Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOTEKNOLI PERTANIAN

LINGKUNGAN
LIMBAH DAN PENGOLAHANYA

DI SUSUN OLEH
Kelompok V

RENO AKBAR ( 317110021 )


ADE HARDIANSYAH ( 317110029 )

PRODI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga
merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak
mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat
jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu
yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya
sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bias
menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.
Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah limbah, adalah konsep 4R, yaitu:
1. Reduce: mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan sampah.
2. Reuse : menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-barang
yang masih dapat dimanfaatkan.
3. Recycle: memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaat, menjadi
bermanfaat.
4. Recovery: upaya pengambilan kembali atau pemanfaatan material yang
masih dapat dimanfaatkan.

Dalam PT. United tractors limbah tersebut merupakan bukan berarti tidak
dapat dimanfaatkan kembali, melainkan limbah tersebut dapat diolah kembali
sebagai mana mestinya. Limbah organik yang terdapat di PT. United Tractors ini
dapat dikelola kembali menjadi pupuk kompos, dan apabila limbah tersebut tidak
dapat dipergunakan kembali maka limbah tersebut di buang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Selain itu limbah anorganik pun dapat dimanfaatkan kembali
menjadi bahan-bahan yang berguna contohnya kertas bekas dapat dimanfaatkan
kembali menjadi kertas yang sama fungsinya seperti semula.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana caranya memanfaatkan limbah di PT. United Tractors ?
2. Dimanakah limbah organik dan limbah anorganik tersebut di daur ulang ?
3. Bagaimana cara menangani limbah di PT. United Tractors ?

C. Tujuan Penelitian Limbah


 Untuk mengetahui jenis – jenis limbah yang ada di PT. United Tractors.
 Untuk mengetahui tentang tata cara pemanfaatan, pengolahan, limbah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih
dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

B. Pengolahan limbah
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi
Limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan
limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak
dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga
layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau
penghuni rumah, seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air
kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung
ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada,
maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak
atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat
pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas
pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk
mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa
ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya
pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase
harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang
dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan
terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga
untuk kebutuhan cuci dan pembersihan lingkungan.

C. Dampak Pencemaran Limbah Padat


Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada
pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam linkungan hidup
maka dapat menimbulkan pencemaran seperti :
1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3), methan
(CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan
membusuk dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau,
terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana
aerob/anaerob.
2. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan
terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane yang jika melebihi NAB
(Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 50 ppm dapat
mengakibatkan mabuk dan pusing.
3. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam
perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi
keruh dan rasa dari air pun berubah.
4. Kerusakan permukaan tanah. Dari sebagian dampak-dampak limbah padat diatas,
ada beberapa dampak limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda
secara umum. Dampak limbah secara umum di tinjau dari dampak terhadap
kesehatan dan terhadap lingkungan adalah sebgai berikut :

1. Dampak Terhadap Kesehatan


Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a) Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan yang tidak tepat.
b) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap.

2. Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya
sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin
lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau
menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak
limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan
juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah
tanggake sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat
mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan
para penduduk.
3. Limbah gas dan partikel
Pengolahan Limbah Gas
Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan
buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran,
penyerap ion, kolam netralisasi dan pembersihan partikel.
Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut:
– Jenis bahan pencemar (polutan)
– Komposisi
– Konsentrasi
– Kecepatan air polutan
– Daya racun polutan
– Berat jenis
– Reaktivitas
– Kondisi lingkungan
Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh
tingkat efisiensi yang maksimum.
Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran.
Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah, sebab itu harus
dibentuk desain baru. Kemampuan untuk mendesain peralatan membutuhkan
keahlian tersendiri dan ini merupakan masalah tersendiri pula.
Di samping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai
ekonomis peralatan. Tidakkah peralatan mencakup sebagian besar investasi yang
tentu harus dibebankan pada harga pokok produksi. Permasalahannya bahwa
ternyata kemudian biaya pengendalian menjadi beban konsumen.
Atas dasar pemikiran ini maka pilihan teknologi .pengolahan harus
merupakan kebijaksanaan perlindungan konsumen baik dari sudut pencemaran itu
sendiri maupun dari segi biaya.
Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam-
macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya
yang tersimpan dalam pabrik.
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
a. Pengertian Limbah B3
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang
mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan
untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan,
memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan
fungsi kualitas lingkungan.
Pengelolaan Limbah B3 ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 19 tahun 1994 yang dibaharui dengan PP No. 12 tahun 1995 dan
diperbaharui kembali dengan PP No. 18 tahun 1999 tanggal 27 Februari 1999
yang dikuatkan lagi melalui Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tanggal 26
November 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

b. Tujuan pengelolaan limbah B3


Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan
B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun
B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan
tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah,
tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas
lingkungan kembali kepada fungsi semula.

c. Identifikasi limbah B3
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori,
yaitu:
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
 Limbah B3 dari sumber spesifik;
 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:
 mudah meledak;
 pengoksidasi;
 sangat mudah sekali menyala;
 sangat mudah menyala;
 mudah menyala;
 amat sangat beracun;
 sangat beracun;
 beracun;
 berbahaya;
 korosif;
 bersifat iritasi;
 berbahayabagi lingkungan;
 karsinogenik;
 teratogenik;
 mutagenik.
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18
tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
 mudah meledak;
 mudah terbakar;
 bersifat reaktif;
 beracun;
 menyebabkan infeksi;
 bersifat korosif.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa


pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan
Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan
masih sangat kurang di negara ini.

D. Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:


 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan limbah/ sampah yang terdapat di pabrik-pabrik dan
sampah rumah tangga diminilasir selain untuk pentingnya kesehatan dan estetika
sehingga aktifitas karyawan dapat berkesinambungan dalam menjalankan tugas.
Limbah yang digunakan Perusahaan tidaklah mengandung zat-zat yang
berbahayakan tetapi menjadi bahan-bahan yang baik akan kesuburan tanah dan
pertumbuhan pohon. Salah satunya adalah kertas bekas yang dimanfaatkan
tersebut merupakan hasil dari kegiatan sehari-hari di dalam Perusahaan. Apabila
terus menerus menggunakan kertas tetapi tidak dikelola kembali, tidak dapat
dipungkiri lagi pohon-pohon akan menjadi gundul. Maka dari itu pergunakan
kertas dengan sebaik-baiknya. Jadi sebagian besar limbah yang terdapat disini
tidak langsung didaur ulang oleh Perusahaan. Akan tetapi di olah oleh Tim
Kebersihan TPA (Tempat pembuangan akhir). Limbah yang berupa organik dapat
dikelola dengan baik dan bersifat buangan. Digunakan kembali sebagai alat yang
baik untuk pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Limbah yang berupa
anorganik dapat pula dimanfaatkan untuk membantu orang yang membutuhkan
dan di gunakan untuk menghasilkan uang, selain itu ada juga limbah anorganik
yang dapat dipergunakan untuk menyuburkan tanaman ( Di jadikan pupuk )

B. Saran
Sebaiknya limbah yang terdapat di di pabrik-pabrik dan sampah rumah
tangga tersebut harus diolah kembali agar menjadi barang yang berguna seperti
semula. Pada perusahaan ini limbah yang dapat digunakan kembali yaitu hanya
kertas bekas. Tidak semua limbah di ini dapat diolah kembali menjadi barang
yang berguna seperti semula. Kebanyakan barang – barang yang tidak terpakai di
perusahaan ini langsung di buang ke pembuagan.
Daftar pustaka

A.K. Haghi. (2010). Waste Management. Canada :Nova Science.

Luis F. Diaz, M. De Bertoldi, WBidlingmaier. Compost Science and Technology.


Amsterdam:Elsevier.

Nusa Idaman Said.(2011).Pengelolaan Limbah Domestik.Jakarta: BPPT.

Sofian. (2011). Sukses Membuat Kompos dari Sampah.Jakarta Selatan:


Agromedia Pustaka.

Suharto.Ign. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara.


Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Yulipriyanto. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai