TINJAUAN PUSTAKA
Ilyas dalam Nurhidayat (2012) mengatakan bahwa kesehatan gigi dan mulut
yang merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan penting untuk
kondisi kesehatan tubuh seseorang. Kesehatan gigi dan mulut yang tidak dijaga
dengan baik dapat menimbulkan penyakit, seperti karies gigi, maloklusi dan
Karies gigi adalah proses kerusakan jaringan keras gigi akibat asam yang
dihasilkan oleh fermentasi bakteri yang berawal dari permukaan gigi hingga ke
pulpa (Selwitz dkk, 2007). Menurut Shafers dkk (2012), karies gigi merupakan
penyakit mikroba ireversibel dari kalsifikasi jaringan gigi yang ditandai oleh
kavitas. Menurut Cameron & Widmer (2003), karies gigi merupakan penyakit
5
2
Gambar 2.1 Faktor penyebab karies yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan
2.1.1.1 Etiologi
yaitu struktur gigi dan saliva. Struktur gigi dikaitkan dengan faktor morfologi
seperti pit dan fissure gigi posterior yang dalam rentan karies karena debris
dan konsentrasi ion fosfat ke dalam plak. Aliran saliva dapat menurunkan
akumulasi plak dan menyeimbangkan proses karies dan juga menaikkan tingkat
3
pembersihan karbohidrat dari rongga mulut yang memiliki peran penting dalam
2.1.1.1.2 Mikroorganisme
yaitu bakteri Streptococcus mutans yang sangat berpengaruh pada tahap awal
2.1.1.1.3 Substrat
namun salah satu substrat yang paling sering dalam fermentasi karbohidrat yaitu
sukrosa (Cameron & Widmer, 2008). Karbohidrat dengan berat molekul rendah
seperti sukrosa akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan
2.1.1.1.4 Waktu
Gigi yang terkena paparan asam yang berulang kali mengakibatkan hancurnya
waktu tertentu tergantung pada intensitas dan frekuensi asam yang didapat
2.1.1.2 Patofisiologi
asam, substrat dan host. Bakteri endogen yang sebagian besar Streptococci
Mutans dan Lactobacillus Spp pada biofilm yang menghasilkan asam organik
mineral gigi melepaskan kalsium dan fosfat yang disebut proses demineralisasi,
lalu ion fluoride berperan dalam proses remineralisasi dengan meningkatkan laju
deposisi kalsium dan fosfat yang terkandung dalam saliva, dan akan kembali ke
permukaan enamel untuk mengganti kalsium dan fosfat yang hilang saat terjadi
kembali menjadi remineralisasi maka akan terbentuk kavitas (Shafers dkk, 2012;
Kidd, 2005).
5
makanan masuk ke dalam enamel dan dari waktu ke waktu terjadi perubahan
Gambar 2.2 Lesi karies aktif tanpa kavitas dengan white spot lesion pada daerah
Gambar 2.3 Lesi karies aktif dengan kavitas pada daerah fissure (Kidd &
Fejerskov, 2008)
6
2.1.1.4 Perawatan
preventif yang dapat dilakukan yaitu, menyikat gigi dan pemakaian fluoride,
pasta gigi berfluoride segera setelah gigi pertama erupsi yaitu usia 6 bulan dan
Fissure sealant diaplikasikan pada daerah pit dan fissure yang dalam
pada daerah oklusal untuk mencegah terjadinya karies (Welbury dkk, 2012).
Molar pertama permanen pada anak usia 6-8 tahun dan molar kedua permanen
usia 11-12 tahun memiliki prioritas tertinggi dalam pemberian fissure sealant
(Angela, 2005).
mengendalikan frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan
dengan makan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat sehingga dapat
menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-
buahan yang berserat dan berair yang bersifat membersihkan dan merangsang
sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi
jumlah makan serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.
7
Bahan pengganti gula juga dianjurkan seperti xylitol dan sorbitol yang memiliki
kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol dan sorbitol mempunyai
efek menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans
karena xylitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam
restorasi dapat menggunakan GIC atau komposit. Selain itu, gigi dengan karies
yang telah mengenai daerah proksimal atau gigi dengan perawatan pulpotomi
2012).
dkk, 2012).
2.1.2 Maloklusi
atau penyimpangan bentuk susunan gigi, tulang rahang terhadap tulang tengkorak
dan otot sekitarnya yang ada pada lengkung rahang (Kasprianto dkk, 2015).
8
2.1.2.1 Etiologi
Penyebab maloklusi ada dua hal yaitu faktor luar atau faktor umum dan
perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan postnatal,
orang tuanya. Faktor ini dapat mempengaruhi sistem neuromuskular, tulang, gigi
Mikrognasia berarti rahang kecil yang sering dikaitkan dengan penyakit jantung
kongenital dan sindrom pierre robin. Oligodonsia disebut juga hipodonsia yaitu
tidak adanya satu atau beberapa elemen gigi. Gigi yang paling sering mengalami
oligodonsia yaitu molar ketiga. Anodonsia yaitu tidak adanya benih gigi.
rahang atas dan dapat dideteksi sedini mungkin yaitu 18 sampai 20 minggu
kehamilan.
bentuk wajah sedangkan trauma postnatal dapat menyebabkan fraktur rahang atau
9
jari/jari tangan (thumb/finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir (lip
sucking or lip biting), menjulurkan lidah (tongue thrusting), dan bernafas melalui
mulut (mouth breathing) (Bishara, 2001 & Cobourne dan DiBiase, 2010).
jari atau ibu jarinya di belakang gigi dan kontak dengan bagian atas mulut.
karena adanya tekanan langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada
saat istirahat. Penempatan ibu jari di antara incisivus bawah dan atas, akan
Tekanan ini yang dapat menyebabkan perubahan letak incisivus rahang atas
usia 4 tahun menyebabkan lebar lengkung rahang sempit, overjet lebih besar
tangannya sendiri yang dapat berakibat pada pertumbuhan gigi jika kebiasaan
ini dibiarkan terus berlangsung. Faktor lain yang dapat menyebabkan kebiasaan
buruk tersebut adalah keinginan untuk menarik perhatian, rasa tidak nyaman,
dan dimarahi atau dihukum. Anak bertindak tersebut untuk menarik perhatian
ibu, ini disebabkan oleh kebutuhan anak untuk dekat pada ibunya. Mengisap
10
anak terlihat mengisap dengan tekanan yang besar dan kecepatan saat tegang.
untuk bisa tertidur pulas. Namun, bila gigi permanen mulai erupsi (sekitar usia
mengubah bentuk gigi, palatum, atau gigitan pada anak (Indushekar dkk, 2012;
Aisyah, 2012).
stress terhadap suatu hal. Selain itu, untuk memuaskan insting mengisap karena
mengisap memiliki efek menenangkan sama dengan efek thumb atau finger
gigi anterior rahang atas ke labial dan anterior rahang bawah ke lingual. Gigi
yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap bibir bawah sejak kecil
secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh karena itu, intensitas
mengisap bibir bawah juga semakin meningkat (Moyers, 1998; Aisyah, 2012).
11
proses penelanan. Pola menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi,
bibir tertutup, dan lidah berkontak dengan palatum. kasus yang paling umum
terjadi akibat tongue thrust yaitu openbite anterior. Openbite anterior pada
dalam pengucapan kata-kata yang mengandung huruf “s”, “z”, dan “sh”
bernafas melalui hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas.
dan wajah menjadi sempit dan panjang. Kegagalan hidung untuk berfungsi
terdapat ruang untuk lidah berada di antara rahang dan terbentuklah openbite
anterior. Fungsi yang abnormal ini juga membuat tipe perkembangan wajah
yang disebut “wajah adenoid” atau sindrom muka panjang (Moyers, 1998;
Aisyah, 2012).
Sedangkan yang termasuk faktor lokal yaitu anomali jumlah gigi, anomali
bentuk gigi, anomali ukuran gigi, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi
jumlah gigi dan berkurangnya jumlah gigi atau kehilangan gigi. Gigi
13
Kehilangan gigi kongenital biasanya terjadi pada molar ketiga, dan insisivus
Dilaserasi juga merupakan anomali bentuk gigi yang tampak adanya akar yang
membengkok tajam. Fusi merupakan penyatuan dua benih gigi yang terpisah
dan dapat menyebabkan spacing. Geminasi adalah keadaan gigi tunggal yang
membelah pada bagian mahkota sehingga tampak seperti dua mahkota padahal
memiliki satu akar. Talon cusp biasanya ditemukan pada daerah lingual atau
mikrodonsia ukuran gigi lebih kecil daripada ukuran normal dan biasa
lateral rahang atas yang disebut dengan peg lateral. Berbeda dengan
mikrodonsia, pada makrodonsia ukuran gigi lebih besar daripada ukuran normal
2.1.2.1.8 Ankylosis
tulang karena tidak terdapat membran periodontal. Kelainan ini sering terjadi
pada tahap gigi bercampur. Ankylosis terkait dengan kelainan kongenital dan
yang terdapat space. Karies juga dapat menyebabkan premature loss gigi
maksila dan mandibula. Tonjol cusp mesiobukal rahang atas molar pertama
mandibula.
15
berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar pertama permanen
mandibula.
berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula
akhiran ‘versi’ pada kata yang diindikasikan penyimpangan dari posisi normal
distoversi yaitu posisi normal berpindah ke arah distal, linguoversi yaitu posisi
normal berpindah ke arah lingual, labioversi atau bukoversi yaitu posisi normal
berpindah ke arah labial atau bukal, torsiversi yaitu rotasi gigi pada sumbu aksis.
Supraversi yaitu gigi yang melebihi garis oklusi dibandingkan gigi lain dalam
lengkung gigi, infraversi yaitu gigi yang tidak mencapai garis oklusal
dibandingkan gigi lain dalam lengkung gigi (Moyers, 1998), transversi yaitu
Bentuk umum maloklusi yaitu, openbite adalah adanya celah atau keadaan
tidak adanya kontak dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
oklusi sentrik, deepbite adalah keadaan menutupnya bagian insisal gigi insisivus
17
maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-
3 mm, crowding adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.
Penyebab crowding adalah lengkung basal yang lebih sempit daripada lengkung
apeks gigi tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang paling lebar dari
mahkota gigi. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi bejejal,
spacing adalah adanya celah akibat berlebihnya panjang lengkung atau tidak
adanya gigi yang menyebabkan adanya jarak atau celah di antara gigi, crossbite
adalah keadaan satu atau beberapa gigi berada di posisi abnormal yaitu lebih ke
penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit periodontal yang sering
(Soulissa, 2014).
2.1.3.1 Etiologi
2.1.3.2 Patofisiologi
Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri
yang berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
air sehingga terbentuk matriks plak yang dapat menahan plak melekat pada
permukaan gigi. Pada tahap kolonisasi sekunder, bakteri yang belum berinteraksi
primer akan meningkatkan ketebalan plak. Plak yang tidak dibersihkan selama
lebih dari 12 hari akan mulai mengalami kalsifikasi dan terus berkembang
menjadi kalkulus (Chetrus & Ion, 2013). Akumulasi kalkulus inilah yang akan
pertama, initial lesion yang berkembang 2-4 hari yang ditandai dengan dilatasi
pembuluh darah dan peningkatan aliran darah, yang menyebabkan neutrofil dan
monosit ke arah sulkus gingiva. Lalu dilanjutkan ke tahap kedua yaitu early lesion
kapiler, dan terjadi vasodilatasi. Tahap ketiga yaitu terdapat established lesion
19
yang disebut juga dengan gingivitis kronis. Selanjutnya yaitu advanced lesion
tahap ini terjadi kerusakan jaringan ligamen periodontal dan resorpsi tulang
Gambaran klinis yang tampak pada gingivitis yaitu adanya kemerahan dan
konsistensi lunak pada gingiva, perdarahan pada sulkus gingiva saat dilakukan
probing, perubahan kontur gingiva, perubahan warna gingiva dari warna coral
diagnosis)
and-diagnosis)
20
and-diagnosis)
2.2 Pengetahuan
2014). Penelitian terkait yang terdapat di Panchkula, India yaitu terdapat hubungan
pada pengetahuan perempuan 85.7% dan laki-laki 72.2% serta pada perilaku
kesehatan gigi perempuan 37.5% dibandingkan laki-laki 12% (Mehta & Kaur,
2012).
terhadap suatu objek setelah dilakukan penginderaan melalui panca indera yaitu
2.2.2.1.1 Pendidikan
hasil yang lebih baik yang akan menentukan seseorang dalam bertindak.
tinggi maka seseorang akan cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang
lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang didapat
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Tetapi
2.2.2.1.2 Usia
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
pengetahuan ke dalam individu yang ada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
22
karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu.
kualitatif yaitu:
mengetahui jawaban mengenai berapa banyak, berapa sering dan berapa lama dari
Sedangkan dalam wawancara terbuka, responden bisa menjawab apa saja sesuai
2.3 Perilaku
dapat diamati maupun tidak tampak atau tidak dapat diamati. Menurut Skiner
(1938) dalam Notoatmodjo (2014), perilaku muncul karena respons atau reaksi
seseorang terhadap rangsangan atau stimulus yang didapat melalui tahapan S-O-R
informasi
Faktor ini merupakan hal yang muncul setelah dilakukannya tindakan baik
positif maupun negatif tergantung dari stimulus yang diterimanya, manfaat atau