Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK

ASURANSI

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya

Dosen pengampu: Rahmat Hidayat. SE.MM

Disusun Oleh

1. Ade Abidur Rozzaq (2016.35.3608)


2. Nurani Rahayu (2016.35.3579)
3. Ninis Elsa Wati (2016.35.3597)

AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGGI ILMU EKONOMI

AHMAD DAHLAN

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.


yang maha pengasih dan penyanyang yang telah memberikan rahmat, nikmat,
hidayah, dan inayahNya kepada kita, sehingga penulis dapat meyelesaikan
penyusunan makalah tentang “ASURANSI”.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah


memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada., selaku dosen pembimbing mata
kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata


kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 7 Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 4
3.1 Perkembangan Asuransi ................................................................ 4
3.2 Jenis-Jenis Asuransi ....................................................................... 4
3.3 Keuntungan Asuransi ..................................................................... 6
3.4 Prinsip-Prinsip Asuransi ................................................................ 7
3.5 Jenis – Jenis Resiko ....................................................................... 8
3.6 Manfaat Asuransi ........................................................................... 9
3.7 Asuransi Syariah .......................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan .................................................................................. 17
DAFTRA PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuransi atau assurantie (Belanda) atau insurance (Inggris)1
mengandung arti menanggung suatu kerugian yang terjadi. Sementara dalam
bahasa Arab, asuransi terambil dari kata , ‫ أمن‬yang berarti aman, yaitu
berkenaan dengan kete nangan jiwa dan meniadakan rasa takut.2
Muhammad Sayyid al-Dasûkî mengartikan asuransi sebagai transaksi yang
mewajibkan kepada pihak tertanggung untuk menunaikan kewajiban-
kewajibannya berupa jumlah uang kepada pihak penanggung, dan akan
menggantikannya manakala terjadi peristiwa kerugian yang menimpa si
tertanggung
Sedangkan di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1992,
asuransi diartikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.3
Sementara menurut DSN bahwa yang dimaksud dengan asuransi
syariah (ta’mîn, takâful atau tadhâmun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.

1
Lihat Oxford Learner's Pocket Dictionary, New Edition.
2
Abû al-Fadhl Jamâl al-Dîn Muhammad Ibn Makram Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, (Lubnân:
Dâr Shâdir Bayrût, t.th.), h. 110.
3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Asuransi
2. Bagaimana Perkembangan Asuransi
3. Apa Saja Jenis Jenis Asuransi
4. Apa Prinsip Prinsip Asuransi
5. Bagaimana Asuransi Syariah di Indonesia
1.3 Tujuan
1. Agar dapat memahami Pengertian Asuransi
2. Agar dapat memahami perkembangan Asuransi di Indonesia
3. Agar dapat memahami jenis dan prinsip Asuransi
4. Agar dapat memahami perkembangan asuransi syariah di indonesia
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian asuransi
2. Untuk mengetahui perkembangan asuransi
3. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis asuransi
4. Untuk mengetahui prinsip prinsip asuransi
5. Untuk mengetahui perkembangan asuransi syariah di indonesia
BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari
kata “Assuradeur” yang berarti penanggung dan “Geassureerde” yang berarti
tertanggung. Kemudian dalam bahasa Perancis disebut “Assurance” yang berarti
menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Dalam bahasa Inggris disebut
“Insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin
terjadi dan “Assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.

Menurut Undang-Undang No 1 tahun 1992 tentang usaha asuransi adalah


sebagai berikut :

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ke tiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.

Menurut paham ekonomi, asuransi merupakan suatu lembaga keuangan


karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar yang dapat digunakan untuk
membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan
perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan, yang ditimbulkan oleh
peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Asuransi

Asal mula kegiatan asuransi yang dijalankan di Indonesia merupakan


kelanjutan asuransi yang ditinggalkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Sedangkan peraturan pemerintah Indonesia yang mengatur tentang asuransi
baru dikeluarkan pada tahun 1976 dengan keluarnya surat keputusan
Menteri Keuangan pada waktu itu.

Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor 1136/KMK/IV/1976


tentang Penetapan Besarnya Cadangan Premi dan Biaya oleh Perusahaan
Asuransi di Indonesia. Selanjutnya keluar keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1249/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang ketentuan
dan tata cara pelaksanaan di bidang asuransi kerugian dan Nomor
1250/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Asuransi Jiwa.

Peraturan Menteri Keuangan ini kemudian tidak berlaku lagi dengan


keluarnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian di Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

3.2 Jenis-Jenis Asuransi


1. Dilihat dari segi fungsi
a) Asuransi Kerugian (Non Life Insurance)
Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat dalam UU
Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Asuransi menjelaskan
bahwa asuransi kerugian menjalankan usaha memberikan jasa
untuk menanggulangi suatu resiko atas kerugian, kehilangan
manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ke-tiga dari
suatu peristiwa yang tidak pasti. Jenis asuransi ini tidak

4
5

diperkenankan melakukan usaha diluar asuransi kerugian dan


reasuransi. Yang termasuk dalam asuransi kerugian adalah
sebagai berikut :
 Asuransi Kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan,
petir kecelakaan kapal terbang dan lainnya.
 Asuransi Pengangkutan yang meliputi :
o Marine Hul Policy
o Marine Cargo Policy
o Freight
 Asuransi Aneka, yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam
asuransi kebakaran dan pengangkutan seperti asuransi
kendaraan bermotor, kecelakan diri pencurian, dan
lainnya.
b) Asuransi Jiwa (Life Insurance)
Asuransi jiwa merupakan perusahaan asuransi yang
dikaitkan dengan penanggulangan jiwa atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan. Jenis-jenis asuransi jiwa
adalah
 Asuransi Berjangka (Term Insurance)
 Asuransi Tabungan (Endowment Insurance)
 Asuransi Seumur Hidup (Whole Life Insurance)
 Annuity Contrak Insurance (Anuitas)
c) Reasuransi (Reinsurance)
Merupakan perusahaan yang memberikan jasa asuransi
dalam pertanggungan ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi kerugian. Jenis asuransi ini sering disebut
asuransi dari asuransi dan asuransi ini digolongkan dalam :
 Bentuk Treaty
 Bentuk Facultative
 Kombinasi dari keduanya
6

2. Dilihat dari segi kepemilikannya


a) Asuransi Milik Pemerintah
Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau
bahkan 100% oleh pemerintah Indonesia.
b) Asuransi Milik Swasta Nasional
Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh
swasta nasional sehingga siapa yang paling banyak memiliki
saham, maka memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
c) Asuransi Milik Perusahaan Asing
Perusahaan asuransi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia
hanyalah merupakan cabang dari Negara lain dan jelas
kepemilikannya pun dimiliki oleh 100% oleh pihak asing.
d) Asuransi Milik Campuran
Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran
antara swasta nasional dengan pihak asing.
3.3 Keuntungan Asuransi

Perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan tentu saja


mengharapkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Keuntungan ini
digunakan untuk membiayai seluruh aktivitasnya. Demikian pula dengan
nasabah yang mengharapkan polis asuransi akan menerima manfaat dengan
jasa asuransi yang digunakannya.

Keuntungan dari usaha asuransi untuk masing-masing pihak adalah


sebagai berikut.

1) Bagi Perusahaan Asuransi


a) Keuntungan dari premi yang diberikan ke nasabah.
b) Keuntungan dari hasil penyertaan modal di perusahaan lain.
c) Keuntungan dari hasil bunga dari investasi di surat-surat
berharga.
7

2) Bagi Nasabah
a) Memberikan rasa aman.
b) Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik
kembali.
c) Terhindar dari risiko kerugian atau kehilangan.
d) Memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.
e) Memperoleh penggantian akibat kerusakan atau kehilangan.
3.4 Prinsip-Prinsip Asuransi

Pelaksanaan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan


pihak nasabahnya tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Setiap
perjanjian dilakukan mengandung prinsip-prinsip asuransi. Tujuannya
adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari
antara pihak perusahaan asuransu dengan pihak nasabahnya.

Prinsip-prinsip asuransi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Insurable Interest merupakan hal berdasarkan hukum untuk


mempertanggungjawabkan suatu resiko berkaitan dengan keuangan,
yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan suatu yang
dipertanggungkan dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban
keuangan secara hukum. Semua ini tergambar dari kontrak asuransi.
Kemudian dalam hal ini perlu menyebutkan adanya kepentingan
terhadap barang yang dipertanggungkan.
2. Utmost Good Faith atau “itikad baik” dalam penetapan setiap suatu
kontrak haruslah didasarkan kepada iktikad baik antara tertanggung
dan penanggung mengenai seluruh informasi baik materiil maupun
immaterial.
3. Indemnity atau ganti rugi artinya mengendalikan posisi keuangan.
Tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelumnya
terjadi kerugian tersebut. Dalam hal ini tidak berlkau bagi kontrak
8

asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan karena prinsip ini didasarkan


kepada kerugian yang bersifat keuangan.
4. Proximate Cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau
berurutan ddan intervensi kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan
aktif dari suatu sumber baru dan independen.
5. Subrogation merupakan hak penangung yang telah memberikan ganti
rugi kepasa tertanggung untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa
kerugian. Artinya dengan prinsip ini penggantian kerugian tidak
mungkin lebih besar dari kerugian yang benar-benar dideritanya.
6. Contribution suatu prinsip dimana penangung berhak mengajak
penangung-penangung lain yang memiliki kepentingan yang sama
untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seseorang
tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing-masing
penanggung belum tentu sama besarnya.
3.5 Jenis-Jenis Risiko

Dalam pertanggungan asuransi terdapat berbagai jenis risiko yang


dihadapi, besar kecilnya suatu risiko merupakan salah satu pertimbangan
besarnya premi asuransi yang harus dibayar. Jenis-jenis risiko itu adalah :

1. Risiko Murni, artinya ada ketidakpastian terjadinya sesuatu kerugian


atau dengan kata lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu
peluang keuntungan, contoh : rumah mungkin akan terbakar, atau
mobil yang dikendarai mungkin akan tertabrak atau kapal dan muatan
mungkin akan tenggelam. Jadi dalam hal ini kerugian terjadi atau
tidak terjadi sama sekali.
2. Risiko Spekulatif, artinya risiko dengan terjadinya dua kemungkinan,
yaitu peluang untuk mengalami kerugian keuangan atau memperoleh
keuntungan. Dalam hal ini kemungkinan terjadi kerugian atau
keuntungan.
9

3. Risiko Individu dibagi menjadi 3 macam :


a) Risiko Pribadi, risiko kemampuan seseorang untuk memperoleh
keuntungan, akibat sesuatu hal seperti sakit, kehilangan
pekerjaan/mati.
b) Risiko Harta, risiko kehilangan harta apakah dicuri, hilang,
rusak yang menyebabkan kerugian keuangan.
c) Risiko Tanggung Gugat, yaitu risiko yang disebabkan apabila
kita menanggung kerugian seseorang dan kita harus
membayarnya. Contohnya kelalaian dijalan yang menyebabkan
orang lain tertabrak dan harus mengganti kerugian tersebut.
3.6 Manfaat Asuransi
1. Rasa Aman dan Perlindungan.
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan
rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Jika risiko
atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung berhak
atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan
perjanjian antara tertanggung dengan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk
menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung
oleh pemegang polis secara periodic dengan memperhatikan secara
cermat factor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh
kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama
dengan tabungan. Pihak penangung juga memperhitungkan bunga atas
premi yang dibayarkan dan juga bonus.
5. Alat penyebaran risiko.
10

Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut


dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi
tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha.
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan
risiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
seperti pencurian, kebakaran, kecelakaan dan lainnya.

3.7 Asuransi Syariah


3.7.1 Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi syariah disebut dengan istilah tadhamun, takaful dan at-
ta’min. Kata tadhamun, takaful dan at-ta’min. atau asuransi syariah
diartikan dengan “saling menanggung atau tanggung jawab sosial”.
(Muslich, 2010: 551). Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001. Usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah. Berdasarkan definisi diatas dapat diambil
intisari bahwa usaha saling melindungi dan tolong – menolong di antara
para peserta asuransi merupakan unsur yang sangat penting dalam
asuransi syariah. Apabila salah seorang anggota tertimpa musibah maka
semua anggota yang lainnya membantu dengan merelakan premi yang
dibayarkan oleh mereka untuk diberikan kepada anggota
yang tertimpa musibah.
3.7.2 Dasar Hukum Asuransi Syariah
Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan
hokum praktik asuransi syariah.4 Karena sejak awal asuransi
syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang
didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam, yaitu al

4
AM. Hasan Ali, Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, 95.
11

Qur’an dan Sunnah Rasul, serta pendapat Ulama atau Fuqaha yang
tertuang dalam karya-karyanya.
a. Al-Quran
Ayat al-Qur’an yang mempunyai nilai praktik asuransi, antara
lain:
1) Perintah Allah SWT untuk saling tolong-menolong dan
bekerjasama
Surat al-Maidah (5) : 2

Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat
berat siksa-Nya”.
Ayat al-Maidah ini memuat perintah tolong-
menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi,
ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah)
perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar
digunakan sebagai dana sosial (tabarru’).
Surat al-Baqarah (2) : 185

Artinya : “… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan


tidak menghendaki kesukaran bagimu…”.
Ayat di atas menerangkan bahwa kemudahan adalah
sesuatu yang dikehendaki oleh-Nya, dan sebaliknya
kesukaran adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh-
Nya. Maka manusia dituntut oleh Allah agar tidak
mempersulit dirinya sendiri dalam menjalankan bisnis,
untuk itu bisnis asuransi merupakan sebuah program untuk
menyiapkan dan merencanakan kehidupan di masa
mendatang.
12

2) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan


Surat al-Hasyr (59) : 18
Artinya : “Wahai Orang-orang yang beriman!
Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat). Dan bertaqwalah kepada Allah.Sungguh
Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan
susah
Surat Quraisy (106) : 4
Artinya : “Yang telah memberi makanan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka
dari rasa ketakutan”.
Surat al-Baqarah (2) : 126
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a, “Ya
Tuhanku Jadikanlah (negeri Mekkah) ini negeri yang
aman sentosa”.
Dengan Surat al-Baqarah (2) : 126, Allah SWT
menegaskan bahwa orang yang rela menafkahkan hartanya
akan dibalas oleh-Nya dengan melipat gandakan
pahalanya. Sebuah anjuran normatif untuk saling berderma
dan melakukan kegiatan sosial yang diridhai oleh Allah
SWT
b. Sunnah Nabi SAW
Al-Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang kedua. Al-
sunnah berarti jalan yang menjadi kebiasaan dalam
melaksanakan ajaran agama atau suatu gambaran amal
perbuatan yang sesuai dengan teladan Nabi dan para sahabat,
dengan tuntunan al-Qur’an.
1) Hadits tentang Aqilah.
13

Artinya : “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dia


berkata: Berselisih dua orang wanita dari suku Huzail,
kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke
wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita
tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris
dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan
peristiwa tersebut kepada Rasulullah saw, maka Rasulullah
saw memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap
janin tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki
atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian
wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang
dibayarkan oleh aqilahnya (kerabat dari orang tua
lakilaki)”. (HR. Bukhari)5
2) Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang.
Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi
Muhammad bersabda: Barangsiapa yang menghilangkan
kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT
akan menghilangkan kesulitanya pada hari kiamat.
Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang,
maka Allah SWT akan mempermudah urusannya di dunia
dan di akhirat”. (HR. Muslim)
3) Hadits tentang menghindari risiko.
Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bertanya
seseorang kepada Rasulullah saw, tentang (untanya) :”Apa
(unta) ini saya ikat saja atau langsung saya bertawakal
pada Allah SWT. “Bersabda Rasulullah saw. : pertama
ikatlah unta itu kemudian bertaqwalah kepada Allah SWT.
(HR. at-Tirmizi).
c. Ijtihad

5
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Prespektif Hukum Islam, 114-115
14

Praktik sahabat dalam pembayaran hukuman (ganti rugi)


pernah dilaksanakan oleh khalifah kedua yaitu Umar bin
Khattab. Beliau berkata: “Orang-orang yang namanya
tercantum dalam diwan tersebut berhak menerima bantuan dari
satu sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran
hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan (tidak sengaja) yang
dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat”. Dimana
Umar adalah orang yang pertama kali mengeluarkan perintah
untuk menyiapkan daftar tersebut, dan orang yang terdaftar
diwajibkan saling menanggung beban.
3.7.3 Prinsip Prinsip Asuransi Syariah
Adapun prinsip - prinsip asuransi syariah (Kristianto: 2009)adalah
sebagai berikut:
a. Prinsip berserah diri dan ikhtiar
Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada
di bumi. Jika kamu melahirkan apa yang ada dalam hatimu atau
kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan
dengan kamu tentang perbuatanmu itu Maka allah mengampuni siapa
saja yang di kehendakinya dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
(Al-Baqarah: 284) “Kepuyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi
serta apa yang ada di dalamnya dan dia mahakuasa atas segala
sesuatu” (Al-Maidah:130).
b. Prinsip tolong-menolong.
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
jaganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelangaran dan
bertakwalah kamu kepada allah sesunguhnya allah amat
beratsiksanya” (Al-Maidah: 2).
c. Prinsip saling bertanggung jawab
Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang orang
beriman antara yang satu dengan yang lain seprti satu tubuh (jasad).
Apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka berpengaruh kepada
seluruh tubuh. ( HR Bukhori Muslim). “Setiap kamu adalah pemikul
tanggung jawab dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang
15

orang yang berada dibawah tanggung jawabmu”(HR Bukhori


Muslim).
d. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
Beberapa hadist mengenai perkara ini: “Siapa yang memenuhi hajat
saudaranya, Allah akan memenuhi hajadnya” (HR Bukhori Muslim,
dan Abu Daud) “Allah senantiasa menolong hambanya selagi hamba
itu menolong saudaranya” (HR Ahmad dan Abu Daud)
e. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan wanita sebagian mereka
menjadi pelindung sebagian yang lain mereka menyuruh berbuat
kebaikan, dan melrang berbuat kejahatan, Mereke mendirikan shalat
dan zakat serta taat kepada Allah dan Rosul-Nya Mereka itu akan
diberi Rahmad oleh Allah Maha kuasa lagi Mahabijaksana. (At-
Taubah:71).
f. Prinsip itikad bai
Dalam kontrak asuransi untuk pelaksanaan polis pihak-pihak yang
terlibat harus memiliki niat baik oleh karena itu tidak adanya
pengungkapan fakta penting, keterlibatan tindakan penipuan
kesalahpahaman atau pernyataan salah adalah semua elemen yang
menyebabkan tidak berlakunya polis asuransi.
g. Prinsip kepentingan terasuransikan
Yang dimaksud dengan kepentingan terasuransikan adalah pihak
yang ingin mengasuransikan suatu objek pertangungan seperti rumah
tinggal, stok barang dagangan atau lainya harus mempunyai
kepentingan atas objek tersebut. Kepentingan tersebut harus diakui
secara hukum. Jika kepentingan itu tidak ada, maka harus di
kategikan kegiatan perjudian diharamkan dalam Islam.
h. Prinsip penyebab dominan
Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan ganti rugi dari pihak
tertanggung, kerugian bisa dijamin jika penyebab dari kejadian
tersebut dijamin atau tidak dikecualikan polis. Prinsip penyebab
terdekat (proximate cause) mensyaratkan bahwa suatu penyebab
merupakan suatu rantai yang tidak terputus dengan peristiwa yang
menimbulkan kerugian.
16

i. Prinsip ganti rugi


Fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi risiko yang
kemungkinan diderita atau dihadapi oleh tertanggung karena
terjadinya suatu peristiwa.
j. Prinsip subrogasi
Jika tertanggung mengalami musibah, semisal gedungnya terbakar
kemungkinan bahwa ada pihak ketiga yang menurut hokum
tertanggung gugat untuk membayar ganti rugi kepadanya. Jika
tertnggung telah mendapat ganti rugi asuransi dari penanggung ia
tidak boleh menkmati ganti rugi dari pihak ketiga yang bersalah
tersebut.
k. Prinsip kontribusi
Al-Musahamah ‘kontribusi’ adalah suatu betuk kerjasama mutual di
mana tiap-tiap peserta memberikan kontribusi dana kepada suatu
perusahaan dan peserta tersebut berhak memperoleh kompensasi atas
kontribusinya tersebut berdasar besarnya saham (premi) yang ia
miliki atau (bayarkan).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meski asuransi syariah telah berkembang pesat di negeri ini, namun
masih banyak kendala yang dihadapi, terutama terkait dengan regulasi dan
pengetahuan sumber daya manusia akan sistem syariah.
Saat ini, regulasi yang digunakan untuk kegiatan asuransi syariah
hanya sebatas peraturan menteri keuangan, itupun tidak ada aturan yang
khusus mengatur kegiatan asuransi syariah. Belum lagi pengetahuan pihak
regulator akan prinsip-prinsip syariah dalam asuransi syariah. Termasuk
para pelaku asuransi syariah masih banyak yang belum memahami
ketentuan-ketentuan syariah. Tidak luput pula, para anggota DPS.

17
DAFTRA PUSTAKA

Kasimir. 2013. Bank dan Lembaga Keungan Lainnya. Jakarta : Rajawali Pers.
Triandanu, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keungan Lainnya Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.

Ali, AM. Hasan. 2003. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan
Analisis, Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta : Prenda Media Group

Ali, AM. Hasan. 2003. Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga
Keuangan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Oxford Learner's Pocket Dictionary, New Edition.

Maksum, Muhammad. 2010. Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan


Indonesia, Jakarta : Jurnal STAI Al-Hikmah

Anda mungkin juga menyukai