Anda di halaman 1dari 4

KASUS TUMPAHAN MINYAK MT.ALYARMOUK(LIBYA) MV.

SINAR
KAPUAS(SINGAPURA) YANG BERDAMPAK DI INDONESIA.

Pembuka.

Pada tahun 2015 kemarin, Indonesia dikejutkan dengan peristiwa tumpahan minyak yang
menggenangi wilayah perairan Indonesia di sebelah barat daya, tepatnya perbatasan Indonesia
degnan Singapura di wilayah Selat Malaka. Peristiwa tersebut tepatnya terjadi di perairan sekitar
11 mil laut timur Pedra Branca, sebuah pulau terpencil yang merupakan titik paling timur di
Singapura. Tumpahan minyak ini disebabkan oleh tabrakan yang terjadi antara kapal MT
Alyarmouk dari Libya dengan kapal MV Sinar Kapuas yang merupakan milik pemerintah
Singapura. Tabrakan tersebut menyebabkan robeknya lambung kapal Alyarmouk yang sedang
dalam perjalanan menuju Tiongkok dan menumpahkan minyak bertipe Madura Crude Oil.
Diperkirakan jumlah minyak yang tumpah adalah sebesar 4.500 ton minyak mentah.
(p3sdlp.litbang.kkp.go.id)

Akibat dari Tabrakan ini, tumpahan minyak yang disebabkan oleh kapal tersebut mencemari laut.
Tumpahan minyak tak hanya mencemari perairan Singapura, namun Indonesia pun mendapat
imbas dari peristiwa tersebut. Pulau Bintan yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia
yang berbatasan dengan Singapura, terkena rembetan dari minyak tersebut di sebelah utara
pulau. Pulau Bintan adalah salah satu pulau yang paling terancam, pasalnya lokasi kecelakaan
hanya 18,6 mil dari pulau Bintan. Tumpahan minyak ini dikhawatirkan akan menimbulkan efek
rusaknya ekosistem laut yang berada di sekitar pulau Bintan. (indo.wsj.com)

Dalam hukum Internasional, sebenarnya dari kasus ini, Indonesia berhak untuk mengajukan
upaya hukum untuk meminta pertanggung jawaban dari kapal tersebut. Hal ini dikarenakan
Indonesia terkena imbas dari tabrakan. Terlebih lagi menurut hokum Internasional, siapapun
berhak untuk menggugat selama penggugat terkena dampak pencemaran lingkungan secara
langsung. Sesuai dengan yang tertera di dalam hukum Internasional.

Pengertian Pencemaran Laut Menurut Konvensi Hukum Internasional.

Tumpahan Minyak yang disebabkan oleh tabrakan kapal MT Alyarmouk dan MV Sinar
Kapuas merupakan masalah yang serius. Dalam hukum laut Internasional, Prof. Dikdik
Muhammad Sodik (2014) menerangkan definisi terlebih dahulu mengenai pencemaran
lingkungan laut. Menurut pasal 1 ayat 4 Konvensi Hukum Laut 1982, yaitu:

“Pollution of the Marine environment means the introduction by man directly or indirectly, of
substances or energy into the Marine environment, including esruaries, which results or is likely
to result in such deleterious effects as harm to living resources and marine life, hazards to human
health, hindrance to marine activities, including fishing and other legitimate uses of the sea,
impairment of quality for use of sea and or armenitis.”

Berdasarkan pasal di atas maka pencemaran laut dapat diartikan sebagai masuk atau
dimasukkannya zat, dan energi kedalam lingkungan laut termasuk muara oleh kegiatan manusia,
yang mengakibatkan rusaknya sumber daya hayati dan kehidupan di laut, mengancam kesehatan
manusia, mengganggu kegiatan-kegiatan laut. Dengan demikian , pencemaran laut dapat
diartikan sebagai bentuk marine environmental damage dalam arti adanya pengerusakan,
gangguan dan perubahan yang menyebabkan lingkungan laut tak berfungsi dengan baik.
(Sodik:2014)

Efek Tumpahan Minyak Terhadap Ekosistem Laut


- Akibat jangka pendek, molekul hidrokarbon dapat merusak membrane sel biota laut, yang
dapat mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut kedalam sel.
Banyak jenis udang bahkan ikan yang akan berbau minyak sehingga mutunya akan
menurun. Secara langsung minya juga dapat menyebabkan kematian secara langsung kepada
ikan,karena akibat kekurangan oksigen,keracunan karbondioksida dan juga keracunan oleh
bahan berbahaya lainnya.

- Sedangkan akibat jangka panjang lebih banyak mengancam biota muda. Minyak dalam laut
dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama
makanan sedangkan sebagian besar lagi dapat terakumulasi \kedalam senyawa lemak dan
protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisme satu ke yang lain melalui rantai
makanan. Jadi akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan
pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan besar, hewan-hewan laut
lainnya dan bahkan manusia.

- Secara tak langsung, pencemaran yang terjadi akibat minyak yang menggenangi lautan
dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu
kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang
bermigjrasi ke tempat lain. Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya. 50
persen dari terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut. (ekapgsdump.com )

Kaitan Peristiwa dengan UNCLOS.

Indonesia merupakan negara yang telah meratifikasi UNCLOS yaitu konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Indonesia telah meratifikasi Undang-undang nomor 17 tahun 1985. Dalam ketentuan 192 UNCLOS
menjelaskan bahwa negara-negara wajib melindungi dan melestarikan lingkungan laut. Dalam ketentuan
UNCLOS pasal 97 yang isinya (Kanalhukum.com):

- Dalam hal terjadinya suatu tubrukan atau insiden pelayaran lain apapun yang menyangkut suatu kapal
lain lepas berkaitan dengan tanggung jawab pidana atau disiplin nahkoda atau setiap orang lainnya
dalam dinas kapal, tak boleh diadakan penuntutan atau disiplin kecuali dihadapan peradilan atau
pejabat administratif atau Negara bendera atau negara yang orang demikian itu menjadi warga
negaranya.

- Dalm perkara disiplin hanya negara yang telah mengeluarkan izin nahkoda atau sertifikat kemampuan
atau izin yang harus merupakan pihak yang berwenang, setelah dipenuhinya proses hokum
sebabagaimana mestinya, untuk menyatakan penarikan sertifikat demikian, sekalipun pemegangnya
bukan warga negara yang mengeluarkannya.

- Tidak boleh penangkapan atau penahanan terhadap kapal, sekalipun sebagai suatu tindakan
pemeriksaan diperintah oleh pejabat manapun kecuali pejabat dari negara bendera.

Penyelesaian Permasalahan.
Konvensi hokum Laut 1982 meminta setiap negara untuk melakukan upaya-upaya untuk mencegah,
menanggaulangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran seperti
pencemaran dari pembuangan limbah berbahaya dan beracun sera berasal dari sumber daratan,dumping ,
dari kapal, dari instalasi eksplorasi dan eksploitasi. Dalam kegiatan tersebut setiap negara harus
melakukan kerjasama baik kerjasama regional maupun global yang diatur sesuai dalam pasal 197-201
Konvensi Hukum Laut Internasional 1982.

Dalam kasus Tumpahan minyak tersebut, pemilik kapal tangki mempunyai kewajibanuntuk mengganti
rugi terhadap kerusakan pencemaran yang disebabkan oleh kapal yang menumpahkan minyak tersebut.
Pemilik kapal dapat terbebas dari hukum jika hanya dengan alasan (kanalhukum.id)

- Kerusakan lingkungan akibat perang atau bencana alam.


- Kerusakan sebagai akibat dan sabotase pihak lain
- Kerusakan yang disebabkanoleh karena pihak berwenang tidak memelihara alat bantu navigasi
dengan baik

Dari alasan diatas jelaslah bahwa negara pemilik kapal harus memberikan ganti rugi terhadap Negara
yang menjadi korban pencemaran laut yang disini adalah Indonesia. dalam Hukum Laut Internasional
pasal 235 tentang tanggung jawab dan kewajiban ganti rugi, Negara-negara bertanggung jawab untuk
pemenuhan kewajiban-kewajiban internasional mereka berkenaan dengan perlindungan dan pelestarian
lingkungan laut. Mereka harus memilkul kewajiban ganti rugi sesuai dengan hokum
internasional.(Kusuma Atmaja:1992) dari peraturan tersebut jelaslah bahwa disini negara sebagai korban
dari tabrakan kapal berhak untuk memperoleh ganti rugi sesuai dengan biaya pelestarian laut menurut
hukum Internasional

Kesimpulan.
Seperti yang tertera di dalam hokum Internasional, bahwa perlindungan terhadap
pencemaran laut yang terjadi merupakan kewajiban seluruh negara bukan hanya
negara yang memiliki kepemilikan akan laut tersebut. jadi ketika ada kasus yang
menimpa lingkungan laut seperti kasus diatas maka yang harus bertanggung jawab
adalah negara yang terkait atau yang melakukan tabrakan kapal sesuai dengan
tertera dalam Hukum Internasional tentang Hukum Laut.

Di dalam kasus ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia berhak untuk
meminta ganti rugi akibat tercemarnya laut di wilayah pulau Bintan. Hal ini
dikarenakan tumpahan minyak tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada laut
serta biota laut yang hidup di dalamnya. Mengenai kerugian kapal tersebut diatur
di dalam Kitab Undang-Undang Perdagangan. Dimana tabrakan tersebut harus
ditanggung secara seimbang oleh pemilik kapal sesuai dengan jumlah kerugian.

Anda mungkin juga menyukai