Makalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Makalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik
DIDIK
PERKEMBANGAN KOGNITIF
PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan.
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta
didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam
sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki
pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan
anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami
tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan
penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah yang
mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya?
4. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana solusinya ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan solusinya.
1.4. Manfaat
1. Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya penyusunan
makalah mengenai perkembangan kognitif peserta didik, dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai perkembangan kognitif.
2. Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan mengenai
perkembangan kognitif dan tahaprt. Dengan adanya makalah ini peserta didik dapat berpartisipasi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga
mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009)
dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga
anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan
peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara
bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak
tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan
pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara
aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan piaget. Vygotsky
lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam
proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari
guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum
pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di
masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau
pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental
yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau
semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai tahap
praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang
mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan
penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada akhir
tahap sensorimotor. Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang
berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu
dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah
anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal
dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak
setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara
pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak
pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh
ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa
orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat melihat gambar yang dia
minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di depan wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang
dapat malihat buku tersebut.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau
menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase
berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara
intuitif karena pada saat ini anak kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun
balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak mengetahui alasan-alasan yang
menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki
kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
c. Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Mulai mampu
mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-
rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara
sistematis.Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai
pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu
pengambilan keputusan pada remaja.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi
pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk
dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan kognitif
tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua
pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua
dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka
masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan
kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita sebagai
calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan kognitif dan tahap-
tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan
kognitif masing-masing anak.
3.2. Saran
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi dalam
memahami tentang perkembangan kognitif.
2. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi perkembangan
kognitif setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik perkembangan kognitif anak.
Daftar Pustaka