PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak spesifik. Hitung leukosit yang
rendah sering berhubungan dengan demam dan toksisitas penyakit, namun kisaran
jumlah leukosit bisa lebar. Pada anak yang lebih muda leukositosis bisa mencapai
20.000-25.000/mm3. Trombositopenia dapat merupakan marker penyakit berat dan
disertai dengan koagulasi intravaskular diseminata. Pemeriksaan fungsi hati dapat
berubah, namun gangguan hati yang bermakna jarang ditemukan.
2. Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O dan H S. typhi dan
sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang rendah dan penggunaannya sebagai satusatunya pemeriksaan
penunjang di daerah endemis dapat mengakibatkan overdiagnosis. Kadar aglutinin
tersebut diukur dengan menggunakan pengenceran serum berulang. Pada umumnya
antibodi O meningkat di hari ke-6-8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak awal
penyakit. Interpretasi pemeriksaan Widal harus dilakukan secara hati-hati karena
beberapa faktor mempengaruhi hasilnya, antara lain stadium penyakit, pemberian
antibiotik, teknik laboratorium, endemisitas penyakit tifoid, gambaran imunologi
masyarakat setempat, dan riwayat imunisasi demam tifoid. Sensitivitas dan
spesifisitas rendah tergantung kualitas antigen yang digunakan bahkan dapat
memberikan hasil negatif pada 30% sampel biakan positif demam tifoid.
Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas 40%, spesifisitas 91,4%, dan nilai prediksi
positif 80%. Hasil pemeriksaan Widal positif palsu dapat terjadi oleh karena reaksi
silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae, pemeriksaan
dilakukan di daerah endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid,
dan preparat antigen komersial yang bervariasi serta standardisasi yang kurang
baik. Pemeriksaan Widal seharusnya dilakukan 1-2 minggu kemudian sehingga
kenaikan 4 kali, terutama agglutinin O memiliki nilai diagnostik yang penting untuk
demam tifoid. Titer aglutinin O yang positif dapat berbeda dari >1/806
sampai >1/320 antar laboratorium tergantung endemisitas demam tifoid di
masyarakat setempat dengan catatan 8 bulan terakhir tidak mendapat vaksinasi atau
baru sembuh dari demam tifoid. 5,7 Pemeriksaan Widal pada serum akut satu kali
saja tidak mempunyai arti penting dan sebaiknya dihindari oleh karena beberapa
alasan, yaitu variablitas alat pemeriksaan, kesulitan memperoleh titer dasar dengan
kondisi stabil, paparan berulang S.typhi di daerah endemis, reaksi silang terhadap
nonSalmonella lain, dan kurangnya kemampuan reprodusibilitas hasil pemeriksaan
tersebut. Pemeriksaan serologi untuk aglutinin Salmonella seperti pemeriksaan
Widal bahkan tidak dianjurkan.
4. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. typhi hanya membutuhkan
waktu kurang dari 8 jam dan memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga lebih
unggul dibanding pemeriksaan biakan darah biasa yang membutuhkan waktu 5-7
hari.12 In-flagelin PCR terhadap S. typhi memiliki sensitivitas 93,58% dan
spesifisitas 87,9%.13 Pemeriksaan nested polymerase chain reaction(PCR)
menggunakan primer H1-d dapat digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik S.
typhi dari darah pasien dan merupakan pemeriksaan diagnostik cepat yang
menjanjikan. Pemeriksaan nested PCR terhadap gen flagelin (fliC) dari S. typhi
dapat dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%), dikuti dari spesimen darah 20/22
(90%), dan tinja 15/22 (68.1%).
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal wahid, dkk. Standar Asuhan Keperawatan Dan Prosedur Tetap Dalamdalam Praktik
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam
Praktik Keperawatab. Jakrta: Salemba Medika
Nadyah. 2013. Jurnal Kesehatan : Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insiden
Penyakit Demam Tifoid Di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar : Volume VII No. 1/2014
NANDA. 2017. Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nuruzzaman, Hilda & Fariani Syahrul. 2016. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid
Berdasarkan Kebersihan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. FKM UA, Departemen
Epidemiologi. Jurnal Berkala Epidimiologi, Vol.4 No.1 Januari 2016: 74 – 86.