Anda di halaman 1dari 5

Istilah “hukum adat” adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda

‘adatrecht’. Orang pertama yang menggunakan istilah ‘adatrecht’ adalah


Snouck Hurgronje.

Istilah adatrecht, selanjutnya dalam berbagai literatur pada saat itu,


digunakan yang diartikan sebagai Hukum Adat. Kata istilah “adat” itu
sendiri berasal dari pengertian bahasa Arab yang berarti “kebiasaan”.

Menurut pengertian Hazairin, adat adalah istilah resapan kesusilaan dalam


masyarakat, yaitu pengertian kaidah-kaidah adat berupa hukum kaidah-
kaidah kesusilaan adat yang kebenarannya telah mendapat pengakuan
oleh adat masyarakat tersebut.

Hukum Adat sebagai hukum yang berasal dari akar masyarakat Indonesia
tidak pernah mengenal kodifikasi, hukum adat lebih banyak dikenal
sebagai hukum tidak tertulis

Hukum barat mengutamakan kepentingan individual, di mana


penyelenggaraan hukum berpusat pada individu, sementara hukum adat
mengenal individu sebagai subjek yang bertujuan untuk mengabdi pada
kepentingan masyarakat. Hukum Adat pada hakikatnya bertujuan
mencapai keselarasan antara kepentingan perseorangan dan kepentingan
masyarakat atau kepentingan umum.

Ter Haar dalam pidato Dies Natalis-Rechtshogeschool tahun 1937


mengatakan “Hukum Adat adalah seluruh peraturan, yang ditetapkan
dalam keputusan-keputusan, dan yang dalam pelaksanaan diterapkan
serta merta dan mengikat”, artinya Hukum Adat yang berlaku itu, hanyalah
yang dikenal dari keputusan-keputusan fungsionaris hukum dalam
masyarakat itu, kepala-kepala, hakim-hakim, rapat-rapat desa dan pejabat-
pejabat desa. Dengan demikian, Hukum Adat hanya dapat diketahui dan
dilihat dalam bentuk keputusan-keputusan para fungsionaris hukum, tidak
saja hakim, tetapi juga kepala adat dan petugas-petugas desa lainnya.
Sejarah perundang-undangan di Indonesia membedakan pemakaian istilah
kebiasaan dan adat, yaitu adat kebiasaan di luar perundangan dan adat
kebiasaan yang diakui oleh perundangan. Sehingga menyebabkan
munculnya istilah hukum kebiasaan / adat yang merupakan hukum tidak
tertulis dan hukum yang tertulis. Di Negara Belanda tidak membedakan
istilah kebiasaan dan adat. Jika kedua-duanya bersifat hukum, maka
disebut hukum kebiasaan (gewoonterecht) yang berhadapan dengan
hukum perundangan (wettenrecht).

Adat sering dipandang sebagai sebuah tradisi sehingga terkesan sangat


lokal, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan ajaran agama dan lain-
lainnya. Hal ini dapat dimaklumi karena “adat” adalah suatu aturan tanpa
adanya sanksi riil (hukuman) di masyarakat kecuali menyangkut soal dosa
adat yang erat berkaitan dengan soal-soal pantangan untuk dilakukan
(tabu dan kualat). Terlebih lagi muncul istilah-istilah adat budaya, adat
istiadat, dll.

Hukum Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-
nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya
berkaitan menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat kuat.

Dalam perkembangannya, hukum adat mengandung dua arti yaitu :

1. Hukum kebiasaan yang bersifat tradisional disebut juga hukum adat.


Adalah hukum yang dipertahankan dan berlaku di lingkungan masyarakat
hukum adat tertentu. Contoh : hukum adat Batak, hukum adat Jawa, dll.
2. Hukum kebiasaan. Adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat, dalam hubungan pergaulan antara yang satu dan yang lain,
dalam lembaga-lembaga masyarakat dan dalam lembaga-lembaga
kenegaraan, kesemuanya yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan
Sumber-sumber hukum adat adalah :
1. Adat-istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat
2. Kebudayaan tradisionil rakyat
3. Ugeran/ Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli
4. Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat

Ciri-ciri hukum adat adalah :


1. Tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi.
2. Tidak tersusun secara sistematis.
3. Tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan.
4. Tidak tertatur.
5. Keputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan).
6. Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan.

Berikut ini adalah unsur-unsur hukum adat, diantaranya:


1. Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.
Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis serta memiliki nilai sacral
2. Terdapat keputusan kepala adat
3. Adanya sanksi hokum
4. Tidak tertulis
5. Ditaati oleh masyarakat

Sistem Hukum Adat

Untuk mengetahui sistem hukum adat, maka Soepomo membedakan


antara sistem hukum adat dari sistem hukum barat agar dapat mengetahui
sistem hukum adat.

(1) Hukum barat mengenal zakelijke rechten (yaitu hak atas suatu barang
yang berlaku terhadap setiap orang) dan persoonlijke rechten (yaitu hak
yang bersifat perorangan terhadap suatu objek), sedangkan hukum adat
tidak mengenal pembagian ke dalam dua jenis hak tersebut.
(2) Hukum barat membedakan antara publiek recht dan privaatrecht,
sedangkan perbedaan demikian tidak dikenal dalam hukum adat. Jika
diadakan perbedaan seperti itu, maka batas-batas kedua lapangan hukum
itupun berbeda pada kedua sistem hukum itu.
(3) Pelanggaran hukum dalam sistem hukum barat dibedakan atas yang
bersifat pidana dan pelanggaran yang hanya mempunyai akibat dalam
lapangan perdata sehingga masing-masing harus ditangani oleh hakim
yang berbeda pula, perbedaan demikian tidak dikenal dalam hukum adat.
Setiap pelanggaran hukum adat memerlukan pembentulan hukum dengan
adatreaksi yang ditetapkan oleh hakim (kepala adat).

Corak hokum adat :


Hukum adat memiliki corak-corak sebagai berikut:

a. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, artinya


manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan
kemasyarakatan yang earat, rasa kebersamaan ini meliputi seluruh
lapangan hukum adat.

b. Mempunyai corak religio-magis yang berhubungan dengan


pandangan hidup alam Indonesia.

c. Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya hukum
adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya
perhubungan hidup yang konkrit.

d. Hukum adat mempunyai sifat yang visual, artinya perhubungan


hukum dianggap hanya terjadi, oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan
yang dapat dilihat.

Hukum adat adalah suatu hukum asli dari bangsa kita. Hukum adat tidak
akan bisa mati terhapus oleh waktu. Sedangkan hukum positif adalah
hukum yang saat ini berlaku atau hukum yang sekarang. Dalam
penerapanya hukum adat, hukum adat selalu menjadi sumber hukum bagi
hukum positif Indonesia. Pada dasarnya sistem hukum positif tidakakan
pernah melenceng dari sistem hukum adat, karena hukum positif itu sendiri
tidak mungki bertentangan dengan hukum masyrakat yang ada. Apabila
hukum positif bertentangan pasti akan ditolak dalam masyarakat.

Pada dasarnya hukum positif adalah hukum yang mengikat secara umum
atau mengikat masyarakat pada keseluruhannya. Sehingga dalam
pelaksanaan harus tidak boleh bertentangan dengan norma – norma yang
hidup dalam masyarakat. Norma – norma yang hidup dalam masyarakat
secara umum dapat disimpulkan sebagai suatu hukum yang hidup dalam
masyarkat atau hukum adat.

Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat
adat suatu daerah dan akan tetap hidup selama masyarakatnya masih
memenuhi hukum adat yang telah diwariskan kepada mereka dari para
nenek moyang sebelum mereka. Oleh karena itu, keberadaan hukum adat
dan kedudukannya dalam tata hukum nasional tidak dapat dipungkiri
walaupun hukum adat tidak tertulis dan berdasarkan asas legalitas adalah
hukum yang tidak sah. Hukum adat akan selalu ada dan hidup di dalam
masyarakat

Menurut Snouck Hurgronje, tidak semua bagian dari hukum agama agama
diterima, diresepsi dalam hukum adat, hanya beberapa bagian tertentu
saja dari hukum adat yang dipengaruhi Hukum Agama (Islam), seperti
Hukum Keluarga, Hukum Perkawinan dan hukum Waris.

Menurut Hazairin, Hukum Adat timbul semata-mata dari hubungan


kepentingan hidup kemasyarakatan yang ditaati oleh anggota masyarakat
itu, yang apabila ada pertikaian atau konflik maka diselesaikan oleh
penguasa adat dan hakim pada pengadilan negeri. Sementara itu,
sengketa-sengketa yang berada dalam ruang lingkup Hukum Agama
(Islam) diselesaikan di peradilan agama.
Artinya, Hukum Adat baru berlaku jika tidak bertentangan dengan
hubungan Hukum Agama yang dianut oleh agama masyarakat tersebu

Anda mungkin juga menyukai