Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KRITIS JURNAL

Kelompok 4 (Empat)

Nama/NIM 1. Hardianti
2. Yulianti
3. Khaerul Rizki
4. Ayu Kurniawati
5. Nur Evelin
6. Rosmini

Tanggal 15 April 2019

I. Judul:
Kerusakan Dinding Sel Esceheria Coli K 1.1 Oleh Minyak Atsiri Temu Kunci
(Kaempferiapandurata).

II. Bibliografi Penulis:


Miksusanti, Betty Sri Laksmi Jennie, Bambang Ponco, dan Gatot Trimulyadi, 2008.
Kerusakan Dinding Sel Escheria Coli K 1.1 Oleh Minyak Atsiri Temu Kunci
(Kaempferiapandurata). Jurnal Ilmiah Nasional, Volume 9 Nomor 1: 1-8

III. Tujuan penulisan


Setelah membaca dan menganalisis jurnal yang ditulis oleh Miksusanti, Betty Sri
Laksmi Jennie, Bambang Ponco, dan Gatot Trimulyadi tahun 2008. Kami dapatkan
beberapa tujuan yang dapat diambil manfaatnya:
a. Pembaca dapat mengetahui bahwa minyak atsiri umumnya mengandung
molekul-molekul yang dapat bertindak sebagai antibakteri sehingga efektivitas
minyak atsiri tersebut dapat merusak dinding sel suatu bakteiri. Salah satunya
yang efektif adalah dari temu kunci.
b. Selain titik fokusnya pada minyak atsiri temu kunci yang merusak dinding sel
bakteri, pembaca juga dapat menambah wawasan dan pengetahuannya terkait
penjelasan tentang dinding sel E.Coli itu seperti apa, alat dan bahan serta metode
penelitian yang digunakan bagaimana. Serta hasil penelitian yang diujikan
apakah sudah sesuai dengan dasar teori yang ditampilkan dijurnal tersebut atau
belum.
c. Dari kegiatan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai refrensi untuk penelitian
selanjutnya. Karena pada dasarnya gambaran awal mengenai isi jurnal ini sudah
hampir bisa dipahami dengan baik.

IV. Bahan dan Metode


a. Jenis penelitian
Berdasarkan analisis pada jurnal ini, bahwa penelitian akan difokuskan
pada kerusakan sel bakteri yang dianalisis dengan scanning electron microcopy
(SEM), spektrom serapan atom (AAS) dan spektrofotometer UV
b. Alat dan Bahan penelitian
Pada jurnal ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan diantaranya
ialah rimpang temu kunci yang diiris tipis dan disuling dengan menggunakan
uap air panas dengan alat destilasi sehingga dihasilkan minyak atsiri. Selain itu
ada beberapa alat dan bahan lain yang dibutuhkan selama penelitian ialah pellet
sel bakteri, alat gas kromatografi HP 5890 serie II, detektor FID, kolom kapiler
HP-5, Agilent 59873 MSd dan Agilent 6890 kromotografi gas, tabung, buffer
fosfat, glutaraldehid 2%, osmium tetraoksida 1 %, alkohol 70%, 80% dan 96%,
butanol, reezer drier, dan alat scanning electron microscopy JEOL6300
c. Cara kerja
Ada beberapa metode yang diterapkan dalam jurnal penelitian ini,
diantaranya ialah hal pertama yakni mengenai isolasi dan identifikasi
kandungan kimia minyak ateri temu kunci. Pada tahap ini dilakukan
penyulingan pada alat destilasi dari irisan temu kunci untuk dihasilkan minyak
atsiri. Kemudian metode selanjutnya ialah dilakukan penentuan komponen
kimia dalam minyak atsiri temu kunci dengan GC-MS. Pada tahap ini,
dilakukan identifikasi kandungan senyawa minyak atsiri dengan menggunakan
perbandingan pola fragmentasi yang dihubungkan dengan data wiley 229 dan
NIST 62. Persentasi komponen yang diperoleh merupakan persentase relatif.
Metode selanjutnya ialah penentuan MIC dengan metode pengenceran. Pada
tahap ini dilakukan 3 kali pengulangan plating dan inkubasi tabung yang
memiliki konsentrasi bakteri uji dan minyak atsiri pada suhu 37 C. Penentuan
konsentrasi efektif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri diuji dengan
penetapan MIC. Nilai MIC adalah konsentrasi minyak atsiri terendah yang
dapat menurunkan viabilitas inoculum >90% setelah diinkubasi selama 24 jam.
Kemudian lebih lanjut dilakukan pengerjaan analisis kebocoran protein dan
asam nukleat, kebocoran ion-ion logam, dan terakhir ialah analisis kerusakan
dinding sel dengan Screening Electron Microcopy (SEM).
d. Analisis data
Berdasarkan jurnal yang telah kami analisis, bahwa terkait metode pertama
yang dilakukan ialah didapatkan hasil data dari kromatogram terlihat bahwa
komponen kimia minyak yang terdeteksi pada kondisi analisis adalah 34. Ada
10 komponen kimia dalam minyak atsiri temu kunci yang merupakan
komponen mayor (> 1 %) yaitu kampen (3), beta-mirsen (5), eukaliptol (7),
osimen (8), L-linalool(l 1), kamfor (14), borneol (16), 1 -alpha-terpineol (18),
geraniol (20) dan metil sinamat (23). Pada tahapan selanjutnya terkait
pengujian dengan berbagai konsentrasi minyak atsiri dalam pelarut etanol
(90%), maka didapatkan bahwa nilai MIC minyak atsiri temu kunci asal
Yogyakarta terhadap E. coli Kl.l adalah 0,11 % v/v. Untuk analisis aktivitas
mekanisme antibakteri minyak ini, digunakan konsentrasi 1 MIC dan 2 MIC.
Kemudian pada tahap lanjutan setelah dengan bakteri uji dikontakan
dengan minyak atsiri, terjadi kebocoran ion seperti Ca+2, K+ dan protein serta
asam nukleat yang keluar dari sel bakteri E. coli. Hal ini diakibatkan karena
E.coli Kl.l adalah sel bakteri gram negative yang mepunyai lapisan
peptidoglikan tipis. Hal ini akan mempermudah molekul minyak atsiri untuk
masuk ke dalam sel bakteri. Dari kurva Gambar 2 pada jurnal tersebut, terlihat
bahwa minyak atsiri temu kunci dapat menyebabkan terlepasnya ion Ca+2 dan
K+ dari sel-sel bakteri E. coli Kl.l. kemudian akibat terjadinya kebocoran ion
seperti Ca+2, K+ dan protein serta asam nukleat yang keluar dari sel bakteri E.
coli maka akan berdampak pada perubahan dinding sel bakteri E. coli Kl.l oleh
minyak atsiri temu kunci.
Terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara sel control (yang tidak
diberi perlakuan/ Foto l.a) dengan sel hasil perlakuan. Dari foto SEM terlihat
bahwa sel E. coli Kl.l normal berbentuk batang yang mulus dan cenderung
simetris. Namun ketika perlakuan dengan minyak atsiri 1 MIC menyebabkan
E.coli Kl.l mengalami perubahan dibanding sel E.coli Kl.l kontrol. Permukaan
sel E. coli Kl.l menjadi mengkerut, kasar dan terdapat tonjolan-tonjolan kecil
akibat tidak ratanya dinding sel. Selain itu, sel tersebut memanjang dengan
tidak teratur. Proses ini disebabkan karena pembelahan sel tidak dapat terjadi
dengan sempurna akibat perlakuan dengan minyak atsiri temu kunci.
Begitupun dengan pemberian minyak atsiri temu kunci 2 MIC, terlihat
telah terjadi kerusakan yang lebih berat pada sel. Terjadi tonjolan-tonjolan di
sekujur sel. Menurut Gilbert (1984) terbentuknya tonjolan-tonjolan kecil pada
sel bakteri disebabkan ketidakmampuan peptidoglikan sel yang rusak oleh
senyawa antibakteri menahan tekanan intraseluler yang tinggi, sehingga
sitoplasma dan membran sitoplasma keluar dan tonjolan ini biasanya muncul
pada daerah-daerah yang dilemahkan oleh senyawa antibakteri. Terbentuknya
tonjolan juga merupakan tanda terganggunya proses biosintesis dinding sel
yang umumnya terjadi pada konsentrasi zat antibakteri pada nilai MIC. Sel
yang mengalami kerusakan berat tersebut biasanya disebut sebagai sel ghost
(ghost cell)

V. Fakta-fakta unik
Beberapa fakta unik yang ditemukan selama menganalisis jurnal tentang kerusakan
dinding sel Esceheria Coli K 1.1 oleh minyak atsiri temu kunci
(Kaempferiapandurata), Hal unik tersebut adalah:
a. Minyak atsiri temu kunci (Kaempferiapandurata) mempunyai aktivitas
antibakteri yang sangat baik terhadap E.coli Kl.l. Minyak atsiri ini dapat
merusak dinding sel bakteri dan menyebabkan terlepasnya material sel, baik
material anorganik (ionion) maupun material organik (protein dan asam nukleat).
Tingkat kerusakan dinding sel dan jumlah protein, asam nukleat serta ion-ion
yang dilepaskan dipengaruhi oleh konsentrasi minyak atsiri itu sendiri.
b. Dikarenakan sifat dari minyak atsiri semi polar, sehingga membuatnya tidak
dapat larut dalam air tetapi dapat larut baik dalam alkohol (Ruberto et al., 2000)
c. Senyawa monoterpen hidrokarbon siklik yang merupakan salah satu komponen
penyusun minyak atsiri, telah dibuktikan mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Bacillus cereus (Cox et al, 2000)
d. Kebocoran sel bakteri dapat disebabkan karena rusaknya kekompakan
lipopolisakarida (LPS) sebagai komponen penyusun membran luar sel, serta
larutnya komponen-komponen yang berikatan secara hidrofilik oleh pengaruh
zat antibakteri komponen kimia minyak atsiri yang bersifat hidrofilik
e. Selain disebabkan oleh rusaknya kekompokan LPS namu ternyata kerusakan
yang terjadi pada dinding sel bagian ujung sel kemungkinan karena proses
sintesis peptidoglikan sel yang terganggu (Rasooliefa/,2006)
f. Dari foto SEM terlihat bahwa sel E. coli Kl.l normal berbentuk batang yang
mulus dan cenderung simetris. Perlakuan dengan minyak atsiri 1 MIC
menyebabkan E.coli Kl.l mengalami perubahan dibanding sel E.coli Kl.l kontrol.
Permukaan sel E. coli Kl.l menjadi mengkerut, kasar dan terdapat tonjolan-
tonjolan kecil akibat tidak ratanya dinding sel.
g. Dengan pemberian minyak atsiri temu kunci 2 MIC, terlihat telah terjadi
kerusakan yang lebih beratpada sel. Terjadi tonjolan-tonjolan di sekujur sel.
Menurut Gilbert (1984) terbentuknya tonjolan-tonjolan kecil pada sel bakteri
disebabkan ketidakmampuan peptidoglikan sel yang rusak oleh senyawa
antibakteri menahan tekanan intraseluler yang tinggi, sehingga sitoplasma dan
membran sitoplasma keluar dan tonjolan ini biasanya muncul pada daerah-
daerah yang dilemahkan oleh senyawa antibakteri.
h. Sel yang mengalami kerusakan berat tersebut biasanya disebut sebagai ghost
cell. Sel ghost ini biasanya hanya terdiri dari kulit sel bagian luar tapi tidak
memiliki peptidoglikan. Terbentuknya sel ghost ini diduga karena terjadi
gangguan terhadap sintesis dinding sel dan berubahnya permeabilitas sel yang
pada akhirnya menyebabkan terlepasnya material sel keluar

VI. Pertanyaan yang timbul


Setelah melakukan analisis terhadap jurnal, menterjemahkan dan mencari hal-hal
yang belum kami ketahui sebelumnya, kami mengajukan beberapa pertanyaan yang
tidak saya temukan jawabannya pada jurnal ini, yakni:
1. Pada bagian pendahuluan dikatakan bahwa minyak atsiri ini dapat mencegah
pertumbuhan L. monocytogenes dalam lemari pendingin, apa yang menjadi
indikator dari penelitian tersebut sehingga dapat memperkuat jurnal ini bahwa
minyak atsiri dapat merusak dinding sel esceheria Coli K 1.1?
2. Pada metode penelitian yang pertama mengenai isolasi dan identifikasi
kandungan kimia minyak atsiri temu kunci dilakukan pengeringan dengan
penambahan natrium sulfat anhidrat, apa yang menjadi dasar dengan
ditambahkannya senyawa tersebut? Apakah dapat ditambahkan dengan unsur
atau senyawa selain itu?
3. Terkait dengan nilai MIC yang dijelaskan pada jurnal tersebut bahwa
konsentrasi minyak atsiri terendah yang dapat menurunkan vibilitas inoculum
>90% setelah diinkubasi selama 24 jam. Apakah maksud dari penurunan
viabilitas inokulum >90% tersebut? dan Mengapa harus diambil dari nilai
terendah dari minyak atsiri tersebut?

VII. Konsep baru yang ditemukan


Banyak konsep baru yang saya dapatkan selama menganalisis jurnal ini, yaitu:
a. Pada dasarnya pemahaman kami mengenai temu kunci ialah hanya sebatas
rempah-rempah yang dipakai dalam pembuatan obat tradisional maupun bumbu
masakan. Selain itu yang kami ketahui rempah ini memiliki khasiat dalam
mengatasi gangguan pencernaan. Ternyata setelah menganalisis jurnal ini kami
menyadari bahwa konsep khasiat temu kunci tesebut dalam mengatasi gangguan
pencernaan ialah dari minyak atsiri yang dihasilkan dari rempah itulah yang
dapat merusak dinding sel bakteri Esceheria Coli K 1.1. Selain itu pada jurnal
ini dikatakan, bahwa minyak atsiri umumnya mengandung molekul yang dapat
bertindak sebagai antibakteri.
b. Selain bakteri, kemampuan minyak atsiri tersebut juga telah dibuktikan dalam
menghambat pertumbuhan jamur. Menurut Rasooli et al. (2005), komponen
minyak atsiri thymus, dapat menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes.
Hal ini merupakan suatu konsep penelitian yang dapat dikembangkan.
c. Tidak hanya minyak atsirI dari temu kunci, namun minyak atsiri dari Ziziphora
clinopodioides mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri yang
tergolong gram positif dan gram negatif. Namun kemampuan minyak atsiri dari
tanaman ini sebagai antibakteri tergolong rendah
d. Rusaknya dinding sel bakteri ditandai dengan adanya kebocoran ion, protein dan
asam nukleat Terlepasnya material-material sel akibat kerusakan sel dapat
dideteksi dengan spektrofotmetri UV pada panjang gelombang 260 nm dan 280
nm. Senyawa-senyawa yang memberikan serapan pada panjang gelombang 260
nm adalah RNA dan DNA, sedangkan pada panjang gelombang 280 nm
diidentifikasikan sebagai protein (Gilbert, 1984).

VIII. Refleksi diri tentang jurnal


Setelah membaca, memahami, berdiskusi sekaligus menganalisis jurnal ini, kami
baru menyadari bahwa sesuatu hal disekitar kita pasti memiliki manfaat yang
sangatlah banyak dan luas. Namun manfaat tersebut tentunya tidak dapat kita
ketahui sebelum ada orang yang mencoba menelitinya. Salah satunya ialah bahan
masakan / rempah-rempah tamu kunci yang selama ini hanya dijadikan sebagai
bahan masakan ternyata dapat berkhasiat dalam mengatasi gangguan pencernaan.
Sehingga kami bertanya-tanya, caranya seperti apa? Apakah benar bisa mengatasi
dan menyembuhkan? Dan hal ini terjawab dari jurnal yang kami analisis. Mungkin
secara nyata dan tegasnya tidak dijelaskan pada latar belakang ataupun
pendahuluan mengenai keterkaitan antara khasiat tamu kunci tersebut dengan
penyebab minyak atsiri dari temu kunci tersebut dalam merusak dinding sel bakteri
Esceheria Coli K 1.1. Namun yang kami pahami dengan adanya jurnal tersebut
dapat memperkuat pemahaman kami mengenai kebenaran dari khasiat dari temu
kunci tersebut.
Selain itu, kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam memahami apalagi
menganalisis jurnal ini masihlah sangat terbatas. Hal ini dikarenakan selain
banyaknya kata-kata ataupun istilah-istilah yang memang belum terasa familiar dari
yang kami dengar misalnya yang tercantum pada alat, bahan, maupun metode yang
dijelaskan pada jurnal tersebut, hal lainnya yang mejadi kendala ialah gambaran
penelitian yang kami pahami hanyalah sekilas karna memang kami masih belum
dibiasakan untuk melakukan penelitian dengan alat, bahan, dan metode yang luar
biasa lengkapnya. Sehingga dalam hal ini, kami akan berusaha untuk lebih banyak
membaca dan mencari info ataupun sumber lainnya yang masih terkait dengan
jurnal tersebut ataupun untuk jurnal lainnya kedepan. Selain itu kami akan berusaha
membiasakan diri dalam melatih diri bereksperimen seperti jurnal tesebut,
walaupun dengan alat dan bahan yang terbatas. Maka dari itu, dengan adanya
refleksi diri dari kami sekelompok terhadap analisis jurnal ini dapat
mengembangkan diri kami dalam mencari, memahami sekaligus menganalisis
jurnal lainnya lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai