengatasi/menghindari dampak-dampak secara adjustment, hanya dapat digunakan
negatif, dengan melakukan adjustment dan untuk menanggulangi empat dampak negatif,
adaptasi. Dari penelitian ini ditemukan besar yaitu gangguan banjir, perubahan view,
nilai eksternalitas ruang negatif BSM, dapat gangguan genangan air susah surut dan
diketahui dari upaya-upaya yang dilakukan perubahan pencahayaan. Walaupun telah
penghuni dalam mengatasi dampak dengan mengeluarkan dana yang cukup besar, ternyata
cara adjustment dan adaptasi. Adjustment dan gangguan atau dampak negatif tersebut tidak
adaptasi dapat digunakan sebagai indikator bisa secara tuntas hilang dan menghasilkan
eksternalitas ruang negatif. kondisi yang serba seimbang yang diharapkan.
Kesemuanya ini adalah indikasi kalau dampak
Adjustment negatif masih ada, penghuni kemudian

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 8


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

melakukan upaya penyesuaian diri kembali kemudahan dalam beradaptasi dengan


terhadap lingkungannya secara adaptasi. perubahan lingkungannya. Penghuni
Tindakan adaptasi adalah tindakan mengalami kesulitan beradaptasi terhadap 7
penyesuaian mental penghuni terhadap dampak, yaitu gangguan genangan air susah
lingkungannya. Setiap individu memiliki surut, gangguan kebisingan, perubahan
reaksi yang berbeda-beda terhadap dampak sirkulasi, perubahan kualitas udara, gangguan
negatif yang diterima. Perbedaan ini pencahayaan, gangguan banjir dan gangguan
disebabkan karena persepsi penghuni terhadap terhadap view.
dampak bergantung pada latar belakang Kesulitan beradaptasi penghuni
(pendidikan, pekerjaan, penghasilan dsb) dan disebabkan oleh 5 hal meliputi, pertama
spesifikasi individual (jenis kelamin, usia, ketidakmampuan penghuni mengatasi dampak,
status dsb) masing-masing penghuni. Besar karena penghuni memiliki keterbatasan
adaptasi penghuni terhadap perubahan pengetahuan dan biaya. Kedua, dampak tidak
lingkungannya (termasuk dalam lingkup bisa diatasi karena bertentangan dengan
psikologi lingkungan), pengukurannya kepentingan BSM. Ketiga, kegagalan
menggunakan alat bantu berupa kuesioner penghuni menghindari dampak walaupun telah
yang mengukur aspek emosi, aspek kognitif melakukan adjustment. Keempat, tindakan
dan aspek konatif penghuni terhadap adjustment yang dilakukan oleh penghuni
lingkungan, orang lain dan diri sendiri. ternyata tidak sepenuhnya dapat
Skala pengukuran sikap menggunakan menghindarkan penghuni dari dampak yang
skala Likert. Hasil kuesioner yang berupa dialaminya. Kelima, kompensasi yang
ordinal dirubah menjadi skala interval, diberikan BSM tidak memuaskan penghuni.
selanjutnya dihitung dengan analisis jalur. Dengan demikian dapat diketahui tinggi
Hasil dari analisi jalur adalah besar nilai tendahnya tingkat kesulitan beradaptasi
adaptasi yang ditunjukkan dengan nilai penghuni saling berkaitan dengan tindakan
koefisien atau prosentase, nilai prosentase ini adjustment yang dilakukan oleh penghuni.
adalah nilai tingkat kesulitan beradaptasi
penghuni terhadap setiap dampak. Semakin SIMPULAN DAN SARAN
besar nilai prosentase kesulitan beradaptasi Eksternalitas ruang negatif yang ada
maka semakin kecil adaptasi penghuni dan pada kasus PPBB, ditemukan dalam bentuk 10
semakin kecil koefisien kesulitan beradaptasi (sepuluh) dampak negatif gangguan banjir,
maka semakin besar adaptasi penghuni. gangguan genangan air susah surut, perubahan
Adaptasi yang ditemukan dan sirkulasi, perubahan aksessibilitas, perubahan
dilakukan oleh penghuni pada kasus view, gangguan dari vegetasi BSM, perubahan
eksternalitas ruang negatif BSM adalah amenitas, perubahan pencahayaan, gangguan
adaptasi terhadap gangguan kebisingan, ketenangan menghuni, perubahan harga tanah,
perubahan sirkulasi, gangguan banjir, perubahan fungsi tanah dan perubahan citra
perubahan view, perubahan amenitas, kawasan.
gangguan lansekap BSM, pencahayaan, dan Penyebab dan mekanisme terbentuknya
gangguan genangan air. eksternalitas ruang negatif adalah pertama,
pembangunan zona komersial yang memiliki
Tingkat Kesulitan Beradaptasi Penghuni perbedaan yang kontras dari sisi fungsi, sifat
terhadap Dampak dan kebutuhan pada zona permukiman tanpa
Tingkat adaptasi penghuni dapat ada zona transisi yang dapat mengeliminir
diketahui dari nilai koefisien kesulitan dampak dari zona komersial tersebut. Kedua,
beradaptasi penghuni. Nilai kesulitan bentuk lahan yang menerobos peruntukan
beradaptasi penghuni menunjukkan seberapa perumahan dan tidak beraturan akibat tindakan
besar tingkat adaptasi penghuni terhadap pihak developer yang tidak terbuka/tidak
dampak. Nilai kesulitan beradaptasi penghuni partisipatif terhadap warga sekitarnya. Ketiga,
yang tinggi, mengindikasikan kalau penghuni blokade dinding pembatas pada tapak BSM
tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tanpa memperhatikan kebutuhan lingkungan
lingkungan, sedangkan nilai kesulitan sekitarnya. Keempat, perubahan fungsi, sifat
beradaptasi penghuni yang rendah, dan kebutuhan ruang yang kontras. Kelima,
mengindikasikan kalau penghuni mengalami sistem pembangunan sifatnya eksklusif.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 9


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
ARS - 013 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Sikapnya yang ekslusif ini cenderung


memikirkan aspek teknis, aspek ekonomi dan UCAPAN TERIMAKASIH
hanya berorientasi pada kenyamanan Ucapan terimakasih ditujukan kepada
pengunjung BSM, tanpa memperdulikan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
kenyamanan penghuni yang tinggal di Jakarta sebagai lembaga yang mendukung
sekitarnya. penuh penelitian tersebut.
Respon penghuni terhadap eksternalitas
ruang negatif adalah adjustment dan adaptasi. DAFTAR PUSTAKA
Semakin besar keberhasilan penghuni Andriana, Dewi. 2003. Eksternalitas Ruang
melakukan adjustment semakin besar pula dari Pola Pembangunan Perumahan
keberhasilan adaptasi penghuni terhadap Real Estate terhadap Permukiman di
lingkungannya. Adjustment dan adaptasi sekitarnya. Thesis Magister Arsitektur
merupakan salah satu indikasi adanya ITB. Bandung: Magister Arsitektur ITB.
eksternalitas ruang negatif BSM, karena Chiara, Joseph de & Koppelman, LE. 1969.
adaptasi yang dilakukan penghuni terjadi Planning Design Criteria. New York:
akibat adanya dampak yang dihasilkan oleh Van Nostrad Reinhold.
ruang BSM. Adjustment dan adaptasi saling Dewi, Indira Dewi. 2005. Eksternalitas Ruang
berkaitan erat, karena dampak dampak yang dari Pola pembangunan Bandung Super
tidak bisa diselesaikan secara adjustment atau Mall terhadap Permukiman Sekitarnya.
dampak-dampak yang telah ada upaya Thesis Magister Arsitektur ITB.
adjustment tetapi gagal, memiliki nilai Bandung: Magister Arsitektur ITB
kesulitan beradaptasi yang tinggi. Sedangkan Fisher, D. Jeffrey, Paul A. Bell, dan Andrew
dampak-dampak yang relatif berhasil Baum. 1984. Environmental
diselesaikan secara adjustment, memiliki nilai Psychology. New York : Holt, Rinehart,
kesulitan beradaptasi yang kecil. and Winston.
Besar eksternalitas ruang negatif dapat Nasir, Muhammad. 1983. Metoda Penelitian.
diketahui dari tindakan-tindakan yang Jakarta: Ghalia.
dilakukan penghuni untuk mengatasi dampak- Sudrajad, Iwan. 2003. Metode Penelitian.
dampak terhadap huniannya. Dalam penelitian Diktat mata kuliah Metode Penelitian
ini terdapat 6 (enam) macam dampak yang Jurusan Arsitektur ITB. Bandung:
dapat diselesaikan dengan adjustment, yaitu Magister Arsitektur ITB.
tindakan menanam pohon, tindakan membuat
tanggul, tindakan merenovasi rumah dan atau
membangun ulang rumah, tindakan terhadap
lantai, tindakan terhadap dinding dan tindakan
terhadap plafon. Kegiatan dan perlakuan
terhadap huniannya dihitung berdasarkan
standar harga bangunan yang ditetapkan.
setiap satu tindakan bukan berarti untuk
menanggulangi satu dampak, karena seorang
penghuni dapat melakukan satu upaya untuk
mengatasi dua dampak atau lebih.
Besar eksternalitas ruang negatif dapat
diketahui juga dari nilai koefisien kesulitan
beradaptasi penghuni. Nilai kesulitan
beradaptasi penghuni menunjukkan seberapa
besar tingkat adaptasi penghuni terhadap
dampak. Ditemukan penghuni mengalami
kesulitan beradaptasi terhadap 7 (tujuh)
dampak, yaitu gangguan genangan air susah
surut, gangguan kebisingan, perubahan
sirkulasi, perubahan kualitas udara, gangguan
pencahayaan, gangguan banjir dan gangguan
terhadap view.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 10


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015

Anda mungkin juga menyukai