Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK besar dan ekspansi coverage area yang masih

Pembebasan penggunaan frekuensi 2,4 GHz dalam terbatas, RT/RW-net menjadi sebuah solusi
KEPMENHUB No. 2 Tahun 2005 menjadi berita yang tepat dengan biaya cukup murah untuk
baik untuk pencapaian penyelenggaraan internet
murah untuk semua kalangan masyarakat namun sebuah fasilitas internet yang mampu
tidak selarasnya dengan ketentuan teknis mencover area-area yang masih sulit dijangkau
penggunaan frekuensi 2,4 GHz oleh para penyedia
layanan internet 2,4 GHz yaitu RT/RW-Net di Kota oleh provider internet broadband dan juga
Bandung yang mengakibatkan dan merasakan dengan daya saing harga yang baik.
gangguan interferensi yang sekaligus mengancam
kelangsungan penggunaan frekuensi 2,4 GHz. Dengan KEPMENHUB Nomer 2 Tahun
2005 Tentang Penggunaan Pita Frekuensi 2400
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
untuk memaparkan bentuk dan dampak yang - 2483.5 Mhz, menjadikan frekuensi 2.4 Ghz
dianalisis. Pengumpulan data menggunakan metode bebas biaya merupakan berita bagus baik untuk
wawancara dengan pihak Diskominfo Bandung dan
Balmon Kelas II Bandung sebagai regulator serta IT-preneur maupun masyarakat. Membuka
CEO Bezzkie-Net dan Rumah Internet sebagai sebuah solusi layanan internet murah dan
pihak industri.
mampu diimplementasikan secara mandiri oleh
Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk IT-preneur dengan biaya murah pula.
pencapaian penyelenggaraan dari pihak regulator
masih kurang efektif dan bentuk implementasi Sekaligus membantu pemerintah untuk
pengawasan terhadapa pelanggaran dinilai masih mengimplementasikan program USO
sangat kurang.
(Universal Service Obligation).
Kemudian saran yang diberikan kepada
Adapun dalam KEPMENHUB Nomer 2
Diskominfo Bandung adalah menerapkan bentuk
birokrasi perizinan yang menangani langsung untuk Tahun 2005 Tentang Penggunaan Pita
daerah Bandung serta bentuk penanganan
Frekuensi 2400 - 2483.5 Mhz dalam
pelanggaran yang lebih tegas.
penggunaan frekuensi 2.4 Ghz disebutkan
Kata kunci: Regulatory Impact Analysis, TX Power,
persyaratan bahwa maksimum daya pancar
RT/RW-Net, Regulasi
perangkat (TX power) 100mW, EIRP
maksimum 36 dBm dan semua peralatan yang
1. PENDAHULUAN
digunakan telah disertifikasi Dirjen Postel.
Secara keseluruhan fasilitas internet Layanan RT/RW-Net ini semakin
nirkabel umumnya masih menggunakan “menjamur” di Bandung dan semakin
frekuensi 2,4 GHz. Seiring dengan semakin berkembang pesat seiring dengan permintaan
ramainya permintaan akan kebutuhan internet, masyarakat Bandung dan sekitarnya yang
banyak pengusaha yang melihat ini sebagai masih sulit mendapatkan infrasturktur layanan
nilai tambah dan celah bisnis baru. Dimulai internet yang memadai mendorong para IT-
sebagai fasilitas tambahan usahanya hingga preneur untuk memenuhi permintaan pasar ini.
membuat penyedia internet mandiri untuk Sekitar 6 provider layanan internet RT/RW-
kawasan area tertentu. Akan tetapi tidak Net yang sudah berkembang dan terdaftar di
diiringi keseimbangan dalam penggunaan Bandung sejak tahun 2004 hingga sekarang.
frekuensi 2,4 GHz yang tingkat interferensinya Dengan semakin besar pemintaan akan
semakin tinggi yang menyebabkan semakin kebutuhan internet saat ini, semakin banyak
menurunnya kualitas. Didasari permintaan pula IT-preneur yang berani memulai usaha
pasar akan kebutuhan internet yang sangat RT/RW-Net ini secara independen.
Anomali secara fakta di lapangan yang Berikut tabel laporan gangguan frekuensi
menjadi masalah utama, para IT-preneur yang diterima UPT Balmon Bandung Semester
melakukan tindakan pelanggaran dengan 1-2012:
mengacuhkan persyaratan yang disebutkan
dalam KEPMENHUB Nomer 2 Tahun 2005
tentang penggunaan pita frekuensi 2.4 Ghz,
rata-rata pelanggaran penyelenggaraan tower
antena pemancar telekomunikasi melebihi daya
pancar perangkat (TX power) dari 100mW
yang banyak beredar dari para penyedia
perangkat dengan harga yang terjangkau
dengan tujuan meminimalisir biaya instalasi
perangkat dan mendapatkan coverage layanan
yang besar. Dan berdasarkan laporan kinerja Tabel 1.2 Laporan Gangguan Frekuensi
UPT per semester pertama tahun 2012 UPT Semester I 2012
menjelaskan laporan dari UPT Bandung Sumber: Dirjen SDPPI
mendapati kasus terbanyak penggunaan illegal
tanpa izin pada frekuensi 2,4GHz sebagai Dalam interview-nya UPT Balmon
berikut: Bandung menjelaskan bahwa selain
pelanggaran penggunaan frekuensi 2,4 GHz
No WILAYAH PELANGGARAN TINDAKAN
PENERTIBAN
Ilegal
Izin
Kada-
Tidak Sesuai
Peruntukkan
Jumlah Disita Disegel
Diperi-
ngatkan
Jumlah
secara illegal, pihak Balmon juga menerima
luarsa

1
2
UPT NAD
UPT MEDAN
22
13
1
16
0
0
23
29
0
2
0
1
23
26
23
29
gangguan frekuensi pada 2,4 GHz berupa
3 UPT PADANG 28 3 14 45 0 3 42 45
4
5
UPT PEKANBARU
UPT JAMBI
9
1
0
0
0
0
9
1
0
0
0
0
9
1
9
1
pelanggaran tx power yang melebihi dari
6 UPT BABEL 28 4 5 37 0 18 19 37
7
8
UPT BATAM
UPT PALEMBANG
39
21
0
2
1
4
40
27
25
0
0
4
15
23
40
27
standar yang sudah ditentukan.
9 UPT BENGKULU 0 0 0 0 0 0 0 0
10
11
UPT LAMPUNG
UPT DKI JAKARTA
4
6
0
0
0
0
4
6
0
0
0
0
4
6
4
6
Berdasarkan masalah diatas, ini
12 UPT BANTEN 0 0 0 0 0 0 0 0
13
14
UPT BANDUNG
UPT YOGYAKARTA
67
136
0
8
2
2
69
146
6
1
6
4
57
141
69
146
menyebabkan interferensi yang terlalu besar
15 UPT SEMARANG 16 0 1 17 8 0 9 17
16
17
UPT SURABAYA
UPT DENPASAR
71
50
0
2
7
1
78
53
11
11
27
0
40
42
78
53
yang berujung kepada ancaman collapse-nya
18 UPT MATARAM 8 0 0 8 0 2 6 8
19
20
UPT KUPANG
UPT SAMARINDA
39
49
16
0
4
1
59
50
0
4
0
0
59
46
59
50
penggunaan frekuensi 2.4 Ghz dan penggunaan
21 UPT BALIKPAPAN 12 1 4 17 0 0 17 17
22
23
UPT PONTIANAK
UPT PALANGKARAYA
33
16
3
1
1
1
37
18
9
0
2
1
26
17
37
18
frekuensi lain yang berlisensi dan yang pada
24 UPT BANJARMASIN 27 5 10 42 0 0 42 42
25
26
UPT MANADO
UPT PALU
26
0
0
0
0
0
26
0
5
0
0
0
21
0
26
0
akhirnya menurunkan kualitas internet itu
27 UPT MAKASAR 14 0 0 14 0 0 14 14
28
29
UPT AMBON
UPT GORONTALO
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
sendiri.
30 UPT TERNATE 0 0 0 0 0 0 0 0
31
32
UPT KENDARI
UPT JAYAPURA
12
46
0
0
0
15
12
61
0
0
0
0
12
61
12
61
Secara garis besar pun itu bukan
33 UPT MERAUKE 12 0 0 12 0 0 12 12
34 UPT TAHUNA 10 0 0 10 0 0 10 10 semata-mata kesalahan dari IT-preneur,
35 UPT SORONG 0 0 0 0 0 0 0 0

sekaligus melibatkan entitas terkait seperti


Tabel 1.1 Laporan Kinerja UPT per Semester I
Dirjen Postel dari sertifikasi perangkat dan
2012
Diskominfo selaku pengawasan provider
Sumber: Dirjen SDPPI
layanan internet RT/RW-net dalam lapangan
dan juga perlunya sosialisasi kepada para
penyedia RT/RW-net untuk menumbuhkan
kesadaran akan peraturan yang telah diatur
memiliki tujuan jelas untuk menjaga maupun secara nasional melalui Direktorat
kelestarian penggunaan bersama frekuensi 2.4 Jenderal Pos dan Telekomunikasi, yang sekarang
GHz dan meminimalisir side-effect interferensi menjadi bagian dari Departemen Komunikasi dan
yang terjadi di frekuensi 2.4 GHz dan antar Informatika Republik Indonesia. Perangkat-
frekuensi yang menurunkan kualitas internet perangkat yang menggunakan frekuensi 2,4 Ghz,
itu sendiri dan atau dalam KEPMENHUB itu diantaranya :
sendiri masih dibutuhkan peninjauan ulang 1) Wi-Fi atau WLAN
kembali. 2) Bluetooth
3) Wireless USB
2. RT/RW-Net 4) Zigbee
RT/RW Net adalah jaringan komputer 5) Cordless Phone 2.4 GHz.
yang dibangun untuk masyarakat umum dalam
4. Wireless LAN
ruang lingkup wilayah yang kecil melalui media
Wireless LAN adalah sistem komunikasi
wire atau wireless, biasanya RT/RW Net
data yang fleksibel dapat digunakan untuk
dibangun pada suatu perumahan, kompleks,
aplikasi di mana mobilitas diperlukan. Dalam
maupun dusun yang sanggup dijangkau pada
lingkungan bisnis dalam ruangan, meskipun
lingkup RW. Konsep RT/RW Net sebenarnya
mobilitas bukan persyaratan mutlak, Wireless
hampir sama dengan warnet. Pemilik membeli
LAN menyediakan fleksibilitas lebih dari yang
atau menyewa bandwith dari penyedia layanan
dicapai oleh LAN dengan kabel. Wireless LAN
internet (ISP) yang kemudian disalurkan kepada
dirancang untuk beroperasi di industri, ilmiah,
client menggunakan kabel UTP atau
medis dan frekuensi radio dan frekuensi tanpa
Accespoint. Yang membedakan dengan warnet
izin informasi-nasional infrastruktur. Saat ini,
adalah letak client-nya yang tidak tetap, baik
Wireless LAN dapat memberikan kecepatan
dari tempat mengakses RT/RW Net tersebut
data hingga 11 Mbps, namun industri saat ini
atau jumlah client yang mengases internet,
membuat bergerak ke arah kecepatan tinggi
sehingga RT/RW Net dapat memudahkan
Wireless LAN. Produsen sedang
penggunanya dalam mengakses internet
mengembangkan Wireless LAN untuk
dimanapun selama masih dalam jangkauan
memberikan kecepatan data hingga 54 Mbps
sinyal dan panjang maksimal kabel UTP. (Jasa,
atau lebih tinggi. Kecepatan tinggi membuat
2013:5)
Wireless LAN menjadi teknologi yang
3. Frekuensi 2,4 GHz menjanjikan untuk pasar komunikasi data di
Menurut Sutiyo (2011:55) dalam masa depan. (Pei Zheng, 2012:131)
Telematika Vol. 8, Frekuensi merupakan sumber Fungsi utama dari Wireless LAN adalah
daya (resource) yang sangat penting pada untuk menjangkau wilayah LAN yang sulit
telekomunikasi nirkabel. Oleh karena itu, dicapai dengan kabel tembaga biasa (copper
penggunaan frekuensi perlu ditata agar dapat wire), juga untuk menjangkau pengguna
bermanfaat secara lebih efisien dan optimal. bergerak (mobile-users). Ada empat komponen
Pengaturan penggunaan frekuensi tersebut diatur utama dalam membangun jaringan WLAN ini:
secara internasional melalui Radio Regulation a) Access Point, merupakan perangkat
ITU (International Telecommunication Union) yang menjadi sentral koneksi dari klien
ke ISP, atau dari kantor cabang ke
kantor pusat jika jaringannya adalah Gambar 2.1 IEEE 802.11 Wireless
milik sebuah perusahaan. Access-Point LAN standar.
berfungsi mengkonversikan sinyal Sumber: Pei Zheng, 2012:132
frekuensi radio (RF) menjadi sinyal
digital yang akan disalurkan melalui
kabel, atau disalurkan ke perangkat
WLAN yang lain dengan
dikonversikan ulang menjadi sinyal
frekuensi radio.
b) Wireless LAN Interface, merupakan Tabel 2.2 IEEE 802.11 per grup.
device yang dipasang di Access-Point Sumber: Pei Zheng, 2012:132
atau di Mobile/Desktop PC, device
yang dikembangkan secara massal
adalah dalam bentuk PCMCIA
Fitur penting dari WLAN adalah bahwa
(Personal Computer Memory Card
mereka dapat digunakan secara terpisah dari
International Association) card.
jaringan kabel. Mereka dapat digunakan sebagai
c) Wired LAN, merupakan jaringan kabel
jaringan yang berdiri sendiri di mana saja untuk
yang sudah ada, jika Wired LAN tidak
menghubungkan beberapa komputer bersama-
ada maka hanya sesama WLAN saling
sama tanpa harus membangun atau memperluas
terkoneksi.
jaringan kabel. Komunikasi jaringan terjadi
d) Mobile/Desktop PC, merupakan
dalam bagian dari spektrum radio yang
perangkat akses untuk klien, mobile
dirancang sebagai bebas lisensi. Dalam
PC pada umumnya sudah terpasang
frekuensi ini, 2,4-2,5 GHz pengguna dapat
port PCMCIA sedangkan desktop PC
beroperasi tanpa lisensi selama mereka
harus ditambahkan PC Card PCMCIA
menggunakan peralatan yang telah disetujui
dalam bentuk ISA (Industry Standard
untuk digunakan dalam frekuensi bebas lisensi.
Architecture) atau PCI (Peripheral
Frekuensi 2,4-2,5 GHz telah ditetapkan sebagai
Component Interconnect) card.
bebas lisensi oleh International
IEEE 802.11 komite bertanggung jawab
Telecommunications Unios (ITU), dan tersedia
untuk standar WLAN. WLAN termasuk IEEE
sebagai bebas lisensi di negara-negara besar
802.11a (Wi-Fi 5), IEEE 802.11b (Wi-Fi),
dunia. (Pei Zheng, 2012:133)
IEEE 802.11g, dan IEEE 802.11n (lihat gambar
Ada beberapa hal yang harus
5.1). Penyebaran WLAN dapat memberikan
dipertimbangkan dalam menyebarkan wlan
konektivitas di rumah, pabrik, dan hot-spot. (Pei
termasuk (Pei Zheng, 2012:134):
Zheng, 2012:131)
a) Alokasi frekuensi: Pengoperasian
jaringan nirkabel mengharuskan semua
Tabel 2.1 Industri, Ilmiah, dan Medis (ISM)
pengguna beroperasi dalam pita
Frekuensi.
frekuensi umum. Pita frekuensi harus
Sumber: Pei Zheng, 2012:131
disetujui di setiap negara.
b) Interferensi dan kehandalan: Pada sama secara bersamaan. SST ini
LAN kabel, hanya terminal terhubung merupakan salah satu pengembangan
ke jaringan. Dalam WLAN, gangguan teknologi Code Division Multiple
ini disebabkan oleh transmisi simultan Access (CDMA). Dengan urutan kode
dari informasi dalam pita frekuensi (code sequence) yang unik data
bersama dan oleh multipath fading. ditransfer ke udara dan diterima oleh
Kehandalan saluran komunikasi diukur tujuan yang berhak dengan kode
dengan bit error rate (BER). tersebut. Dengan teknologi Time
Automatic repeat request (ARQ) dan Division Multiple Access (TDMA) juga
forward error correction (FEC) teknik bisa diaplikasikan (data ditransfer
yang digunakan untuk meningkatkan karena perbedaan urutan waktu/time
kehandalan. sequence).
c) Keamanan: Gelombang radio tidak
terbatas pada batas bangunan atau 4. Interferensi
kampus. Ada kemungkinan gangguan Jaringan Wi-Fi yang menggunakan channel
yang disengaja. Data pribadi melalui sama atau menggunakan channel yang tumpang
media radio biasanya dilakukan dengan tindih akan tetap berjalan karena memilki
menggunakan enkripsi. teknologi algoritma penghindaran tabrakan
d) Konsumsi daya: WLAN biasanya (collision avoidance algorithm), tetapi
terkait dengan aplikasi mobile. Dalam throughput setiap jaringan akan berkurang.
aplikasi ini, daya baterai adalah sumber (Sutiyo, 2011:59)
daya langka. Oleh karena itu,
Interferensi yang umum terjadi pada
perangkat harus dirancang agar hemat
WLAN adalah (Agus, 2009:2):
energi.
1) Interferensi dari perangkat lain yang
e) Mobilitas: Salah satu keuntungan dari
juga menggunakan frekuensi 2,4
WLAN adalah kebebasan mobilitas.
GHz
Perangkat harus mengakomodasi bebas
genggam pada batas transmisi data rute 2) Interferensi dari perangkat IEEE
panggilan ke pengguna ponsel. 802.11b yang lain, dapat dibagi
f) Penyampaian: Untuk mendukung menjadi:
transmisi secara bersamaan, spread a. Co-Channel Interference (CCI)
spectrum (SS) teknik yang sering b. Adjacent Channel Interference
digunakan. (ACI)
Wireless LAN mentransfer data c. Multiple Access Interference
melalui udara dengan menggunakan (MAI)
gelombang elektromagnetik dengan
Ada beberapa cara untuk menghindari
teknologi yang dipakai adalah Spread-
interferensi pada WLAN adalah (Agus,
Sprectum Technology (SST). Dengan
2009:2):
teknologi ini memungkinkan beberapa
user menggunakan pita frekuensi yang
1) WLAN menggunakan teknik dilakukan pengendalian terhadap 5 parameter
spread spectrum yang lebih tahan Ohrtman, yaitu :
terhadap narrowband interference.
1) Channel yang digunakan,
2) Menggunakan 3 kanal yang non 2) Jarak,
overlap untuk menghindari 3) Level daya output perangkat,
interferensi dari perangkat IEEE 4) Antena,
802.11b yang lain, yang beroperasi 5) Protokol atau standard yang
pada jarak berdekatan seperti pada digunakan.
Gambar 2.1.
Guna menekan interferensi frekuensi 2,4
Ghz khususnya untuk pemanfaatan WLAN atau
Wi-Fi maka perlu dilakukan langkah-langkah
nyata mengacu pada 5 parameter yang telah
disebutkan diatas. Langkah-langkah ini, antara
lain (Sutiyo, 2011:59):
Gambar 2.2 Tiga Kanal Non
1) Sebelum pemasangan perangkat
Overlap di WLAN
wireless 2,4 Ghz perlu dilakukan
Beberapa hal yang akan menyebabkan
terlebih dahulu “site survey”, untuk
interferensi didalam frekuensi 2,4 GHz antara
menganalisa potensi gangguan yang
lain (Sutiyo, 2011:59): mungkin terjadi.
1) Penggunaan perangkat WLAN yang
2) Melarang penggunaan perangkat
mempunyai daya melebihi daya yang
wireless yang berpotensi mengganggu,
diijinkan yaitu maksimum 100mW. seperti Cordless phone 2,4 Ghz
2) Penggunaan perangkat WLAN yang 3) Menggunakan perangkat WLAN yang
belum tersertifikasi oleh lembaga
telah tersertifikasi, dan mempunyai
berwenang, sehingga kualitas dari
kemampuan “noise immunity”
perangkat WLAN tidak sesuai yang
4) Menggunakan antenna directional dan
diijinkan.
mempunyai nilai SWR (Standing Wave
3) Teknologi perangkat WLAN yang
Ratio) 1:1.5
tidak memiliki kemampuan untuk
5) Diperlukan BPF (Band Pass Filter)
mengurangi interferensi, contohnya
yang mempunyai kemampuan
teknologi collision avoidance
menekan interferensi dan menaikkan
algorithm.
performa atau kualitas perangkat.
4) Penggunaan channel dari band ISM
6) Jika dalam instalasi pernagkat WLAN
(Industry Scientific and Medical) yang
memerlukan kabel jumper, maka kabel
tidak diatur dengan bagus sehingga
jumper harus memiliki impedansi
overlapping.
50ohm, dengan loss kabel yang kecil.
Untuk meminimalisasikan interferensi,
pada perancangan jaringan WLAN harus
7) Jika beberapa langkah diatas telah Gambar 2.3 Antena Sebagai Pengirim dan
dilakukan tetapi interferensi tidak Penerima
dapat ditekan atau jika kita berada pada
daerah yang sudah congested atau 6. Alokasi Spektrum Frekuensi Radio
padat frekuensi ISM (Industry Indonesia
Scientific and Medical) nya, maka ada Dalam KEPMENHUB No. 5 / 2001, alokasi
suatu langkah yang bisa dilakukan spectrum frekuensi 2,4GHz untuk Indonesia
yaitu dengan menggunakan teknologi diantaranya:
SuperChannel. Alokasi untuk Indonesia Penggunaan
Frekuensi
5. Pengertian Antena
Dalam sejarah komunikasi, perkembangan 2300 – 2495 TETAP Radio
BERGERAK Siaran –HF
teknik informasi tanpa menggunakan kabel
SIARAN (RRI)
ditetapkan dengan nama antena. Antena berasal
S5.113
dari bahasa latin ”antena” yang berarti tiang
kapal layar. Dalam pengertian sederhana kata
latin ini berarti juga “penyentuh atau peraba”
sehingga kalau dihubungkan dengan teknik Alokasi untuk Indonesia Penggunaan

komunikasi berarti bahwa antena mempunyai Frekuensi

tugas menyelusuri jejak gelombang 2300 – 2450 TETAP Microwave

elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi BERGERAK Link

sebagai penerima. Sedangkan jika sebagai RADIOLOKASI (nasional)

pemancar maka tugas antena tersebut adalah Amatir (2300 –

menghasilkan sinyal gelombang S5.150 S5.282 2500 MHz)

elektromagnetik. S5.393 S5.394 Amatir-

Antena dapat juga didefinisikan sebagai S5.396 UHF

sebuah atau sekelompok konduktor yang (Sekunder)

digunakan untuk memancarkan atau Tetap

meneruskan gelombang elektromagnetik Darat-UHF

menuju ruang bebas atau menangkap 2450 – TETAP Microwave

gelombang elektromegnetik dari ruang bebas. 2483.5 BERGERAK Link

Energi listrik dari pemancar dikonversi menjadi RADIOLOKASI (nasional)

gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah S5.150 S5.394 (2300 –

antena yang kemudian gelombang tersebut 2500 MHz)

dipancarkan menuju udara bebas. Pada Tetap

penerima akhir gelombang elektromagnetik Darat-UHF

dikonversi menjadi energi listrik dengan


menggunakan antena. Gambar 2.2 7. Syarat Teknis Penggunaan Frekuensi
menunjukkan antena sebagai pengirim dan 2.4 GHz
penerima. (Fahmi, 2011:5) Dengan pembebasan frekuensi 2.4 GHz
oleh pemerintah, para pengguna frekuensi 2.4
Ghz harus mengikuti aturan yang tertuang a. Pengawasan dan pengendalian
dalam KEPMENHUB No.2 Tahun 2005 pasal 6 terhadap penggunaan pita frekuensi
mengenai persyaratan teknis penggunaan pita 2400 - 2483.5 MHz dilakukan oleh
frekuensi 2.4 GHz diantaranya : Direktur Jenderal Pos dan
Telekomunikasi.
a. Effective Isotropically Radiated
b. Direktur Jenderal Pos dan
Power (EIRP) merupakan hasil
Telekomunikasi menunjuk Unit
perkalian antara daya yang
Pelaksana Teknis (UPT)
dikeluarkan ke antena dengan
Monitoring Spektrum Frekuensi
penguatan antenna, relatif terhadap
Radio untuk melaksanakan
antena isotropic pada suatu arah
pengawasan dan pengendalian
tertentu (penguatan mutlak atau
sebagaimana dimaksud dalam ayat
isotropic) maksimum untuk
(1).
penggunaan outdoor sebesar 4 Watt
(36.02 dBmW) dan untuk Dalam Perda Kota Bandung No.1 Tahun
penggunaan indoor sebesar 500 mW 2009 pasal 58 mengenai pengawasan dan
(27 dBmW). pengendalian diantaranya :
b. Daya pancar perangkat (TX Power)
a. Pengawasan penyelenggaraan serta
merupakan daya rata-rata perangkat
pengoperasian menara dilakukan
yang dicantumkan pada saluran
oleh dinas yang mengeluarkan izin
transmisi antenna maksimum
dan aparat kewilayahan dengan
100mW.
melibatkan peran masyarakat.
c. Emisi diluar pita (out of band b. Pengendalian pembangunan fisik dan
emission) maksimum adalah -20 dBc penggunaan menara dilakukan oleh
per 100 kHz. pejabat yang ditunjuk Walikota

Kemudian pasal 7 dan 8 mengenai berdasarkan laporan penyimpangan

sertifikasi alat dan perangkat yang bekerja pada dari dinas yang mengeluarkan izin,

frekuensi 2.4 GHz. Sehingga jika semua aparat kewilayahan, dan atau

pengguna frekuensi 2.4 Ghz mengikuti aturan- masyarakat.

aturan seperti atas, tingkat interferensi antar c. Penyidikan terhadap pelanggaran

pengguna dapat ditekan sehingga tidak aturan pembangunan dan

mengakibatkan kejenuhan dan kepadatan traffic pengoperasian menara dalam

bandwidth pada pita frekuensi 2.4 Ghz. Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil
8. Pengendalian dan Pengawasan
(PPNS) sesuai dengan peraturan
Frekuensi 2.4 GHz
perundangan yang berlaku.
Pihak yang berwenang dalam pengendalian
d. Penertiban atas pelanggaran
dan pengawasan sudah tertuang dalam
pembangunan dan pengoperasian
KEPMENHUB No.2 Tahun 2005 pasal 9
menara yang bertentangan dengan
mengenai pengendalian dan pengawasan
Peraturan ini dilakukan oleh Satuan
diantaranya :
Polisi Pamong Praja Kota Bandung
dengan dibantu Camat dan Lurah 10. Pengumpulan Data
setempat atas rekomendasi PPNS
Teknik pengumpulan data merupakan
berdasarkan hasil penyidikan.
langkah yang paling strategis dalam penelitian,

9. Regulatory Impact Analysis (RIA) karena tujuan utama dari penelitian adalah

Regulatory Impact Analysis (RIA) adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

alat fundamental untuk membantu pemerintah pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

untuk menilai dampak regulasi. RIA digunakan mendapatkan data yang memenuhi standar data

untuk menguji dan mengukur kemungkinan yang ditetapkan.

manfaat, biaya dan efek dari peraturan baru atau Menurut Sugiyono (2011:225), dalam

yang sudah ada. Pelaksanaan RIA mendukung penelitian kualitatif, pengumpulan data

proses pembuatan kebijakan dengan ikut data dilakukan pada natural setting (kondisi yang

empirik berharga bagi keputusan kebijakan, dan alamiah), sumber data primer, dan teknik

melalui pembangunan kerangka keputusan pengumpulan data lebih banyak pada observasi

rasional untuk mengkaji potensi pilihan terus terang atau tersamar dan wawancara

implikasi kebijakan peraturan. Ini merupakan semiterstruktur.

faktor penting dalam menanggapi dampak


terhadap ekonomi modern pasar internasional
yang terbuka dan kendala anggaran, dan
konsekuensi dari tuntutan kebijakan yang
bersaing. Fitur utama dari RIA adalah
pertimbangan atas potensi dampak ekonomi
proposal peraturan. (Ridwan, 2011:2)
RIA merupakan alat kebijakan penting Gambar 3.3
Teknik Pengumpulan Data
untuk kualitas peraturan. Tujuan keseluruhan
dari RIA adalah untuk membantu pemerintah a. Observasi terus terang atau tersamar

untuk membuat kebijakan mereka lebih efisien. Dalam melakukan pengumpulan data,

Penggunaan RIA dapat berkontribusi pada penulis menyatakan secara terus terang

proses pembuatan kebijakan dengan kepada sumber data, bahwa sedang

mempromosikan kebijakan peraturan efisien melakukan penelitian. Jadi mereka yang

dan meningkatkan kesejahteraan sosial, literatur diteliti mengetahui sejak awal sampai

ekstensif telah diproduksi berisi informasi akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi

tentang pendahuluan, pelajaran yang dipetik dalam suatu saat penulis juga tidak terus

dari pelaksanaan dan tantangan yang dihadapi terang atau tersamar dalam observasi, hal

oleh pemerintah. OECD, pelopor dibidang ini untuk menghindari kalau suatu data

reformasi regulasi, juga berkontribusi pada yang dicari merupakan data yang masih

penyebaran pengetahuan dan keahlian tentang dirahasiakan.

RIA dengan mengidentifikasi proses praktek b. Wawancara semiterstrukur

terbaik di negara-negara OECD. (Ridwan, Jenis wawancara ini termasuk dalam

2011:3) kategori in-dept interview, di mana dalam


pelaksanaannya lebih bebas bila No. 2 Tahun
dibandingkan dengan wawancara 2005 sudah
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis merupakan yang
ini adalah untuk menemukan terbaik untuk
permasalahan secara lebih terbuka, di langkah
mana pihak yang diajak wawancara pemerintah ?
diminta pendapat, dan ide-idenya. Apakah ada
dasar hukumnya
untuk Pasal 6
Tabel 3.1 Tabel Kuesioner
4 dalam
Wawancara
KEPMENHUB
No. Pertanyaan Jawaban
No. 2 Tahun
Apakah masalah
2005 ?
persyaratan
Berapa
teknis
tingkatan
penggunaan pita
birokrasi
frekuensi 2.4
pemerintah yang
GHz dalam
dilibatkan untuk
Pasal 6 dan
1 5 koordinasi
pengendalian
perihal Pasal 6
dan pengawasan
dan Pasal 9
dalam Pasal 9
KEPMENHUB
KEPMENHUB
No. 2 Tahun
No. 2 Tahun
2005 ?
2005 telah benar
Apakah Pasal 6
didefinisikan ?
dan Pasal 9
Apakah
dalam
tindakan
KEPMENHUB
pemerintah
6 No. 2 Tahun
untuk Pasal 6
2005
dan Pasal 9
2 bermanfaat
dalam
dibandingkan
KEPMENHUB
biayanya ?
No. 2 Tahun
Apakah
2005 sudah
distribusi akan
tepat ?
dampak Pasal 6
Apakah Pasal 6
7 dan Pasal 9
dan Pasal 9
3 dalam
dalam
KEPMENHUB
KEPMENHUB
No. 2 Tahun
2005 transparan butir 1 dalam KEPMENHUB No. 2 Tahun
di masyarakat ? 2005 :
Apakah Pasal 6 “Pengawasan dan pengendalian terhadap
dan Pasal 9 penggunaan pita frekuensi 2400 – 2483.5
KEPMENHUB MHz dilakukan oleh Direktur Jenderal Pos
No. 2 Tahun dan Telekomunikasi”
2005 sudah Sekarang Dirjen Postel yang ditunjuk telah
8
jelas, konsisten, berubah menjadi Dirjen Sumber Daya dan
dapat dipahami, Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI).
dan dapat Dari Diskominfo Bandung memang tidak
diakses oleh memegang kendali hal perizinan dalam
pengguna ? menggunakan frekeunsi 2,4 GHz
Apakah semua sebagaimana dijelaskan :
pihak yang “Kurang tepat, dalam perihal perizinan
berkepentingan ISP yang memegang kendali langsung ke
dalam Pasal 6 SDPPI Pusat di Jakarta, baik itu perizinan
dan Pasal 9 untuk provinsi maupun daerah.” (Hasil
KEPMENHUB wawancara dengan Ir. Iksan Kholik
No. 2 Tahun Diskominfo Bandung).
9
2005 memiliki
kesempatan Untuk pengajuan perizinan penggunaan
yang sama frekuensi sudah semakin dipermudah oleh
untuk mencapai Dirjen SDPPI dengan disediakannya e-
pandangan- licensing dengan disertakannya simulasi
pandangan perhitungan BHP yang harus dibayar yang
mereka ? bisa langsung diakses melalui
Bagaimana www.ditfrek.postel.go.id.
kepatuhan akan Untuk frekuensi 2.4 GHz tidak dikenakan
Pasal 6 dan biaya BHP karena sudah diberikan
Pasal 9 dalam pembebasan biaya untuk penggunaannya
10
KEPMENHUB yang dijelaskan sebagai berikut :
No. 2 Tahun “Sudah seharusnya sangat bermanfaat
2005 dapat berbanding BHP yang dikeluarkan ISP
dicapai ? karena penggunaan frekeunsi 2.4 GHz ini
gratis dan sebagai bagian pengaturan

11. Perizinan dan Pengawasan Penggunaan dalam penggunaan pita frekuensi yang

Frekuensi 2,4 GHz menjadi sumber daya yang terbatas.”


Perizinan dalam menggunakan frekuensi (Hasil wawancara dengan Himawan
2,4 GHz sudah dijelaskan dalam Pasal 9 Darwin Bezzkie-net).
Dan dipertegas juga dalam Pasal 3 butir 2 “Pengawasan dan pengendalian
KEPMENHUB No. 2 Tahun 2005 sebagai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berikut : dilakukan dengan kegiatan observasi,
“Pita frekuensi 2400-2483.5 MHz dapat monitoring, dan penerbitan.”
digunakan bersama (sharing) pada waktu, 12. Tahapan penanganan pelanggaran
dan atau wilayah, dan atau teknologi dan sanksi Pasal 6 dan Pasal 9
secara harmonis antar pengguna, dan tidak KEPMENHUB No. 2 Tahun 2005
mengakibatkan interferensi yang saling
Sudah dijelaskan sebelumnya
merugikan.”
penanganan pelanggaran merupakan
bagian dari langkah penertiban dari
Untuk pengawasan dan penertiban
pengawasan dan pengendalian dalam
frekuensi 2.4 Ghz dijelaskan didalam
Pasal 9 ayat 1 dan 2 KEPMENHUB No. 2 PP No. 53 Tahun 2000 pasal 36 ayat 2
Tahun 2005 sebagai berikut : dijelaskan :
1) “Pengawasan dan pengendalian “Pengawasan dan pengendalian
terhadap penggunaan pita frekeunsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
2400-2483.5 MHz dilakukan oleh dilakukan dengan kegiatan observasi,
Direktur Jenderal Pos dan monitoring, dan penerbitan.”
Telekomuniasi.”
Titik awal dari penanganan
2) “Direktur Jenderal Pos dan
pelanggaran karena adanya laporan
Telekomunikasi menunjuk Unit
pelanggaran, baik itu dari UPT
Pelaksana Teknis (UPT) Monitoring
Monitoring Spektrum Frekuensi
Spektrum Frekuensi Radio untuk
melaksanakan pengawasan dan sendiri maupun dari pihak masyarakat
pengendalian sebagaimana dimaksud yang ikut menggunakan frekuensi 2,4
dalam ayat (1).” GHz yang dipertegas sebagai berikut :
“Untuk pengawasan lapangan sendiri
Yang dipertegas kembali dalam langsung ditangani oleh Balmon Kelas
pernyataan sebagai berikut : II Bandung, disini Diskominfo
“Sebagai badan yang ditunjuk dalam
Bandung menjadi bagian penerimaan
pengawasan, Balmon secara langsung
laporan pelanggaran dari masyarakat
observasi ke lapangan untuk controling
selain dari temuan pihak Balmon
dalam penggunaan frekuensi.” (Hasil
langsung di lapangan.” (Hasil
wawancara dengan Dradjanti Da, SH
Balmon Kelas II Bandung). wawancara dengan Ir. Iksan Kholik
Diskominfo Bandung)
Tahap-tahap pengawasan dan Dalam laporan data kinerja untuk UPT
pengendalian juga terlampir dalam PP No. Bandung didapat pelanggaran
53 Tahun 2000 ayat 2 sebagai berikut : sebanyak 69 kasus yang mayoritas
kasus illegal (tidak memiliki izin
penggunaan) sebanyak 67 kasus yang 13. Analisa Pengukuran Dampak Manfaat
dan Biaya
kebanyakan terjadi di dalam frekuensi
2,4 GHz. Tabel berikut menunjukkan analisa

Temuan ini tergolong cukup tinggi dan manfaat dan biaya dari KEPMENHUB
No. 2 Tahun 2005 terhadap stakeholder
tidak mengherankan untuk frekuensi
yang terlibat dalam RT/RW-Net Kota
yang bebas biaya. Pihak Diskominfo
Bandung.
pun ikut angkat bicara perihal tersebut
akan faktor yang menjadi pemicu
fenomena tersebut sebagai berikut :
“Koordinasi untuk perizinan ISP
sekarang sudah langsung ke SDPPI
Pusat tetapi dirasa masih sangat Tabel 4.3 Analisa manfaat dan
kurang efisien tanpa ada kerjasama biaya RIA
dengan Pemerintah Daerah secara
Manfaa
langsung.” (Hasil wawancara dengan
N Kelo t +/ Biaya
Ir. Iksan Kholik Diskominfo Bandung) +/-
o. mpok (Benefit - (Cost)
)
Dan dipertegas kembali sebagai Biaya
berikut : untuk
Fungsi
“Implementasi dilapangan masih mend
pengatur
kurang karena melihat data ISP ukung
an dan
RT/RW-Net di Bandung masih banyak infrast
manaje-
yang belum terdaftar maka dari itu ruktur
men
frekue
perlunya kerjasama dengan dalam
nsi
Pemerintah Daerah untuk penyelen
2,4
meningkatkan tingkat kepatuhan ggaraan P
GHz
terutama Pasal 6 dalam Pemer RT/RW- os Neg
1 terlalu
KEPMENHUB No. 2 Tahun 2005.” intah Net dan iti atif
besar
(Hasil wawancara dengan Ir. Iksan penggun f
dan
aan
Kholik Diskominfo Bandung) dibutu
frekuens
hkan
i 2,4
Bentuk penertiban yang dilakukan analis
GHz
UPT Bandung dirasa masih sangat a
dapat
kurang tegas dengan tindakan yang kemb
terkontr
ali
diberikan masih sebatas peringatan ol
untuk
sekalipun bentuk pelanggaran adalah
pena
penggunaan frekuensi secara illegal.
mbah Net
an Biaya
dalam yang
Peningk
ranca tinggi
atan
ngan untuk
tingkat
angga pemer
kesejaht
ran P ataan
eraan
pemer Masy os kesenj Neg
3 dan
intah. arakat iti angan atif
kemajua
Adan f digital
n daya
ya semua
saing
kemu lapisa
masyara
ngkin n
kat
an masya
untuk rakat
Dereg Biaya
ulasi pemul
mengi ihan
Peningk
ngat lingku
atan
pemb Terpelih ngan
perkemb
ebasa aranya tidak
angan
n penggun terhitu
RT/RW-
biaya aan P ng
Net yang P
untuk Lingk frekuens os karen Neg
Indust menjadi os Neg 4
2 frekue ungan i 2,4 iti a atif
ri salah iti atif
nsi GHz f frekue
satu f
2,4 antar nsi
solusi
GHz kepentin merup
untuk
tetapi gan akan
industri
akan sumbe
internet
semak r daya
wireless
in terbat
memp as
ersulit
pelak 14. Konsultasi RIA
u Konsultasi bertujuan untuk memperoleh
indust alternatif yang terbaik dengan melibatkan
ri stakeholder, dalam penelitian ini penulis
RT/R melibatkan stakeholder dengan melakukan
W- wawancara secara private diantaranya
yang dilibatkan adalah : Diskominfo Frekuensi yang tedapat dalam
Bandung dan Balmon Kelas II Bandung KEPMENHUB No. 2 Tahun 2005
serta Beezkie-Net dan Rumah Internet. pasal 9 ayat 2 yang dikutip
Hasil dari wawancara dengan stakeholder “Direktur Jenderal Pos dan
dapat disimpulkan beberapa bentuk Telekomunikasi menunjuk Unit
alternatif peningkatan kualitas manfaat Pelaksana Teknis (UPT)
yaitu sebagai berikut : Monitoring Spektrum Frekuensi
1) Koordinasi birokrasi untuk perihal Radio untuk melaksanakan
perizinan ISP dan penggunaan pengawasan dan pengendalian
frekuensi 2,4 GHz akan lebih sebagaimana dimaksud dalam ayat
efisien apabila Dirjen SDPPI (1).” yaitu Balai Monitoring Kelas
bekerjasama dengan Diskominfo II Bandung.
Bandung untuk mendata langsung 2) Penegakan dan kepatuhan
penyelenggaraan ISP di frekuensi Desain untuk mekanisme
2,4 GHz di Kota Bandung penegakan dan kepatuhan kode etis
2) Penindakan yang lebih tegas dari penggunaan frekuensi 2,4 GHz
Diskominfo Bandung dan Balmon sudah dimuat pada KEPMENHUB
Kelas II Bandung untuk setiap No. 2 Tahun 2005 Bab VI tentang
pelanggaran difrekuensi 2,4 GHz Sanksi yang dikutip “Pelanggaran
dengan tujuan peningkatan terhadap penggunaan alat dan atau
kepatuhan terhadap KEPMENHUB perangkat telekomunikasi
No. 2 Tahun 2005 sebagaimana diatur dalam
Peraturan menteri ini dikenakan
15. Desain RIA sanksi sesuai dengan Undang
Desain RIA berdasarkan pada mekanisme undang Nomor 36 Tahun 1999
pemantauan, kepatuhan dan penegakan tentang Telekomunikasi.”
yang diurai sebagai berikut : Dalam UU No. 36 Tahun 1999
1) Mekanisme Pengawasan Pasal 32, 33 menjelaskan
Desain untuk mekanisme pelarangan penggunaan perangkat
pengawasan frekuensi 2,4 GHz yang tidak memperhatikan
sudah sesuai dengan PP No. 53 persyaratan teknis dan tidak saling
Tahun 2000 pasal 36 ayat 2. mengganggu serta segala bentuk
Dimana dikutip “Pengawasan dan penggunaan frekuensi wajib
pengendalian sebagaimana mendapatkan izin pemerintah.
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan Dalam Pasal 52 dan 53 memuat
dengan kegiatan observasi, tentang hokum pidana dan denda-
monitoring, dan penerbitan.” denda yang harus dibayar oleh para
Badan yang ditunjuk sebagai pelanggar regulasi.
pelaksana pengawasannya adalah
UPT Monitoring Spektrum 16. Hasil Analisis dengan RIA
Dari hasil analisis regulasi pengaturan penggunaan frekuensi 2,4 GHz di
penyelenggaraan dan penggunaan RT/RW-Net Kota Bandung sudah
frekuensi 2,4 GHz di Bandung yang bisa diimplementasikan dengan
mengacu kepada KEPMENHUB No. 2 memiliki kepastian dasar hukum
Tahun 2005 maka didapatkan bahwa : baik dari aspek teknis dan aspek
1. Penyelenggaraan KEPMENHUB pengawasan dan pengendalian.
No. 2 Tahun 2005 terhadap Penilaian untuk manfaat dan
RT/RW-Net Kota Bandung biaya dengan rasio 1:1 dengan
memiliki bentuk manfaat yang hasil nilai manfaat yang lebih
lebih berbanding biayanya. berbanding biaya. Bentuk
Perizinan penyelenggaraan dan implementasi dilapangan sudah
penggunaan sejauh ini sudah semakin efisien berupa
efisien dengan metode e-licensing kemudahan pengajuan
melalui website penyelenggaraan penggunaan
www.ditfrek.postel.go.id akan tetapi frekuensi 2,4 GHz bagi ISP
untuk pencapaian efektif belum RT/RW-Net dengan e-licensing
terrealisasikan sepenuhnya. yang bisa diakses melalui website
2. Implementasi dalam bentuk www.ditfrek.postel.go.id, namun
penindakan kasus penyelenggaraan tingkat pencapaian yang masih
dan penggunaan frekuensi 2,4 GHz belum efektif sepenuhnya.
di RT/RW-Net Kota Bandung Dibutuhkan implementasi
masih kurang tegas. Sejauh ini bertahap dan berkelanjutan yang
bentuk penindakan mayoritas hanya kedepannya bisa diuji kembali
berupa peringatan tingkat keefektifannya.
2. Sejauh ini upaya implementasi
17. Kesimpulan dalam menangani kasus
Berdasarkan hasil kajian dan analisa penggunaan frekuensi 2,4 GHz
regulasi pengaturan KEPMENHUB No. secara illegal di RT/RW-Net
2 Tahun 2005 terhadap penyelenggaraan Bandung masih mayoritas
penggunaan frekuensi 2,4 GHz di diberikan peringatan yang
RT/RW-Net Kota Bandung berdampak kepada tingkat
menggunakan Regulatory Impact kepatuhan KEPMENHUB No. 2
Analysis, dapat ditarik kesimpulan Tahun 2005 dimana terdapat
sebagai hasil dari keseluruhan penelitian, peningkatan jumlah kasus
yaitu : pelanggaran penggunaan
1. Berdasarkan hasil analisa dengan frekuensi secara illegal dari
RIA, metode Soft Benefit-Cost semester pertama tahun 2011-
and Integrated Analysis, 2012. Dibutuhkannya upaya
KEPMENHUB No. 2 Tahun implementasi penanganan yang
2005 terhadap penyelenggaraan lebih tegas untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan dari para diatur serta diberikan sosialisasi
pelaku industry RT/RW-Net Kota bersama stakeholder untuk
Bandung. menimbulkan kesadaran taat
hukum.

18. Saran Dari keseluruhan 69 kasus yang


Saran yang dapat diberikan untuk terjadi, 65 kasus didapat dari laporan
peningkatan keefektifan implementasi
masyarakat atau stakeholder dan
penyelenggaraan penggunaan serta
jumlah ini jauh lebih banyak
pengawasan frekuensi 2,4 GHz di
dibanding laporan gangguan frekuensi
RT/RW-Net Bandung adalah sebagai
pada semester 1 tahun 2011. Dan dari
berikut :
1. Birokrasi untuk pengajuan data diatas juga menggambarkan
perizinan penggunaan frekuensi bahwa stakeholder atau masyarakat
2,4 GHz terlalu sentralisasi dan Kota Bandung aware tentang
terlalu besar untuk ditangani oleh permasalahan frekuensi terutama
Dirjen SDPPI secara langsung. frekuensi 2,4 GHz.
Keadaan ini semakin diperburuk
dengan peningkatan tingkat DAFTAR PUSTAKA

pelanggaran yang terjadi Agus Virgono, Bambang Sumadjudin,


dimasing-masing daerah. Arif Rosy, Priyogo Hutomo. (2009).
Analisa Pengaruh Besar Area Hotspot dan
Sebaiknya Dirjen SDPPI Interferensi Pada WLAN IEEE 802.11b.
memberikan alternatif untuk Jurnal Penelitian dan Pengembangan
TELEKOMUNIKASI, Juni 2009, Vol. 14,
kepengurusan penggunaan No. 1.
frekuensi 2,4 GHz dengan
dikoordinasikan langsung Andri. (2012). Perlindungan Konsumen
Melalui Pengaturan Tentang Kewajiban
bersama Diskominfo masing- Pelabelan Pada Rokok Berlabel Ditinjau
masing daerah untuk Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
memudahkan pendataan secara Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
langsung sekaligus dengan Tentang Kesehatan, Dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003
memperkenalkan kembali kepada Tentang Pengamanan Rokok Bagi
para pihak industri RT/RW-Net Kesehatan. Skripsi sarjana pada
Universitas Indonesia: diterbitkan
tentang e-licensing.
2. Upaya penanganan kasus Anindito M, Danar. (2012). Tinjauan
pelanggaran di frekuensi 2,4 GHz Hukum Internasional Terhadap Ekspor-
Impor Limbah B3 yang Disepakati Dalam
secara illegal seharusnya lebih Indonesia-Japan Economic Partnership
ditegaskan kembali untuk Agreement (IJEPA). Skripsi sarjana pada
Universitas Indonesia: diterbitkan
memberikan efek jera kepada
para pelanggar agar patuh Garg, Vijay K. Pei Zheng Feng Zhao
David Tipper Jinmei Tatuya Keiichi
terhadap hukum yang sudah
Shima Yi Qian Larry L. Peterson Lionel
M. Ni D. Manjunath Qing Li Joy Kuri Impact Analysis (RIA): Guidance for
Anurag Kumar Prashant Krishnamurthy Policy Makers .OECD: France.
Leonidas Guibas Adrian Farrel Bruce S.
Davie. (2009). Wireless Networking Ridwan, Wawan dan Krisnadi,
Complete. Burlington:Morgan Kaufmann Iwan.(2011). Regulatory Impact Analysis
Terhadap Rancangan Undang-Undang
Gunawan, Frans Hendra. (2006). Analisa Konvergensi Teknologi Informasi dan
Antena Directional Parabola 2.4 GHz di Komunikasi. InComTech, Jurnal
PT. Cross Network. Skripsi sarjana pada Telekomunikasi dan Komputer, vol. 2,
Universitas Kristen Petra: diterbitkan no.2, 2011.

Iskandar, (2008). Metode Penelitian Sabaroedin, Justisia. (2012). Ketentuan


Pendidikan dan Sosial: Kuantitatif Hukum Internasional Mengenai
dan Kualitatif. Jakarta:Gaung Persada Pengunduran Diri Dari Keanggotaan
Press. Organisasi Internasional : Studi Kasus
Association of Southeast Asian Nations.
Kurniawan, Priambodo. (2004). Analisa Skripsi sarjana pada Universitas
Performasi BTS Point to Multipoint pada Indonesia: diterbitkan
Frekuensi 2,4 Ghz di PT. PSN. Skripsi
sarjana pada Institut Teknologi Sepuluh Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Nopember: diterbitkan Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung:Alfabeta.
Mahyudin, Fahmi. (2011). Analisa
Pengaruh Perubahan Tilting Antena Sutiyo, Wahyu Dewanto dan Sujoko
Setoral BTS Secara Electrical dan Sumaryono. (2011). The Quality of
Mechanical Terhadap Perolehan Sinyal Internet Backhaul Link with WLAN
MS dan Kualitas Layanan. Skripsi sarjana 802.11b between The Access Point of
pada Universitas Sumatera Utara: Pathuk Area Towards The 12 Stations in
diterbitkan Yogyakarta Seen from Its Latency.
Departement of Electrical Engineering,
Manan, Zainullah dan Krisnadi, Iwan. Faculty Of Enginnering, Widya Dharma
(2011). Pemilihan Opsi Regulasi Layanan University, Klaten, Central Java &
Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz Untuk Departement of Electrical Engineering,
Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Faculty Of Enginnering, Gajah Mada
Dengan Metode Regulatory Impact University, Yogyakarta, Indonesia.
Analysis. InComTech, Jurnal
Telekomunikasi dan Komputer, vol. 2, Sutiyo. (2011). Superchannel Sebagai
no.2, 2011 Metode Cepat Dalam Mengatasi
Interferensi Frekuensi 2,4 GH.
OECD Reviews of Regulatory Reform. TELEMATIKA Vol. 8, No. 1, JULI 2011
(2009). Regulatory Impact Analysis A : 53 – 62
Tool For Policy Coherence.
OECD:France. Zheng, Pei. (2009). Wireless Networking
Complete. Burlington:Morgan Kaufmann
OECD. (2008). Introductory Handbook
for Undertaking Regulatory Impact
Analysis (RIA). OECD:France.

Purbo, Onno W. (2006). Buku Pegangan


Internet Wireless Dan Hotspot. Jakarta:PT
Elex Media Komputindo.

Regulatory Policy Division Directorate for


Public Governance and Territorial
Development. (2008). Building an
Institutional Framework for Regulatory

Anda mungkin juga menyukai