ASURANSI
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya
Disusun Oleh
AKUNTANSI
AHMAD DAHLAN
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lihat Oxford Learner's Pocket Dictionary, New Edition.
2
Abû al-Fadhl Jamâl al-Dîn Muhammad Ibn Makram Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, (Lubnân:
Dâr Shâdir Bayrût, t.th.), h. 110.
3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.
1
2
LANDASAN TEORI
Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari
kata “Assuradeur” yang berarti penanggung dan “Geassureerde” yang berarti
tertanggung. Kemudian dalam bahasa Perancis disebut “Assurance” yang berarti
menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Dalam bahasa Inggris disebut
“Insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin
terjadi dan “Assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ke tiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
5
2) Bagi Nasabah
a) Memberikan rasa aman.
b) Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik
kembali.
c) Terhindar dari risiko kerugian atau kehilangan.
d) Memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.
e) Memperoleh penggantian akibat kerusakan atau kehilangan.
3.4 Prinsip-Prinsip Asuransi
4
AM. Hasan Ali, Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, 95.
11
Qur’an dan Sunnah Rasul, serta pendapat Ulama atau Fuqaha yang
tertuang dalam karya-karyanya.
a. Al-Quran
Ayat al-Qur’an yang mempunyai nilai praktik asuransi, antara
lain:
1) Perintah Allah SWT untuk saling tolong-menolong dan
bekerjasama
Surat al-Maidah (5) : 2
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat
berat siksa-Nya”.
Ayat al-Maidah ini memuat perintah tolong-
menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi,
ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah)
perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar
digunakan sebagai dana sosial (tabarru’).
Surat al-Baqarah (2) : 185
5
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Prespektif Hukum Islam, 114-115
14
4.1 Kesimpulan
Meski asuransi syariah telah berkembang pesat di negeri ini, namun
masih banyak kendala yang dihadapi, terutama terkait dengan regulasi dan
pengetahuan sumber daya manusia akan sistem syariah.
Saat ini, regulasi yang digunakan untuk kegiatan asuransi syariah
hanya sebatas peraturan menteri keuangan, itupun tidak ada aturan yang
khusus mengatur kegiatan asuransi syariah. Belum lagi pengetahuan pihak
regulator akan prinsip-prinsip syariah dalam asuransi syariah. Termasuk
para pelaku asuransi syariah masih banyak yang belum memahami
ketentuan-ketentuan syariah. Tidak luput pula, para anggota DPS.
17
DAFTRA PUSTAKA
Kasimir. 2013. Bank dan Lembaga Keungan Lainnya. Jakarta : Rajawali Pers.
Triandanu, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keungan Lainnya Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Ali, AM. Hasan. 2003. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan
Analisis, Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta : Prenda Media Group
Ali, AM. Hasan. 2003. Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga
Keuangan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada